Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN ARTRALGIA

PADA PASIEN GOUT DI PUSKESMAS KALISAT


KABUPATEN JEMBER
(The Correlation of Dietary Habit and Artralgia on the Gout Patient in Puskesmas Kalisat
Jember Regency)
Islamiah , Mohammad Ali Hamid2), Ginanjar Sasmito Adi3)
1)
1)Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember
2,3)Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember

Jl. Karimata 49 Jember Telp : (0331) 332240 Fax: (0331) 337957


Email : islamiah087@gmail.com

Abstrak:
Penyakit gout adalah salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling sering
ditemukan, ditandai dengan penumpukan kristal monosodium urat didalam ataupun
disekitar persendian. Penyakit gout terjadi jika timbunan kristal asam urat yang
mengendap dalam persendian meningkat. Salah satu tanda pasien dengan gout
adalah artralgia. Artralgia atau dikenal dengan istilah nyeri sendi, umumnya timbul
pada bagian tubuh tertentu, yaitu sendi dan tempat bertemunya dua tulang atau lebih
pada tubuh. Penimbunan kristal atau asam usat pada persendian diakibatkan oleh
gaya hidup yang kurang sehat seperti pola makan kurang baik yaitu sering
mengkonsumsi makanan tinggi purin. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengidentifikasi hubungan Pola Makan dengan Artralgia pada Pasien Gout di
Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember. Desain penelitian ini menggunakan korelasi
dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
pasien yang mempunyai penyakit gout di posbindu Puskesmas Kalisat sebanyak 39
orang dan teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Teknik
pengambilan data peneliti menggunakan kuesioner. Berdasarkan uji statistik
Spearman rho terdapat Hubungan Pola Makan dengan Artralgia di Puskesmas
Kalisat Kabupaten Jember (p=0,019). Purin dimetabolisme dengan bantuan enzim
xanthine oxidase menjadi asam urat, penumpukan asam urat didalam sendi
akan menyebabkan nyeri sendi. Dari hasil penelitian diharapkan responden tetap
menjaga pola makan yang seimbang sehingga kadar asam urat dalam darah tidak
meningkat.
Kata Kunci: Pola makan, Artralgia, Gout

Abstract
Gout will occur because of the increased crystallization or uric acid in joints.
Crystallization or uric acid in joints causes pain while performing movement. One
sign of a patient with gout is arthralgia. Arthralgia or known as joint pain, generally
arises in certain body parts, namely the joints and where two or more bones meet in
the body. The accumulation of crystals or usic acid in the joints is caused by
unhealthy lifestyles such as poor diet, which often consume foods high in purines.
This research aims to identify the correlation of dietary habit and Artralgia on the
Gout patients in Puskesmas Kalisat Jember Regency. The design of this research was
Cross Sectional. The population of the research was all 39 Gout patients in posbindu
puskemas Kalisat by using the total sampling method. The data collection method
was using questionnaire. Based on the statistical test of Spearman Rho, there was a
correlation of Dietary habit and Artralgia in Puskesmas Kalisat Jember Regency
(p=0,019). Purines are metabolized with the help of the enzyme xanthine oxidase
into gout, a buildup of uric acid in the joints will cause joint pain. From the result of
the research, the respondents should keep the balanced dietary habit that the uric
acid in the blood did not increase.
Keywords: Dietary habit, Artralgia, Gout

1
2
2

PENDAHULUAN mengalami peningkatan kadar asam urat


Gout merupakan penyakit tidak dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
menular yang angka kejadiannya masih salah satunya yaitu pola makan yang tidak
tinggi di negara maju maupun berkembang. terkontrol dan sering mengkonsumsi
Penyakit gout terjadi jika timbunan kristal makanan yang mengandung tinggi purin
asam urat yang mengendap dalam (Songgigilan & Kundre, 2019). Pola makan
persendian meningkat (Ardhiatma, dkk. dapat diartikan sebagai cara seseorang atau
2017). Seseorang akan di katakan sekelompok orang untuk memilih makanan
menderita asam urat jika kadar asam urat dan mengkonsumsinya sebagai reaksi
dalam darahnya di atas 7 mg/dl pada laki- pengaruh–pengaruh fisiologi, psikologi,
laki dan di atas 6 mg/dl pada wanita budaya dan sosial (Sayekti, 2017).
(Ardhiatma, 2017). Asam urat merupakan Diperkirakan prevalensi penyakit
hasil metabolisme akhir dari purin yaitu gout di Indonesia terjadi pada usia di
salah satu komponen asam nukleat yang bawah 34 tahun sebesar 32% dan di atas 34
terdapat dalam inti sel tubuh (Diantari & tahun sebesar 68% (Songgigilan & Kundre,
Candra, 2013). 2019). Berdasarkan hasil Kemenkes (2013)
Gejala yang biasa terjadi pada menunjukkan bahwa penyakit sendi di
pasien gout adalah nyeri sendi yang Indonesia yang di diagnosis tenaga
mendadak. Salah satu tanda pasien dengan kesehatan (nakes) sebesar 11.9% dan
gout adalah artralgia. Artralgia atau berdasarkan diagnosis dan gejala sebesar
dikenal dengan istilah nyeri sendi, 24.7%. Kemenkes (2018) menunjukkan
umumnya timbul pada bagian tubuh bahwa penyakit sendi di Indonesia
tertentu, yaitu sendi dan tempat bertemunya mengalami penurunan yaitu 7.3%
dua tulang atau lebih pada tubuh. Nyeri (Riskesdas, 2018). Daerah Jawa Timur
sendi umumnya disebabkan oleh trauma ditemukan prevalensi hiperurisemia sebesar
atau cedera, infeksi, penyakit lain maupun 24,3% pada laki laki dan 11,7% pada
kelainan degeneratif lainnya. Nyeri sendi perempuan. Berdasarkan hasil studi
adalah suatu peradangan sendi yang pendahuluan yang dilakukan peneliti
ditandai dengan pembengkakan sendi, tentang penderita gout di Puskesmas
warna kemerahan, panas, nyeri dan Kalisat Kabupaten Jember berjumlah 39
terjadinya gangguan gerak. Pada keadaan orang.
ini pasien sangat terganggu, apabila lebih
dari satu sendi yang terserang (Kurniajati &
Adyatma, 2015). Seseorang yang
3

METODE Penentuan sampel menggunakana


Penelitian ini menggunakan desain non probability sampling dengan teknik
penelitian korelasional dengan pendekatan Total Sampling, dengan sampel yaitu
cross sectional. Menggunakan Uji korelasi pasien yang menderita penyakit gout di
Spearman Rho’ dengan ketentuan nilai α = Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember.
0.05 dan p value ≤ α. Penelitian yang Teknik pengumpulan data menggunakan
dilakukan pada tanggal 25 Agustus sampai kuisioner yang berisi 20 pertanyaan untuk
dengan 2 Juli 2019 di Puskesmas Kalisat variabel independen dan 10 pertanyaan
Kabupaten Jember. Sampel pada penelitian untuk variabel dependen.
ini 39 responden.
HASIL kelamin perempuan lebih banyak dengan
Tabel 1.1 Distribusi Responden jumlah 26 (66.7%).
Berdasarkan Usia di Puskesmas Kalisat
Tabel 1.3 Distribusi Responden
Kabupaten Jember, Juli 2019.
Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas
Jumlah Persentase
Usia (Tahun) Kalisat Kabupaten Jember, Juli 2019.
(orang) (%)
30 - 51 22 56.4 Jumlah Persentase
Pendidikan
52 - 72 17 43.6 (Orang) (%)
Total 39 100,0 SD 3 7.7
Sumber : Data Primer. SMP 6 15.4
Berdasarkan data dari tabel 1.1 SMA 23 59.0
Perguruan
diatas menunjukkan hasil bahwa mayoritas 7 17.9
Tinggi
usia responden berumur 30-51 tahun yaitu Total 39 100.0
Sumber : Data Primer.
sebanyak 22 orang (56.4%).
Tabel 1.2 Distribusi Responden Berdasarkan tabel 1.3 didapatkan
bahwa tingkat pendidikan responden lebih
Berdasarkan Distribusi Responden
banyak SMA sebanyak 23 (59.0%).
berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas
Kalisat Kabupaten Jember, Juli 2019.
Tabel 1.4 Distribusi Responden
Jenis Jumlah Persentase Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Puskesmas
Kelamin (Orang) (%) Kalisat Kabupaten Jember, Juli 2019.
Laki-laki 13 33.3
Perempuan 26 66.7 Jumlah Persentase
Pekerjaan
Total 39 100,0 (Orang) (%)
Sumber : Data Primer. Tidak
Berdasarkan data dari tabel 1.2 bekerja/Pensi 13 33.3
un
diatas menunjukkan hasil bahwa jenis Pedagang/Pet
22 56.4
ani/Buruh
PNS/TNI/Pol 4 10.3
4

