Disusun oleh:
Hafidhon Muhlisun Furqon
17030194081
PKB 2017
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2018
A. ROTASI DALAM 2 DIMENSI: PARTIKEL PADA CINCIN
Satu partikel bermassa m yang bergerak terbatas dalam jalur cincin lingkaran berjari-
jari r pada bidang xy memiliki energi potensial partikel tetap, sehingga V =0. Karena itu,
energi total pada sembarang tempat sama dengan energi kinetik:
2
Jz
E= 2
2mr
dengan:
I =mr 2 , maka persamaan dapat ditulis:
2
Jz
E=
2I
^
H= + (
−ℏ 2 ∂2 1 ∂ 1 ∂2
+
2 m ∂ r2 r ∂ r r2 ∂ ϕ2 )
Fungsi gelombang momentum sudut dapat diperoleh:
e im ϕ l
ψ m ( ϕ )=
l
( 2 π )1 /2
1 /2
Fungsi gelombang terendah dihasilkan dengan ml=0 , yaitu ψ 0 ( ϕ )=1/ ( 2 π ) . Fungsi
gelombang ini memiliki nilai yang sama pada semua titik dalam lingkaran. Besaran ml
merupakan besaran tanpa dimensi.
1 ∂2 Φ
=−m2l
Φ ∂ϕ 2
sin θ ∂ ∂Θ
sin θ +ε sin2 θ=m2l
Θ ∂θ ∂θ
Fungsi gelombang sebagai solusi persamaan Schrödinger ditentukan oleh dua bilangan
kuantum, yaitu l dan ml.
Masing-masing bagian real dan imajiner dari fungsi gelombang Φ ,
i ml ϕ
e =cos m l ϕ+i sin ml ϕ , memiliki simpul sudut. Simpul sudut ini tidak terlihat saat
2
menggrafikkan rapat kebolehjadian karena |e i m ϕ| =1 l
Energi partikel yang diperoleh dari penyelesaian persamaan Schrödinger ternyata terbatas
pada nilai-nilai tertentu,
2
ℏ
E=l ( l+1 )
2I
MOMENTUM SUDUT
Energi terkuantisasi dan begitu juga yang terjadi dengan besarnya momentum sudut,
1 /2
J= { l ( l+1 ) } ℏ
Dalam konteks rotasi tampak bahwa momentum sudut di sekitar sumbu z terkuantisasi,
J z=ml ℏ
KUANTISASI RUANG
Figure 1.Orientasi momentum sudut l = 2
Benda berotasi tidak berorientasi sembarangan terhadap beberapa sumbu tertentu. Ini
disebut sebagai kuantisasi ruang.
MODEL VEKTOR
Perhatikan kembali operator momentum sudut yang telah dibahas pada bagian postulat kimia kuantum,
ℏ
(∂
l^ x = y −z
i ∂z
∂
∂y )
ℏ
l^ y = z(∂
i ∂x
−x
∂
∂z )
ℏ
l^ z = x
i ( ∂
∂y
−y
∂
∂x )
Ketiga operator ini tidak bersifat komutatif satu dengan yang lainnya,
[ l^ x , l^ y ]=iℏ l^ z
[ l^ y , l^ z ] =iℏ l^ x
[ l^ z , l^ x ]=iℏ l^ y
Operator untuk kuadrat momentum sudut dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut,
l^ =l^ x + l^ y + l^ z=ℏ Λ
2 2 2 2 2 2
Operator ini ternyata bersifat komutatif dengan ketiga komponen operator momentum
sudut,
[ l^ 2 , l^ y ] =0
[ l^ 2 , l^ z ]=0
[ l^ 2 , l^ x ]=0
SPIN
Konflik penemuan Stern dan Gerlach diatasi dengan saran bahwa momentum
sudut yang mereka amati bukan momentum sudut orbital yang berhubungan dengan
gerakan elektron mengelilingi inti atom, melainkan gerakan elektron berotasi pada
porosnya sendiri. Momentum sudut intrinsik elektron ini disebut spin. Penjelasan
keberadaan spin muncul saat Dirac mengombinasikan mekanika kuantum dan relativitas
khusus yang menghasilkan teori mekanika kuantum relativistik.
Spin elektron pada porosnya tidak harus memenuhi kondisi batas yang sama
seperti pada partikel yang berputar mengelilingi suatu titik pusat. Bilangan kuantum
untuk momentum sudut spin mempunyai batasan yang berbeda.
Bilangan kuantum spin s dipakai untuk membedakan momentum sudut spin
dari momentum sudut orbital. Besarnya momentum sudut spin ditentukan dengan
1 /2
{ s ( s +1 ) } ℏ. Bilangan kuantum magnetik spin ms dipakai untuk menunjukkan proyeksi
momentum sudut spin pada sumbu z . Besarnya komponen ms ℏ dibatasi pada nilai 2 s +1
dengan
ms =−s , … , s−1 , s
+1
Satu orientasi sesuai dengan ms = yang sering dilambangkan dengan α atau ↑,
2
−1
orientasi yang lain sesuai dengan ms = yang sering dilambangkan dengan β atau ↓.
2
Partikel dengan spin setengah integral disebut fermion dan yang memiliki spin integral,
termasuk 0, disebut boson. Elektron dan proton merupakan contoh fermion dan foton
merupakan contoh boson. Semua partikel elementer yang merupakan materi adalah
fermion. Sedangkan partikel elementer yang bertanggung jawab atas kekuatan yang
mengikat fermion bersama-sama adalah boson.
CONTOH SOAL
1. Jarak interatomik 79Br19F adalah 1,76 Å. Berapakah momen inersianya?
2
kg × ( 1,76 ×10 m ) =75,89 ×10
2 −27 −10 −47 2
I =mr =24,5 ×10 kg m
2. Perhatikan rotasi molekul diatomik HI. Atom 1H yang ringan mengorbit atom 127I yang lebih berat
pada jarak keseimbangan ikatan, r = 160 pm. Momen inersia HI adalah I = m Hr2 = 4,288 × 10-47 kg
m2. Tentukan frekwensi yang dapat menyebabkan terjadinya transisi dari l = 0 dan l = 1.
2
kg × ( 160 ×10 m ) =4,07 × 10
2 −27 −12 −47 2
I =mr =1,59 ×10 kg m
2
ℏ2 ( 1,05457 ×10 Js ) −34
−22
E= = =2,732 ×10 J
2 I 2 × ( 4,07 ×10−47 kg m2 )
3. Selisih antara keadaan rotasi tereksitasi kedua dan pertama dari molekul nitrogen N 2 adalah
2,38 ×10−22 J . Hitung momen inersia molekul!
E2=BJ ( J +1 )=B ( 2 ) (2+1 ) =6 B
E1=BJ ( J +1 )=B ( 1 )( 1+1 ) =2 B
∆ E=6 B−2 B=4 B
Momen inersia, I dihitung sebagai berikut:
2
( 6,63× 10−34 Js ) −47 2
I= 2 −22
=9,4 × 10 kg . m
2 π ×2,38 ×10 J