Anda di halaman 1dari 61

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI

DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI 0-12 BULAN


DI DESA SUMBERSEKAR KECAMATAN DAU
KABUPATEN MALANG

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :
YANET EMELSYANA LELI
2017740140

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan


Program Diploma III Kebidanan

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN WIRA HUSADA NUSANTARA
MALANG
2021

1
HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI
DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI 0-12 BULAN
DI DESA SUMBERSEKAR KECAMATAN DAU
KABUPATEN MALANG

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :
YANET EMELSYANA LELI
2017740140

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN WIRA HUSADA NUSANTARA
MALANG
2021

2
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dengan Judul Hubungan Pemberian Makanan Asi Dini
Kejadian Diare pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Kelurahan Sumber
Sekar Kecamatan Dau ini di susun untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar
Ahli Madya Kebidanan(A.Md.Keb)
di
Politeknik Kesehatan
Wira Husada Nusantara – Malang

Oleh :
Yanet Emelsyanan Leli
2017740140

Tanggal Ujian :

Disetujui Oleh :

Dosen Penguji I Dosen Pembimbing I

Tri Esti Wahyuningtyas,M.Biomed Wiqodatul Ummah,S.Tr.Keb.,M.Kes


NIP.2007100675 NIP:2019300994

Dosen Penguji II Dosen Pembimbing II

WiqodatulUmmah,S.Tr.Keb.,M.Kes Sripina Ulandari,S.ST.,M.M


NIP.2019300994 NIP.2014181185

Mengetahui
Direktur Politeknik Kesehatan
Wira Husada Nusantara Malang

Donna Dwinata Adelia, MMRS


NIP. 2007080882

i
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, saya :


Nama : Yanet Emelsyana Leli
Tempat/Tanggal Lahir : Baha Wihi, 22 Januari 1998
Nomor Induk : 2017740140
Program Studi : DIII Kebidanan
Alamat : Baha Wihi
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah berjudul
“HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN
KEJADIAN DIARE PADA BAYI 0-12 BULAN DI KELURAHAN SUMBERSEKAR
KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG”. Yang ditulis adalah benar-benar
hasil karya sendiri dan bukan merupakan plagiat atau saduran dari KTI orang
lain.
Apabila dikemudian hari ternyata pernyataan saya tidak benar, maka
saya bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat
kelulusan dan gelar kesarjanaannya).
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk
dapat digunakan bila diperlukan.

Malang, Oktober 2021

Yanet Emelsyana Leli


Nim 2017740140

ii
PERSEMBAHAN

KTI ini saya persembahakan untuk :


1. Puji dan Syukur yang tak terhingga kepada Tuhan Yesus kristus yang
telah mengijinkan saya untuk membuat dan menyelesaikan KTI ini tepat
pada waktunya.Semoga keberhasilan ini mejadi salah satu langkah awal
untuk masa depan saya.
2. Terimakasih kepada kedua malaikatku papa Ngailu Dedi(Alm) dan mama
Leilu Kaka yang kukasihi dan kucintai. terimakasih sudah mendoakan,
menasehati, menegur, mengasihi, sabar dan kuat dari saya lahir sampai
sekarang saya sudah besar. terimakasih juga untuk kak Steven, Adik
Yanti, Adik Rival, Adik Iles, Adik Abner, yang selalu memberikan
dukungan dan semangat untuk saya.
3. Terimakasih kepada keluarga semua, dan temanku(Tuwa, Apu, Iren,
Willu, Maba Asti, Berra, Rian wedu, kak Jello,Jhon, Meri Tendi yang
senantiasa memberikan dukungan,semangat dan senyuman untuk saya.
4. Terimakasih untuk seluruh Teman-teman angkatan 2018 untuk tawa dan
solidaritas yang luar biasa
5. Almamaterku tercinta Politeknik Kesehatan Wira Husada Nusantara
Malang
6. Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua yang
mendoakan dan membantu saya,semoga KTI ini dapat bermanfaat dan
berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan yang akan datang.

MOTTO :
Berserulah kepada DIA, maka DIA akan membimbing dan mengarahkanmu ke
jalan yang benar.
dan
Percayala, tak ada yang sulit jika DIA selalu kau andalkan dalam hal apapun.

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh
karena berkat dan rahmat-Nya dan cinta-Nya penulis telah menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini tepat pada waktunya.Adapaun judul karya tulis ilmiah ini adalah
“Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Asi Dini dengan Kejadian Diare
pada Bayi 0-12 Bulan d Kelurahan Sumbersekar Kecamtan Dau Kabupaten
Malang”. Karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Diploma pada Program Studi D-III Politeknik Kesehatan Wira
Husada Nusantara.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah peneliti telah banyak mendapatkan
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.Baik yang bersifat moril maupun
materil sehingga Karya Tulis Ilmiah dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada
kesempatan ini peneliti mengucapakan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Donna Dwinata Adelia, MMRS selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Wira Husada Nusantara.
2. Ibu Wiqodatul Ummah,SST.,M.Kes selaku dosen pembimbing I
3. Ibu Sripina Ulandari,S.ST.,M.M selaku pembimbing II
4. Kepala Lurah Sumbersekar yang mengijinkan peneliti untuk melakukan
penelitian di wilayah sumbersekar Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
5. Ibu-ibu yang telah meluangkan waktu dan bersedia menjadi responden
Penulis menyadari sepenuhnya KTI ini masih jauh dari sempurna, Namun
harapan penulis semoga karya tulis ilmiahini bermanfaat bagi pembaca yang
budiman.Dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf atas segala
kekurangan yang ada pada tugas akhir ini.

Malang, Oktober 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................................4
1.3 Hipotesis Penelitian...............................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Konsep Dasar Makanan Pendamping ASI.............................................5
2.2.Konsep Diare.......................................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.Desain Penelitian.................................................................................27
3.2.Lokasi dan Waktu................................................................................27
3.3.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.......................................27
3.4.Populasi dan Sampel...........................................................................29
3.5.Pengumpulan Data..............................................................................30
3.6.Analisii Data.........................................................................................31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden Penelitian......................................................33
4.2 Analisis Hasil Pengujian.......................................................................34
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian..............................................................36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan..........................................................................................38
5.2 Saran...................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40
RIWAYAT HIDUP...............................................................................................41
LAMPIRAN.........................................................................................................42

v
DAFTAR TABEL

No Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian 28
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur 33
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat 33
Pendidikan
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan 34
Tabel 4.4 Nilai Rata-rata Pemberian MPASI dini (X) dan Kejadian 34
Diare
Tabel 4.5 Analisis Ragam Regresi hubungan pemberian MP-ASI 35
terhadap Kejadian diare
Tabel 4.6 Analisis Koefisien Regresi Hubungan Pemberian MP- 35
ASI dini terhadap Kejadian Diare

vi
DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman
Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden 42
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden 43
Lampiran 3 Lembar Kuesioner 44
Lampiran 4 Total dan Tabulasi Data 46
Lampiran 5 Hasil Analisis Data 47
Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian 48

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampai saat ini diare masih menjadi salah satu penyebab utama
kematian anak secara global. Mengklaim kehidupan sekitar 6.000 anak balita
setiap hari (United Nations International Children’s Emergency Fund)
(UNICEF), 2013). Masalah gizi merupakan hamper setengah dari kematian
ini.Bulan pertama kehidupan adalah yang paling bebahaya bagi anak.Pada
tahun 2013, hamper tiga juta bayi meninggal selama bulan pertama
kehidupan, sebagian besar dari penyebab yang mudah dicegah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa diare adalah
penyebab nomor satu kematian balita diseluruh dunia. Badan perserikatan
bangsa-bangsa untuk urusan anak (UNICEF) memperkirakan bahwa
setiap30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena diare di
Indonesia, pembunuhan balita nomor dua setelah infeksi saluran akut (ISPA)
dan setiap tahun 100.000 balita dengan meninggal karena diare.
Penyakit diare penyakit endemis di Indonesia dan juga merpakan
penyakit potensial KLB yang sering dilengkapi dengan kematian. Menurut
hasil Riskesdas 2007, diare merupakan penyebab kematian nomor satu
pada bayi (31,4% ) dan pada balita ( 25,2%), sedangkan pada golongan
semua umur merupakan penyebab kematian yang ke-empat (13,2%). Pada
tahun 2012 angka kesakitan diare pada semua umur sebesar 214 per 1.000
penduduk dan angka kesakitan diare pada balita 900 per 1.000 penduduk.
Data Riskesdas 2013 menunjukan bahwa diare berdasarkan gejala
sebesar 3,5%( kisaran provinsi 1,6%-6,3%) dan diare pada balita sebesar
6,7% (kisaran provinsi ) 3,3%-10-2%). Sedangkan period prevalence diare
berdasarkan gejala sebesar 7%. Kejaian diare tersebar dibeberapa provinsi
di Indonesia. Provinsi Jawa Timur termasuk dalam 2 besar provinsi dengan
prevelensi kejadian diare tetinggi di Indonesia
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Depkes RI, 2010) diare
merupakan penyebab utama kematian pada bayi (31,4%) dan anak balita
(25,2%). Sekitar 162.000 balita meninggal akibat diare setiap tahun atau
sekitar 460 balita per hari. Sedangkan dari hasil survei kesehatan rumah
tangga (SKRT) di Indonesia dalam Depkes RI diare merupakan penyebab
kematian nomor dua pada balita, nomor tiga bagi pada bayi, dan nomor lima
bagi semua umur. (Depkes RI, 2012). Berdasarkan data kesehatan dari
dinas kesehatan kota malang tahun 2015 bahwa jumlah kasus diare di
kecamatan kecamatan kota malang tahun 2015 sebanyak 988 orang yang
terdiri dari 423 pada laki-laki dan 556 pada perempuan dengan jumlah bayi
yang terkena diare sebanyak 220 bayi (dinas kesehatan kota malang, 2012).
Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya, melainkan
terdapat pemicunya. Diare disebabkan oleh rotavirus dan adenovirus, virus
ini melekat pada sel-sel mukosa usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi
rusak sehingga kapasitas resorpsi menurun dan sekresi air maupun elektrolit
meningkat.Akibat infeksi rotavirus, yaitu muntah, demam, mual, dan diare
cair akut.Akibat diare akut yaitu kehilangan air dan elektrolit sehingga timbul
dehidrasi, gangguan gizi, gangguan absorpsi (Wijoyo, 2013).
Diare pada balita cukup berbahaya, karena dapat menimbulkan
kematian bayi maupun balita serta kejadian cukup tinggi setiap tahunnya.
Lima juta anak berusia kurang dari lima tahun meninggal setiap tahun akibat
diare. Kejadian diare pada balita salah satunya disebabkan oleh hygiene
termasuk pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian makanan, dimana
bayi sudah diberi makan selain ASI (Air Susu Ibu) sebelum usia 6 bulan.
Menurut World Health Organization, bayi yang mendapatkan
makanan pendamping ASI sebelum berusia enam bulan akan mempunyai
resiko 17 kali lebih besar mengalami diare dan 3 kali lebih besar
kemungkinan terkena infeksi saluran pernapasan atau (ISPA ) dibandingkan
bayi yang hanya mendapatkan ASI ekslusif dan mendapakan MP-ASI
dengan tepat waktu .
Salah satu hak dasar anak adalah gizinya yang harus terpenuhi,
salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan gizi anak sebagaimana
kesepakatan internasional seperti Konvensi Hak Anak (Irianto, 2014), adalah
memberikan makanan yang terbaik bagi balita. Untuk mencapai hal tersebut,
strategis Nasional peningkatan Pemberian Makanan Pendamping ASI
merekomendaikan pemberian makanan yang baik dan tepat bagi bayi dan
anak 0-24 bulan, yaitu mulai menyusui dalam satu jam lahir, menyusu
secara ekslusif sampai usia 6 bulan, memberikan makanan pendamping
ASI (MpASI) mulai usia 6 bulan dan meneruskan menyusu sampai dua
tahun lebih.

