Anda di halaman 1dari 2

Bahan Organik

Bahan organik adalah materi yang berasal dari organisme tanaman atau hewan yang
dikembalikan kedalam tanah dan kemudian mengalami proses dekomposisi. Dekomposisi bahan
organik dalam tanah pada akhirnya akan meninggalkan materi yang tahan terhadap proses
dekomposisi, materi ini disebut humus. Humus terdiri dari asam humat , asam humin dan asam
fulvat yang ketiganya merupakan sumber muatan negatif dan tempat pengikatan unsur-unsur
hara ( (Bot and Benites, 2005).
Struktur asam humat dan asam fulfat dapat dilihat pada gambar 1. Model struktur kimia
dari asam humat lebih komplek dibanding dengan asam fulfat. Kandungan gugus fungsional
yang ada dalam asam humat dan asam fulfat antara lain : karboksil, fenol, quinon, keton dan
metoksil. Banyaknya gugus fungsional pada unsur humus akan menentukan jumlah muatan
negatif bebas yang berpengaruh terhadap penjerapan kation-kation hara oleh misel tanah.
Besarnya kandungan unsurunsur humus akan mempengaruhi kapasitas tukar kation dan
kandungan hara tanah.
Pengembalian bahan organik pada tanah berpengaruh terhadap sifat fisik , kimia dan
biologi tanah. Perbaikan sifat fisik tanah meliputi perbaikan struktur, porositas tanah dan daya
mengikat air, sedangkan perbaikan sifat biologi tanah melalui proses dekomposisi bahan organik
oleh mikrobia tanah. Pengembalian bahan organik ke dalam tanah juga mempengaruhi sifat
kimia tanah meliputi pH tanah, kandungan hara tanah, kapasitas pertukaran anion dan kapasitas
pertukaran kation. Ikemura dan Shukla (2009) melaporkan bahwa pengembalian bahan organik
pada suatu lahan dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, sehingga dapat meningkatkan
hasilbiomasa tanaman.
Bahan organik memberi kontribusi yang nyata terhadap kapasitas tukar kation. Koloid
mineral organik hasil dekomposisi bahan organik, mempunyai luas permukaaan dan daya jerap
hara yang jauh lebih tinggi dibandingkan koloid mineral organik (liat). Kapasitas tukar kation
koloid mineral organik sekitar 150-300 me/100g tanah dibanding liat dengan kapasitas tukar
kation sekitar 8-300 me/100 g tanah. Tingginya kapasitas tukar kation bahan organik
dikarenakan banyaknya muatan negatif dari gugus karboksil dan fenolik pada koloid mineralnya
(Hanafiah, 2005). Faber (1995) menyatakan bahwa penambahan humus pada tanah akan
meningkatkan kapasitas tukar kation, sehingga kemampuan tanah dalam mengikat hara juga
meningkat.
Kapasitas tukar kation tanah didefinisikan sebagai kapasitas tanah untuk menyerap dan
mempertukarkan kation. KTK biasanya dinyatakan dalam miliekuivalen per 100 gram. Kation-
kation yang berbeda dapat mempunyai kemampuan yang berbeda untuk menukar kation yang
dijerap. Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan
kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menjerap dan menyediakan unsur hara lebih
baik daripada tanah dengan KTK rendah. Karena unsur ±unsur hara tersebut tidak mudah hilang
tercuci oleh air (Hardjowigeno, 1992).
Kapasitas tukar kation tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : jenis dan
jumlah partikel liat penyusun tanah, tekstur tanah dan kandungan bahan organik tanah.
Proses dekomposisi adalah gabungan dari proses fragmentasi, perubahan struktur fisik
dan kegiatan enzim yang dilakukan oleh dekomposer yang merubah bahan organik menjadi
senyawa anorganik. Proses dekomposisi dimulai dari proses penghancuran atau pemecahan
struktur fisik yang dilakukan oleh hewan pamakan bangkai (scavenger) terhadap tumbuhan dan
menyisakan sebagian bahan organik mati menjadi seresah, debris atau detritus dengan ukuran
yang lebih kecil.
Tingkat kecepatan dekomposisi tergantung pada kandungan lignin, polifenol, selulose
dan karbohidrat bahan organik. Bahan organik selanjutnya akan mengalami dekomposisi lebih
lanjut menjadi unsur humus yang tahan terhadap proses dekomposisi. Unsur humus ini terdiri
dari asam fulfik, asam humin dan asam humat.

Humus
Ciri dan Sifat Humus
a. Kelarutan dalam air, larutan asam dan larutan alkali
Humus tidak larut dalam air meskipun beberapa diantaranya mungkin menjadi suspense
koloid dalam air murni. Pada umumnya humus larut dalam larutan alkali encer dan
beberapa konstituen humus larut dalam larutan asam
b. Kandungan Nitrogen dan Karbon
Kandungan nitrogen humus berkisar dari 3-6%, meskipun kandungan nitrogennya sering
lebih rendah atau lebih tinggi. Kandungan karbon kurang dan dianggap sebesar 58%.
Nisbah kabor nitrogen (C/N) berkisar pada angka 10 sampai 12
c. Rasio C:N:P:S
Humus juga merupakan cadangan pospor dan belerang yang penting, rasio C:N:P:S
dalam humus berkisar 120:10:1:1
d. KTK Humus
Kapasitas tukar kation pada humus yang tinggi, salah satu gugus fungsional yang penting
adalah gugus karboksil –(COOH). Muatan negative yang terbentuk pada humus dapat
mengikat kation kation seperti Ca, Mg, dan K sehingga humus berperan dalam
mempertahankan hara dan mengurangi jumlah hara yang tercuci dari sistem tanah. Peran
humus adalah meningkatkan hara dan mikroorganisme tanah.
e. Daya menahan air
Humus menyerap air dalam kuantitas yang besar dan menunjukkan sifat sifat
penggembungan dan penyusutan
f. Stabilitas dan agen agregasi
Humus kurang stabil dibandingkan koloid anorganik karena dipengaruhi proses
penguraian oleh jasad renik. Humus mempunyai sifat sifat fisika dan fisiokimia lain yang
membuatnya menjadi konstituen tanah yang sangat bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai