ID Hubungan Kebiasaan Merokok Di Dalam Ruma
ID Hubungan Kebiasaan Merokok Di Dalam Ruma
Salma Milo
A. Yudi Ismanto
Vandri D. Kallo
ABSTRACT: ARTI (Acute Respiratory Tract Infections) will occur when the immune system
decreases. Some efforts can be made to reduce the risk of respiratory disease, such as by
eliminating smoking in the house. ARTI in children at Sario Primary Health Care Manado was
ranked first among the 10 most prominent disease. The purpose of this study to identified smoking
in the house and ARTI and to analyze the relationship between smoking and the incidence of ARTI.
Design of the study is cross-sectional design and the data collected from respondents using a
questionnaire sheets.The sample in this study amounted to 51 respondents who obtained using
consecutive sampling technique. The resultsof this research using analysis statistic Chi-Square test
have gained value p= 0,002. Which is means that the value ofp<α (0,05). The conclusion of this
study there is a relationship between smoking and the incidence of acute respiratory tract infection
in children. Recommendations for further research are expected to investigate on other factors
such as ventilation House, Density Residential, socioeconomic status may cause respiratory
disease.
Keywords: ARTI, Smoking Habit
Abstrak:ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) akan terjadi apabila kekebalan tubuh menurun.
Beberapa upaya dapat dilakukan untuk menurunkan resiko penyakit ISPA, antara lain dengan
menghilangkan kebiasaan merokok di dalam rumah. Kejadian ISPA pada anak di Puskesmas Sario
Kota Manado menduduki peringkat pertama diantara 10 penyakit yang paling menonjol. Tujuan
penelitian ini untuk mengidentifikasi kebiasaan merokok di dalam rumah dan kejadian ISPA serta
untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA.Desain penelitian
yang digunakan adalah desain Cross Sectional dan data dikumpulkan dari responden menggunakan
lembar kuisioner.Sampel pada penelitian ini berjumlah 51 responden yang didapat menggunakan
teknik consecutive sampling.Hasil penelitianuji statistik menggunakan uji chi-square pada tingkat
kemaknaan 95% (α ≤ 0,05),maka didapatkan nilai p= 0,002. Ini berarti bahwa nilai p< α
(0,05).Kesimpulan dalam penelitian ini ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian
ISPA pada anak. Rekomendasi untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti mengenai
faktor-faktor lain seperti Ventilasi Rumah, Kepadatan Hunian, Status sosioekonomi yang dapat
menyebabkan penyakit ISPA.
Kata Kunci : ISPA, Kebiasaan Merokok
dari bayi yang lahir di negara berkembang besar, tar dan nikotin 3 kali lipat, amonia46
gagal mencapai usia 5 tahun dan 25-30% dari kali lipat, nikel 3 kali lipat, nitrosamine
kematian anak disebabkan oleh ISPA. Hal ini sebagai penyebab kankerkadarnya mencapai
dapat dilihatdari tingginya angka kesakitan 50 kali lebih besar asap sampingan
dan kematianakibat ISPA. Kematian akibat dibandingdengan kadar asap utama (Umami,
penyakit ISPA pada balita mencapai 12,4 juta 2010).
pada balita golongan umur 0-5 tahun setiap Kebiasaan merokok orang tua di dalam
tahun diseluruh dunia, dimana dua pertiganya rumah menjadikan balita sebagai perokok
adalah bayi, yaitu golongan umur 0-1 tahun pasif yang selalu terpapar asap rokok. Rumah
dan sebanyak 80,3% kematian ini terjadi di yang orang tuanya mempunyai kebiasaan
negara berkembang (Kemenkes, 2010). merokok berpeluang meningkatkan kejadian
ISPA dapat disebabkan oleh tiga faktor, ISPA sebesar 7,83 kali dibandingkan dengan
yaitu faktor individu anak, faktor perilaku dan rumah balita yang orang tuanya tidak merokok
faktorlingkungan. Faktor individu anak di dalam rumah. Sementara itu jumlah perokok
meliputi: umuranak, berat badan lahir, status dalam suatu keluargacukup tinggi
gizi, vitamin A dan status imunisasi. (Rahmayatul, 2013).
Faktorperilaku meliputi perilaku pencegahan Dengan jumlah perokok yang cukup tinggi
dan penanggulangan ISPA pada bayiatau dapat meningkatkan angka kejadian ISPA. Di
peran aktif keluarga/masyarakat dalam Indonesia khususnya di Kalimantan Barat
menangani penyakit ISPA. Faktor kasus Infeksi saluran Pernafasan Akut selalu
lingkunganmeliputi: pencemaran udara dalam menempati urutan pertama kematian pada bayi
rumah (asap rokok dan asap hasilpembakaran tahun 2009 mencapai 32,1%, serta kematian
bahan bakar untuk memasak dengan pada balita tahun 2010 mencapai 18,2% dan
konsentrasi yang tinggi),ventilasi rumah dan tahun 2011 mencapai 38,8%. Selain itu ISPA
kepadatan hunian(Prabu, 2009). juga sering berada pada daftar 10 penyakit
Merokok merupakan kegiatan terbanyak di rumah sakit. Berdasarkan data
yangberbahaya bagikesehatantubuhkarena dari P2 program ISPA tahun 2009 cakupan
menurutbadankesehatandunia (WHO) rokok penderita ISPA melampaui target 13,4%, hasil
merupakan zat adiktif yang memiliki yang di peroleh 18.749 kasus sementara target
kandungankurang lebih 4000elemen, dimana yang ditetapkan sebanyak 16.534 kasus.
200 elemen di dalamnya berbahaya bagi Survey yang dilakukan pada tahun 2010
kesehatan tubuhmenambahkan menempatkan ISPA sebagai penyebab
bahwaracunyang utama dan berbahaya pada kematian bayi terbesar di Indonesia dengan
rokok antara lain tar, nikotin, dan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita
karbonmonoksida.Racunitulahyang kemudian (Kemenkes RI, 2012).
akan membahayakan kesehatan si perokok Di Provinsi Sulawesi Utara, prevalensi
(Jaya, 2009). penyakit ISPAdalam satu bulan terakhir
Dampak rokok tidak hanya mengancam sebesar 1%, dibawah angka nasional (1,88%),
siperokok tetapi juga orang disekitarnya atau denganrentang 0,5-2,7%. Di Kota Bitung dan
perokok pasif (Detik Health, 2011). Analisis KotaTomohon prevalensi ISPA tertinggi pada
WHO, menunjukkan bahwa efek buruk asap anak(>35%), dan Prevalensi terendah masing-
rokok lebihbesar bagi perokok pasif masing 0,5%. (Dinkes Sulut, 2009).
dibandingkan perokok aktif. Ketika Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di
perokokmembakar sebatang rokok dan Puskesmas Sario jumlah kejadian ISPA pada
menghisapnya, asap yang dihisap olehperokok anak umur 1-5 tahun di Puskesmas Sario pada
disebut asap utama, dan asap yang keluar tahun 2014 bulan Juli terdaat 41 kasus pada
dariujung rokok (bagian yang terbakar) bulan Agustus terdapat 39 kasus, bulan
dinamakan sidestream smoke atauasap September terdapat 48 kasus dan pada bulang
samping. Asap samping ini terbukti Oktober terdapat 51 kasus.
mengandung lebih banyak hasilpembakaran Berdasarkan hasil wawancara yang
tembakau dibanding asap utama. Asap ini dilakukan di Puskesmas Sario terhadap 20
mengandungkarbon monoksida 5 kali lebih anggota keluarga yang mempunyai anak
2
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2, Mei2015
berumur 1-5 tahun menderita ISPA dan Penetapan kategori berdasarkan nilai median
diperoleh informasi bahwa 13 anggota yaitu:
keluarga ada yang orang tuanya perokok dan 7 a. Skor terendah x jumlah pertanyaan 1x7=7
anggota keluarga ada yang tinggal dengan b. Skor tertinggi x jumlah pertanyaan 2x7=14
anggota keluarga yeng lain yang merokok. Nilai median yang diperoleh adalah
Dari penelitian yang ada serta data medik 7+14:2=10,5.