2
Setelah usia 6 bulan, kebutuhan nutrisi bayi baik makronutrien
maupun mikronutrien tidak dapat terpenuhi hanya oleh ASI. Selain itu,
keterampilan makan (oromotor skills) terus berkembang dan bayi mulai
memperlihatkan minat akan makanan lain selain susu (ASI atau susu
formula). Oleh Karena itu, memulai pemberian makanan pendamping ASI
pada saat yang tepat akan sangat memanfaat bagi pemenuhan kebutuhan
nutrisi dan tumbuh kembang bayi. Periode ini dikenal pula sebagai masa
penyapihan (weaning) yang merupakan suatu proses dimulainya pemberian
makanan khusus selain ASI secara bertahap jenis, jumlah, frekuensi
maupun tekstur dan konsistennya sampai seluruh kebutuhan nutrisi anak
dipenuhi oleh makanan. Masa peralihan ini berlangsung antara 6 bulan
sampai 23 bulan merupakan masa rawan pertumbuhan anak karena bila
tidak diberi makanan yang tepat, baik kualitas Maupun kuantitasnya, dapat
terjadi malnutrisi
Pemberian Makanan Pendamping ASI terlalu dini merupakan salah
satu faktor penghambat pemberian ASI ekslusif. Hasil penelitian sebelumnya
oleh Asriyanti Mattirowbajigowa (2013) waktu pemberian Makanan
Pendamping ASI yang tepat masih sangat kurang yaitu hanya 23,4% dalam
kategori baik. Padahal, hal ini sangat penting untuk diketahui oleh seorang
ibu karena menyangkut system pencernaan bayi. Sistem Pencernaan bayi
matang pada usia sekitar 6 bulan dan pada kenyataannya, praktek
pemberian makanan pendamping ASI dini sebelum usia 6 bulan masih
banyak dilakukan di negara berkembang seperti Negara Indonesia. Hal ini
akan berdampak terhadap kejadian infeksi yang tinggi, seperti diare, infeksi
saluran nafas, alergi, hingga gangguan pertumbuhan (Fitriana dkk 2013).
Pembangunan kesehatan dalam periode tahun 2015- 2019
difokuskan pada empat program prioritas yaitu penurunan angka kematian
ibu dan bayi, penurunan prevelensi balita pendek (stunting), pengendalian
penyakit menular dan pengendalian tidak menular yang termasuk diare.
Situasi gizi masyrakat tidak hanya berperan dalam program penurunan
prevelensi balita pendek, namun juga terkait erat dengan tiga program
lainya, mengingat status gizi berkaitan dengan keehtan fisik maupun kognitif,
mempengaruhi tinggi rendahnya resiko terhadap penyakitinfeksi maupun
penyakit tidak menular dan berpegaruh sejak awal kehidupan hinggga masa
usia lanjut. Oleh karena itu penting untuk memberikan MP-ASI tepat pada

3
waktunya, agar penyakit tidak menular seperti diare dapat dapat
dikendalikan sehingga menurunkan angka kesakitan pada bayi dan balita.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di
Kelurahan Sumbersekar Kecamatan Dau, Kabupaten Malang dengan cara
wawancara didapatkan sebanyak 30 responden yakni sebanyak 5 orang
bayi mengalami dehidrasi dan 11 orang bayi mengalami peningkatan
frekuensi BAB dalam sehari, serta 14 orang bayi lainnya mengalami
konsistensi feses yang sangat cair. Maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan mengambil judul “Hubungan Pemberian Makanan
Pendamping ASI Dini Dengan Kejadian Diare Pada Bayi 0-12 Bulan di
Kelurahan Sumber sekar Kecamatan Dau, Kabupaten Malang”.

1.2 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI
Dini Dengan Kejadian Diare Pada Bayi 0-12 Bulan di Kelurahan Sumber
sekar Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

1.3 Hipotesis penelitian


Diduga ada hubungan yang signifikan antara pemberian makanan
pendamping ASI dini dengan kejadian diare pada bayi 0-12 bulan di
kelurahan sumbersekar kecamatan Dau kabupaten Malang

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Makanan Pendamping ASI


2.1.1 Definisi Makanan Pendamping ASi
Makanan Pendamping Asi (MP-ASI) adalah makanan atau
minuman yang mengandung gizi diberikan kepada bayi /anak untuk
memenuhi kebutuhan gizinya. Makanan pendamping ASI diberikan
mulai usia 4 bulan sampai 24 bulan. Semakin meningkat usia
bayi/anak, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah karena
tumbuh kembang, sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi
kebutuhan gizi. Makanan Pendamping ASI merupakan makanan
peralihan dari ASI ke makanan keluarga (Molika, 2014).
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau
minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan kepada
bayi/anak usia 6-24 bulan, guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI.
Makanan Pendamping ASI merupakan makanan peralihan dari ASI
ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian Makanan
Pendamping ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk
maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan bayi (Mufida, 2015).
Makanan Pendamping ASI Dini adalah makanan tambahan
yang diberikan kepada bayi pada usia kurang dari 6 bulan selain ASI
(Prawesti, 2016).
Jadi kesimpulannya Makanan Pedamping ASI adalah
makanan dan minuman yang diberikan kepada bayi berusia 6-24
bulan untuk memenuhi kebutuhan giz dan tumbuh kembang bayi.
2.1.2 Tujuan Pemberian Makanan Pemberian ASI
Menurut Molika (2014) pada usia 6 bulan atau lebih ASI saja
tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan nutrisi bayi, usia pemberian
ASI disarankan sesudah 6bulan atau lebih. Tujuan Pemberian
Makanan Pendamping ASI dintaranya :
1. Melengkapi zat gizi yang kurang karena kebutuhan zat gizi yang
semakin meningkat sejalan dengan pertambahan umur anak.
2. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-
macam makanan dengan berbagai bentuk, tekstur, dan rasa.
4. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan
menelan.
5. Mencoba beradaptasi tehadap makanan yang mengandung kadar
energy tinggi.
2.1.3 Jenis Makanan Pendamping ASI
Menurut Molika (2014) jenis Makanan Pendamping ASI yang
dapat diberikan adalah :
1. Makanan Lumut
Makanan lumut adalah makanan yang dihancurkan atau disaring
tampak kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan
lumat halus, contoh: bubur susu, bubur sumsum, pisang
sari/kerok, pepayasaring, tomat saring, dan nasi tim saring.
2. Makanan Lunak
Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak
air dan tampak beair,contoh: bubur nasi, bubur ayam, nasi tim
dan kentang puri.
3. Makanan Padat
Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak Nampak berair
dan biasanya disebut makanan keluarga, contoh : lontong, nasi
tim, kentang rebus dan biscuit .
2.1.4 Syarat-syarat Makanan Pendamping ASI
Menurut Molika (2014) makanan pendamping ASI yang
memenuhi syarat adalah :
1. Kaya energy, protein dan mikronutrien (terutama zat besi ,zink,
klasium, vitamin A, vitamin C dan folat ).
2. Bersih dan aman, yaitu tidak ada pathogen (tidak ada bakteri
penyebab penyakit atau organisme berbahaya lainnya). tidak ada
bahan kimia yang berbahaya atau toksin, tidak ada potongan
tulang atau bagian yang keras atau membuat anak tersedak.
3. Diberikan dengan cara yang benar artinya Makanan Pendamping
ASI diberikan dengan memperhatikan sinyal rasa lapar dan
kenyang seorang anak. Frekuensi makan dan metode pemberian
makan harus dapat mendorong anak untuk mengkonsumsi
makanan secara aktif dalam jumlah yang cukup menggunakan

6
tangan , sendok, atau makan sendiri yang disesuaikan dengan
usia dan tahap perkembangan seorang anak
4. Tidak terlalu panas
5. Tidak terlalu pedas atau asin
6. Mudah dimakan oleh anak
7. Disukai anak
8. Mudah disiapkan
2.1.5 Cara Pemberian Makanan Pemberian ASI
Berikut ini merupakan cara pemberian makanan pendamping
ASI menurut Molika (2014) antara lain :
1. Setelah bayi berusia 6 bulan
Perkenalkan kemakanan yang padat atau dicincang halus atau
makanan berstekstur semi cair. Mulailah dengan makanan lunak
seperti biscuit yang diencerkan pakai air atau susu.Kenalkan
pula bubur susu dalam jumlah sedikit demi sedikit. Mulai
pemberian sayuran yang dijus, kemudian buah yang dihaluskan
atau dijus. Sayur dan buah yang disarankan yaitu :Pisang, pir,
alpukat, jeruk.
2. Bayi usia 6 smpai 9 bulan
Perkenalkan dengan tekstur yang lebih kasar (semi padat) yaitu
bubur tim saring. Seandainya bayi menolak atau muntah, dicoba
terus karena tahapan ini harus dilaluinya. Pada umur 6 bulan alat
cerna sudah lebih berfungsi, oleh karena itu bayi mulai
diperkenalkan dengan MPASi lumat 2 kali sehari. Jenis sayur
dan buah yang disarankan: asparagus, wortel, bayam, sawi, bit,
lobak, mangga, blewah, timun suri, peach. Bisa juga
ditambahkan daging ayam, daging sapi, hati ayam, hati sapi,
tahu dan tempe.
3. Bayi umur 9 sampai 12 bulan
Pada umur 10 bulan bayi diperkenalkan dengan makanan
keluarga secara bertahap. Bentuk dan kepadatan nasi tim bayi
harus diatur secara berangsur mendekati makanan keluarga.
Berikan makanan selingan satu kali sehari, pilihlah makanan
selingan yang bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang hijau dan
buah. Pengenalan berbagai bahan makanan sejak dini akan

7
berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang sehat
dikemudian hari.
4. Usia 12- 24 bulan
Berikan ASI sesuai keinginan anak, berikan nasi lembek di
tambah telur, ayam, ikan, tempe, tahu, daging sapi, wortel,
bayam, dan kacang hijau berikan makanan tersebut 3 kali sehari
dan juga berikan makanan selingan 2 kali sehari seperti kacang
hijau, pisang, biscuit, nagasari, dan lain-lain.
2.1.6 Hal yang perlu diperhatikan dalam pengenalan Makanan
Pendamping ASI
Menurut Molika (2014) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengenalan Makanan Pendamping ASI adalah sebagai berikut :
1. Makanan Pendamping ASI diberikan sedikit demi sedikit,
misalnya 2-3 sendok pada saat pertama, dan jumlahnya bisa
ditambah seiring perkembangan bayi agar terbiasa dengan
teksturnya.
2. Pemberian Makanan pendamping ASI dilakukan disela –sela
pemberian ASI dan dilakukan secara bertahap pula. Misalnya
untuk pertama 1 kali sehari, kemudian meningkat menjadi 3 kali
dalam sehari.
3. Tepung beras sangat baik digunakan sebagai bahan Makanan
Pendamping ASI karena sangat kecil kemungkinannya
menyebabkan alergi pada bayi. Tepung beras yang baik adalah
berasal dari beras pecah kulit yang lebih banyak kandungan
gizinya.
4. Pengenalan sayuran sebaiknya didahulukan dari pada
pengenalan buah, karena rasa buah lebih manis lebih disukai
bayi, sehingga jika buah dikenalkan terlebih dahulu,
dikhawatirkan akan ada kecenderungan bayi untuk menolak
sayur yang rasanya lebih hambar. Sayur dan buah yang
dikenalkan hendaknya dipilih yang mempunyai rasa manis.
5. Hindari penggunaan garam dan gula. Utamakan memberikan
MP-ASI dengan rasa asli makanan, karena bayi usia 6-7 bulan
fungsi ginjalnya belum sempurna. Untuk selanjutnya , gula dan

8
garam bisa ditambahkan tetapi tetap dalam jumlah yang sedikit
saja.
6. Untuk menambah cita rasa makanan pendamping ASI bisa
menggunakan kaldu ayam, sapi atau ikan yang dibuat sendiri,
serta bisa juga ditambahkan berbagai bumbu seperti daun
salam, daun bawang, seledri.
7. Jangan terlalu banyak mencampur jenis makanan pada awal
Pemberian Makanan Pendamping ASI, namun cukup satu per
satu saja. Berikan dulu 2-4 hari untuk mengetahui reaksi bayi
terhadap setiap makanan yang diberikan, untuk mengetahui jika
ia memiliki alergi terhadap makanan tertentu.
8. Perhatikan bahan makanan yang sering menjadi pemicu alergi
seperti telur, kacang, ikan, susu, dan gandum.
9. Telur bisa diberikan kepada bayi sejak umur 6 bulan, tetapi
pemberiannya bagian kuning terlebih dahulu, karena bagian
putih telur dapat memicu reaksi alergi.
10. Madu sebaiknya diberikan pada bayi usia lebih dari satu tahun
karena madu sering kali mengandung suatu jenis bakteri yang
bisa menghasilkan racun pada saluran cerna bayi yang dikenal
sebagai toksin botulinnum .
Yang harus diperhatikan dalam menentukan Makanan
Pendamping ASI sebagai berikut :
1. Umur bayi
Metabolisme anak sebenarnya tidak sama dengan metabolisme
orang dewasa, hanya anak-anak lebih aktif perkembangan,
sehingga diperlukan bahan ekstra. Lebih mudah usia seorang
anak maka lebih banyak zat makanan yang diperlukan untuk
tiap kilogram berat badannya.
2. Berat badan bayi
Berat badan yang lebih maupun kurang dari pada berat badan
rata-rata untuk umur tertentu merupakan factor untuk
menentukan jumlah zat makanan yang harus diberikan supaya
pertumbuhan sejalan sebaik- baiknya.
3. Suhu Lingkungan

9
Suhu tubuh dipertahankan pada 36,5⁰c-38⁰c untuk metabolism
yang optinum. Dengan adanya perbedaan suhu antara tubuh dan
lingkunganya, maka tubuh melepaskan sebagian panasnya yang
harus diganti dengan hasil metabolisme.
4. Aktifitas
Tiap aktivitas memerlukan energi. Makin banyak aktifitas yang
dilakukan maka makin banyak energi yang dibutuhkan.
5. Keadaan sakit
Pada keadaan sakit, seperti adanya infeksi terhadap
metabolisme yang berlebihan dari pada asam amino dan lagi
pula suhu tubuh meninggi, kedua-duanya memerlukan makanan
yang tidak boleh dilupakan.
2.1.7 Masalah dalam Makanan Pendamping ASI
Menurut Molika (2014) memulai Makanan Pendamping ASI
terlalu dini tidak disarankan karena :
1. ASI dapat tergantikan oleh cairan atau makanan lain yang
kualitas nutrisinya kurang dibandingkan ASI
2. Kurangnya permintaan hisapan bayi karena kenyang akibat
Makanan Pendamping ASI menyebabkan penurunan suplai ASI
ibu.
3. Peningkatan resiko infeksi karena terpapar makanan bayi yang
tidak steril
4. Bayi belum dapat mencerna makanan tertentu dengan baik
5. Pemaparan dini terhadap makanan tertentu dapat memicu alergi
2.1.8 Gangguan Pemberian Makanan Pendamping ASi terlalu dini
Menurut Molika (2014) ganggaun dalam Pemberian Makanan
Pendamping ASI terlalu dini yaitu :
1. Bayi lebih sering menderita diare. Hal ini disebabkan cara
menyiapkan makanan yang kurang bersih juga karena
pembentukan zat anti oleh usus bayi belum sempurna.
2. Bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu. Keadaan ini
terjadi akibat usus bayi yang masih permeabel, sehingga mudah
dilalui oleh protein asing.
3. Terjadi malnutrisi atau gangguan pertumbuhan anak. Bila
makanan yang diberikan kurang bergizi dapat mengakibatkan

10
anak menderita KEP( Kurang Energi Protein) dan dapat terjadi
sugar baby atau obesitas bila makanan yang diberikan
mengandung kalori terlalu tinggi.
4. Produksi ASI menurun, karena bayi yang sudah kenyang dengan
Makanan Pendamping ASI tadi, maka frekuensi menyusu
menjadi lebih jarang, akibatnya dapat menurunkan produksi ASI.
5. Tingginya solute load dari Makanan Pendamping ASI yang
diberikan sehingga dapat menimbulkan hiperosmolaritas yang
meningkatkan beban ginjal.
2.1.9 Dampak Pemberian Makanan Pendamping ASI
Menurut Molika (2014) dampak Pemberian Makanan
Pendamping ASI terlalu dini ada dua yaitu :
1. Resiko jangka pendek
a. Pengenalan makanan selain ASI kepada diet bayi akan
menurunkan frekuensi dan intensitas pengisapan bayi, yang
akan merupakan resiko untuk terjadinya penurunan produksi
ASI.
b. Pengenalan serealia dan sayur-sayuran tertentu dapat
mempengaruhi penyerapan zat besi dari ASI sehingga
menyebabkan defesiensi zat besi dan anemia.
c. Resiko diera meningkat karena makanan tambahan tidak
sebersih ASI.
d. Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering
encer, buburnya berkuah atau berupa sup karena mudah
dimakan oleh bayi. Makanan ini memang membuat lambung
penuh, tetapi memberi nutrient lebih sedikit dari pada ASI
sehingga kebutuhan gigi/ nutrisi akan tidak terpenuhi.
e. Anak mendapat faktor perlindungan dari ASI lebih sedikit,
sehingga resiko infeksi meningkat.
f. Anak akan minum ASI lebih sedikit, sehingga akan lebih
sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak.
2. Resiko jangka panjang
a. Obesitas
Kelebihan dalam memberikan makanan adalah resiko utama
dari pemberian makanan yang terlalu dini pada bayi.

11
Konsekuensi pada usia-usia selanjutnya adalah terjadi
kelebihan berat badan ataupun kebiasaan makan yang tidak
sehat.
b. Hipertensi
Kandungan natrium dalam ASI yang cukup rendah (±
15mg/100ml). Namun masukan dari diet bayi dapat
meningkat drastis jika makanan telah dikenalkan.
Konsekuensi dikemudian hari akan menyebabkan kebiasaan
makan yang memudahkan terjadinya gangguan hipertensi.
c. Arterioskeloris
Pemberian makanan pada bayi tanpa memperhatikan diet
yang mengandung tinggi energi dan kaya akan kolesterol
serta lemak jenuh, sebaliknya kandungan lemak tak jenuh
yang rendah dapat menyebabkan terjadinya arterioskeloris
dan penyakit jantung iskemik.
d. Alergi makanan
Belum matangnya system kekebalan dari usus pada umur
yang dini dapat menyebakan alergi terhadap makanan.
Manifestasi alergi secara klinis meliputi: gangguan
gastrointestinal, dermatologis, gangguan pernapasan
sampai terjadi syok anafilaktik.
2.1.10 Prinsip Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI
Menurut Riksani (2012) ada bebarapa prinsip pedoman
Pemberian Makanan Pendamping ASI antara lain :
1. Lanjutkan pemberian ASI sesuai keinginan bayi (on demand)
sampai bayi berusia 2 tahun atau lebih.
2. Lakukan, yaitu dengan merapkan prinsip asuhan psikososial.
Sebaiknya, ibu memberikan makanan secara pelan dan sabar,
berikan dorongan agar bayi mau makan, tetapi jangan
memaksanya untuk makan, ajak bayi untuk bicara, dan
pertahankan kontak mata. Pada awal-awal pemberian makanan
pendamping, bayi membutuhkan waktu untuk beradaptasi
dengan jenis makanan yang baru yang ia temui.
3. Jagalah kebersihan setiap makanan yang disajikan. Terapkan
pola makanan yang tepat.

12
4. Memulai pemberian makanan pendamping setelah bayi berusia 6
bulan dalam sejumlah sedikit. Secara bertahap, ibu bisa
menambah jumlahnya sesuai usia bayi.
5. Sebaiknya, variasi makanan secara bertahap ditambah agar bayi
bisa merasakan segala macam citarasa.
6. Frekuensi makanan ditambah secara bertahap sesuai
pertambahan usianya, yaitu 2-3 kali sehari pada usia 6-8 bulan
dan 3-4 kali sehari pada usia 9-24 bulan. Dengan tambahan
makanan selingan 1-2 kali bila diperlukan.
7. Berilah variasi makanan yang kaya akan zat besi
8. Usahakan untuk membuat sendiri makanan yang akan diberikan
kepada bayi dan hindari makanan instant. Jika terpaksa
memberikan makanan instant sebaiknya anda bijak dalam
melihat dalam komposisi nutrisi yang terkandung didalam nya.
9. Saat anak anda mengalami sakit, tambahkan asupan cairan
(terutama berikanlah air susu lebih sering) dan dorong anak
untuk makan makanan yang lunak yang ia senangi.
2.1.11 Waktu Pemberian Makanan Pendamping ASI
Menurut Riksani(2012) untuk memulai pemberian Makanan
Pendamping ASI, yang terpenting adalah kesiapan bayi untuk mulai
menerimanya. Berikut adalah tanda-tanda yang dapat diperhatikan
pada bayi untuk menunjukkan kesiapan untuk menerima makanan
pendampin yaitu:
1. Bayi dapat menegakkan dan mengontrol kepala dengan baik.
2. Bayi dapat duduk dengan bersandar tanpa dibantu.
3. Bayi menunjukkan minat terhadap makanan keluarga, seperti
memperhatikan ibu sedang makan dan berusaha meraih
makanan tersebut.

2.1.12 Faktor yang mempengaruhi pemberian makanan pendamping


ASI dini.
Pemberian Makanan Pendamping ASI terlalu dini juga dapat
dipengaruhi dari beberapa factor antara lain :
1. Factor predisposisi
a. Usia

13
Menurut Hurlock (dalam chairani, 2013) usia dapat
mempengaruhi cara berpikir, bertindak, dan emosi
seseorang. Usia lebih dewasa umumnya memiliki emosi
yang stabil disbanding dengan usai yang lebih muda. Usia
ibu akan mempengaruhi kesiapan emosi ibu. Usia ibu terlalu
muda saat hamil bisa menyebabkan kondisi fisiologis dan
psikologisnya belum siap menjadi ibu. Hal ini dapat
mempengaruhi kehamilan dan pengasuhan anak. Pada
umur 20-30 tahun merupakan idealnya rentang usia yang
aman untuk berproduksi dan pada umumnya ibu pada usia
tersebut memiliki kemampuan laktasi yang lebih baik
daripada yang berumur lebih dari 30 tahun.
b. Pendidikan
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhu orang lain baik individu, kelompok, atau
masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan. Ibu dengan tingkat
pendidikan yag lebih tinggi cenderung memberikan susu
botol lebih dini dan ibu yang mempunyai pendidikan formal
lebih banyak memberikan susu botol pada usia 2 minggu
dibandingkan ibu tanpa pendidikan formal. Tingkat
pendidikan mempengaruhi cara berpikir dan perilaku (Nauli,
2012).
c. Pengetahuan
Latar belakang pendidikan seseorang berhubungan dengan
tingkat pengetahuan jika tingkat pengetahuan gizi ibu baik,
maka diharapkan status gizi ibu dan balitanya juga baik.
Pengetahuan ibu berhubungan denga tingkat pengenalan
informasi tentang pemberian makanan tambahan pada bayi
usia kurang dari 6 bulan. Pengetahuan ibu tentang kapan
pemberian makanan tambahan, fungsi makanan tambahan,
makanan tambahan dapat meningkatkan daya tahan tubuh
dan resiko pemberian makanan pada bayi kurang dari 6
bulan sangatlah penting.Tetapi bayakibu-ibu yang tidak
mengetahui hal tersebut diatas sehingga memberikan

14
makanan tambahan pada bayi usia dibawah 6 bulan tanpa
mengetahui resiko yang timbul. Tingkat pendidikan
mempengaruhi kemampuan penerimaan informasi gizi.
Masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah akan lebih
kuat mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan
dengan makanan. Sehingga sulit menerima informsi baru
tentang gizi (Naulia, 2012).
d. Pekerjaan
Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan
maksud memperoleh atau membantu memperolej
penghasilan atau keuntunga untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Masyarakat pekerja memiliki peranan dan kedudukan
yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan
pembangunan, dimana dengan berkembangnya IPTEK
dituntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas dan mempunyai produktivitas yang tiggi sehingga
mampu meningkatkan kesejahteraan. Faktor pekerjaan ibu
adalah factor yang berhubungan dengan aktivitas ibu setiap
harinya untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi
kebutuhan hidupnya yang menjadi alas an pemberian
makanan tambahan pada bayi usia kurag dari 6 bulan.
Pekerjan ibu bisa saja dilakukan dirumah, ditempat kerja
baik yang dekat maupun jauh dari rumah. Ibu yang belum
bekerja sering memberikan makanan tambahan dini dengan
alasan melatih atau mencoba agar pada waktu ibu mulai
bekerja bayi sudah terbiasa (Nauli 2012).

e. Pendapatan
Pendapatan adalah salah satu faktor yang berhubungan
dnegan kondisi keuangan yang menyebabkan daya beli
untuk makanan tambahan menjadi lebih besar. Pendapatan
menyangkut besarnya penghasilan yang diterima, yang jika
dibandingkan dengan pengeluaran, masih memungkinkan
ibu memberikan makanan tambahan bagi bayi usia kurang
dari 6 bulan. Biasanya semakin baik perekonomian keluarga

15
maka daya beli akan makanan tambahan juga mudah,
sebaliknya semakin buruk perekonomian keluarga, maka
daya beli akan makanan tambahan lebih sukar tingkat
penghasilan keluarga dengan pemberian Makanan
Pendamping ASI dini. Penurunanakn prevalensi menyusui
lebih cepat terjadi pada masyarakat golongan ekonomi
menengah keatas. Penghasilan keluarga yang lebih tinggi
berhubungan positif secara signifikan dengan pemberian
susu botol pada waktu dini makanan buatan pabrik (Naulia,
2012).
2. Faktor Pendorong
a. Pengaruh Iklan
Sumber informasi diduga berpengaruh dalam pemberian
susu formula. Media masa khususnya televisi, radio,
memiliki pengaruh yang besar terhadap pemberian susu
formula, karena iklan pada media tersebut produsen
berusaha menampilkan kelebihan dari beberpa produk
mereka yang sangat penting bagi pertumbuhan bayi,
sehingga sering kali ibu beranggapan bahwa susu formula
lebih baik dari ASI (Chairani, 2013).
3. Faktor Pendukung
a. Dukungan petugas kesehatan
Petugas kesehatan adalah orang yang mengerjakan sesuatu
pekerjaan dibidng kesehatan atau orang mampu melakukan
dibidang kesehatan. Faktor petugas kesehatan adalah
kualitas petugas kesehatan yang akhirnya menyebabkan ibu
memilih untuk memberikan makanan tambahan pada bayi
atau tidak. Petugas kesehatan sangat berperan dalam
memotivasi ibu untuk tidak memberikan makanan tambahan
pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Biasanya, jika dilakukan
penyuluhan dan pendekatan pada ibu yang memiliki bayi
usia kurang dari 6 bulan, maka pada umumnya ibu mau
patuh dan menututi nasehat petugas kesehatan, oleh karena
itu petugas kesehatan diharapkan menjadi sumber informasi
tentang kapan watu yang tepat memberikan makanan

16
tambahan dan resiko pemberian makanan tambahan dini
pada bayi (Naulia, 2012).
b. Dukungan Keluarga
Menurut Afifa(dalam chairani 2013) lingkungan keluarga
merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan ibu menyusui bayi secara eksklusif. Keluarga
(suami, orang tua, mertua,ipar, dan sebagainya) perlu
diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan
bantuan keluarga untuk berhasil menyusui secara eksklusif,
misalnya dengan cara menggantikan sementara tugas ibu
rumah tangga seperti memasak, mencuci, dan
membersihkan rumah.

2.2 Konsep Diare


2.2.1 Definisi Diare
Diare merupakan sindrom penyakit yang ditandai dengan
perubahan bentuk dan konsistensi tinja melambat sampai mencair,
serta bertambahnya frekuensi buang air besar dari biasanya hingga
tiga kali atau lebih dari sehari. Dengan ungkapan lain, Diare adalah
buang iar besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cairan. Kandungan air dalam tinja lebih banyak dari
biasanya ( 100-200 ml perjam tinja) atau frekuensi buang air besar
lebih dari empat kali pada bayi dan tiga kali pada anak (Vida Maya,
2012).
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair.
Buang air besar yng tidak normal dan bentuk tinja yang cair disertai
dengan frekuensi yang lebih dari biasanya. Bayi dikatakan diare
apabila sudah lebih dari tiga kali buang air besar sedangkan
neonates dikatakan diare apabila sudah lebih dari empat kali buang
air besar (Proverawati, 2010).
Jadi kesimpulannya diare adalah suatu keadaan penyakit
yang ditandai dengan pengeluaran tinja yang tidak normal dan
konsistensi tinja yang mencair frekuensi lebih dari 3 kali dalam
sehari.
2.2.2 Jenis- Jenis Diare

17
Menurut Maryanti (2011), jenis-jenis diare yaitu :
1. Diare akut
Dimulai dengan keluarnya tinja yang cair tanpa terlihat adanya
darah yang berakhir dalam 14 hari dan biasanya kurang dari 7
hari.
2. Diare kronis
Diare dengan terlihat darah didalam tinja, keluar tinja sedikit-
sedikit dan sering anak yang lebih besar akan mengeluh sakit
perut, sakit waktu BAB. Efek yang lama anorexia kehilangan
berat badan yang cepat dan kerusakan mukosa usus karena
invasi bakteri .
3. Diare persisten
Diare yang berakhir 14 hari atau lebih. Episodenya dapat dimulai
dengan diare akut atau disentri, kehilangan BAB yang nyata
sering terjadi dehidrasi .
2.2.3 Gejala Diare
Menurut Wijoyo(2013), gejala diare atau mencret ialah tinja
yang encer dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam sehari, yang
kadang disertai dengan muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak
ada nafsu makan dan terdapat darah dan lendir dalam kotoran. Rasa
mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan
oleh infeksi virus. Secara tiba-tiba dapat menyebabkan diare ,
muntah, tinja berdarah, demam , penurunan nafsu makan atau
kelesuan selain itu, dapat menyebabkan sakit perut dan kejang perut
serta gejala-gejala lain seperti flu, misalnya agak demam, nyeri otot,
atau kejang dan sakit kepala.
Gejala diare umumnya terjadi pada anak-anak ialah bayi atau
anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan meninggi, tinja bayi
encer, berlendir, atau berdahak, warna tinja kehijauan akibat
bercampur dengan cairan empedu, anus dan lecet, gangguan gizi
akibat intake asupan makanan yang kurang, muntah baik sebelum
maupun sesudah diare, hipoglikemia (menurunnya kadar gula dalam
darah), dehidrasi yang ditandai dengan berkurangnya berat badan,
ubun-ubun besar cekung, tonus, dan turgor kulit berkurang,dan
selaput lendir, mulut dan bibir kering , nafsu makan berkurang.

18
2.2.4 Konsistensi Feses
Menurut Wijoyo (2013), Konsistensi feses yang dikeluarkan
selama buang air besar (BAB) memeliki berbagai bentuk. Sebagai
penentu adanya diare, terdapat berbagai konsistensi feses sebagai
berikut:
1. Tipe 1 :Gumpalan keras terpisah, seperti kacang (keras sekali
saat keluar)
2. Tipe 2 :Bentuknya seperti sosis tetapi bergumpal-gumpal
3. Tipe 3 : Bentuknya seperti sosis tetapi ada retakan
dipermukaannya
4. Tipe 4 : bentuknya seperti sosis atau ular, lembut dan lunak
5. Tipe 5 :bergumpal lunak, tepinya tumpul ( keluarnya lancar atau
mudah)
6. Tipe 6 :potongan –potongan lunak dengan tepi bergerigi, tinja
seperti bubur
7. Tipe 7 :Cair, tidak ada potongan-potongan padat. Semuanya
encer
Berdasarkan urairan di atas terdapat berbagai kondisi feses
sebagai berikut:
1. Kondisi normal, yaitu konsistensi feses tipe 3 dan 4
2. Kondisi konstipasi, yaitu konsistensi feses tipe 1 dan 2
3. Kondisi diare, yaitu konsistensi feses tipe 5,6 dan 7
2.2.5 Etiologi Diare
Menurut Banister (2006) dalam wijoyo( 2013) diare bukanlah
penyakit yang datang dengan sendirinya melainkan pemicunya.
Pemicu secara umum berikut ini beberapa penyebab diare.
1. Diare Karena infeksi oleh bakteri, virus, atau parasit
a. Diare karena virus
Diare karena virus disebabkan oleh rotavirus dan
adenovirus. Virus ini melekat pada sel- sel mukosa usus,
akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak sehingga
kapasitas resorpsi menurun dan sekresi air maupun elektrolit
meningkat. Diare yang terjadi bertahan terus sampai
beberapa hari (3-6 hari) sesudah itu virus yang paling umum
sebagai virus yang paling umum sebagai virus pathogen

19
yang menyebabkan 70-75% viral gastroenteritis, sedangkan
rotavirus menyebabkan 12% viral gastroenteritis. Anak
dengan usia 3-24 bulan paling banyak mengalami kasus
infeksi rotavirus. Gejala yang biasa timbul akibat infeksi
rotavirus , yaitu muntah, demam,mual dan diare cair akut.
Kondisi ini dalam waktu 5-8 hari. Diare karena virus
norovirus biasanya disertai dengan gejala muntah tiba-tiba,
mual, sakit kepala, badan pegal-pegal(myalgia), demam,
dan diare cair.
b. Diare karena makanan
Adanya intoleransi terhadap makanan dapat memicu diare.
Alergi terhadap laktosa, banyak terjadi pada bayi dan balita
karena tubuhnya tidak mempunyai atau hanya sedikit
memiliki enzim lactose yang berfungsi mencerna laktosa
yang terkandung dalam susu sapi. Makanan yang
mengandung lemak tinggi dan makanan terlalu pedas atau
mengandung terlalu banyak serat dan kasar .
Menurut Fida dan Maya (2012) anak yang mengalami
diare disebabkan oleh infeksi virus (enterovirus dan rotavirus), bakteri
(etamuba coli, salmonella dan sigella), atau parasit (cacing dan
jamur). Akan tetapi, tida sedikit diare yang disebabkan oleh faktor
alerhi komponan makanan, keracunan, dan malasorpsi nutrisi.
Sebenarnya,diare bukanlah penyakit melainkan pertanda adanya
bahaya dalam saluran pencernaan anak sehingga usus berusaha
mengeluarkan kuman tersebut dan terjadinya diare. Beberapa yang
menjadi penyebab terjadinya diare pada anak diantaranya:
1. Infeksi oleh bakteri, virus,atau parasite
2. Alergi terhadap makanan atau obat tertentu.
3. Infeksi oleh bakteriatau virus yang menyertai penyakit lain,
seperti campak, infeksi telinga, infeksi tenggorokan, malaria dan
sebagainya.
Selain beberapa faktor tersebut kesehatan lingkungan, tingkat
pendidikan, pekerjaan orang tua, usia anak, asupan gizi, sosial
ekonomi, dan makanan serta minuman yang di konsumsi juga
berpotensi sebagai penyebab diare.

20
2.2.6 Manifestasi Klinis Terhadap Diare
Menurut Fida dan Maya (2012) selain terjadi perubahan
pada tinja anak yang terkena diare juga mengalami kondisi seperti:
1. Muntah
2. Badan terlihat lesu dan lemah
3. Panas
4. Kurang nafsu bahkan tidak memiliki nafsu makan
5. Keluarnya darah serta lendir yang menyertai kotoran.
2.2.7 Faktor Resiko Diare Pada Bayi
Faktor risiko terjadinya diare pada bayi menurut Pangesti
(2016) antara lain :
1. Faktor perilaku antara lain :
a. Tidak memberikan Air Susu Ibu /ASI( ASI eksklusif)
b. Memberikan makanan pendamping (MP-ASI) terlalu dini
akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman dan
terjadinya diare. Makanan pendamping ASI yang tepat
biasanya diberikan 3 kali sehari. Pemberian MP-ASI yang
berlebihan atau diberikan lebih dari 3 kali sehati dapat
mengakibatkan terjadinya diare.
c. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko
terkena penyakit diare karena sangat sulit untuk
membersihkan botol susu.
d. Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakau sabun
sebelum memberi ASI/makan, setelah Buang Air
Besar(BAB), dan setelah memberikan BAB anak.
e. Penyimpanan makanan yang tidak higenis.
2. Faktor lingkungan antara lain:
a. Ketersediaam air bersih yang tidak memadai, kurangnya
ketersedian Mandi Cuci Kakus (MCK)
b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk.
Disamping faktor resiko tersebut diatas ada beberapa faktor
dri penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan
untuk diare antara lain :kurang gizi / malnutrisi terutama
anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan
penderita campak. Sedangkan menurut Hortono (2008),

21
pemberian makanan tambahan seharusnya diberikan pada
saat bayai berumur 6 bulan keatas. Beberapa enzim
pemecahan protein seperti asam lambung, pepsin, lipase,
enzim amilase, akan diproduksi sempurna pada saat bayi
berusia 6 bulan. Pada bayi yang berumur 0-12 bulan rentan
terkena diare dikarena enzim laktosa dalam usus
kerapatannya belum sempurna sehingga sulit untuk
menguraikan kuman-kuman yang masuk sehingga bayi
diare.
2.2.8 Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare
menurut Proverawati (2010), antara lain :
1. Gangguan ostimotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap
oleh tubuh akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus
untuk mengeluarkan isi dari usus sehingga timbul diare.

2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin pada dinding
usus yang akan terjadi peningkatan sekresi air, dan eletrolit yang
berlebihan ke dalam ronggga usus, sehingga terjadi peningkatan
isi dari rongga usus yang merangsang pengeluaran isi dari
rongga usus sehingga timbul diare.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
bagi usus untuk menyerap makanan yang masuk sehingga
timbul diare. Sebaliknya apabila peristaltic usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan didalam rongga usus,
sehingga menyebabkan diare pula
2.2.9. Komplikasi Diare
Menurut Sudarti (2013), dehidrasi akibat kekurangan cairan
dan elektrolit, yang di bagi menjadi:
1. Diare dehidrasi berat

22
Kategori dehidrasi berat, yakni apabila cairan tubuh yang hilang
lebih dari 10%, terdapatnya tanda letargis atau mengantuk atau
tidak sadar, mata cekung serta turgor kulit jelek (Hidayat, 2009).
2. Diare dehidrasi sedang
Menurut Wijoyo (2013), kategori dehidrasi sedang, apabila cairan
tubuh yang hilang sebesar 6-10%. Ditemukan tandanya yaitu:
a. Gelisah dan cengeng.
b. Kehausan, mata cekung
c. Kulit keriput, misalnya dicubit kulit dinding perut, kulit tidak
segera kembali posisi ke semula.
3. Diare dehidrasi ringan
Kategori dehidrasi, yakni apabila cairan tubuh yang hilang
sebesar 3-5% dan tidak ada keluhan atau gejala yang
mencolok.Tandanya pada anak, yaitu bibir kering, terlihat agak
lesu, haus, dan agak rewel.
2.2.10 Epidemiologi Penyakit Diare
Menurut Pangesti (2016), kuman penyebab diare menyebar
melalui mulut (oralfecal) antara lain melalui makanan atau minuman
akibat tercemar oleh feses dan atau kontak langsung dengan feses
penderita akan tetapi ada beberapa perilaku khusus yang dapat
menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan resiko
terjadinya diar, perilaku yang dimaksud adalah :
1. Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh untuk waktu
4-6 bulan. Resiko untuk menderita diare berat beberapa kali lebih
besar pada bayi yang tidak diberi ASI dibandingkan dengan bayi
diberi ASI penuh, resiko kematian karena diare juga lebih besar.
2. Penggunaan botol susu yang tidak bersih, penggunaan botol ini
memudahkan pencernaan oleh kuman yang berasal dari feses
dan sukar dibersihkan. Sewaktu susu dimasukkan kedalam botol
yang tidak bersih, maka akan terjadi kontaminasi kuman dan bila
tidak segera diminum kuman akan tumbuh.
3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, kalau makanan
dimasak dan disimpan untuk digunakan kemudian, keadaan ini
memudahkan terjadi pencemaran, seperti kontak dengan
permukaaan alat-alat yang terpapar, karena makanan yang

23
disimpan beberapa jam pada suhu kamar, kuman dapat
berkembang biak.
4. Penggunaan air minum yang tercemar bakteri feses, air mungkin
terpapar dari sumbernya atau pada saat disimpan dirumah.
Pencemaran di rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan
tidak tertutup, atau apabila tangan yang tercemar kuman
mengenai air sewaktu mengambilnya, dari tempat penyimpanan.
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah
membuang feses, atau sebelum memasak makanan.
6. Membuang feses (termasuk feses bayi) dengan tidak benar, ada
anggapan masyarakat bahwa feses bayi tidak membahayakan
kesehatan, Padahal sebenarnya feses bayi mengandung virus
atau bakteri dalam jumlah besar. Feses binatang dapat pula
menyebabkan infeksi pada manusia.
2.2.11 Penatalaksanaan Diare
Menurut Fida dan Maya (2012) jika tidak mendapatkan
penanganan yang tepat, anak akan menderita diare,
pertumbuhannya bisa terganggu karena kurangnya asupan gizi.
Bahkan diare dapat berakibat kematian bila dehidrasi tidak ditangani
dengan baik. Sebenarnya, sebagian besar diare bisa sembuh sendiri
(self limiting disease) asalkan dicegah terjadinya dehidrasi yang
merupakan penyebab kematian. Untuk menghindari akibat yang fatal,
orang tua dan ahli kesehatan harus melakukan pengobatan yang
tepat dan akurat. Ada beberapa prinsip pengobatan terhadap diare
diantaranya sebagai berikut :
1. Rehidrasi
Ketika seorang anak mengalami diare, banyak cairan yang
keluar dari tubuhnya. Oleh Karena itu, diperlukan penggantian
cairan yang hilang atau disebut rehidrasi. Pemberian cairan ini
bisa melalui mulut (diminum) maupun infus (jika anak mengalami
dehidrasi berat).
2. Memberi asupan gizi yang baik
Saat anak menderita diare banyak zat yang dibutuhkan oleh
tubuh dikeluarkan bersama tinja. Oleh karena itu, makanan dan
asupan nutrisi yang memadai harus tetap diberikan agar anak

24
memiliki energy yang cukup, sehingga dapat membantu
pemulihan kesehatannya.
3. Pemberian obat seperlunya
Pemberian obat secara berlebihan bukanlah cara yang tepat
dalam mengatasi diare yang diderita oleh anak. Bahwa hal itu
dapat mengakibatkan diare kronis. Sebab itu sebagian besar
diare bisa disembuhkan tanpa pemberian antibiotic dan antidiare.
2.2.12 Pencegahan Diare
Menurut Fida dan Maya (2012) biasanya diare menyebar dan
menginfeksi anak melalui 4 faktor yaitu food, feces, fly, finger. Oleh
karena itu, untuk mencegah agar penyakit ini tidak menyebar dan
menular, cara yang paling praktis adalah memutus rantai penularan
tersebut. Faktor kebersihan menjadi faktor yang terpenting untuk
menghindarkan anak dari penyakit diare
Adapun beragam upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah
menyebarnya dan menularnya diare adalah pemberian makanan
yang higienis, menyediakan air minum yang bersih, menjaga
kebersihan perorangan, membiasakan mencuci tangan sebelum
makan, buang air besarpada tempatnya, menyediakan tempat
pembuangan sampah yang memadai , membrantas lalan, dan
menjaga kebersihan lingkungan.

25
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian adalah seluruh dari perencanaan untuk menjawab
selama proses penelitian dan mengantipasi beberapa kesulitan yang
mungkin timbul selama penelitian. Desain yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode survey observasional analitik yaitu suatu penelitian yang
mencoba mengetahui mengapa masalah tersebut bisa terjadi. Tujuan dari
penelitian adalah untuk menganalisis tentang Hubungan Pemberian
Makanan Pendamping ASI Dini dengan Kejadian Diare Pada Bayi 0-12
Bulan.
Sesuai tujuan penelitian maka design penelitian yang digunakan
adalah “Cross Sectional”, pada penelitian ini dilakukan observasi atau
pengukuran data variabel independent dan variabel dependent yang dinilai
satu kali dalam waktu yang sama.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilakukan di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang,
waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2021

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


3.3.1 Variabel penelitian
Menurut Sugiyono (2014) variabel penelitian adalah suatu
atribut atau sifat nilai dari seseorang objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi yang tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Definisi lain
mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai
ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan
penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu misalnya umur,
jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan,
pengetahuan ,penyakit dan sebagainya (Notoadmodjo, 2010).
Dalam penelitian yang dilakukan penulis terdiri dari dua
variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.
1. Variabel independent atau variabel bebas
Variabel Independent adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
penelitian dependen (terikat) (Sugiyono, 2014). Variabel
independent dalam penelitian ini adalah Pemberian Makanan
Pendamping Asi Dini (x).
2. Variabel dependent atau terikat
Variabel dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat karena adanya variabel independen/bebas
(Sugiyono, 2014). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
Kejadian Diare Pada Bayi 0-12 bulan (Y).
3.3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah untuk membatasi ruang lingkup
atau pengertian variabel-variabel diamati atau diteliti, perlu sekali
variabel-variabel tersebut di beri batasan. Defenisi operasional juga
bermanfaat untuk mengarahkan pada suatu pengukuran atau
pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta
pengembangan instrument atau alat ukur (Notoatmodjo, 2010)
Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini
adalah seperti terlihat pada tabel 3.1 dibawah ini.
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Pemberian Makanan
Pendamping ASI Dini dengan Kejadian Diare pada Bayi
0-12 Bulan Di Kelurahan Sumbersekar Kecamatan Dau
Kabupaten Malang
Konsep Variabel Indikator Item Skor
Hubung Variabel 1. Jenis makan a. Makanan lumat 3
an bebas (X) an pen b. Makanan lunak 2
Pembe Pemberi damping ASI c. Makanan padat 1
rian an maka
makan nan pen 2. Waktu a. Setelah bayi 6 bulan 3
an damping pemberian b. Bayi berusia 4-6 bulan 2
Pendam ASI Dini MPASI c. Bayi berusia 1-3 bulan 1
ping ASI
Dini Variabel 1. Konsisten si a. Padat 3
Dengan terikat Feses b. Cair berlendir, ampas 2
Kejadian (Y) c. Lembek, cair 1
Diare Kejadian
pada Diare 2. Frekuensi a. <5×sehari 3
Bayi 0- BAB b. 5-6× sehari 2
12 bulan c. >7× sehari 1

3. Dehidrasi a. Tidak dehidrasi 3


b. Ringan 2
c. Berat 1
3.4 Populasi, sampel, dan teknik sampling

27
3.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
akan diteliti (Notoamodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah
ibu yang mempunyai bayi sebanyak 65 orang yang berada di
kelurahan Sumbersekar Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang akan
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012).
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 responden
yang mengalami diare.
3.4.3 Teknik Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk
dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara yang
ditempuh dalam mengambil sampel agar memperoleh yang sesuai
dengan keseluruhan subyek penelitian.
Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan yaitu
teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2016:85) bahwa:
“purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu.”Oleh karena itu, peneliti memilih
teknik Purposive Sampling yang menetapkan pertimbangan-
pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh
sampel-sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun kriteria
yang dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu:
1. Kriteria Inklusi
a. Ibu yang memiliki bayi yang mengalami diare
b. Ibu yang memiliki bayi 0-12 bulan
c. Ibu yang memberikan Makanan Pendamping ASI dini dan
tidak memberikan MP-ASI dini
d. Ibu yang bersedia menjadi responden
2. Kriteria Eksklusi
a. Ibu yang memiliki bayi tidak mengalami diare
b. Ibu yang memiliki anak >12 bulan
c. Ibu yang tidak bersedia menjadi responden
3.5 Pengumpulan Data

28
Menurut (Nursalam, 2011) bahwa pengumpulan data adalah suatu
proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik
subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian. Pengumpulan data dilakukan
untuk mendapatkan suatu informasi yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan
penelitian.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan metode
obsevasi, kuensioner, wawancara, dan dokumentasi.
1. Observasi
Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati
langsung, melihat dan mengambil suatu data yang dibutuhkan ditempat
penelitian itu dilakukan.Observasi juga bisa diartikan sebagai proses
yang kompleks. Pengumpulan data yang dilakukan di Desa
Sumbersekar Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
2. Kuensioner
Kuesioner atau angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahuinya (Arikunto,
2010).
3. Wawancara
Metode wawancara atau sering juga disebut dengan interview atau
kuensioner lisan merupakan sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara (interview) untuk menilai keadaan seseorng, misalnya
untuk mencari data tentang variabel latar belakang bayi, orang tua,
pendidikan, perhatian, sikap, terhadap sesuatu (Arikunto, 2010).
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui tatap muka langsung dengan narasumber dengan
cara tanya jawab langsung.Wawancara dilakukan dengan ibu-ibu yang
mempunyai bayi.
4. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan
mengambil data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut
dapat berupa gambar, tabel, atau daftar periksa film documenter
(Hidayat, 2010).
Suatu pengumpulan data dengan cara melihat langsung sumber-sumber
dokumentasi yang terkait. Dengan arti lain bahwa dokumentasi sebagai

29
pengambilan data melalui dokumen tertulis maupun elektronik.
Digunakan sebagai mendukung kelengkapan data yang lain.

3.6 Analisis Data


Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh
responden atau sumber data lain terkumpul. Teknik analisa data dalam
penelitian kuantitatif menggunakan statistik deskriptif yang digunakan untuk
menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode model regresi linier
sederhana.
Data yang diperoleh kemudian akan dianalisa data secara kuantitatif
menggunakan perhitungan Regresi linear sederhana (Hidayat, 2011) dengan
rumus:
Model linier yang digunakan adalah:
Y= a + bx
Dimana:
Y = Variabel terikat (Kejadian Diare )
Untuk menghitung statistik dari persamaan regresi ldiatas, digunakan
Rumus :

b=
a = Y – bX

=
Untuk menguji hipotesis
H0 : β1 = 0
H1 : β1 ≠ 0
Dilakukan dengan menghitung :
Thitung = b/Sb

Sb=
Hipotesa,Bilamana:

30
1. T hitung > t0,05 berarti variabel bebas dalam hal ini Pemberian makanan
Pendamping ASI Dini mempunyai hubungan atau pengaruh yang
signifikan terhadap Kejadian Diare pada Bayi 0-12 bulan.
2. t hitung ≤ t0,05 berarti variabel bebas Pemberian makanan Pendamping ASI
Dini tidak mempunyai hubungan atau pengaruh yang signifikan terhadap
Kejadian Diare pada Bayi 0-12 bulan.
Untuk menjaga validitas analisis, maka seluruh proses analisis
statistik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini,
menggunakan alat bantu komputer program SPSS (Statistika Program For
Social Sciens) for Windows. Dengan demikian uji asumsi dapat diamati
secara langsung dari hasil “Print Out” komputer.

31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian


Penelitian ini mendeskripsikan mengenai hubungan pemberian
makanan pendamping asi dini dengan kejadian diare pada bayi 0-12 bulan di
Kelurahan Sumbersekar Kecamatan Dau Kabupaten Malang, di dapatkan
beberapa data tentang karakteristik responden, yaitu usia, pendidikan dan
pekerjaan. Berdasarkan hasil tersebut maka karakteristik responden dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Tingkat Umur Responden
Untuk mengetahui umur responden dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut :
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
No Umur Frekuensi (F) Presentase (%)
1 20-35 Tahun 26 86,7
2 > 35 Tahun 4 13,3
3 < 20 Tahun 0 0
Jumlah 30 100
Sumber: Data Diolah 2021
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui dari 30 orang ibu yang
mempunyai bayi 0-12 bulan yang mengalami diare di Kelurahan
Sumbersekar Kecamatan Dau Kabupaten Malang, didapatkan
responden dengan usia 20-35 tahun berjumlah 26 responden atau
86,7%, usia > 35 tahun berjumlah 4 responden atau 13,3%, dan usia
<20 tahun berjumlah 0 responden atau 0%.
2. Pendidikan Terakhir Responden
Untuk mengetahui pendidikan terakhir responden dapat dilihat
pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No Pendidikan Ferkuensi (f) Presentase (%)
1 SMA 21 70
2 SMP 5 16,7
3 Sarjana 4 13,3
Jumlah 30 100
Sumber: Data Diolah 2021
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui dari 30 orang ibu yang
mempunyai bayi 0-12 bulan yang mengalami diare di Kelurahan
Sumbersekar Kecamatan Dau Kabupaten Malang, didapatkan
responden dengan latar belakang pendidikan terakhir yakni SMA
berjumlah 21 responden atau 70%, SMP berjumlah 5 responden atau
16,7%, dan Sarjana berjumlah 4 responden atau 13,3%.
3. Tingkat Pekerjaan Responden
Untuk mengetahui tingkat pekerjaan responden dapat dilihat
pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Ferkuensi (f) Presentase (%)
1 IRT 20 66,7
2 Swasta 6 20
3 PNS 4 13,3
Jumlah 30 100
Sumber: Data Diolah 2021
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui dari 30 orang ibu yang
mempunyai bayi 0-12 bulan yang mengalami diare di Kelurahan
Sumbersekar Kecamatan Dau Kabupaten Malang, didapatkan
responden memiliki pekerjaan sebagai IRT berjumlah 20 responden
atau 66,7%, memiliki pekerjaan sebagai swasta berjumlah 6 responden
atau 20%, dan memiliki pekerjaan sebagai PNS berjumlah 4 responden
atau 13,3%

4.2 Analisis Hasil Pengujian


Analisis data penelitian ini untuk mengukur “hubungan pemberian
makanan pendamping asi dini dengan kejadian diare pada bayi 0-12 bulan di
Kelurahan Sumbersekar Kecamatan Dau Kabupaten Malang” di sajikan
pada tabel – tabel berikut:
1. Nilai Rata-Rata, Deskripsi, dan Analisis regresi
Tabel 4.4 Nilai Rata-Rata Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini
(X), Dan Kejadian Diare (Y)
Variabel Nilai
N
Terendah Tertinggi Rata-rata
Pemberian makanan 30 2 6 3,40
pendamping ASI dini (X)
Kejadian diare (Y) 30 3 9 5,20
Sumber: Data Diolah 2021
Berdasarkan dari tabel 4.4 didapatkan bahwa nilai terendah
variabel pemberian makanan pendamping ASI dini (X) adalah 2, nilai
tertinggi 6 dengan rata-rata 3,40. Nilai rata-rata mendekati nilai terendah

33
membuktikan bahwa dalam penelitian ini banyak permasalahan tentang
pemberian makanan pendamping asi dini dalam penelitian ini.
Variabel kejadian diare (Y) adalah nilai terendah 3, nilai tertinggi
9 dengan rata-rata 5,20. Nilai rata-rata mendekati nilai terendah
membuktikan bahwa dalam penelitian ini banyak permasalahan tentang
kejadian diare pada bayi 0-12 bulan di Kelurahan Sumbersekar
Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
Analisis regresi linier sederhana hubungan pemberian makanan
pendamping asi dini dengan kejadian diare pada bayi 0-12 bulan di
Kelurahan Sumbersekar Kecamatan Dau Kabupaten Malang adalah
sebagai berikut:
Y= a + bx
Y= 0,465 + 0,551X
Dari persamaan tersebut didapatkan nilai konstanta positif dan
nilai koefisien regresi positif. Semakin meningkat pemberian makanan
pendamping ASI dini maka semakin meningkat kejadian diare pada bayi
0-12 bulan, begitu juga sebaliknya. Dalam hal ini berarti setiap kenaikan
satu variabel X akan mempengaruhi variabel Y sebesar 0,551 dengan
nilai konstanta sebesar 0,465.
2. Hasil Analisis Penelitian
Tabel 4.5 Analisis Ragam Regresi Hubungan Pemberian Makanan
Pendamping Asi Dini Dengan Kejadian Diare Pada Bayi 0-12
Bulan Di Kelurahan Sumbersekar Kecamatan Dau Kabupaten
Malang
Sumber Derajat Jumlah Jumlah kuadran Fhitung F0,05
Variasi Bebas Kuadran Tengah
Regresi 35.312 1 35.312 68.834 4.20
Galat 14.377 28 0.513
Total 49.689 29
Sumber: Data Diolah 2021
Berdasarkan tabel 4.5 analisis ragam regresi di dapatkan nilai F
hitung sebesar 68,834 > dari nilai F 0,05 (4,20) artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara variabel pemberian makanan
pendamping ASI dini (X) dengan kejadian diare (Y).
Tabel 4.6 Analisis Koefisien Determinasi Hubungan Pemberian
Makanan Pendamping Asi Dini Dengan Kejadian Diare Pada
Bayi 0-12 Bulan Di Kelurahan Sumbersekar Kecamatan Dau
Kabupaten Malang
Variabel Rsquare thitung t0,05
Variabel (X) terhadap (Y) 0,690 8.476 2.045
Sumber: Data Diolah 2021

34
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel bebas yang ditentukan melalui
nilai t hitung. Nilai t hitung variabel pemberian makanan pendamping
ASI dini (X) sebesar 8.476 > ttabel 2.045 artinya terdapat pengaruh
yang signifikan antara pemberian makanan pendamping ASI dini (X)
dengan kejadian diare (Y).
Nilai Rsquare sebesar 0.690 artinya pemberian makanan
pendamping asi berpengaruh terhadap kejadian diare pada bayi 0-12
bulan di Kelurahan Sumbersekar Kecamatan Dau Kabupaten Malang
sebesar 69%, sedangkan 31% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak diteliti.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai t hitung variabel
pemberian makanan pendamping ASI dini (X) sebesar 8.476 > ttabel 2.045
artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian makanan
pendamping ASI dini (X) dengan kejadian diare (Y). Penelitian ini relevan
dengan teori penelitian menurut Sri Wahyu Ningsih (2019) menyatakan
bahwa diare merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati namun
diare yang berlangsung dalam durasi panjang dan terjadi dehidrasi dapat
menimbulkan kematian. Salah satu faktor risiko terjadinya diare pemberian
makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tidak tepat. Dinas Kesehatan DI
Yogyakarta tahun 2016 dalam Surveilans Terpadu Penyakit (STP) diare
peringkat pertama dari sepuluh besar penyakit yang paling banyak dijumpai
kasusnya di puskesmas. Laporan Dinas Kesehatan D.I Yogyakarta tahun
2017 diare pada bayi usia 0-≤12 bulan di Kabupaten Bantul 1.598 bayi,
Kabupaten Gunung Kidul 612 bayi, Kota Yogyakarta 547 bayi, Kabupaten
Sleman 394 bayi, dan Kabupaten Kulon progo 98 bayi. Tujuan penelitian
untuk mengetahui hubungan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI)
dini dengan kejadian diare pada bayi usia 0-12 bulan Metode Penelitian
dengan jenis penelitian yang digunakan observasional analitik dengan
pendekatan case control. Penelitian dilaksanakan pada 05 April – 23 Mei
2019. Populasi studi penelitian ini adalah bayi usia 0-12 bulan di wilayah
kerja Karangmojo II Kabupaten Gunung Kidul. Sampel untuk masing-masing
kelompok kontrol dan kasus yaitu 33 bayi. Analisis data menggunakan Chi

35
Square dan Contingency Coefficient. Hasil penelitian terdapat hubungan
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini dengan kejadian diare
pada bayi usia 0-12 bulan dengan nilai p value = 0,004 dan OR 4,781.
Kekuatan hubungan pemberian makanan pendamping ASI dengan kejadian
diare pada bayi usia 0-12 bulan yaitu hubungan lemah (0,33). Kesimpulan
ada pengaruh hubungan pemberian makanan pendamping ASI dini dengan
kejadian diare pada bayi usia 0-12 bulan.
Penelitian ini juga sejalan menurut teori dari Wijoyo (2013) yang
menyatakan bahwa diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya,
melainkan terdapat pemicunya.Diare disebabkan oleh rotavirus dan
adenovirus, virus ini melekat pada sel-sel mukosa usus, akibatnya sel
mukosa usus menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi menurun dan
sekresi air maupun elektrolit meningkat.Akibat infeksi rotavirus, yaitu
muntah, demam, mual, dan diare cair akut.Akibat diare akut yaitu kehilangan
air dan elektrolit sehingga timbul dehidrasi, gangguan gizi, gangguan
absorpsi.
Jadi diare pada balita cukup berbahaya, karena dapat menimbulkan
kematian bayi maupun balita serta kejadian cukup tinggi setiap tahunnya.
Lima juta anak berusia kurang dari lima tahun meninggal setiap tahun akibat
diare. Kejadian diare pada balita salah satunya disebabkan oleh hygiene
termasuk pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian makanan, dimana
bayi sudah diberi makan selain ASI (Air Susu Ibu) sebelum usia 6 bulan.
Nilai F hitung sebesar 68,834 > dari nilai F 0,05 (4,20) artinya
terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pemberian makanan
pendamping ASI dini (X) dengan kejadian diare (Y). Nilai Rsquare sebesar
0.690 artinya hubungan pemberian makanan pendamping asi dini dengan
kejadian diare pada bayi 0-12 bulan di Kelurahan Sumbersekar Kecamatan
Dau Kabupaten Malang sebesar 69%, sedangkan 31% lainnya dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak diteliti.
Jadi penelitian ini sudah sesuai dengan teori dan penelitian yang
ada dan sudah sesuai dengan tujuan penulis untuk membuktikan bahwa
adanya hubungan pemberian makanan pendamping asi dini dengan
kejadian diare pada bayi 0-12 bulan di Kelurahan Sumbersekar Kecamatan
Dau Kabupaten Malang.

36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pemberian makanan
pendamping asi dini dengan kejadian diare pada bayi 0-12 bulan di
Kelurahan Sumbersekar Kecamatan Dau Kabupaten Malang, dapat ditarik
kesimpulan yaitu
1. Nilai t hitung variabel pemberian makanan pendamping ASI dini (X)
sebesar 8.476 > t tabel 2.045 artinya terdapat pengaruh yang signifikan
antara pemberian makanan pendamping ASI dini (X) dengan kejadian
diare (Y).
2. Nilai F hitung sebesar 68,834 > dari nilai F 0,05 (4,20) artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara variabel pemberian makanan
pendamping ASI dini (X) dengan kejadian diare (Y).
3. Nilai Rsquare sebesar 0.690 artinya pemberian makanan pendamping
asi berpengaruh terhadap kejadian diare pada bayi 0-12 bulan di
Kelurahan Sumbersekar Kecamatan Dau Kabupaten Malang sebesar
69%, sedangkan 31% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
diteliti

5.2 Saran
Saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagi Institusi Pendidikan dan Peneliti Selanjutnya Semoga KTI ini dapat
digunakan sebagai suatu informasi atau bahan rujukan dan tambahan
literatur kepada peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian
yang komprehensif dan sistematis.
2. Bagi Responden
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat lebih dalam
memberikan informasi tentang hubungan pemberian makanan
pendamping ASI dini dengan kejadian diare pada bayi 0-12 bulan.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih bagus
dan sebaik mungkin kepada masyarakat, sehingga masyarakat
khususnya para ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan lebih mengerti
dan memahami hubungan pemberian makanan pendamping asi dini
dengan kejadian diare pada bayi 0-12 bulan.
4. Bagi Akademik
Dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan kepustakaan bagi ilmu
pengetahuan program studi kebidanan terkait dengan hubungan
pemberian makanan pendamping asi dini dengan kejadian diare pada
bayi 0-12 bulan di Kelurahan Sumbersekar Kecamatan Dau Kabupaten
Malang.

38
DAFTAR PUSTAKA

Fida dan Maya. 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jogjakarta :D-Medika.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Timur.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.Profil kesehatan Indonesia Tahun


2014. Jakarta ;2014.

Maryanti, E., Dwintasari, S. W., Lesmana, S. D., Mandela, H., & Herlina, S.
(2009). Profil penderita diare anak di puskesmas rawat inap
pekanbaru.

Halimah, R. 2016. Hubungan Makanan Pendamping Asi Dengan kejadian


Diare pada Bayi Di wilayah Kerja Puskesmas Paduan Rajawali
Kecamatan Meraksa Aji Kabupaten Tulang Bawang.

Molika, E. 2014. Variasi Resep Makanan Bayi, Jakarta:Kunci Aksara.

Mufida, L.2015. Prinsip Dasar Makanan Pendamping ASI Untuk Bayi Usia 6-
24 Bulan. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4,: 1646-1651.

Nauli, S.D.2012. Hubungan Pemberian Mp-Asi Dini Dengan Kejadian


Penyakit Infeksi pada Bayi 0-12 Bulan Diwilayah Kerja Puskesmas
Sindar Raya Kecamatan Raya Kahaen Kabupaten Simalungun Tahun
2012.

Pangesti, T.L. 2016. Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini Dengan


Kejadian Diare pada Bayi 0-12 Bulan

Riksani, R. 2012.Prinsip Pedoman MpASI). Jakarta: Dunia Sehat

Sugiyono.2014 , Notoatmodjo, S. 2010 Metode Penelitian Kesehatan. Rineke


Cipta . Jakarta

Riskesdes. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian Dan


Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

39
RIWAYAT HIDUP

Yanet Emelsyana Leli. lahir pada tangal 22 Januari 1998, di Desa


Weihura, Kecamatan Wanokaka, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Peneliti menganut Agama Kristen Protestan dan Peneliti juga
merupakan putri Pertama dari 3 bersaudara dari pasangan bapak Alm Ngailu
Dedi dan Ibu Leilu Kaka. Peneliti mengawali pendidikan formalnya di SD Inpres
Lahihagalang dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama peneliti
melanjutkan pendidikan ke SMP N 1 Wanokaka dan lulus pada tahun 2014.
Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan ke SMA N 1 Wanokaka dan lulus
pada tahun 2017. Pada tahun yang sama peneliti melanjutkan studi di Akademi
Kebidanan Wira Husada Nusantara Malang.

40
Lampiran 1. Lembar Permohonan Kesediaan Menjadi Responden

PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth :
Bapak/Ibu Responden

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Mahasiswa Program Studi D-III
Kebidanan Politeknik Kesehatan Wira Husada Nusantara Malang.Mengharapkan
kesediaan ibu-ibu yang mempunyai bayi yang menderita diare untuk mengisi
kuesioner atau pernyataan dibawah ini dengan sejujurnya. Data ini kami perlukan
guna menambah sebagai bidan yang bekerja atau mengabdi pada masyarakat
dan digunakan dalam rangka memenuhi persyaratan menyelesaikan program III
Kebidanan. Semua data dalam kuesioner ini kami jamin kerahasiaanya.
Atas kesediaan ibu-ibu dalam membantu kelancaran penelitian ini, saya
mengucapkan terimakasih.

Malang,

Yanet Emelsyana Leli


2017740140

41
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya adalah mahasiswa program D-III Politeknik Kesehatan Wira Husada


Nusantara. Penelitian ini dianjurkan sebagai salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir di program studi D-III Akademi Kebidanan Wira
Husada Nusantara.tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi “Hubungan
Pemberian Makanan Pendamping Asi Dini Dengan Kejadian Diare Pada Bayi 0-
12 Bulan di Kelurahan Sumbersekar Kecamatan Dau Kabupaten Malang”.
Saya mengharapkan tanggapan yang diberikan tanpa dipengaruhi oleh
orang lain. Informasi yang diberikan ibu hanya akan digunakan untuk
pengembangan ilmu kebidanan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lain.
Partisipasi dari saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, saudara bebas
menjawab semua pernyataan tanpa sanksi apapun. Jika saudara bersedia
menjadi peserta penelitian ini silahkan saudara menandatangani surat
persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan dibawah ini sebagai bukti
sukarela saudara.

Responden

(…………)

42
Lampiran 3. Lembar Kuesioner

LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN
KEJADIAN DIARE PADA BAYI 0-12 BULAN DI KELURAHAN
SUMBERSEKAR KECAMATAN DAU
KABUPATEN MALANG

Petunjuk pengisian kuesioner :


Petunjuk pengisian berikut ini dengan cara member tanda (X) pada salah
satu jawaban yang menurut anda paling sesuai, Oleh karena itu mohon
memberikan jawaban sejujur-jujurnya guna mendukung penelitian ini. Atas
bantuan serta ketersediaan saudara/saudari dan bapak saya ucapkan terima
kasih.

A. DATA UMUM
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :

B. DATA KHUSUS
PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI (X)
1. Jenis MPASI apakah yang ibu berikan pada bayi ibu ?
a. Makanan lumat
b. Makanan lunak
c. Makanan padat
2. Kapan ibu memberikan MPASI pada bayi ibu?
a. Setelah bayi >6 bulan
b. Bayi berusia 4-6 bulan
c. Bayi berusia 1-3 bulan
KEJADIAN DIARE PADA BALITA(Y)

43
1. Bagaimana bentuk BAB pada bayi ibu?
a. Padat (normal)
b. Cair berlendir dan ada ampas
c. Lembek, cair
2. Selama berapa hari bayi ibu mengalami diare?
a. < 5 x sehari
b. 5-6 x sehari
c. > 7 x sehari
3. Keadaan bayi ibu yang terkena diare seperti apa?
a. Tidak dehidrasi
b. Dehidrasi ringan (Tampak rewel, lemas dan kurang aktif saat
bermain)
c. Dehidrasi berat (Mata dan ubun-ubun cekung)

B. DATA PENUNJANG
1. Apakah ibu merasa cemas saat bayi ibu mengalami diare?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
2. Apakah ibu mencari penyebab diare yang terjadi pada bayi?
a. Ya
b. Selalu
c. Tidak
3. Apakah ibu selalu memperhatikan kualitas bahan MPASI untuk bayi dan
kebersihan saat mengolah?
a. Ya
b. Tidak pernah
c. Kadang-kadang

Lampiran 4. Total dan Tabulasi Data

44
No X1.1 X1.2 Total No Y1.1 Y1.2 Y1.3 Total

45
1 2 1 3 1 2 1 1 4
2 2 1 3 2 1 1 2 4
3 2 1 3 3 2 2 1 5
4 1 1 2 4 1 1 2 4
5 2 1 3 5 1 1 1 3
6 2 2 4 6 2 2 2 6
7 3 3 6 7 3 3 3 9
8 2 3 5 8 2 3 3 8
9 1 1 2 9 1 1 2 4
10 1 2 3 10 2 2 1 5
11 2 1 3 11 2 1 1 4
12 2 1 3 12 1 1 2 4
13 2 1 3 13 2 2 1 5
14 1 1 2 14 1 1 2 4
15 2 1 3 15 1 1 1 3
16 2 2 4 16 2 2 2 6
17 3 3 6 17 3 3 3 9
18 2 3 5 18 2 3 3 8
19 1 1 2 19 1 1 2 4
20 1 2 3 20 2 2 1 5
21 2 1 3 21 2 1 1 4
22 2 1 3 22 1 1 2 4
23 2 1 3 23 2 2 1 5
24 1 1 2 24 1 1 2 4
25 2 1 3 25 1 1 1 3
26 2 2 4 26 2 2 2 6
27 3 3 6 27 3 3 3 9
28 2 3 5 28 2 3 3 8
29 1 1 2 29 1 1 2 4
30 1 2 3 30 2 2 1 5

46
Lampiran 5. Hasil Analisis Data
Descriptives
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
X pemberian makanan 30 2 6 3.40 1.057
pendamping ASI dini
Y kejadian diare 30 3 9 5.20 1.274
Valid N (listwise) 30
Regression
Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

5.20 1.274 30
Y kejadian diare
X pemberian makanan 3.40 1.057 30
pendamping ASI dini
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .831a .690 .601 .317

a. Predictors: (Constant), X pemberian makanan


pendamping ASI dini
ANOVAa
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Regression 35.312 1 35.312 68.834 .000b
1 Residual 14.377 28 .513
Total 49.689 29

a. Dependent Variable: Y kejadian diare

b. Predictors: (Constant), X pemberian makanan pendamping ASI dini

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) .465 .478 .973 .339
1 X pemberian .551 .065 .831 8.476 .000
makanan
pendamping ASI dini

a. Dependent Variable: Y kejadian diare

47
48
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

49
50
51
52

Anda mungkin juga menyukai