Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Problem ketauhidan muncul di zaman pemerintahan Ali bin AbiThalib (656-661M) dengan
munculnya beberapa kelompok/aliran karena perbedaan pendapat dalam masalah tahkim antara
Ali dengan Muawiyah bin Abi Sufyan, gubernur syam, pada waktu perang shiffin. Salah satu
aliran yang muncul adalah aliran Murji’ah.
Melalui makalah ini penyusun beraharap pembaca lebih mengenal tentang peradaban islam
khususnya pada kaum aliran murjia’ah agar memperluas wawasan tentang ke-Islaman.
B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut
1.         Bagaimana asal-usul kemunculan aliran Murji’ah?
2.         Apa saja sekte-sekte yang ada dalam aliran Murji’ah?
3.         Bagaimana doktrin yang ada dalam aliran Murji’ah?

C.    Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1.      Untuk mengetahui asal-usul kemunculan aliran Murji’ah dalam peradaban Islam.
2.      Untuk mengetahui sekte-sekte yang ada di aliran Murji’ah.
3.      Untuk mengetahui doktrin-doktrin yang ada di Aliran Murji'ah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang Aliran Murji’ah
Nama Murji’ah dimabil dari kata irja’ atau arja’a yang bermakna penundaan,
penangguhan, dan pengharapan. Kata arji’ah mengandung arti memberi pengharapan, yaitu
kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan dan rahmat Allah SWT selain itu,
arji’ah berarti pula meletakkan di belakang atau mengemudikan, yaitu orang yang
mengemudikan amal dari iman. Oleh karena itu murji’ah artinya orang yang menunda penjelasan
kedudukan seseorang yang bersengketa, yaitu Ali dan Muawwiyah.[1]
Ada beberapa teori yang mengemukakan asal-usuladanya aliran Murji’ah. Teori pertama
mengatakan bahwa gagasan irja’a atau arja’a dikembangkan oleh sebagiansahabat dengan
tujuan menjaminpersatuan dan kesatuan umat islam ketika terjadinya pertikaian politik dan juga
bertuujuan untuk menghindari sektarianisme. Deperkirakan murjiah ini muncul bersamaan
dengan munculnya khawarij. Teori lain mengatakan bahwa basis doktrin murjiah muncul
pertamakali sebagai gagasan politik yang diperlihatkan oleh cucu Ali bin Abi Thalib, Al-Hasan
bin muhammad al-hanafiyah, sekitar tahun 695.[2]
Ada juga teori yang mengatakan bahwa ketika dilakukan tahkim, kelompok Ali terpecah
menjadi dua kubu, yaitu pro dan kontra. Kelompok kontra akhirnya keluar dan disebut dengan
kelompok khawarij,  yang memandang bahwa keputusan tahkim bertentangan dengan al-Qur’an,
sehingga pelakunya melakukan dosa besar dan pelakunya dihukumi kafir. Pendapat tersebut
ditolak oleh sebagian sahabat yang kemudian disebut dengan aliran Murji’ah. Dimana aliran ini
menyatakan bahwa pembuat dosa besar tetaplah mukmin, sementara dosanya diserahkan kepada
Allah SWT, apakah diberi ampunan atau tidak.

B.     Doktrin-Doktrin Pokok Murji’ah


Di bidang politik, doktrin irja’ diimplementasikan dengan sikap politik netral atau
nonblok, yang hampir selalu diimplementasikan dengan sikap diam. Itulah sebabnya kelompok
murji’ah dikenal juga sebagai kelompok bungkam.Abu ‘A’ala Al-Maududi menyebutkan dua
doktrin pokok ajaran Murji’ah, yaitu[3]:
1.        Iman adalah cukup dengan percaya kepada Allah SWT dan rasul-Nya merupakan suatu
keharusan bagi adanya iman.Berdasarkan hal ini, seseorang tetap dianggap mukmin walaupun
meninggalkan perbuatan yang diwajibkan dan melakukan dosa besar.
2.        Dasar keselamatan adalah iman semata, selama masih ada iman di hati, setiap maksiat tidak
dapat mendatangkan madarat ataupun gangguan atas seseorang, untuk mendapatkan
pengampunan, manusia cukup hanya menjauhkan diri dari syirik dan mati dalam keadaan akidah
tauhid.
Doktrin teologi Murji’ah menurut Harun Nasution menyebutkan empat ajaran pokok,
yaitu[4] :
1.      Menunda hukuman atas Ali, Muawiyah, Amr Bin Ash, dan Abu Musa Al-Asy’ary yang
terlibat tahkim dan menyerahkan kepada Allah di hari kiamat kelak.
2.      Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa besar.
3.      Meletakan (pentingnya) iman daripada amal.
4.      Memperbaiki pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk memperoleh ampunan dan
rahmat Allah.
C.    Sekte-Sekte Murji’ah
Secara garis besar aliran Murji’ah terbagi ke dalam 2 sekte yaitu al-Murji’ah moderat dan
al-Murji’ah ekstrem.
1.        Al-Murji’ah moderat disebut juga al-Murji’ah al-Sunnah yang pada umum terdiri dari
para fuquha dan muhditsin. Mereka berpendapat bahwa orang berdosa besar bukanlah kafir dan
tidak kekal dalam neraka, dia akan dihukum dalam neraka sesuai dosa yang telah diperbuatnya
dan kemungkinan Allah SWT bisa mengampuni dosanya. Dengan demikian, Murji’ah moderat
masih mengakui keberadaan amal perbuatan dan mengakui pentingnya amal perbutan manusia,
meskipun bukan bagian dari iman. Yang termasuk golongan al-Murji’ah moderat, di antaranya
al-Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Tholib, Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan beberapa ahli
hadis.[5]
2.        Golongan al-Murji’ah yang eksterm adalah mereka yang secara berlebihan melakukan
pemisahan antara iman dan amal perbuatan Mereka menghargai iman terlalu berlebihan dan
merendahkan amal perbuatan tanpa perhitungan sama sekali. Amal perbutan tidak ada
pengaruhnya terhadap iman. Iman hanya berkaitan dengan Tuhan dan hanya Tuhan yang
mengetahuinya. Oleh karena itu, selagi orang beriman, perbuatan apapun tidak dapat merusak
imanya sehingga tidak menyebabkan kafirnya seseoarang.Adapun yang termasuk al-Murji’ah
eksterm sebagai berikut[6] :
a.       Golongan al-Jahmiyah,
Golongan ini merupakan para pengikut Jahm bin Safwan. Mereka berpandangan bahwa orang
yang percaya keada tuhan kemudian menyatakan kekufurannya, secara lisan, tidaklah menjadi
kafir karena iman dan kufur itu bertempat di dalam hati bukan pada bagian lain dalam tubuh
manusia.
b.      Golongan al-Sahiliyah
Golongan ini merupakan pengikut Abu Hasan al-Salahi. Iman adalah mengetahui Tuhan,
sedangkan kufur adalah tidak tahu Tuhan, dan sholat bukan merupakan ibadah kepada Allah.
Yang disebut ibadah adalah iman kepada-Nya dalam arti mengetahui Tuhan. Begitu pula zakat,
puasa da haji bukanlah ibadah melainkan sekedar menggambarkan kepatuhan.
c.       Golongan al-Yunusiyah
Golongan ini merupakan pengikut Yunus bin Aun al-Numairi. Melakukan maksiat atau
pekerjaan jahat tidaklah merusak iman seseorang.
d.      Golongan al-Ubaidiyah
Pengikut dari Ubaid al-Muktaib. Berpendirian sebagaimana al-Yunusiyah dengan menambahkan
jika sesorang mati dalam iman, dosa-dosa, dan perbuatan jahat yang dikerjakan tidak merugikan
bagi yang bersangkutan.
e.       Golongan al-Ghozaniyah
Pengikut Ghassan al-Kuffi, berpendirian bahwa iman adalah mengenal Allah SWT dan Rosul-
Nya serta mengakui apa-apa yang diturunkan Allah SWT dan yang dibawa Rosul-Nya.
D.    Tokoh-tokoh  Aliran dalam Murji’ah 
Pemimpin utama Madzhab murji’ah ialah Hasan ibn Bilal Al Muzni, Abu Salat As-
Sammam dan Dirar ibn Umar. Dari segi politik, Murji’ah sangat menguntungkan pada khalifah,
semasa Bani Umayyah karena dengan dogma mereka dapat mencegah pemberontakan terhadap
pemerintah.
           

BAB III
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan penulisan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa aliran murji’ah berawal dari
sekumpulan orang yang tidak setuju dengan keyakinan aliran khawarij, yaitu yang menganggap
bahwa orang yang melakukan dosa besar adalah kafir. Aliran murji’ah meyakini bahwa iman
tidak dinilai dari amal perbuatan, iman datang dari hati bukan amal. Kata arji’ah mengandung
arti memberi pengharapan, yaitu kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan dan
rahmat Allah SWT. Oleh karena itu murji’ah artinya orang yang menunda penjelasan kedudukan
seseorang yang bersengketa, yaitu Ali dan Muawwiyah.
Dua doktrin pokok ajaran Murji’ah yaitu yang pertama, Iman adalah cukup dengan percaya
kepada Allah SWT dan rasul-Nyayang dimana merupakan suatu keharusan bagi adanya
iman.Berdasarkan hal ini, seseorang tetap dianggap mukmin walaupun meninggalkan perbuatan
yang diwajibkan dan melakukan dosa besar. Yang kedua, dasar keselamatan adalah iman semata,
selama masih ada iman di hati, setiap maksiat tidak dapat mendatangkan madarat ataupun
gangguan atas seseorang, untuk mendapatkan pengampunan, manusia cukup hanya menjauhkan
diri dari syirik dan mati dalam keadaan akidah tauhid.
Secara garis besar aliran Murji’ah terbagi ke dalam 2 sekte yaitu Murji’ah moderat dan
Murji’ah ekstrem. Tokoh Murji’ah yang  moderat  antara lain Hasan ibn Muhammad ibn Abi
Thalib antara lain berpendapat walau bagaimanapun besar dosanya, kemungkinan pengampunan
Tuhan masih ada. Dan yang ekstrem antara lain Al-Jahmiyah, As- Sahalihiyah, Al-Yunusiy, Al-
Ubaidiyah dan al-Ghozaniyah.
DAFTAR PUSTAKA
Novan, Ardy Wiyani.2013.Ilmu Kalam. Bumiayu: Teras
Nurdin, M.Amin. 2012. Sejarah Pemikiran Islam. Jakarta: Teruna Grafika
Rozak, Abdul. 2001. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai