Anda di halaman 1dari 2

Destya Winda Kholifah 20/471242/PEK/26969

Ikhtisar Artikel AM Sesi 9


Judul : The Impact of Activity‐Based Costing Techniques on Firm Performance
Penulis : Tom Kennedy, Jhon Affleck-Graves
Jurnal : Journal of Management Accounting Research: Vol. 13, No. 1, pp. 19-45 (2001).

1. Masalah, tujuan, motivasi, dan kontribusi penelitian


a. Masalah penelitian
Cooper dan Kaplan (1992), tujuan activity-based costing (ABC) adalah untuk
meningkatkan keuntungan, bukan untuk mendapatkan biaya yang lebih akurat.
Gosselin (1997) menyatakan terdapat paradoks tentang implementasi ABC. Terlepas dari
keuntungan ABC sebagai sistem penetapan biaya yang akurat, tetapi masih banyak
perusahaan tidak menerapkannya.
b. Tujuan penelitian
Mengetahui sebearapa besar dampak implementasi ABC terhadap kinerja perusahaan
(kinerja saham) dengan mengadopsi shareholder value analysis (SVA) framework
Rappaport (1986).
c. Motivasi dan kontribusi penelitian
Sebagian besar event study atau studi peristiwa telah berfokus pada peristiwa yang mudah
diidentifikasi dan dimana tanggal diadopsi jelas dapat diterapkan dan adopsi yang sulit
ditentukan tanggal pasti pelaksanaannya. Penelitian ini membandingkan kinerja portofolio
perusahaan ABC dengan perusahaan non-ABC, dengan pencocokan kriteria market-
capitalization, market-to-book ratio, dan net-total-assets. Penelitian ini juga
membandingkan kinerja portofolio perusahaan ABC dengan perusahaan yang terdaftar
dalam FTSE-100 Index.
2. Rerangka atau teori yang digunakan dalam pengembangan hipotesis
Ho: tidak ada
perbedaan dalam
kinerja portofolio
perusahaan yang
mengadopsi ABC
bila dibandingkan
dengan satu set
perusahaan yang
cocok yang tidak
memperkerjakan
ABC.

3. Variabel
 Variabel independen: ABC (penggunaan atau adopsi ABC)
 Variabel dependen: kinerja perusahaan (kinerja portofolio saham)
4. Metode riset
a. Metode event-study, dengan mengirimkan survey kepada 853 direktur keuangan dari hasil
sampel 1.000 perusahaan teratas di UK.
b. Melakukan proses matching atau pencocokan antara perusahaan yang mengadopsi ABC
dan yang tidak. Menggunakan tiga kriteria: (1) Perusahaan ABC i dicocokan dengan

1
Destya Winda Kholifah 20/471242/PEK/26969
Ikhtisar Artikel AM Sesi 9
semua perusahaan non-ABC dalam klasifikasi industri level 4 (datastream) yang sama
dalam 25% dari kapitalisasi pasarnya. (2) Jika tidak ditemukan kecocokan pada klasifikasi
industi level 4 dalam 25%, proses pada nomor 1 diulangi menggunakan klasifikasi industri
level 3. Jika tidak cocok lagi, prosesnya diulangi pada level 2. (3) Jika tidak ada kecocokan
dalam 25% dari kapitalisasi pasar perusahaan i dapat ditemukan pada 187 perusahaan non-
ABC, maka seluruh proses diulangi menggunakan 50% dari kapitalisasi pasar perusahaani.
c. Melakukan analisis kinerja, dengan indikator tingkat pengembalian pemegang saham. Dari
dua kelompok–perusahaan ABC dan perusahaan yang cocok, dihitung tingkat
pengembaliannya menggunakan rata-rata holding period return (HPR) tiga tahun dimulai
dari tahun pertama adopsi ABC dan untuk menguji perbedaan diantara kedua kelompok
(ABC dan non-ABC) perusahaan dihitung menggunakan ata-rata cumulative abnormal
return (CAR).
5. Hasil penelitian
 Tabel 5 menyajikan metode HPR dan CAR, serta test nonparametrik dari proporsi
perusahaan ABC yang mengungguli perusahaan yang telah dicocokkan. Dengan metode
HPR, perusahaan ABC jelas mengungguli perusahaan yang telah dicocokkan dalam tiga
tahun sejak pertama kali mengadopsi ABC. Pengembalian perusahaan ABC rata-rata 61%
pengembalian, sedangkan pengembalian perusahaan yang cocok adalah 34%. Metode
CAR menegaskan hasil tersebut, perusahaan ABC mengungguli perusahaan non-ABC
sekitar 25% selama tiga tahun rata-rata. Uji proporsi tes parametrik, sebagian besar sampel
ABC mengungguli perusahaan yang cocok di atas 60%. Hal ini menunjukkan adanya
perbedaan kinerja selama periode tiga tahun.
 Menggunakan uji robust (robustness tests) untuk menunjukkan hasil yang unggul
diperoleh oleh perusahaan ABC bukan perusahaan yang dicocokkan. Tabel 6, kinerja
pasca-adopsi perusahaan ABC mengungguli 20% perusahaan yang terdaftar indeks FTSE-
100. Tabel 7, proporsi perusahaan ABC mengungguli matched-firm sebesar 43% dan 56%,
dan perbedaan abnormal return antara +7% dan +5%. Tabel 8, kinerja unggul perusahaan
ABC dilihat dari debt ratio yang mempertahankan leverage profile lebih tinggi daripada
perusahaan non-ABC. Tabel 9, tidak ditemukan bukti signifikan perbedaan kinerja
perusahaan ABC dan non-ABC jika dihubungkan dengan aktivitas penambahan modal
baru, akuisisi dan divestasi.
6. Kesimpulan
Studi ini menemukan bahwa adopsi ABC secara signifikan meningkatkan kinerja relatif
perusahaan. Kinerja saham ini tidak langsung terjadi setelah adopsi ABC, membutuhkan
waktu hingga paruh kedua. Hasill tidak mengklarifikasi paradoks ABC Gosselin (1997).
7. Keterbatasan dan kesempatan penelitian di mada depan
(1) Sampel terlalu kecil membatasi kekuatan tes statistik. (2) Penggunaan survei yang
dilaporkan sendiri oleh responden memungkinkan timbulnya bias. (3) Tidak
mengklassifikasikan tingkat implementasi ABC. (4) Ada faktor lain yang medorong
kinerja harga saham relatif dan kinerja unggul. (5) Tidak ada studi observasional yang
dapat membuktikan hubungan kausal
8. Kritik terhadap artikel dan kesempatan penelitian yang Anda rumuskan
Kesempatan penelitian: bagaimana anomali yang terjadi karena ada lag time pada saat
adopsi ABC pertama kali terhadap kinerja saham di pasar.
2

Anda mungkin juga menyukai