Anda di halaman 1dari 93

i

SKRIPSI

GAMBARAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TINO KECAMATAN
TAROWANG KABUPATEN JENEPONTO

ERNI
A1C219144

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS

KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGA REZKY

MAKASSAR

2021
ii

SKRIPSI

GAMBARAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TINO KECAMATAN
TAROWANG KABUPATEN JENEPONTO

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada


Program Studi S1 Keperawatan Universitas Megarezky Makassar

ERNI
A1C219144

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS

KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGA REZKY

MAKASSAR

2021
iii
iv
v
vi

ABSTRAK

ERNI A1C219144. Gambaran Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Hipertensi Di Wilayah


Kerja Puskesmas Tino Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto (Dibimbing oleh
Syamsuriyana Sabar. Dan Sri Wahyuni).
(Jumlah Halaman Xiii+85 Halaman+7 Tabel)
Latar Belakang : Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan yang cukup besar untuk
diatasi. WHO (Wold Health Organization) menyebutkan bahwa hipertensi merupakan
penyebab 1 dari 8 kematian yang ada didunia dengan angka 23% dari total 1,7 juta
penduduk. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang ditandai dengan sistolik
140 mmHg dan diastolik 90 mmHg. Hipertensi apabila tidak dikontrol dengan baik maka
akan menyebabkan komplikasi bahkan sampai kematian. Penyebab tidak terkendalinya
tekanan darah pada penderita hipertensi adalah tidak rutingnya penderita untuk
melakukan pengobatan, hal ini disebabkan karena hipertensi seringkali tidak
menunjukkan gejala atau tanda yang khas (Iswahyuni 2017). Selain itu kurangnya
aktivitas fisik yang dilakukan juga menjadi salah satu faktor penyebab tidak
terkendalinya nilai tekanan darah pada penderita tersebut (Maharani dan Syarfandi,
2018). Tujuan Penelitian : Mengedentifikasi Gambaran Aktivitas Fisik Terhadap
Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tino Kecamatan Tarowang Kabupaten
Jeneponto. Metode Penelitian : Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriktif dengan pendekatan retrospektif.. Hasil Penelitian : Dari hasil
penelitian ini menunjukkan lebih banyak responden yang mempunyai aktivitas fisik ryang
baik yaitu sebanyak 18 orang (47,4%), cukup 13 orang (34,2) sedangkan kurang
sebanyak 7 orang (18,4) dengan subjek penelitian sebanyak 38 responden.
Kesimpulan : Pada penelitian ini adalah hampir setegah dari subjek penelitian
mempunyai aktivitas fisik yang baik. Rekomendasi : untuk peneliti selanjutnya agar
meneliti variabel lain yang belum diteliti dengan sampel yang lebih banyak.
Kata Kunci : Aktivitas Fisik, Hipertensi, Tekanan Darah
Kepustakaan 33 (2005-2019)
vii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Skripsi yang

berjudul “Gambaran Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Hipertensi Di

Wilayah Kerja Puskesmas Tino Kecamatan Tarowang Kabupaten

Jeneponto” Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memperoleh

gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Universitas Megarezky.

Sejak penyusunan skripsi ini, banyak hambatan yang penyusun dapatkan,

namun berkat dorongan, bantuan dan semangat dari berbagai pihak maka segala

kesulitan dan hambatan itu dapat teratasi. Oleh karena itu penyusun hendak

menyampaikan terimakasih kepada kedua orang tua Ayahanda H.Tudan dan

Ibunda Nia yang telah mengasuh, mendukung dan mendidik dengan penuh kasih

sayang, kesabaran doa restu serta pengorbanan bantuan moral maupun material

sehinnga skripsi ini dapat selesai. Ucapan terimakasih ini penulis tujukan kepada :

1. Bapak Dr. H. Alimuddin, SH., MH., M.,Kes Selaku Pembina Yayasan

Universitas Megarezky.

2. Ibu Hj. Suryani., HH., Selaku Ketua Yayasan Universitas Megarezky.

3. Bapak Prof. Dr. dr. Ali Aspar Mappahya,. Sp.JP selaku Rektor Universitas

Megarezky

4. Ibu Syamsuriyati, S.ST., SKM.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Dan Kebidanan (FKK) Universitas Megarezky.

5. Syaiful S.Kep., Ns,.M.Kep Selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Universitas Megarezky.
viii

6. Tut Handayani, S.Kep., Ns,.M.Kep Selaku Penasehat Akademik

7. Syamsyuriyana Sabar, S.Kep., Ns,.M.Kep Selaku Pembimbing 1 Yang Penuh

Kesabaran Dan Keiklasan Untuk Meluangkan Waktu, Tenaga Dan Pikiran

Dalam Mendorong Penyelesaian Skripsi Ini.

8. Sri wahyuni, S.Kep.,Ns., M.Kes. Selaku Pembimbing 2 Yang Penuh

Kesabaran Dan Keiklasan Untuk Meluangkan Waktu, Tenaga Dan Pikiran

Dalam Mendorong Penyelesaian Skripsi Ini.

9. Irwansyah, S.Kep.,MSN. Selaku Penguji Yang Meluangkan Waktunya

Memberi Bimbingan Dan Membantu Dalam Mendorong Penyelesaian Skripsi

Ini.

10. Seluruh Dosen Dan Staf Universitas Megarezky Yang Telah Memberikan

Ilmu Selama Proses Pekuliahan.

11. Kepala Puskesmas Tino beserta petugas yang telah memberikan izin dan

membantu dalam melakukan penelitian ini

12. Kedua orang tua saya tercinta serta keluarga yang memberikan kasih sayang,

do’a, motivasi dan dukungan kepada penulis selama ini

13. Teman-teman S1 Keperawatan Program B Angkatan 2019. Terimakasih

kebersamaan, dukungan, bantuan, dan motivasi dalam penyelesaian skripsi

ini

Semoga Tuhan yang Maha Esa membalas budi baik semua pihak yang

telah memberikan kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam menyelesaikan

skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi

ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karna itu, penulis mengharapkan
ix

kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan

segala kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis harapkan semoga skripsi penelitian ini berguna

dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan khususnya

Makassar-20-Desember-2021

Penulis

Erni
x

DAFTAR ISI

SAMPUL ......................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................iii
ABSTRACK.................................................................................................iv
ABSTRAK....................................................................................................v
KATA PENGANTAR..................................................................................vi
DAFTAR ISI ................................................................................................vii
DAFTAR TABEL........................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................x
DAFTAR SINGKATAN..............................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2. Rumusan masalah.......................................................................5
1.3. Tujuan penelitian........................................................................6
1.4. Manfaat penelitian......................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Hipertensi..........................................................8
2.2.1 Definisi..............................................................................8
2.2.2 Klasifikasi..........................................................................8
2.2.3 Patofisiologi.......................................................................8
2.2.4 Etiologi..............................................................................11
2.2.5 Faktor Resiko....................................................................11
2.2.6 Manifestasi Klinis..............................................................13
2.2.7 Komplikasi........................................................................14
2.2.8 Penatalaksanaan.................................................................15
2.2 Tinjauan Umum Aktivitas fisik...................................................18
2.2.1 Definisi..............................................................................18
xi

2.2.2 Jenis-Jenis Aktivitas Fisik.................................................19


2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempegaruhi Aktivitas Fisik...........20
2.2.4 Manfaat Aktivitas Fisik.....................................................21
2.2.5 Akibat Kurangnya Aktivitas Fisik.....................................21
2.2.6 Aktivitas Fisik Pada Lansia...............................................23
2.3.7 Batasan Dan Pengelompokan Lansia................................23
BAB III KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep .....................................................................24
3.2 Variabel Penelitian ...................................................................24
3.3 Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif..............................25
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Metode Penelitan .....................................................................27
4.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian ..................................................27
4.3 Populasi Dan Sampel Penelitian...............................................27
4.4 Tehnik Pengumpulan Sampel ..................................................28
4.5 Kriteria Inklusi Dan Ekslusi .....................................................28
4.6 Metode Pengumpulan Data ......................................................29
4.7 Pengolahan Dan Analisa Data .................................................29
4.8 Etika penelitian ........................................................................30
4.9 Prosedur Pengumpulan Data.....................................................33
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran lokasi penelitian.......................................................34
5.2 Hasil Penelitian.........................................................................34
5.3 Pembahasan...............................................................................43
5.4 Keterbatasan Penelitian.............................................................53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan...............................................................................54
6.2 Saran.........................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA
xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah.............................................................7

Tabel 3.1 Definisi Operasional Dan Skala Pengukuran Variabel..................25

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Puskesmas Tino

Kec. Tarowang Kab. Jenponto......................................................35

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Puskesmas

Tino Kec. Tarowang Kab. Jeneponto............................................36

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Puskesmas Tino Kec. Tarowang Kab. Jeneponto.........................37

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Puskesmas Tino

Kec. Tarowang Kab. Jeneponto....................................................38

Tabel5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Genetik Puskesmas Tino

Kec. Tarowang Kab. Jeneponto....................................................39

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik Puskesmas

Tino Kec. Tarowang Kab. Jeneponto............................................40

Tabel 5.7 Distribusi Korelasi Responden Berdasarkan Karateristik,

Kategori Aktivitas Fisik Puskesmas Tino Kec. Tarowang

Kab. Jeneponto.............................................................................41
xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Kerangka Konsep.........................................................................23

Gambar 2 : Prosedur Pengumpulan Data.......................................................33


xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Lembar Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Observasi Tekanan Darah

Lampiran 3 : Lembar Permintaan Menjadi Responden

Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 5 : Master Tabel SPSS

Lampiran 6 : Pengolahan Data SPSS

Lampiran 7 : Surat Pengambilan Data Awal Di Fakultas

Lampiran 8 : Surat Rekomendasi Izin Penelitian Di Fakultas

Lampiran 9 : Surat Rekomendasi Penelitian Ke LPPM

Lampiran 10 : Surat Rekomendasi Izin Penelitian Ke Puskesmas

Lampiran 11 : Surat Selesai Penelitian Dipuskesmas

Lampiran12 : Surat Uji Turniting

Lampiran 13: Lembar Dokumentasi Penelitian

Lampiran 14 : Daftar Riwayat Hidup Peneliti


xv

DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

AHA : Americano Heart Asosiaction

ACE : Angiotensin Converting Enzyme

HDL : High Density Lipoprotein

N : Banyak Responden

NO : Nitri Oksidat

ATP : Adenosine Triphosphate

SPSS : All Program For Social Science

COVID : Corona Virus Disease

% : Presentasi

JK : Jenis kelamin

PD : Pendidikan

PK : Pekerjaan

Nores : No Responden
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan yang cukup besar untuk

diatasi. WHO (Wold Health Organization) menyebutkan bahwa hipertensi

merupakan penyebab 1 dari 8 kematian yang ada didunia dengan angka 23%

dari total 1,7 juta penduduk. Hipertensi telah menjangkiti sebanyak 26,4%

populasi di dunia, dimana sepertiganya berada di negara berkembang dan dua

pertigannya berada di Negara maju. Sementara itu, penderita di asia juga

cukup tinggi. (Anitasari, 2019)

Data Wold Health Organization (WHO) tahun 2013 menunjukkan di

dunia terdapat 17 ribu orang setiap tahunnya meninggal karena penyakit

kardiovaskuler, 9,4 ribu diantaranya disebabkan karena komplikasi dari

hipertensi. Prevelensi hipertensi ini diperkirakan akan terus meningkat dan

diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa diseluruh dunia

menderita hipertensi, sedangkan di indonesia angkanya mencapai 31,7%. Di

Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi

hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevelensi 6-15% pada

orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi

berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor resikonya dan

90% merupakan hipertensi esensial.

Riset kesehatan dasar (Riskesdes) yang dilakukan kementerian

kesehatan tahun 2018 menghasilkan peningkatan kejadian hipertensi


2

dibandingkan hasil pada tahun 2013. Prevelesi kejadian hipertensi

berdasarkan hasil Riskesdes 2018 adalah 34,1%. Angka tersebut lebih tinggi

dibandingkan tahun 2013 yang menyentuh angka prevelensi 25,8%. Hasil

tersebut merupakan kejadian hipertensi berdasarkan hasil pengukuran

tekanan darah pada masyarakat Indonesia yang berusia 18 tahun ke atas

(Kementrian Kesehatan RI, 2018)

Presentasi tekanan darah tinggi/hipertensi Di Sulawesi Selatan tahun

2016 sebanyak 21,90%, dengan kasus tertinggi di kabupaten selayar

(32,49%), kabupaten soppeng (24,92%), kabupaten jeneponto (17,15%), dan

kabupaten takalar (14,82%). Adapun kasus terendah di kabupaten sidrap,

kabupaten luwu, dan kota makassar masing-masing (0,001%) (Riskesdes

2018)

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto menunjukkan penyakit

hipertensi menempati peringkat ke-3 dari 10 besar penyakit tingkat

puskesmas dengan proporsi 10%. Sedangkan jumlah kasus penyakit

hipertensi sepanjang tahun 2018 sebanyak 21,703 kasus (Dinkes, 2018)

Ada beberapa faktor resiko yang dapat mempengaruhi terjadinya

hipertensi secara umum seperti merokok, kurang berohlaraga, jenis kelamin,

asupan garam berlebih, alkohol, kafein, faktor genetik, usia dan kolesterol

tinggi (Lilies Sundari, 2015). Pada penelitian yang dilakukan oleh Mannan

pada tahun 2012 menunnjukkan bahwa riwayat keluarga, perilaku merokok,


3

akivitas fisik dan komsumsi garam terhadap resiko yang bermakna terhadap

kejadian hipertensi.

Hipertensi apabila tidak dikontrol dengan baik maka akan

menyebabkan komplikasi bahkan sampai kematian. Penyebab tidak

terkendalinya tekanan darah pada penderita hipertensi adalah tidak rutingnya

penderita untuk melakukan pengobatan, hal ini disebabkan karena hipertensi

seringkali tidak menunjukkan gejala atau tanda yang khas (Iswahyuni 2017).

Selain itu kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan juga menjadi salah satu

faktor penyebab tidak terkendalinya nilai tekanan darah pada penderita

tersebut (Maharani dan Syarfandi, 2018)

Aktivitas fisik yang baik dan teratur merupakan salah satu cara efektif

untuk membantu menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Aktivitas fisik yang teratur dan cukup dapat menguatkan otot jantung

sehingga jantung dapat memompa lebih banyak darah dengan usaha yang

minimal. Efeknya, kerja jantung menjadi lebih ringan sehingga hambatan

pada dinding arteri berkurang, dengan demikian tekanan darah akan

mengalami penurunan. Oleh sebab itu penderita hipertensi dianjurkan untuk

beraktivitas fisik secara teratur (Junaidi, 2010)

Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa kegiatan fisik yang

dilakukan secara teratur menyebabkan perubahan-perubahan misalnya

jantung akan bertambah kuat pada otot polosnya sehingga daya tampung

besar dan denyutannya kuat dan teratur, selain itu elastisitas pembuluh darah
4

akan bertambah karena adanya relaksasi dan vasodilatasi sehingga timbunan

lemak akan berkurang dan meningkatkan kontruksi otot dinding pembuluh

darah tersebut dan dapat dikatakan bahwa seseorang yang aktivitas fisiknya

kurang bisa membuat organ tubuh dan pasokan darah maupun oksigen

menjadi tersendat sehingga dapat menyebabkan tekanan darah meningkat

(Khomarun, Nugroho, & Wahyuni, (2014); Harahap, Rochadi, & Sarumpet,

(2017); Hasanudin. Ardiyan, & Perwiraningtyas, (2018)

Penelitian yang dilakukan oleh Iswahyuni (2017) menyatakan bahwa ada

hubungan antara aktivitas fisik dengan hipertensi (baik systole maupun

diastole). Semakin aktif fisiknya semakin normal tekanan darahnya, dan

semakin tidak aktif aktivitas fisiknya maka semakin tinggi tekanan darah baik

pada hipertensi sistole maupun diastole. Hasil penelitian lain yang dilakukan

oleh (Herwati Dan Sartika, 2014) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara beraktivitas fisik dengan terkontrolnya tekanan darah pada

penderita hipertensi.

Berdasarkan data awal yang didapatkan Di Puskesmas Tino Kecamatan

Tarowang Kabupaten Jeneponto pada tahun 2020 dimana kasus hipertensi

sebanyak 38 orang dengan pendataan 3 bulan terakhir yaitu Oktober-

Desember. (Puskesmas Tino 2020).

Wilayah Kabupaten Jeneponto yang merupakan sebagian dataran tinggi

sehingga banyak warga yang memanfaatkan sebagai lahan untuk bertani dan

berkebun, sebagian lagi merupakan daerah pesisir pantai, dimana


5

penduduknya mayoritas nelayan dan petani rumput laut. Masyarakat

jeneponto merupakan masyarakat yang mempunyai jenis pekerjaan yang

berbeda-beda sehingga aktivitas yang dilakukan juga berbeda-beda.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh bahwa aktivitas fisik

yang kerap kali mereka lalukan adalah bekerja sesuai dengan jenis

pekerjaanya masing-masing contohnya seperti PNS/nonPNS bekerja

dikantor, petani bekerja di kebun/sawah, IRT bekerja sebagaimana mestinya

dengan IRT lainnya. Sehingga status aktivitas fisik mereka juga berbeda-

beda, contohnya mulai dari yang baik, cukup dan kurang dan itu semua

tergantung dari jenis pekerjaanya. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Aktivitas Fisik

Terhadap Kejadian Hipertensi Diwilayah Kerja Puskesmas Tino Kecamatan

Tarowang Kabupaten Jeneponto”

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih

lanjut tentang “Bagaimana Gambaran Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian

Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Tino Kecamatan Tarowang

Kabupaten Jeneponto”
6

1.3. Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Di indetifikasinya Gambaran Aktivitas Fisik Pada Penderita Hipertensi

Di Wilayah Kerja Puskesmas Tino Kecamatan Tarowang Kabupaten

Jeneponto

1.3.2 Tujusan Khusus

a. Diketahuinya Gambaran Karakteristik Pasien Hipertensi Di Wilayah

Kerja Puskesmas Tino Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto

b. Di indentifikasinya Gambaran Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian

Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Tino Kecamatan Tarowang

Kabupaten Jeneponto

1.4. Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat peneltian bagi mahasiswa

Dapat menambah pengetahuan tentang gambaran aktivitas fisik

terhadapt kejadian hipertensi dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk

penerapan ilmu yang didapat dibangku perkuliahan dan dapat

menganalisa suatu masalah khususnya akivititas fisik pada pasien

hipertensi

1.4.2 Manfaat penelitian bagi puskesmas

Dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

dan program-program kesehatan terutama mengenai penyakit

hipertensi

1.4.3 Manfaat penelitian bagi masyarakat umum


7

Dapat memberi informasi mengenai gambaran aktivitas fisik agar

dapat mencegah peningkatan tekanan darah/hipertensi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tentang Hipertensi

2.2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang ditandai dengan

sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg. Hipertensi juga disebut


8

“silent killer disease” karena datang secara tiba-tiba dan tidak

menunjukkan gejala yang akurat (Kementerian Kesehatan, 2013)

2.2.2 Klasifikasi

Klasifikasi tekanan darah menurut (AHA) (2018) terbagi menjadi

lima, yaitu:

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi TD Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolic

mmHg mmHg

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-129 <80

Hipertensi stadium I 130-139 80-89

Hipertensi stadium II >140 >90

Hipertensi stadium III >180 >120

2.2.3 Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya hipertensi primer bersifat kompleks saling

berpengaruh terhadap berbagai faktor. Faktor yang mendominasi

terjadinya hipertensi ada 3, antara lain peran volume intravaskuler,

peran kendali system saraf simpatis, dan peren reflex baroreseptor.

Menurut Kaplan NM (2010) nilai tekanan darah merupakan hasil

interaksi antara curah jantung dan resistensi perifer total.


9

Volume intravaskular berperan terhadap kejadian hipertensi.

Volume intravaskular merupakan determinan utama untuk kestabilan

tekanan darah, tergantung pada keadaan resistensi perifer total. Bila

asupan NaCl meningkat maka ginjal akan meningkatkan eksresi garam

melalui urin. Apabila eksresi tersebut melampaui ambang batas, maka

ginjal akan meretensi H2O sehingga volume intravaskular meningkat.

Pada gilirannya curah jantung akan meningkat yang mengakibatkan

terjadi ekspansi volume intravaskular sehingga menyebabkan tekanan

darah menjadi tinggi (Setiati et al., 2014)

Reflex baroreseptor memiliki peran terhadap kejadian hipertensi.

Setiap adanya perubahan pada tekanan darah makan akan memicu

refleks baroreseptor. Bila tekanan darah menurun secara akut maka

baroreseptor akan teraktivasi dan akan meningkatkan aktivasi saraf

simpatis. Selanjutkan akan terjadi peningkatan sekresi renin oleh

macula densa apparatus duxra glomerulus ginjal. Adapun proses

pembetukan renin dimulai dari pembentukan angiotensinogen yang

dibuat dihati. Selanjutnya angiotensinogen akan diubah menjadi

angiotensin I oleh renin. Lalu angiotensin I akan diubah menjadi

angiotensin II oleh ACE (Angiotensin Converting Enzyme).