yang terdapat di Puskesmas Sario saya tertarik Nilai median selanjutnya digunakan sebagai
untu melakukan penelitan tentang “Hubungan cut of point apabila total jawaban responden
Kebiasaan Merokok Di Dalam Rumah Dengan kurang dari nilai median maka dikategorikan
Kejadian ISPA Pada Anak Umur 1-5 Tahun Di anak mengalami ISPA ringan, dan lebih dari
Puskesmas Sario Kota Manado”. atau sama dengan nilai median maka
dikategorikan anak mengalami ISPA sedang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian survei HASIL dan PEMBAHASAN
analitikdenganrancanganCross Sectinal Study A. Hasil Penelitian
(StudiPotongLintang), Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Penelitianinidilaksanakan di Umur Responden Orang Tua Di
PuskesmasPuskesmas Sario Kota Puskesmas Sario Kota Manado.
ManadoselamapadabulanNovember Umur N %
2014sampaidenganbulanMaret 2015.Populasi
pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang Umur 17-34 tahun 40 78,4%
berobat di Puskesmas Sario yang terdiagnosis Umur 34-52 tahun 11 21,6%
ISPA yakni sebanyak 51 anak dengan umur 1- Total 51 100,0
5 tahun. Sampel yang digunakan untuk Sumber: Data Primer, 2014-2015
penelitian ini adalah consecutive sampling.
Instrumenpengumpulan data yang Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
digunakandalampenelitianinimenggunakan Pendidikan Terakhir Responden Orang
kuisioner.UntukKuisioner kebiasaan Tua Di Puskesmas Sario Kota Manado
merokokdi gunakan untuk mengukur variabel Pendidikan N %
kebiasaan merokok orang tua yang perokok Terakhir
ringan, perokok sedang dan perokok berat. SD 3 5,9%
Kuisioner yang dibuat sendiri akan dilakukan SMP 12 23,5%
uji validitas dan reliabilitas yang terdiri dari 3 SMA 31 60,8%
pertanyaan dengan pilihan jawaban a, b, c dan S1 5 9,8%
d. Pertanyaan 1 dengan pilihan jawaban a, b Total 51 100,0
dan c, pertanyaan 2 dengan pilihan jawaban a, Sumber: Data Primer, 2014-2015
b, c, dan d, pertanyaan 3 dengan pilihan
jawaban a, b, c, dan d. Nilai yang diberikan Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
untuk jawaban a adalah 1, jawaban b adalah 2, Pekerjaan Responden Orang Tua Di
jawaban c adalah 3, dan jawabann d adalah 4. Puskesmas Sario Kota Manado
Penetapan kategori kebiasaan merokok Pekerjaan N %
berdasarkan pertanyaan nomor 1 dengan
pilihan jawaban a, b dan c. Apabila jawaban a IRT 40 78,4%
dikategorikan perokok ringan, jawaban b Swasta 10 19,6%
dikategorikan perokok sedang, jawaban c PNS 1 2,0%
dikategorikan perokok berat.Kuisioner ini di Total 51 100,0
gunakan untuk mengukur variabelkejadian Sumber: Data Primer, 2014-2015
ISPA pada anak, kuisioner yang dibuat sendiri
dilakukan uji validitas dan reliabilitas yang
terdiri dari 7 pertanyaan dengan pilihan
jawaban ya dan tidak. Apabila jawaban ya
diberi nilai 2 dan jawaban tidak diberi nilai 1.
3
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2, Mei2015
4
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2, Mei2015
yang lebih dibandingkan dengan wanita yang Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan
tidak bekerja. responden dengan Penyakit ISPA sebagian
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan besar didapati responden dengan ISPA ringan
responden dengan Penyakit ISPA sebagian yaitu 34 responden (66,7%).
besar adalah responden dengan jenis kelamin Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan
laki-laki yaitu sebanyak 29 responden nilai p value 0,002 dengan demikian p value
(56,9%). Menurut Widarini (2010), laki-laki <0,05 dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak
dan perempuan mempunyai resiko yang sama dan Ha diterima. Dengan demikian dapat
untuk mengalami ISPA, namun menurut hasil dikatakan bahwa ada hubungan antara
yang didapatkan dalam penelitian ini, kebiasaan merokok di dalam rumah dengan
responden laki-laki yang lebih banyak kejadian ISPA pada anak.
sehingga dapat disimpulkan anak laki-laki Hasil penelitian ini sejalan dengan
lebih beresiko terkena ISPA dibandingkan penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati dan
dengan anak perempuan. Anak laki-laki yang Juwarni (2012), yang menyatakan ada
lebih sering bermain dan berinteraksi dengan hubungan antara perilaku merokok orang tua
ligkungan, apalagi dengan lingkungan yang terhadap kejadian ISPA pada anak. Hal ini
kotor sangant rentan menyebabkan terjadinya menunjukan dengan semakin berat perilaku
penyakit. merokok orangtua maka semakin besar potensi
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan anak balitanya menderita ISPA.
responden dengan Penyakit ISPA sebagian Hasil penelitian ini juga sama dengan
besar adalah responden denganusia toddler penelitian yang dilakukan oleh Winarni,
yaitu 37 responden (72,5%), hasil penelitian Basirun dan Safrudin (2010), berdasarkan hasil
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan penelitian menunjukan bahwa ada hubungan
oleh Mahrama dkk (2012) hasil penelitian antara perilaku merokok orang tua dan anggota
menunjukan sebagian besar pada kelompok keluarga yang tinggal dalam satu rumah
umur 24-36 bulan yaitu (50%) responde. Hal dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah
ini dapat disimpulkan bahwa usia toddler lebih kerja Puskesmas Sempor II. Hal ini
rentan mengalami ISPA dibandingkan usia pra menunjukkan bahwa semakin kurang atau
sekolah.Menurut Domili (2013), anak usia 1-3 buruk perilaku merokok responden maka akan
lebih banyak mengalami ISPA dikarenakan semakin tinggi angka kejadian ISPA pada
sistem imunitas anak yang masih lemah dan balita dan semakin baik perilaku merokok
organ pernapasan anak bayi belum mencapai responden maka kejadian ISPA akan semakin
kematangan yang sempurna, sehingga apabila kecil.
terpajan kuman akan lebih beresiko terkena ISPA dapat disebabkan oleh karena adanya
penyakit. paparan dari virus maupun bakteri misalnya
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bakteri dari genus streptococcus,
responden dengan haemophylus, staphylococcus, dan
kebiasaanmerokokmenunjukkansebagian besar pneumococcu, dan jenis virus influenza,
didapatkan responden dengan perokok berat parainfluena, dan rhinovirus. Selain dari virus,
yaitu 22 responden (43,1%).Hal ini jamur dan bakteri, ISPA juga dapat disebabkan
menunjukan dengan semakin berat kebiasaan karena sering menghirup asap rokok, asap
merokok di dalam rumah maka semakin besar kendaraan bermotor, Bahan Bakar Minyak
juga potensi anak menderita ISPA. biasanya minyak tanah dan, cairan amonium
Keterpaparan asap rokok pada anak sangat pada saat lahir (Utami, 2013). Asap rokok dari
tinggi pada saat berada dalam rumah. orang tua atau penghuni rumah yang satu atap
Disebabkan karena anggota keluarga biasanya dengan balita merupakan bahan pencemaran
merokok dalam rumah pada saat bersantai dalam ruang tempat tinggal yang serius serta
bersama anggota, misalnya sambil nonton TV akan menambah resiko kesakitan dari bahan
atau bercengkerama dengan anggota keluarga toksik pada anak-anak. Paparan yang terus-
lainnya, sehingga balita dalam rumah tangga menerus akan menimbulkan gangguan
tersebut memiliki risiko tinggi untuk terpapar pernafasan terutama memperberat timbulnya
dengan asap rokok. infeksi saluran pernafasan akut dan gangguan
5
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2, Mei2015
paru-paru pada saat dewasa. Semakin banyak Manado menunjukan sebagian besar adalah
rokok yang dihisap oleh keluarga semakin kebiasaan perokok berat.Kejadian ISPA pada
besar memberikan resiko terhadap kejadian anak umur 1-5 tahun di Puskesmas Sario Kota
ISPA, khususnya apabila merokok dilakukan Manado sebagian besar adalah kejadian ISPA
oleh ibu bayi (Trisnawati dan Juwarni, 2012). ringan.Ada hubungan antara kebiasaan
Selain kebiasaan merokok di dalam rumah merokok di dalam rumah dengan kejadian
terdapat juga beberapa faktor yang dapat ISPA pada anak umur 1-5 tahun di Puskesmas
menyebabkan ISPA, antara lain, yaitu faktor Sario Kota Manado.
lingkunganmeliputi: pencemaran udara dalam
rumah (asap rokok dan asap hasilpembakaran DAFTAR PUSTAKA
bahan bakar untuk memasak dengan Arikunto. (2013). dasar-dasar evaluasi
konsentrasi yang tinggi), kondisi rumah, pendidikan, edisi 2. Jakarta:bumi
ventilasi rumah dan kepadatan hunian(Prabu, Detik health. (2012). Bahaya asap rokok
2009). Penelitian yang dilakukan oleh bagiorang lain. Diakses tanggal 12-8-
Trisnawati dan Juwarni(2012) menunjukkan 2012. Dari
terdapat hubugan yang bermakna antara http://www.detikhealth.com/kesehatan/
kondisi rumah dengan ISPA pada anak. 522.
Faktor-faktor tersebut juga erat
hubungannya dengan peningkatan daya tahan Dinkes Sulut. (2009). Profil
tubuh sehingga dapat menyebabkan terjadinya KesehatanProvinsi Sulawesi
ISPA, maka ada yang perokok berat tetapi Utara.http://www.depkes.go.id/downlo
terkena ISPA ringan dan adapun yang perokok ads/profil/provsulut2008.Pdf (2013).
berat tetapi terkena ISPA sedang. Oleh karena Domili, M.F. (2013). Faktor-faktor Yang
itu selain kebiasaan merokok perlu Berhubungan Dengan Kejadian
diperhatikan juga kondisi rumah, ventilasi Pneumonia Pada Balita Di Wilayah
rumah, dan kepadatan hunian. Kerja Puskesmas Global Mongolato.
Berdasarkan hasil penelitian,didapatkan Universitas Negeri Gorontalo.
pada orang tua perokok berat ada 12 dari 22 Gorontalo. Diakses tanggal 1 April
(54,5%) anak yang menderita ISPA sedang, 2014 pukul 17.50 WITA dari
pada orang tua perokok sedang ada 5 dari 14 http://eprints.ung.ac.id/4596/.
(35,7%) anak yang menderita ISPA sedang,
sedangkan pada orang tua perokok ringan Jaya, M. (2009). Pembunuh Berbahaya Itu
tidak ada yang menderita ISPA Bernama Rokok. Yogyakarta: Riz’ma.
sedang.Walaupun ada yang perokok berat Kementerian Kesehatan RI. (2012). profil data
tetapi anaknya beresiko mengalami ISPA kesehatan indonesia. Depkes RI,
ringan itu karena terdapat juga beberapa faktor Jakarta.
yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA
yaitu kondisi rumah, ventilasi rumah, dan Notoadmodjo, S. (2007). Pendidikan dan
kepadatan hunian perilaku kesehatan. Jakarta: rineka
cipta.
SIMPULAN Notoadmodjo, S. (2010). Metedologi
Karakteristik responden di Puskesmas Penelitian Kesehatan. Jakarta: rineka
Sario Kota Manado (umur responden orang tua cipta.
sebagian besar dengan umur 17-34 tahun,
Nurrijal, (2009). Infeksi Saluran Pernafasan
pendidikan terakhir responden orang tua
Akut. http://www.springerlink.com (23
sebagian besar dengan pendidikan SMA,
Agustus).
pekerjaan responden orang tua sebagian besar
dengan pekerjaan IRT, jenis kelamin anak Prabu, (2009). Infeksi Saluran Pernapasan
sebagian besar dengan jenis kelamin laki-laki, Akut. Artikel. Terdapat pada
umur responden anak sebgian besar adalah http://prabu.wordpress.com/2009/01/04
dengan usia toddler).Kebiasaanmerokok di /infeksi-saluran-pernafasan-akut is.
dalam rumah di Puskesmas Sario Kota Diakses tanggal 11 november 2011.
6
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2, Mei2015