PENDAHULUAN
1
di maluku utara mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah provinsi atau
kabupaten Halmahera Selatan.
Pada tahun 2015 pemerintaah era Presiden Joko Widodo membuat sebuah
kebijakan tentang konektivitas wilayah seluruh Indonesia dengan tol laut. Tol laut
adalah sebuah hasil implementasi kebijakan guna untuk dapat mengangkat potensi
lokal dan mengurangi disparitas harga antara barat dan timur. Tol laut juga bukan
hanya untuk barang namun juga mobilisasi orang atau pengusaha di seluruh
pelosok daerah terpencil agar dapat menghidupkan perekonomian pulau tersebut.
Pulau bacan menjadi salah satu pulau di Maluku Utara yang disinggahi Kapal Tol
laut dengan jalur nasional dan jalur perintis. Tol laut ke bacan guna untuk
mendukung dan mengangkat potensi lokal daerah bacan, yang potensi itu dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pualu bacan. Jika dilihat potensi pulau
bacan ada pada sektor perikanan, mayoritas masyarakat pulau bacan juga nelayan
tangkap namun pusat perikanan ada di desa panamboang.
Harapan dari tol laut untuk pulau bacan sendiri adalah bagaimana sektor ikan ini
dapat ditingkatkan pasarnya hingga ke luar pulau bacan, namun harapan ini
ternyata tidak sesuai dengan fakta, banyak teknologi yang tidak sesuai dengan
2
pengiriman untuk ikan sehingga ikan beberapa kali dikirm mengalami kerusakan
akibat kontainer yang disubsidikan bukan kontainer untuk ikan. Akhirnya
masyarakat Panamboang memanfaatkan hutan untuk memulai usaha kayu yang
dikirim ke Surabaya. Pergesaran mata pencaharian terjadi karena kegiatan ini
dapat dijual hingga ke luar Pulau Bacan
Perkembangan teknologi bukan hanya saja pada penambahan alat tetapi juga
berbagai aktivitas dan aturan mengikuti selanjutnya. Perkembangan teknologi
transportasi untuk nelayan di Desa Panamboang mengalami perubahan dalam tiga
fase, fase pertama teknologi katinting atau perahu sebagai sebuah teknologi
transportasi yang dipakai masyarakat desa panamboang untuk sebagai nelayan
tangkap, pada fase kedua adalah perkembangan teknologi transportasi yakni kapal
Inka yang di berikan dari Pemerintah Provinsi Maluku Utara untuk membantu
nelayan Desa Panamboang dalam meningkatan hasil tangkapan, Fase ketiga, pada
fase ini traek tol laut sebagai pembawa hasil tangkapan dari pulau bacan yang
akan di jual ke luar pulau bacan.
Teknologi perahu sebagai transportasi nelayan dan masyarakat nelayan tidak bisa
dipisahkan, masyarakat pulau bacan pada fase kedua mengalami stagnasi akibat
teknologi yang di berikan tidak sesuai dengan pengetahuan masyarakat Desa
Panamboang juga dengan cara penangkapan yang masi tradisional, sedangkan
kapal Inka sudah memiliki alat yang modern pada akhirnya masyarakata susah
menyesuaikan kapal tersebut. Pada fase kebijakan tol laut menyediakan
transportasi untuk mengangkut hasil tangkapan nelayan ternyata tidak sesuai
akhirnya masyarakat mengalami pergeseran aktivitas guna untuk meningkatkan
kesejahteraan.
Pola transisi inovasi disini sangat variatif maka harus dilihat dari berbagai
tingkatan dan juga berbagai aktor yang terlibat, inovasi bukan hanya melihat pada
tambahan alat tetapi juga pada ranah ekonomi, politik, kultur dan infrastruktur
(Geels and Scot, 2007), transisi inovasi yang terjadi di masyarakat nelaya desa
3
panamboang dengan melakukan penyesuaian antara manusia dan objek, selain itu
juga melihat tingkatan pembuat kebijakan dan nilai yang di pakai.
Untuk mencapai sebuah kebijakan yang sesuai adalah kesejahteraan menjadi salah
satu tolak ukur sehingga setiap kebijakan yang di implementasikan adalah
bagaimana dapat mensejahterakan masyarakat, Begitu juga dengan kebijakan ,
program dan fasilitas yang mendukung untuk meningkatnya kesejahteraan
nelayan Desa Panamboanng. Kesejahteraan menjadi kata kunci utama bagi
manfaat kebijakan.
Dari penjelasan perkembangan dan pola transisi masyarakat nelayan pulau bacan
untuk mencapai kesejahteraan maka masyarakat dan pemerintah melakukan
inovasi dari berbagai aspek yang lebih multi dimensional dengan cara melakukan
penyesuaian terhadap manusia-non manusia. Penyesuaian ini dengan cara
melakukan penelusuran agar dapat melihat perkembangan teknologi pada
masyarakat nelayan desa panamboang yang sesuai dan tidak sesuai atau terlambat
perkembangannya.
Dengan hadirnya berbagai kebijakan yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan desa panamboang
memiliki dampak positif dan negatif dari perjalanan perkembangannya, setiap
perkembangan memiliki cara interaksi dan relasi tersendiri sehingga
memunculkan berbagai persolan. Kebijakan setiap fase diharapkan dapat
mensejahterakan masyarakat nelayan desa panamboang dengan hadirnya berbagai
perkembangan teknologi. Dengan teknologi ini performa nelayan menjadi
menurun akibat penyesuaian yang cukup lama untuk setiap teknologi.
4
nya mengalami perubahan dari aktivitas hingga ke teknologi yang digunakan oleh
nelayan.
Dimana tol laut membawa isu tentang kesamaan harga antara daerah, artinya
dengan adanya tol laut di Bacan akan membuka peluang masyarakat Bacan untuk
mengembangkan usaha nya, karena tol laut dapat dijual hingga antar povinsi dan
antar kota se-Maluku Utara dengan trayek yang sudah di tetapkan oleh peraturan
presiden Nomor 70 Tahun 2017 tentang penyelenggaran kewajiban pelayanan
publik untuk angkutan barang dari dan ke Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar,
dan Perbatasan dan diberi subsidi.
Mengacu pada latar belakang dan rumusan persoalan sebelumnya, penelitian ini
memiliki tujuan yaitu menganalisis pengaruh perubahan Rezim terhadap aktivitas
perikanan masyarakat nelayan Pulau Bacan. Untuk mencapai tujuan tersebut,
diajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Faktor apa yang mempengaruhi perubahan masyarakat nelayan Desa
Panmboang
5
1. Menganalisi perubahan pola aktivitas nelayan
2. Menganalsisi perubahan kebijakan pada masayrakat nelayan Desa
Panamboang
3. Bagaimana pengaruh tatanan globalisasi terhadap perubahan masyarakat
nelayan.
Ruang lingkup studi ini terdiri atas ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup
materi. Ruang lingkup wilayah adalah batasan wilayah yang akan dijadikan
sebagai obyek dari penilitian sedangkan ruang lingkup materi adalah batasan
materi yang dikaji dalam studi ini.
Secara geografis Maluku utara terletak pada koordinat 3º 40' LS- 3º 0'
LU123º 50' - 129º 50' BT, dan merupakan gugusan kepulauan dengan rasio
dataran dan perairan sebanyak 24 : 76. Memiliki gugusan pulau pulau sebanyak
395 buah 83% atau sekitar 331 pulau belum berpenghuni. Secara geografis
Maluku Utara memiliki 8 Kabupaten yakni Kabupaten Halmahera Tengah,
Halmahera Barat, Halmahera Timur, Halmahera Selatan, Halmahera Utara, Sula,
6
Taliabu, Morotai dan Maluku Utara Memiliki 2 Kota yakni Kota Ternate dan Kota
Tidore Kepualuan.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar I.1 Peta Ruang Lingkup
Administarsi Provinsi Maluku Utara berikut.
Gambar II.1
Ruang lingkup Administrasi Provinsi Maluku Utara
7
1.4.2.2 Ruang Lingkup Wilayah Mikro
Untuk ruang lingkup dalam studi Tesis ini mencakup Desa Panamboang,
Kecamatan Bacan Selatan, Kabaputen Halmahera Selatan
Desa Panamboang secara geografis terletak di Kecamatan Bacan Selatan
yang terletak di Halmahera Selatan ini adalah Desa yang disebut sebagai kampong
nelayan karena terdapat aktivitas penagkapan ikan.
Secara adminitratif Desa Panamboang merupakan salah satu Desa di
Kabupaten Halmahera Selatan. Adapun batas administratif dari Kelurahan Soa sio
adalah sebagai berikut :
Untuk lebih jalas dapat dilihat pada gambar II.2 kedudukan Desa Panamboang
pada Kabputaen Halmahera Selatan
Gambar II.2
Kedudukan Desa Panmaboang pada Kabupaten Halmahera Selatan
Sumber : www.kotabacan.co.id
8
I.5 Sistematika Penulisan
Penulisan tesis ini dilakukan secara sistematis dan terbagi atas 5 (lima) bagian
yang tersusun, mulai dari pendahuluan, tinjauan kepustakaan, uraian data dan
analisis, pembahasan dan sampai dengan kesimpulan terhadap hasil analisis dan
pembahasan. Kesemua tulisan ini dilakukan secara bab demi bab yang tersaji
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Pada Bab ini memaparkan latar belakang, perumusan persoalan, tujuan penilitia,
dan metode penelitian yang digunakan, serta kerangka kerja analisis sampai
dengan sistematika penulisan.
Dalam bagian bab ini akan menjalskan metoda apa saja yang di pakai dalam
penelurusuan masalah di lokasi studi, dalam bagian ini membagi dua metode
yakni; sekunder dan primer
Dalam bab ini tersaji uraian mengenai gambaran umum dari masing-masing
pelaku yang terlibat dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan pesisir Desa
Panamboang
Bab V Pembahasan
Dalam bab ini penulis membahas mengenai polemik yang ditimbulkan dari
berbagai kebijakan untuk masyarakat nelayan desa panamboang dengan
9
menggunakan kerangka Multi Level Perspektive. Selain itu, penulis juga
membahas perubahan struktur dan relasi pada masayarakat nelayan desa
panamboang khusus dalam hal penggunaan teknologi baru (infrastruktur, kapal,
pasar, pelabuhan dll)
Bab VI Kesimpulan
10
1.6 Kerangka penelitian
Fokus penelitian
Perubahan aktivitas masyarakat pesisir desa
panamboang dalam merespon perkembangan
teknologi
Pertanyaan penelitian
Metodologi penelitian
• Pendekatan Deskriptif
Analisa dan Pembahasan dan eksploratif
Pemabahasan analisis penelitian ini menggunakan
• Data penelitian; data
kerangka Multi Level Prespektif atas hasil eksploratif
primer (wawancara
di lapangan
langsung dengan
nelayan dan pemangku
kepentinga dan foto-
foto kondisi) data
sekunder (dokumen
Kesimpulan dan Rekomendasi peraturan dan
argument pendukung
11