Angiotensin II menyebabkan peningkatan aldosterone dan meretensi

Na+/H2O dan dapat menyebabkan vasokontriksi otot polos vaskuler

sehingga tekanan darah menjadi naik (Setiati et al., 2014)


10

Refleks baroreseptor adalah mekanisme jangka Pendek yang

dilakukan tubuh untuk mengatur curah jantung dan resistensi perifer

total dalam upaya untuk memulihkan tekanan darah ke normal. Ketika

tekanan arteri rerata meningkat maka reseptor baroreseptor akan

meningkat sehingga kecepatan lepas muatan di neuron-neuron eferen

meningkat dan sebaliknya. Baroreseptor tidak berespon untuk

menurunkan tekanan darah kembali ke normal selama hipertensi. Pada

tekanan darah yang terus-menerus tinggi, baroreseptor tetap berfungsi

untuk mengatur tekanan darah, tetapi reseptor ini mempertahankan

tekanan darah pada tingkat yang lebih tinggi karena beradaptasi

terhadap tekanan darah yang lebih tinggi (Sherwood, 2014).

2.2.4 Etiologi

Berdasarkan penyebab terjadinya, hipertensi dibedakan menjadi 2

bagian yaitu hipertensi primer dengan sekunder.

a. Hipertensi primer merupakan hipertensi dengan penyebab klinis

yang tidak dikertahui penyebabnya secara pasti, jenis hipertensi

primer sering terjadi pada populasi dewasa antara 80-95% dari

penderita hipertensi. Hipertensi primer tidak bisa disembuhkan,

akan tetapi bisa dikontrol dengan terapi yang tepat. Berdasarkan

hal tersebut, faktor penyebab seperti genetik, usia serta kurangnya


11

aktivitas fisik mungkin berperan penting untuk terjadinya

hipertensi primer. (Tanto, et al., 2016)

b. Hipertensi sekunder terjadi akibat suatu penyakit atau kelainan

yang mendasari seperti stenosis arteri renalis, penyakit parengkim

ginjal, hiperladosteron, serta lain sebagainnya. Penatalaksanaan

untuk hipertensi sekunder adalah dengan cara mengobati penyakit

penyebabnya terlebih dahulu. Hipertensi sekunder yang bersifat

akut menandakan bahwa adanya perubahan pada curah jantung.

(Tanto et al., 2016)

2.2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi

Faktor yang sering menyebabkan hipertensi antara lain faktor

usia, keturunan, jenis kelamin serta gaya hidup yang buruk. Berikut

faktor-faktor reesiko terjadinya hipertensi (Padilla, 2015)

a. Usia

Prehipertensi terjadi diusia 20 tahun keatas dan akan terus

meningkat dengan bertambahnya usia. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Kishore, Gupta, Kohli dan Kumar (2016).

Menunjukkan bahwa kejadian hipertensi lebih tinggi pada individu

yang berusia lebih dari 35 tahun. Usia mempengaruhi terjadinya

hipertensi dikerenakan dengan bertambahnya usia maka elastisitas

pembuluh darah menurun dan membuat jantung sulit untuk

mengalirkan darah ke seluruh tubuh sehingga jantung harus bekerja


12

extra untuk memompa darah yang menyebabkan peningkataan

tekanan darah.

b. Keturunan

Seseorang yang memiliki riwayat keturunan hipertensi beresiko

tinggi terkena hipertensi karena berhubungan dengan adanya

kelainan angiotensin dan berhubungan erat dengan gen yang

terdapat pada kromoson kelamin, karena orang tua dengan

hipertensi akan mewariskan hipertensi kepada anaknya (Butler,

2016)

c. Jenis kelamin

Angka kejadian hipertensi menunjukkan bahwa laki-laki memiliki

presentase yang lebih tinggi dari pada perempuan yaitu 40,9%

untuk laki-laki, sedangakan untuk perempuan 26,0% (Singh,

Sangkar, & Singh 2017). Kejadian hipertensi pada laki-laki lebih

sering ditemukan dibandingkan perempuan karena perempuan

dilindungi oleh hormon ekstrogen yang berperan dalam

meningkatkan kadar high density lipoprotein (HDL). Namun,

perempuan beresiko lebih tinggi memiliki hipertensi setelah

menopause karena dipengaruhi oleh hormon eksterogen yang

menurun akibat bertambahnya usia dan perempuan rentang terkena

stress yang akan menimbulkan hipertensi

d. Gaya hidup
13

Gaya hidup yang merupakan kebiasaan yang dilakukan seseorang

di dalam kehidupan. Gaya hidup yang buruk seperti mengosumsi

makanan berlemak dan mengandung tinggi natrium, kurang

aktivitas fisik (olahraga), alkohol, merokok, dan stress dapat

menyebabkan kejadian hipertensi (Hafid, 2015)

2.2.6 Manifestasi Klinis

Hipertensi tidak memiliki tanda atau gejala khusus sehingga sulit

untuk mendeteksi seseorang terkena hipertensi. Gejala-gejala yang

mudah untuk diamati seperti terjadi pada gejala ringan seperti

pusing/sakit kepala, wajah tempak kemerahan, cemas, sulit tidur,

sesak nafas, rasa berat ditengkuk, serta mudah lelah (Fauzi, 2014)

Sebagian besar manifestasi klinis hipertensi dapat muncul setelah

mengalami hipertensi selama bertahun-tahun. Manifestasi klinis yang

timbul dapat berupa nyeri kepala disertai mual dan muntah akibat

peningkatan tekanan darah intrakranium. Langkah menjadi tidak

seimbang karena kerusakan susunan saraf, penglihatan kabur akibat

kerusakan retina, edema dependen akibat peningkatan perifer dan

nokturi karena peningkatan aliran darah ginjal stroke atau serangan

iskemik trasien dapat timbul akibat adanya keterlibatan pembuluh

darah otak yang bermanifestasi sebagai hemiplegia atau gangguan

tajam penglihatan. (Nuraini, 2015)


14

2.2.7 Komplikasi

Komplikasi yang disebabkan oleh hipertensi adalah sebagai berikut:

a. Gagal jantung, disebabkan oleh resistensi pembuluh darah

sehingga memberikan beban ekstra pada jantung untuk

mengedarkan darah dan oksigen keseluruh tubuh (WHO, 2017)

b. Stroke, disebabkan oleh jantung yang memompa lebih keras untuk

menyalurkan darah keseluruh tubuh dalam jangka waktu yang

lama. Sehingga, elastisitas pembuluh darah melemah dan

mengalami kerusakan yang mengakibatkan penyumbatan di

pembuluh darah dan mengakibatkan pecahnya pembuluh darah

diotak. (Usrin, Mutiara,& Yuhadi, 2011)

c. Ginjal mempengaruhi arteri sehingga menyebabkan kerusakan

fungsi ginjal karena adanya faktor pemicu seperti natrium yang

berlebihan di dalam tubuh yang menyebabkan ginjal sulit untuk

mengeluarkan urin akibat natrium mengikat air didalam ginjal

(WHO, 2017)

d. Aterosklerosis merupakan penurunan elastisitas pembuluh darah

akibat kekakuan pembuluh darah yang disebabkan oleh

terbentuknya plak. (WHO, 2017

2.2.8 Penatalaksanaan

a. Non-farmakologi
15

Penatalaksanaan hipertensi primer dapat dimulai dengan

modifikasi gaya hidup. Dari beberapa penelitian membuktikan

bahwa pola hidup sehat dapat menurunkan tekanan darah serta

dapat menurunkan resiko permasalahan kardiovaskuler. Strategi

hidup sehat yang dijalani minimal selama 4-6 bulan merupakan

penatalaksanaan awal untuk pasien hipertensi derajat 1 tanpa

resiko kardiovaskuler lain. Terapi farmakologi dapat dimulai jika

tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan atau

didapatkan faktor resiko kardiovaskuler yang lain (PERKI, 2015).

Pola hidup sehat yang dianjurkan antara lain :

1) Penurunan berat badan

Bagi penderita hipertensi yang memiliki berat badan berlebih

maka dianjurkan untuk menurunkan berat badannya sesuai

dengan indeks massa tubuh normal (Tanto et al., 2016)

2) Mengurangi asupan garam

Dianjurkan untuk mengosumsi garam tidak lebih dari 2

gr/hari. Diet rendah garam bermanfaat untuk mengurangi

dosis obat hipertensi pada pasien hipertensi derajat >2

(PERKI, 2015)

3) Aktivitas fisik
16

Target aktivitas fisik yang disarankan minimal 30 menit/hari,

dilakukan paling tidak 3 hari dalam seminggu. Terhadap

pasien yang tidak memiliki waktu untuk olahraga secara

khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk beraktivitas

fisik seperti berjalan kaki, mengendarai sepede, atau menaiki

tangga dalam aktivitas rutin mereka ditempat kerjanya

masing-masing (Tanto et al., 2016)

4) Tidak komsumsi alcohol

Komsumsi alcohol lebih dari 2 gelas perhari pada pria atau 1

gelas/hari pada wanita dapat meningkatkan tekanan darah

5) Tidak merokok

Merokok merupakan salah satu faktor resiko utama penyakit

kardiovaskuler. Penderita hipertensi sangat dianjurkan untuk

tidak merokok

b. Farmakologis

Secara umum terapi farmakologis dapat langsung dimulai

pada pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan

tekanan darah setelah lebih dari 6 bulan setelah menjalani pola

hidup sehat, pasien hipertensi derajat 1 dengan penyakit penyerta

dan pada pasien dengan hipertensi derajat >2 (Tanto et al., 2016)

Penatalaksanaan hipertensi berbasis resiko penyakit

kardiovaskuler dan tekanan darah lebih efisien dan efektif dari

segi biaya jika dibanding berbasis tekanan darah saja. Indonesia


17

masih mengacu pada algoritma yang diterbitkan oleh JNC VII

dalam penatalaksanaan hipertensi. Pilihan terapi dimulai dengan

modifikasi gaya hidup. Pemberian obat disesuaikan dengan

stadium hipertensi dan indikasi penyakit lain seperti gagal

jantung, riwayat infark miokardium, resiko tinggi penyakit

coroner, diabetes, penyakit ginjal kronis, serta riwayat stroke

berulang (Carey Dan Whelton, 2018)

2.2 Tinjauan Umum Aktivitas fisik

2.2.1 Definisi

Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang membutuhkan sebuah pengeluaran energi.

Sedangkan latihan (exercise) merupakan subkategori dari aktivitas fisik.

Exercise yaitu aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, berulang dan

bertujuan untuk meningkatkan serta memelihara kebugaran tubuh

(Dasso, 2019). Aktivitas fisik dapat dikategorikan sebagai aktivitas

bermain, bekerja, melakukan pekerjaan rumah, serta berekreasi.

Menurut WHO akivitas fisik adalah gerakan tubuh yang

dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan sejumlah pengeluaran

energi dan melibatkan proses biokimia dan biomekanik. Selama

seseorang melakukan aktivitas fisik, maka tubuh akan tetap

memerlukan energy untuk bergerak, jantung serta paru-paru juga

memerlukan tambahan energi yang menghantarkan zat-zat gizi serta

oksigen ke seluruh tubuh. Banyaknya energi yang dikeluarkan


18

tergantung pada seberapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan

seberapa berat aktivitas fisik yang telah dilakukan.

Ada beberapa metode yang dapat dilakukan dalam mengukur

aktivitas fisik. Dimana metode tersebut dapat dibagi menjadi dua

bagian yaitu metode subjektif dan metode objektif. Penilaian aktivitas

fisik secara subjektif dilakukan dengan pengunaan kuesioner, dari

aktivitas fisik, ataupun dengan observasi secara langsung. Pengukuran

aktivitas fisik dengan menggunakan metode subjektif dan objektif dapat

dikombinasikan untuk memperoleh penilaian aktivitas fisik yang

bersifat lebih menyeluruh (Anggunadi dan Sutaria, 2017).

2.2.2 Jenis-Jenis Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik di bagi menjadi 3 bagian antara lain;

1. Aktivitas fisik ringan merupakan aktivitas yang membutuhkan

sedikit tenaga dan tidak menyebabkan perubahan pada pemanansan

serta ketahanan (endurance). contohnya seperti menyapu lantai,

membersihkan kendaraan, bermain computer/hp, mengepel lantai,

berdandan dan lain sebagainya

2. Aktivitas fisik sedang adalah aktivitas yang membutuhkan tenaga

intens secara terus menerus, aktivitas sedang dilakukan minimal 20

menit/hari. contohnya seperti berjalan kecil, bersepeda dan bermain

alat musik
19

3. Aktivitas fisik berat seringkali dihubungkan dengan olahraga yang

membutuhkan kekuatan (strength). misalnya bermain sepak bola,

karate serta berlari cepat

Berdasarkan aktivitas tersebut, dapat dismpulkan bahwa

kurangnya aktivitas fisik dipengaruhi oleh faktor obesitas, orang

dengan obesitas dapat melakukan olahraga minimal 30 menit guna

untuk kesehatan jantung, dan 60 menit untuk mencegah kenaikan

berat badan sedangkan 90 menit untuk menurunkan berat badan

(Nurmalina 2011)

2.2.3 Faktor-faktor yang mempegaruhi aktivitas fisik

Menurut (British Heart Foundation (BHF), 2014) yaitu

1. Faktor biologis

a) Usia

Semakin bertambahnya usia maka semakin berkurang pula

aktivitas fisik yang biasa dilakukan seseorang

b) Jenis kelamin

Biasanya laki-laki lebih cenderung mempunyai aktivitas berat

dari pada perempuan

2. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang mampu memberikan efek yang positif

dalam aktivitas fisik, diantarannya;


20

a) Akses untuk program dan fasilitas tersedia seperti lapangan,

taman bermain, dan area untuk aktivitas fisik

b) Adanya area berjalan serta bersepeda

c) Adanya waktu untuk bermain ditempat terbuka

d) Perbedaan struktur bangunan yang secara tidak langsung

mempegaruhi kebiasaan aktivitas fisik diperkotaan dan

pedesaan.

2.2.4 Manfaat Aktivitas Fisik

Hasil dari beberapa Negara menyebutkan bahwa aktivitas fisik

yang memadai akan bermanfaat untuk kesehatan, terutama dalam

mengurangi resiko penyakit kronis seperti obesitas atau gizi lebih,

jantung, stroke, diabetes melitus tipe 2 dan depresi.

Secara umum manfaat aktivitas fisik dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Manfaat fisik secara biologis: menjaga tekanan darah tetap

stabil/normal, meningkatkan daya tahan tubuh, menjaga berat

badan ideal, menguatkan tulang dan otot, serta meningkatkan

kelenturan tubuh dan meningkatkan kebugaran.

2. Manfaat aktivitas fisik secara psikis atau mental : dimana dapat

mengurangi stres, meningkatkan percaya diri, serta membangun

sportifitas, dan memupuk rasa tanggung jawab dan membangun

kesetiakawanan sosial.

2.2.6 Akibat Kurangnya Aktivitas Fisik


21

Kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan resiko penderita

hipertensi. Orang yang tidak aktif akan cenderung mempunyai

frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya

harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin besar dan

seringnya otot jantung memompa, maka makin besar pula tekanan yang

dibebankan pada arteri sehingga tekanan darah akan meningkat. (Nur

Afni Karim, Franly Onibala, 2018)

Aktivitas fisik yang teratur membantu meningkatkan efisiensi

jantung secara keseluruhan. Mereka yang secara fisik aktif umumnya

mempunyai tekanan darah yang lebih rendah dan lebih jarang terkena

darah tinggi. Seseorang yang sering aktif fisiknya cenderung untuk

mempunyai fungsi otot dan sendi yang lebih baik, karena organ-organ

demikian lebih kuat dan lebih lentur di bandingkan dengan orang yang

tidak pernah/jarang melakukan aktivitas.

Aktivitas fisik mempunyai dampak terhadap gangguan

metabolisme tubuh seseorang. Ada berbagai macam penyakit yang

muncul akibat dari kurangnya aktivitas fisik berawal dari

ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang

dikeluarkan. Melalui aktivitas fisik, penyakit yang kemungkinan akan

terjadi yang disebabkan karena kurangnya aktivitas diantarannya seperti

hipertensi, obesitas, diabetes melitus, jantung koroner, dan

osteoporosis.
22

2.2.7 Aktivitas Fisik Pada Lansia

Aktivitas fisik untuk lansia yang dianjurkan menurut kemenkes RI

(2018) yaitu :

1. Durasi minimal 150/menit untuk latihan fisik sedang atau 17 menit

untuk latihan fisik berat dalam waktu seminggu.

2. Setiap praktik, durasi aktivitas berlangsung pada sebentar 10 menit

jika responden sudah terbiasa dengan durasi ajuran tersebut, maka

durasi olahraga untuk lansia dalam intesintas sedang selama 30

menit atau intensitas berat selama 130 menit sepekan.

3. Sebagian besar lansia mempunyai kendala dalam koordinasi tubuh,

sehingga membutuhkan sesi latihan keseimbangan minimal 3 kali

seminggu, sedangkan untuk latihan otot minimal 2 kali seminggu.

Ada banyak pilihan jenis aktivitas fisik untuk lansia yang dapat

disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk intensitas sedang, misalnya,

jalan kaki jarak dekat, membersihkan rumah, bersepeda, naik

tangga, hingga berkebun. Sementara itu, aktivitas berat meliputi

berenang, yoga, jogging, jalan cepat, menggedong anak, sampai

bulu tangkis.

2.2.7 Batasan dan Pengelompokan Lansia

WHO mengelompokkan lansia menjadi 4 kelompok yang meliputi:

1. Usia pertengahan (Midle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59

tahun
23

2. Lanjut usia (Elderly) antara 60 dan 74 tahun

3. Lanjut usia tua(Old) antara 75 dan 90 tahun

4. Usia sangat tua (Very old) ialah usia diatas 90 tahun (Bandiyah

2009)

Menurut Prof Dr. Ny Sumiati Ahmad Mohamad, membagi

periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut :

1. 0-1 tahun = masaa bayi.

2. 1-6 tahun = masa pra sekolah.

3. 6-10 tahun = masa sekolah

4. 10-20 tahun = masa pubertas.

5. 40-65 tahun = masa setengah umur (prasenium)

6. 65 tahun ke atas = masa lanjut usia(senium) (Bandiyah, 2009).

Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 1998

tentang Kesejahteraan Lanjut Usia yang dikutip oleh Suardiman (2011),

sebagai berikut : Dalam pasal 1 ayat 2 Undang-undang No. 13 Tahun

1998 tersebut dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan lanjut usia

adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas.

Berdasarkan beberapa teori diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

batasan lanjut usia (khususnya secara umum di Indonesia) dapat

dimulai dari usia kronologis setelah dewasa akhir, yang dimulai dari

usia 60 tahun. Menurut Departemen Kesehatan RI (2010)

pengelompokkan lansia menjadi :

1. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang


24

menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)

2. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki

masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)

3. lansia beresiko untuk menderita berbagai penyakit (65-74 tahun)


23

BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep

Aktivitas fisik yang teratur membantu meningkatkan efisiensi jantung

secara keseluruhan. Mereka yang secara fisik aktif umumnya mempunyai

tekanan darah yang lebih rendah dan lebih jarang terkena tekanan darah

tinggi. Seseorang yang secara aktif dalam beraktivitas cenderung mempunyai

fungsi otot dan sendi yang lebih baik, karena organ-organ demikian lebih

kuat dan lebih lentur.

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140

mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah dengan jangka waktu yang lama

dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal, jantung dan otak apabila tidak

dilakukan pengobatan secara dini (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2017).

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Aktivitas fisik Hipertensi


Keterangan :

Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak di teliti :


24

3.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah karateristik yang diamati yang mempunyai variasi nilai

dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara

empiris atau ditentukan tingkatannya. Adapun variabel dalam penelitian ini

yaitu :

3.3.1 Variabel Independent

Variabel independent (bebas) merupakan variabel yang

mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain. Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel independent yaitu : aktivitas fisik

3.3.2 Variabel Dependen

Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi

nilainya oleh variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

dependen yaitu : hipertensi


25

3.3 Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

Tabel 3.1 Definisi Operasional Dan Skala Pengukuran Variabel


Variabel Definisi operasional Cara Pengukuran Kategori Skala

penelitian

Variabel Tekanan darah yang Pengukuran secara Responden yang

terikat: melebihi batas langsung menderita hipertensi

hipertensi normal dimana menggunakan Nominal

systole >140 mmHg sfigmomanometer

sedangkan tekanan

darah diastole >90

mmHg

Umur Lama waktu hidup Ditanyakan saat 1. 20-35 Tahun

sejak dilahirkan wawancara kepada 2. 36-45 Tahun

sampai saat responden 3. 46-55 Tahun Ordinal

pelaksanaan 4. 56-65 Tahun

penelitian diukur

dalam waktu tahunan

Riwayat Memiliki orang tua Ditanyakan saat 1. Ada keturunan

keluarga (ayah, ibu), kakek, wawancara kepada 2. Tidak ada Nominal

nenek dan saudara responden keturunan

kandung yang

menderita hipertensi

Variabel Setiap gerakan tubuh Ditanyakan saat 1. Baik 76-100%

bebas: yang dihasilkan oleh wawancara kepada 2. Cukup 56-75% Ordinal


26

Aktivitas otot rangka yang responden 3. Kurang <55%

Fisik memerlukan energi (Nursalam,

2013)

BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriktif

dengan pendekatan retrosfektif. Dimana Pada penelitian ini yang dinilai


27

adalah tingkat aktivitas fisik, baik, cukup dan kurang pada responden

tersebut.

4.2 Lokasi dan waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Tino

Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian telah lakukan dari tanggal 14-28 juni 2021

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah masyarakat yang mengalami

hipertensi yang bertempat tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Tino

Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto. Dengan jumlah pasien

sebanyak 38 orang.

4.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagain populasi yang akan diteliti atau sebagian dari

karateristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2015)

Sampel dalam penelitian adalah masyarakat yang bertempat tinggal

diwilayah kerja Puskesmas Tino Kecamataan Tarowang Kabupaten

Jeneponto sejumlah 38 orang

4.4 Tehnik Pengumpulan Sampel


28

Tehnik pengumpulan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik

purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kriteria

spesifik yang telah ditetapkan peneliti.

4.5 Kriteria Inklusi Dan Ekslusi

4.5.1 Adapun Kriteria Inklusi Sebagai Berikut

a. Responden merupakan warga yang bertempat tinggal Di Wilayah

Kerja Puskesmas Tino Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto

b. Responden yang tidak memiliki gangguan psikotik

c. Responden tidak memiliki cacat pada anggota gerak bagian bawah

d. Responden dengan tekanan darah 130/80-140/90 mmHg

e. Responden dengan umur 20-65 tahun

4.5.2 Adapun Kriteria Ekslusi Sebagai Berikut

a. Responden mengalami stroke yang mengakibatkan gangguan

aktivitas fisik pada separuh anggota tubuh atau seluruh anggota

tubuh

b. Responden mengosumsi alcohol

c. Responden dengan gangguan kejiwaan

4.6 Metode Pengumpulan Data

4.6.1 Instrumen

Instrument dalam penelitian ini adalah alat pengumpul data yang

dilakukan untuk memperoleh data yang sesuai, baik itu data kualitatif

maupun kuantitatif (Ridwan, 2015). Instrument yang digunakan dalam


29

penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kuesioner tertutup yaitu keusioner yang sudah

disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih

(Suharsimi, 2010). Adapun isntrumen penelitian sebagai berikut :

a. Data demografi meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan

terakhir, pekerjaan dan riwayat hipertensi

b. Instrument dalam penelitian adalah kuesioner dengan

menggunakan skala ordinal dengan kategori baik, cukup dan

kurang (Nursalam, 2013).

4.7 Pengolahan Dan Analisa Data

4.7.1 Pengolahan data

Setelah data terkumpul, dilanjutkan dengan pengolahan data secara

manual. Sebelum dianalisa terlebih dahulu diadakan

a. Editing

Setelah data terkumpul dapat dilakukan untuk memeriksa

kelengkapan data dan seragaman data

b. Koding

Merupakan pemberian kode pada data/kooding kuesioner

c. Tabulasi

Untuk memudahkan analisa data, maka data dikelompokkan

kedalam tabel kerja, kemudian data dianalisa secara statistik

deskriptif dan analisis hubungan melalui perhitungan presentasi

dan hasil perhitungan jumlah (Hidayat, 2009)


30

4.7.2 Analisa data

a. Analisa univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menggambarkan atau

mendeskripsikan data responden yang telah terkumpul. Data dibagi

menjadi dua kelompok yaitu data khusus dan data umum. Data

khusus terdiri dari variabel bebas berupa aktivitas fisik. Sedangkan

data umum terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir,

pekerjaan dan riwayat hipertensi

4.8 Etika Penelitian

Etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dan harus diperhatikan karena penelitian keperawatan berhubungan

langsung dengan manusia. Peneliti harus memahami hak dasar manusia

karena manusia memiliki kebebasan dalam menentukan diri, sehingga

penelitian yang dilakukan menjunjung tinggi kebebasan manusia

(Sastroasmoro & Ismael, 2014). Prinsip etika yang harus diperhatikan adalah

sebagai berikut:

4.8.1 Menghargai harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).

Lembar informed concent adalah suatu bentuk menghargai harkat

dan martabat manusia. Informed concent diberikan dalam bentuk

lembar persetujuan kepada subjek untuk menjadi responden sebelum

penelitian dilakukan, yang sebelumnya dijelaskan tentang maksud,

tujuan, serta dampak menjadi respoden. Jika subjek bersedia menjadi

responden, maka subjek harus menandatangani lembar informed


31

concent. Jika subjek menolak, maka peneliti harus menghormati hak-

hak responden. Hal - hal yang harus ada pada lembar informed concent

adalah tujuan dan manfaat dilakukan penelitian, jenis data yang

dibutuhkan, partisipasi responden, komitmen, prosedur pelaksanaan,

potensial masalah yang akan terjadi, informasi yang mudah dihubungi,

dan lain-lain.

4.8.2 Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for

prifacy and confidentiality)

Memberikan jaminan kerahasiaan penelitian, baik berupa

identitas responden, hasil penelitian dan informasi-informasi lainnya

terkait responden. Informasi yang telah dikumpulkan oleh peneliti

akan dijamin kerahasiaannya dan hanya kelompok data tertentu yang

akan dilaporkan untuk hasil riset. Penelitian ini hanya menampilkan

data-data yang berhubungan dengan penelitian saja. Peneliti juga

menjamin kerahasiaan informasi yang didapatkan dari responden

dengan hanya menuliskan kode saja pada lembar instrumen

pengumpulan data.

4.8.3 Keadilan dan inkluitas/keterbukaan (respect for justice an inclusivenes)

Prinsip kejujuran dan keterbukaan serta kehati-hatian perlu dijaga

oleh peneliti, dengan menjelaskan prosedur penelitian dan memperoleh

perlakuan dan keuntungan yang sama bagi responden tanpa membeda-

bedakannya.
32

4.8.2 Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (Balancing

Harms And Benefits)

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur sehingga

diharapkan mendapatkan hasil yang bermanfaat bagi responden yaitu

untuk mengetahui aktivitas fisik responden, sehingga pasien akan

termotivasi untuk mengontrol tekanan darah. Penelitian ini tidak

mengandung unsur bahaya atau merugikan responden akibat penelitian

merupakan jenis penelitian yang baik. Peneliti menjamin keselamatan

dan tidak memperburuk kondisi responden selama penelitian

berlangsung. Peneliti meminimalisir kerugian atau dampak merugikan

bagi responden yaitu dengan cara peneliti melihat apakah responden

dalam kondisi yang sehat saat dilakukannya penelitian. Jika terdapat

responden yang tidak sehat maka penelitian dapat ditunda dengan

harapan tidak memperburuk kesehatan responden (Notoatmodjo, 2012)


33

4.9 Prosedur Pengumpulan Data

Proposal penelitian

Pengajuan Surat Izin Penelitian Ke Prodi

Pengajuan Surat Izin Penelitian Ke Fakultas

Pengajuan Surat Izin Penelitian Ke LPPM

Mengajukan Surat Izin Penelitian Ke Puskesmas

Mengajukan Informed Consent Penelitian Kepada


Subjek/Sampel Penelitian
34

Pengumpulan Data Dan Pengolahan Data Menggunakan SPSS

Analisa Data

Hasil Dan Kesimpulan

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas tino pada tanggal

14-28 juli 2021. Secara geografis Puskesmas Tino Kecamatan Tarowang

Kabupaten Jeneponto terletak dijalan poros Jeneponto-Bantaeng. Adapun

batas-batas Puskesmas Tino adalah sebagai berikut

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupeten Bantaeng

2. Sebelah selatan berbatasan dengan dengan desa Balang Loe Tarowang

3. Sebelah timur berbatasan dengan laut flores

4. Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Paccinongan

5.2 Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriktif dengan pendekatan

retrosfektif yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas fisik masa lampau


35

responden yang dilakukan beberapa bulan terakhir. Penelitian ini telah

dilakukan mulai 14-juni-2021 sampai 28-juni-2021 dengan jumlah sampel

sebanyak 38 orang dengan menggunakan metode purposive sampling. Hasil

data primer diperoleh dengan menggunakan kuosioner, sedangkan data

sekunder diperoleh dari tempat penelitian yaitu puskesmas setempat.

1. Data Demografi Responden

a) Umur Responden

Tabel 5.1
Distribusi Karateristik Responden Berdasarkan Umur Responden di
PuskesmasTino Kec. Tarowang Kab. Jeneponto
Usia Responden N N (%)

23-35 5 12,5

36-45 7 17,5

46-55 9 22,5

56-65 17 44,7

Total 38 100

Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 38 responden,

sebagian besar besar responden berusia 56-65 tahun sebanyak 17


36

responden (44,7%) dan sebagian kecil responden berusia 23-35 tahun

sebanyak 5 responden (12,5%).

b) Jenis Kelamin

Tabel 5.2
Distrribusi Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamindi Puskesmas Tino
Kec. Tarowang Kab Jeneponto
Jenis kelamin N N %

Laki-laki 10 10 25

Perempuan 28 30 73,7

Total 38 40 40 100

Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 38 responden,

sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu 28 orang

(73,7%) dan sebagian kecil responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak

10 orang (25%).
37

c) Pendidikan terakhir

Tabel 5.3
Distribusi Karateristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di
Puskesmas Tino Kec. Tarowang Kab. Jeneponto
Pendidikan terakhir N NN %

Tidak sekolah 17 44,7

SD 15 39,5

SMP 2 5

SMA/SMK 3 7,5

S1 1 2,5

Total 38 40 100

Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 38 responden, sebagian

besar responden tidak berpendidikan yaitu 17 orang (44,7%) dan sebagian

kecil responden adalah berpendidikan S1 sebanyak 1 orang (2,5%)


38

d) Pekerjaan

Tabel 5.4
Distribusi Karateristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Tino
Kec. Tarowang Kab. Jeneponto
Pekerjaan Responden N %

Tidak Bekerja 3 7,5

Irt 22 57,9

Petani 8 20,0

Pedagang 4 10,0

Guru 1 2,5

Total 38 100

Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 38 responden, sebagian

besar responden bekerja sebagai IRT sebanyak 22 orang (57,9%) dan

sebagian kecil memiliki pekerjaan sebagai Guru sebanyak 1 orang (2,5%).


39

e) Riwayat

Tabel 5.5
Distribusi Karateristik Responden Berdasarkan Riwayat Hipertensi Responden
di Puskesmas Tino Kec. Tarowang Kab. Jeneponto
Riwayat Responden N (%)

Ya 26 68,4

Tidak 12 31,6

Total 38 100

Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 38 responden, sebagian

besar responden yang mempunyai riwayat hipertensi sebanyak 26 orang

(68,4%) sedangkan sebagian kecil yang tidak mempunyai riwayat hipertensi

yaitu sebanyak 12 orang (31,6%).


40

2. Analisis Univariat

a) Aktivitas Fisik

Tabel 5.7
Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik Sehari-Hari di Puskesmas Tino
Kec. Tarowang Kab. Jeneponto

Aktivitas fisik N %

Baik 18 47,4

Cukup 13 32,5

Kurang 7 18,4

Total 38 100

Sumber : Data Primer 202I

Berdasarkan Tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 38 responden,

sebagian besar responden memiliki aktivitas Baik sebanyak 18 orang

(47,4%%) sedangkan sebagian kecil memiliki aktivitas Kurang yaitu

sebanyak 7 orang (18,4%)


41

b) Karateristik Aktivitas Fisik Berdasarkan Kategori

Distribusi Korelasi Responden Berdasarkan Karateristik, Dan Kategori Aktivitas


Fisik Di Wilayah Kerja Puskesmas Tino Kec. Tarowang Kab. Jeneponto
Tabel 5.8

Karateristik Kategori Aktivitas Fisik


Responden
Baik Cukup Kurang N (%)
n (%) n (%) n (%)
Umur
20-35 tahun 2 (11,1%) 3 (23,1%) - 5 (13,2%)
36-45 tahun 4 (22,2%) 3 (23,1%) - 7 (18,4%)
46-55 tahun 4 (22,2%) 2 (15,2%) 3 (42,9%) 9 (23,7%)
56-65 tahun 8 (44,4%) 5 (38,5%) 4 (57,1%) 17 (44,7%)
Jenis kelamin
Laki-laki 5 (27,8%) 2 (15,4%) 3 (42,9%) 10 (26,3%)
Perempuan 13 (72,2%) 11 (84,6%) 4 (57,1%) 28 (73,7%)
Pekerjaan
Tidak bekerja 1 (5,6%) 2 (15,4%) - 3 (7,9%)
Petani 5 (27,8%) 1 (7,7%) 2 (28,6%) 8 (21,1%)
IRT 9 (50,0%) 8 (61,5%) 5 (71,4%) 22 (57,9%)
Pedagang 3 (16,7%) 1 (7,7%) - 4 (10,5%)
Guru - 1 (7,7%) - 1 (2,6%)
Pendidikan
Tidak sekolah 7 (38,9%) 6 (46,2%) 4 (57,1%) 17
(44,7%)
SD 7 (36,9%) 6 (46,2%) 2 (28,6%) 15 (39,5%)
SMP 1 (5,6%) 0 (0,0%) 1 (14,3%) 2 (5,3%)
SMA 2 (11,1%) 1 (7,7%) - 3 (7,9%)
SI 1 (5,6%) - - 1 (2,6%)
Riwayat
Ya 13 (72,2%) 9 (69,2%) 4 (57,1%) 26 (68,4%)
Tidak 5 (27,8%) 4 (30,8%) 3 (42,9%) 12 (31,6%)
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan Tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 38 responden. Mulai dari

usia 20-35 tahun yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang cukup sebanyak 3
42

orang dan yang baik sebanyak 2 orang, responden usia 36-45 tahun memiliki

aktivitas fisik yang baik sebanyak 4 orang, dan yang cukup 3 orang, usia 46-55

tahun memiliki aktivitas fisik yang baik sebanyak 4 orang, cukup 2 orang dan

yang kurang 3 orang, sedangkan usia 56-65 memiliki aktivitas fisk yang baik 8

orang, cukup 5 orang dan kurang 4 orang. Pada responden jenis kelamin

perempuan sebagian besar memiliki tingkat aktivitas yang baik sebanyak 13

orang (72,2%), pada responden jenis pekerjaan yang mempunyai aktivitas fisik

yang baik yaitu IRT sebanyak 9 orang (50,0%), pada responden yang

berpendidikan yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang baik yaitu yang tidak

sekolah sebanyak 7 orang (38,9%), dan yang bersekolah (SD) sebanyak 7 orang

pula (36,9%). Sedangkan pada responden yang memiliki riwayat hipertensi

memiliki tingkat aktivitas fisik yang baik sebanyak 13 orang (72,2%).

5.3 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan diwilayah kerja puskesmas tino kecamatan

tarowang kabupaten jeneponto dari tanggal 14-28-juli-2021. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahuinya gambaran aktivitas fisik terhadap kejadian

hipertensi. Responden dalam penelitian ini sebanyak 38 orang dimana peneliti

mendatangi rumah responden untuk diberikan kuesioner guna mengetahui

tingkat aktivitas fisik responden

5.3.1 Karateristik Responden


43

Berdasarkan Tabel 5.1 hasil penelitian menunjukkan bahwa usia

terbanyak adalah 56-65 tahun berjumlah 17 orang (44,7%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian utami (2013), yang

menunjukkan bahwa sebagian besar lanjut usia masih aktif dalam

melakukan aktivitas fisik, yaitu sebesar (47,5%).

Menurut kemenkes (2014) pola kegiatan usia lanjut seperti waktu

kerja yang ketat, waktu dirumah yang singkat atau bekerja diluar rumah

seperti dikantor menyebabkan kelompok usia ini cenderung melakukan

aktivitas fisik yang baik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Abadini

& Wuryaningsih (2019) yang menemukan bahwa usia dewasa tua

memiliki aktivitas fisik kategori baik.

Bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan dan pada

aspek fisik dan psikologis (mental). Ini terjadi akibat pematangan fungsi

organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir semakin matang

dan dewasa (Mubarok, 2010). Usia adalah umum individu yang terhitung

mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur,

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir. Dari segi kepercayaan masyarakat yang belum tinggi dewasa

dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagian

dari pengalaman dan kematangan jiwa (Wawan, 2011).

Menurut pendapat peneliti responden yang berusia 56-65 tahun atau

usia lanjut dewasa mampu berfikir tentang manfaat adanya aktifitas fisik

dalam kehidupan sehari-hari. Responden yang berusia dewasa bisa

memahami bahwa dengan mengatur aktivitas seperti berolah raga secara


44

rutin dipagi hari, bersepeda santai, jalan kaki atau jogging, bisa

menurunkan tekanan darah tinggi atau hipertensi. Selain itu pada usia

tersebut termasuk kategori usia dewasa lanjut mempunyai banyak

pengalaman terutama tentang pentingnya aktifitas fisik seperti olah raga

teratur, responden juga mengetahui bahwa dengan aktifitas fisik yang

baik maka bisa mengeluarkan toksin atau kotoran dalam tubuh melalui

keringat sehingga bisa memperlancar peredaran darah dan mengurangi

hipertensi.

Berdasarkan Tabel 5.2 hasil peneltian yang didapatkan bahwa

perempuan lebih banyak dari pada laki-laki dimana perempuan itu

sebanyak 28 orang (73,7%) sedangkan laki-laki sebanyak 10 orang

(26,3%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh lestari

dkk (2019) tentang gambaran aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi

bahwa sebagian besar berjenis kelamin perempuan mempunyai aktivitas

fisik yang baik. Hal ini membuktikan bahwa jenis kelamin mempunyai

hubungan terhadap aktivitas yang dilakukan.

Menurut pendapat peneliti perempuan mempunyai aktivitas yang

baik, itu disebabkan karena mempunyai pekerjaan rumah yang lebih

banyak atau lebih sering dikerjakan yang meskipun itu terbilang ringan

tetapi setidaknya mempunyai intensitas waktu yang lebih sering dalam

beraktivitas fisik atau lebih aktif dalam mengerjakan suatu pekerjaan.

Pada umumnya perempuan menyukai aktivitas fisik ringan dibandingkan

dengan aktivitas berat sebab perempuan mempunyai daya kuat yang


45

sangat rendah dimana jika melakukan aktivitas fisik berat maka akan

lebih cepat merasakan kelelahan, biasanya perempuan lebih sulit untuk

mengangkat atau mengerjakan pekerjaan tersebut jika jenisnya lebih

berat, berbeda dengan laki-laki dia lebih mempunyai sisi kuat yang lebih

dari perempuan, tetapi perempuan lebih sering aktif dalam melakukan

pekerjaan dengan sendiri dan cenderung lebih aktif fisikknya dari pada

laki-laki yang meskipun dia lebih mempunyai kekuatan yang lebih kuat

dari perempuan.

Berdasarkan hasil wawancara perempuan juga rata-rata mengetahui

bahwa gaya hidup yang tidak sehat mempunyai pengaruh terhadap

kesehatan. Itulah mengapa meraka selalu ingin melakukan aktivitas fisik

meskipun golongannya terhitung ringan.

Berdasarkan Tabel 5.3 hasil penelitian didapatkkan bahwa lebih

banyak responden yang tidak berpendidikan sebanyak 17 orang (44,7%).

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Henniwati dalam Lanawati (2015) yang mengatakan bahwa orang yang

tidak berpendidikan kurang mengetahui bahwa dengan melakukan

aktivitas yang baik mempunyai pengaruh terhadap tekanan darah

Menurut pendapat peneliti meskipun responden tidak mempunyai

pendidikan tetap bisa mendapatkan informasi dari mana saja, apalagi

dengan kondisi yang sudah sangat canggih saat ini bisa yang bisa

mendapatkan informasi dari mana saja, tergantung dari seseorang itu

seberapa rasa ingin tahunya dalam mencari informasi untuk mendapatkan

status kesehatan yang baik, berdasarkan hasil wawancara bahwa mereka


46

kerap kali mendapatkan info dari petugas kesehatan tentang hal yang

mendukung status kesehatannya, itu disebabkan karena tim puskesmas

sering melakukan HE pada masyarakat sehingga orang yang tidak

berpendidikan atau tidak bersekolah bukan alasan untuk tidak

mendapatkan informasi, meskipun orang yang mempunyai pendidikan

dan tidak berpendidikan itu mempunyai perbedaan tetapi menurut

masyarakat setempat itu bukan pengahalang bagi mereka untuk mengali

informasi demi kebaikan sendiri.

Berdasarkan Tabel 5.4 hasil yang diperoleh dari kuesioner yang

diberikan kepada 38 responden diketahui yang bekerja sebagai IRT

sebanyak 22 orang (57,9%) sedangkan yang tidak bekerja sebanyak 3

orang (7,9%).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2018)

yang menyatakan bahwa terdapat hubungan aktivitas fisik dengan

tekanan darah sistolik maupun diastolik, semakin sering melakukan

aktivitas fisik maka semakin rendah tekanan darah pada penderita

hipertensi. Penelitian lain yang juga dilakukan oleh Sulistiyowati (2010)

yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara aktivitas

fisik dengan hipertensi.

Orang yang tidak aktif beraktivitas fisik cenderung mempunyai

frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus

bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Biasanya perempuan dengan

IRT mempunyai aktivitas yang baik sehingga tekanan darahnya lebih

terkontrol (Triyanto, 2014)


47

Menurut pendapat peneliti bahwa seseorang yang bekerja dan tidak

bekerja mempunyai kualitas kesehatan yang berbeda, dimana orang yang

bekerja mempunyai tekanan darah yang normal yang disebabkan aktivitas

fisiknya yang lebih aktif dari pada yang tidak bekerja. Orang dengan

aktivitas fisik yang lebih aktif dan teratur akan membantu meningkatkan

efesiensi jantung secara keseluruhan. Mereka yang secara fisik aktif

umumnya mempunyai tekanan darah yang lebih rendah dan jarang

terkena tekanan darah tinggi, contohnya seperti ibu rumah tangga mereka

mempunyai aktivitas fisik yang baik itu sebabkan karena mempunyai

jenis pekerjaan yang cukup sering dilakukan didalam rumah yang

meskipun aktivitasnya terbilang ringan.

Berdasarkan Tabel 5.5 hasil penelitian yang didapatkan lebih banyak

responden yang memiliki riwayat hipertensi sebanyak 26 orang (68,4%)

sedangkan yang tidak mempuyai riwayat hipertensi sebanyak 12 orang

(31,6%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat

keluarga dengan kejadian hipertensi (Raihan, 2014). Beberapa penelitian

lain juga menyatakan bahwa banyak gen yang dapat mempengaruhi

tekanan darah. Salah satu gen tersebut mempengaruhi pompa Na+-K+

pada tubulus ginjal sehingga meningkatkan retensi natrium dan air pada

ginjal. Dengan begitu, volume plasma dan cairan ekstra sel akan

meningkat dan menyebabkan peningkatan aliran darah balik vena ke


48

jantung. Terjadilah peningkatan curah jantung dan selanjutnya

peningkatan tekanan arteri (Kalangi, 2015)

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan

keluarga itu mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dengan

orang tua hipertensi mempuyai resiko dua kali lebih besar untuk

menderita hipertensi dari pada yang tidak mempunyai keluarga dengan

riwayat hipertensi. Seseorang yang memiliki riwayat hipertensi pada

keluarga memiliki faktor resiko lebih besar untuk menderita hipertensi

dibandingkan dengan yang tidak memiliki hipertensi pada keluarga

(arifin, 2016).

Hasil penilitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Black dan Hawks) yang mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai

riwayat keluarga dengan hipertensi akan mempunyai resiko yang lebih

besar mengalami hipertensi. Hal ini terjadi kerena seseorang yang

mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beberapa gennya akan

berinteraksi dengan lingkungan dan menyebabkan peningkatan tekanan

darah. Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan

keluarga ini mempunyai resiko penderita hipertensi. Hal ini berhubungan

dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara

otassium terhadap sodium individu dengan orang tua menderita hipertensi

dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat

hipertensi.

Menurut pendapat peneliti seseorang yang memiliki riwayat

hipertensi lebih beresiko tinggi terkena hipertensi karena berhubungan


49

dengan adanya kelainan angiotensin serta mempunyai hubungan yang

erat dengan gen yang terdapat pada kromoson kelamin, orang tua dengan

hipertensi akan mewariskan hipertensinya kepada anaknya. Oleh sebab

itu orang yang mempunyai riwayat tekanan darah tinggi harus lebih

menjaga aktivitas fisiknya agar status kesehatan/tekanan darahnya lebih

terkontrol.

5.3.1 Analisis Univariat

Berdasarkan Tabel 5.7 tingkat aktivitas fisik menunjukkan bahwa

hampir setengah responden aktifitas fisiknya adalah Baik sejumlah 18

orang (47,4%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Putritsani

& Kusuma (2018), tentang gambaran aktifitas fisik pada penderita

hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang, dimana

sebagian besar responden memiliki tingkat aktivitas fisik baik (43.3%)

dengan peningkatan intensitas aktivitas fisik, 30 – 45 menit per hari,

penting dilakukan sebagai strategi untuk pencegahan dan pengelolaan

hipertensi. Olah raga atau aktivitas fisik yang mampu membakar 800-

1000 kalori akan meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL)

sebesar 4.4 mmHg.

Aktivitas yang baik, yaitu kegiatan yang membutuhkan sedikit

tenaga dan biasanya tidak menyebabkan perubahan dalam pernapasan

atau ketahanan. Kegiatan ini seperti berjalan kaki, menyapu lantai,

menonton TV, mencuci dll. Aktivitas fisik merupakan gerakan pada

tubuh yang terjadi akibat dari otot kerja rangka sehingga dapat
50

meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi. Biasanya aktivitas yang

biasa dilakukan oleh kebayakan orang termasuk IRT yang biasa

dilakukan yaitu aktivitas fisik dirumah dengan intesitas waktu yang

cukup, meskipun begitu aktivitas tersebut tengolong baik untuk

kesehatan apalagi dalam mengotrol tekanan darah.

Aktivitas fisik yang dilakukan secara tepat dan teratur serta frekuensi

dan lamanya waktu yang digunakan dengan baik dan benar dapat

membantu menurunkan tekanan darah. Aktivitas fisik yang baik dapat

membantu menguatkan jantung. Jantung yang lebih kuat tentu dapat

memompa lebih banyak darah meskipun hanya menggunakan sedikit

usaha. Semakin ringan kerja jantung, maka semakin sedikit tekanan pada

pembuluh darah arteri sehingga mengakibatkan tekanan darah menjadi

turun. Kebanyakan dari masyarakat melakukan olahraga pada pagi hari

atau setelah subuh karena udaranya masih bersih. Beberapa studi

menunjukkan bahwa olah raga yang dilakukan secara rutin dan teratur

dapat mengurangi faktor resiko terhadap penyakit jantung koroner,

termasuk peningkatan tekanan darah (Saputri, 2010).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Paruntu et al. (2015),

mengatakan bahwa semakin tinggi aktivitas fisik seseorang maka

semakin rendah tekanan darah atau resiko terkena penyakit hipertensi.

Aktivitas fisik merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi pada lansia,

namun tetap diharapkan untuk rutin melakukan aktivitas fisik karena

apabila dilakukan secara tepat dan teratur serta frekuensi dan lamanya

waktu yang digunakan dengan baik dan benar maka dapat menurunkan
51

tekanan darah. Olahraga secara teratur paling sedikit 30 menit/hari

minimal tiga hari per minggu ideal untuk sebagian besar pasien

hipertensi (Saputri, 2010).

Pada penelitian ini ada beberapa yang ditemukan responden dengan

usia lanjut tetapi tidak mempunyai pengaruh terhadap aktivitas fisiknya.

Berdasarkan apa yang peneliti peroleh bahwa lansia yang berada

diwilayah kerja puskemas tino mempunyai aktivitas fisik yang baik.

Meskipun usia yang tidak mudah lagi mereka tidak menjadikan alasan

untuk tidak beraktivitas. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh

peneliti bahwa mereka setiap harinya melakukan aktivitas meskipun

dengan intensitas waktu yang kurang setidaknya tubuh mereka bergerak

dalam sehari yang meskipun tenaga atau kekuatan yang dimiliki itu tidak

sama dengan usia muda. Pada usia tua biasanya dia akan lebih banyak

keluhan dalam bergerak dan memerlukan lebih banyak bantuan dari

yang lainnya mengigat usia dan kemampuan yang sudah berkurang.

Hal ini sesuai dengan teori Potter dan Perry (2005) bahwa usia

seseorang menunjukkan tanda kemauan dan kemampuan, ataupun

aktivitas fisik karena semakin bertambahnya usia seseorang, maka

semakin banyak transisi yang akan dihadapi, salah satunya perubahan

kesehatan dan kemampuan fungsional. Hal ini dapat mengakibatkan

timbulnya gangguan didalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya,

sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan

orang lain (Tambher & Noorkasiani, 2009).


52

Menurut pendapat peneliti bahwa aktivitas yang baik mempunyai

pengaruh penting terhadap tekanan darah, karena semakin aktif aktivitas

fisiknya seseorang maka semakin bagus pula kerja jantung. Orang

dengan aktivitas yang berbeda akan mempunyai status kesehatan yang

berbeda pula. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dapatkan bahwa

mereka kerap kali melakukan aktivitas setiap harinya dengan intesitas

waktu yang cukup. Tetapi berbeda dengan orang yang mempunyai

riwayat hipertensi yang meskipun aktivitas fisiknya teratur, kecil

kemungkinan untuk menurungkan tekanan darah. Hal tersebut

disebabkan karena faktor genetik sehingga pada responden dengan

riwayat hipertensi terjadi peningkatan kadar sodium intraseluler dan

rendahnya rasio antara 49 otassium terhadap sodium individu dengan

orang tua menderita hipertensi.

Beberapa teori lain mengemukakan bahwa aktivitas fisik yang baik

tidak menutup kemungkinan mempunyai tekanan darah yang stabil. Ada

beberapa peneliti mengatakan bahwa hipertensi terjadi karena 2 hal yang

pertama karena adanya riwayat hipertensi dan yang ke-dua karena

mempunyai gaya hidup yang salah. Orang yang mempunyai hipertensi

dengan riwayat dari keluarga meskipun melakukan aktivitas fisik yang

teratur maka akan tetap terjadi penigkatan tekanan darah, berbeda

dengan orang yang mempunyai hipertensi dengan gaya hidup kurang

yang tepat atau salah, hal tersebut dapat dirubah dengan memodifikasi

gaya hidupnya contohnya seperti, dengan melakukan aktivitas fisik

yang baik dan teratur maka tekanan darahnya akan menurun sehingga
53

tidak terjadi hipertensi atau tekanan darhnya menjadi terkontrol

(Hasanuddin dan Perwiraningtyas, 2018)

Hasil penelitian yang dilakukan ini sesuai dengan teori bahwa pada

umumnya aktivitas fisik yang baik mempunyai pengaruh terhadap

tekanan darah. Orang dengan aktivitas fisik yang baik akan mempunyai

status kesehatan yang baik pula karena semakin sering seseorang dalam

bergerak maka semakin bagus pula kerja jantung dalam memompa darah

ke seluruh tubuh itulah mengapa setiap orang dianjurkan untuk

melakukan aktivitas fisik setiap harinya meskipun dengan intensitas

waktu yang sedikit setidaknya tubuhnya bergerak dalam sehari sehingga

tekanan darahnya lebih terkontrol

5.4 Keterbatasan Penelitian

Adapun hambatan yang dialami saat melakukan penelitian seperti yang

kita ketahui saat ini, telah terjadi angka penyebaran virus corona atau

COVID-19 di indonesia termasuk ditempat penelitian itu sendiri sehingga

kita diharuskan mematuhi protocol kesehatan dalam rangka meminimalkan

penyebaran dari covid tersebut. Yaitu dengan memakai masker, menjaga

jarak, menghindari kerumunan, dan ini merupakan salah satu penghambat

saat berkomunikasi dengan pasien. Kadang pasien tidak mendengar apa yang

ditanyakan oleh peneliti, selanjutnya terhambat saat pembagian kuesioner

sebab tidak semua pasien bisa membaca oleh karena itu peneliti harus

mengisikan kuesioner tersebut karena rata-rata responden yang tidak

mempunyai pendidikan atau tidak sekolah


54

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan

Berdasarkan karateristik dari 38 responden yang mempunyai usia

yang paling banyak yaitu 56-65 tahun sebanyak 17 orang (44,7%)

dengan aktivitas fisik baik sebanyak 8 orang (44,4%), perempuan 28

orang dengan aktivitas fisik baik sebanyak 13 orang (72,2%), IRT

sebanyak 22 orang dengan aktivitas fisik baik sebanyak 9 orang

(50,0%), tidak sekolah sebanyak 17 orang dan mempunyai aktivitas

fisik baik sebanyak 9 orang (38,9%), sedangkan yang mempunyai

riwayat hipertensi sebanyak 26 orang (68,4%) dengan aktivitas fisik

baik sebanyak 13 orang (72,2%)


55

Dari hasil penelitian ini menunjukkan lebih banyak responden

yang mempunyai aktivitas fisik yang baik yaitu sebanyak 18 orang

(47,4%), cukup 13 orang (34,2) sedangkan kurang sebanyak 7 orang

(18,4) dengan subjek penelitian sebanyak 38 responden.

6.2 Saran

6.2.1 Manfaat Penelitian Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam

pendidikan untuk mengembangkan pengetahuan dan

kemampuan mahasiswa keperawatan berikutnya.serta dapat

digunakan sebagai salah satu masukan dalam rangka

pengembangan standar operasional pelaksanaan asuhan

keperawatan pasien hipertensi untuk meningkatkan aktivitas

fisiknya

6.2.2 Manfaat Penelitian Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini kiranya dapat dijadikan sebagai sumber

informasi dan pengetahuan berikutnya serta dapat dijadikan


56

sebagai salah satu acuan untuk pengobatan pada pasien

hipertensi

6.2.3 Manfaat Penelitian Bagi Masyarakat Umum

Hasil penelitian ini sekinya dapat dijadikan sebagai sumber

informasi dalam mengotrol tekanan darah serta masyarakat lebih

menjaga aktivitas fisiknya sehingga tidak terjadi hipertensi atau

tekanan darahnya jadi terkontrol


DAFTAR PUSTAKA

Anggunadi, A., Sutaria, N., 2017 . Manfaat Accelerometer Untuk Pengukuran


Aktivitas Fisik . J. Olahraga Prestasi 13, 10-32

Anitasari. (2019). Hari Hipertensi Dunia 2019; "Know Your Number, Kendalikan
Tekanan Darahmu Dengan Cerdik." Retrieved April 17 2020, From
Direktorat Pencegahan Dan Penyakit Tidak Menular Website
Http;//P2ptm.Kemkes.Go.Id/Kegiatan -P2ptm/Pusat-/Hari-Hipertensi-Dunia-
2019-Know-Your-Number-Kendalikan-Tekanan-Darahmu-Dengan-Cerdik

British Heart Foundation (BHF), 2014. 64000 People Died From Heart Diseases
In 2013, BHF

Carey, Whelton, 2018. Prevention, Detection, Evaluation, And Management Og


High Blood Pressure In Adults: Synopsis Of The 2017 American Collage
Of Cardiology/American Heart Association Hypertension Guideline.
NCBL. https;//doi.org/0.7326/M17-3203

Dasso, N.A., 2019. How is exercise different from physical activity? A concept
analysis; Dasso. Nurs. Fforum (auchkl.) 54, 45-52
https;/doi.org/10.1111/nuf.12296

Dinkes Sulsel. (2017). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2017. Makassar: Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan.

Dapus :Tanto, C., Liwang F., Hanifati. S., 2016. Kapita Selekta Kedokteran
Gerontik, IV. Ed 2. Media Aesculapius, Jakarta

Dapus : Fauzi, 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala & Pengobatan Asam Urat,
Diabetes & Hipertensi. Araska, Yogyakarta

Fitriasih, Nina, 2010. Analisis Factorfaktor Yang Berhubugan Dengan


Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja
Puskesmas Semuli Raya Kabupaten Lampung Utara Tahun 2010. Skripsi
FKM UI, Depok

Herwati, sartika, W., 2014. Terkontrolnya tekanan darah penderita hipertensi


berdasarkan pola diet dan kebiasaan olahraga di padangtahun 2011. J.
Kesehat masy, 8, 8-14

Haraphap, R. A, Rochadi, R. K & sarumpet, S (2017). Pengaruh aktivitas


fisikterhadap kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa awal (18-40 tahun)
diwilayah puskesmas bromo medan tahun 2017. Jurnal Muara Sains,
Teknologi Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan vol 1, No. 2 Oktober, 68-73

Hasanudin, ardiyan, V. M., & perwiraningtyas, P. (2018). Hubungan aktivitas


fisik dengan tekanan darah pada masyarakat penderita hipertensi di Wilayah
Tlogosurya Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota Malang,
Nursing News, Volume 3, Nomor 1, 1-13

Iswahyuni, s., (2017) hubungan antara aktivitas fisik dan hipertensi pada lansia,
profesi prof, islam medika publ. Peneliti 14, 1. Https;//doi.org/10 26576.
Profesi 155

Kementrerian kesehatan RI, (2018).hasil utama riset kesehatan dasar kementerian


ksehatan RI, https;//doi.org/1 desember 201

Khomarun, nugroho, M. A., & wahyuni, E. S. (2014). Pengaruh aktivitas jalan


pagi terhadap penurunan tekanan darah dengan hipertensi stadium 1 di
Pasyandu Lansia Desa Makam Haji Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume
3, No 2, November , Halm 106-214,168-170

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia and Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia (2017) Sebagian Besar Penderita Hipertensi Tidak Menyadarinya.
Available at:

Kaplan NM, 2010. Primary hypertension : pathogenesis, kaplan’s clinical hypertention,


10 th ed

Lionakis, N., 2012. Hypertension In The Elderly. World J. Cardiol 4, 135.


Https;//Doi.Org/10.4330/Wjc.C4.I5.155

Lilies Sundari, 2015 Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi.


Jurnal Terpadu

Miller, C.A., Hunter, S., 2012. Miller's Nurshing For Wellneess In Older Adults
Lippincot Williams & Wilkins, Sydney, N.S.W.

Nuraini, B., 2015 Risk Factors Of Hypertension. J Major. 4.

Nur afni karim, franly onibala, vandri kallo. (2018). Hubungan aktivitas fisik
dengan derajat hipertensi pada pasien rawat jalan di wilayah kerja
puskesmas taguladang kabupaten sitaro. Jurnal article

Potter dan Perry 2005. Fundamental of Nursing Fundamental Keperawatan, Buku


1 Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.

Silpawati. (2013). Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Peningkatan Tekanan


Darah. Hal 8.

Sherwood, L., 2014. Fisiologi manusia dari sel ke sistem, 8 th ed. Buku
kedokteran EGC, jakarta.

Sumartini, N, P., Zulkifli, Z., & Adihtya, M. A. P. (2019). Pengaruh Senam


Hipertensi Lansia Terhadap Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Cakranegara Kelurahan Turida Tahun 2019.
Jurnal Keperawatan Terpadu

Tirtasari, S., & Kodim, N. (2019). Prevelensi dari karateristik hipertensi pada usia
dewasa muda di indonesia. Tarumanagara medical journal 1(2), 395-402.

Triyanto, 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Ssecaara


Terpadu. Graha Ilmu, Yogyakarta

Wahuidin, Hasrin Mannan, Rismayanti, (2011-2012). Faktor resiko kejadian

Williams, B., Mancia, G., Spiering, W., Rosei, E.A., 2018. ESC/ESH Guidelines
For the Management Of Arterial Hypertension. Eur Heart J.

Wellis, W., Rifka, M.S 2013. Gizi Untuk Aktivitas Fisik Dan Kebugaran. Padang:
Sukabina Press.

WHO, 2010 Physical Activitiy. In Guide To Community Preventive Service


Lampiran

A. Data Umum
Nama :
Usia :
Jenis kelamin : L/P
Pendidikan :
Pekerjaan :
Genetik :
B. Data Khusus Kuesioner Aktivitas Fisik Dengan Menggunakan Skala
Ordinal
Berilah tanda ceklis pada setiap jawaban yang menurut anda benar
No Peryataan Ya Tidak
1 Apakah anda setiap pagi jalan kaki pagi?
2 Apakah anda melakukan aktivitas mencuci baju?
3 Apakah anda sering menonton TV?
4 Apakah anda sering melakukan mencuci piring?
5 Apakah anda sering melakukan aktivitas mencuci baju
6 Apakah anda setiap hari melakukan aktivitas berkebun?
7 Apakah anda sering memberi makan hewan peliharaan
anda?
8 Apakah anda melakukan aktivitas mencari makan
untuk hewan peliharaan anda?
9 Apakah anda sering mencangkul di sawah
10 Apakah anda sering melakukan aktivitas senam lansia
11 Apakah setiap hari anda mengangkat beban berat
(mengangkat karung yang berisi padi atau jagung)?
Lampiran
Lampiran
Lembar Observasi Pengukuran Tekanan Darah
Nama Jenis Pendidikan Pekerjaan Riwayat Tekanan
No Responden Kelamin Hipertensi Darah
(mmHg)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Lampiran

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Bapak dan Ibu

Di-

Tempat

Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir di program studi ilmu


Keperawatan Universitas Mega Rezky Makassar, maka saya :

Nama : Erni

Nim : A1C219144

Akan melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Aktivitas Fisik


Terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tino Kecamatan
Tarowang Kabupaten Jeneponto” untuk kepentingan tersebut saya mohon
kesedian bapak/ibu untuk berkenaan menjadi subjek penelitian (dijadikan
sampel) identitas dan informasi yang berkaitan dengan bapak/ibu akan
dirahasiakan oleh penelti

Atas partisipasi dan dukungannya saya ucapakan terima kasih.

Jeneponto-20-Desember-2021

Hormat saya

Erni

Lampiran

SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bersedia untuk


menjadi responden penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa
Universitas Megarezky Makassar Prograam Studi Ilmu Keperawatan Yang
Bernama Erni : A1C219144 dengan judul “Gambaran Aktivitas Fisik
Terhadap Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Tino
Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto”

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat buruk


terhadap saya dan keluarga saya. Kerahasian semua infoirmasi akan
diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.
Jeneponto-2-Desember-2021

Responden

(.......................)

Lampiran
HASIL PENGOLAHAN DATA SPSS
Lampiran

DOKUMENTASI

Pemeriksaan Tekanan Darah Serta Pengisian Kuesioner Aktivitas Fisik


RIWAYAT HIDUP PENELITI

A. DATA DIRI PENELITI


Nama Lengkap : Erni
Tempat/Tgl.lahir : Jeneponto 18 Desember 1998
Alamat : Bonto masugi, Kelurahan Balang Baru, Kecamatan
Tarowang, Kabupaten jeneponto
Agama : Islam
Motto : Tidak Ada Yang Tidak Mungkin Jika Doa Dan
Tekadmu Masih Membara
Orang Tua : Ayah : H. Tudang
Ibu : Nia
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD.225 Bonto masugi
tahun 2010
2. Menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (MTS) di MTS
Nurul Iman Tarowang Tahun 2013
3. Menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (MAM) di
Madrasah Aliyah Muhammadiyah Panaikang Kabupaten Bantaeng
Tahun 2016
4. Menyelesaikan jenjang pendidikan diploma III di Akademi
Keperawatan Kabupaten Bulukumba Tahun 2019.
5. Menyelesaikan jenjang pendidikan S1 Keperawatan di Universitas
Mega rezky Makassar tahun 2021
1

Anda mungkin juga menyukai