ri Berdasarkan tabel 1.6 diatas


Total 39 100,0 didapatkan bahwa responden terbanyak
Sumber : Data Primer.
dengan artralgia sedang yaitu berjumlah 30
Berdasarkan data dari tabel 1.4
(76.9%), responden dengan artralgia berat
diatas menunjukkan hasil bahwa bahwa
berjumlah 9 (23.1%).
sebagian besar 22 (56.4%) responden
Tabel 1.7 Hubungan Pola Makan dengan
dengan pekerjaan pedagang/petani/buruh.
artalgia pada pasien Gout di Puskesmas
Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Pola Makan
di Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember, Kalisat Kabupaten Jember, Juli 2019.
Juli 2019
Variabel
Variabel P Nilai
Pola Jumlah Persentase Indepen
Dependen Value r
Makan (Orang) (%) den
Tinggi 7 17.9 Pola +0,39
Artralgia 0,012
Sedang 29 74.4 Makan 7
Rendah 3 7.7 Sumber : Data Primer.
Total 39 100,0
Sumber : Data Primer. Berdasarkan tabel 1.7 diatas dengan
uji statistik menggunakan spearman's rho
Berdasarkan tabel 1.5 responden
hasil dari p value = 0,012 dimana p value <
yang dinyatakan pola makan timggi purin
α. Nilai tersebut berarti 0,012 < 0,05
berjumlah 7 (17.9%) sedangkan yang
sehingga H1 diterima dengan koefisien
sedang berjumlah 29 (74.4%) dan pola
korelasi r = +0,397 yang berarti terdapat
makan rendah purin berjumlah 3 (7.7%).
hubungan pola makan dengan artralgia
Tabel 1.6 Distribusi Frekuensi Artralgia di
pada pasien gout di Puskesmas Kalisat
Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember, Juli
Kabupaten Jember. Arah korelasinya
2019
positif yang artinya semakin pola makan
Jumlah Persentase
Artralgia tinggi purin maka semakin meningkat
(Orang) (%)
Berat 9 23.1 artralgia pada pasien gout.
Sedang 30 76.9
Total 39 100,0
Sumber : Data Primer.
PEMBAHASAN kandungan purinnya yakni berjumlah 29
Berdasarkan hasil penelitian yang (74.4%).
dilakukan kepada responden yang Menurut Utami (2003) perubahan
berjumlah 39 yang terdapat pada tabel 1.5 pola makan dan gaya hidup merupakan
dapat diketahui bahwa sebagian besar pemicu utama terjadinya penyakit gout.
responden mempunyai pola makan sedang Pola makan atau kebiasaan makan
5

merupakan sebuah informasi yang dapat berjumlah 39 responden, seperti pada tabel
memberikan gambaran mengenai jumlah, 1.6 diatas menunjukkan hasil bahwa
jenis, dan frekuensi bahan makanan yang sebagian besar responden yang mengalami
dikonsumsi setiap hari oleh seseorang serta artralgia sedang berjumlah 30 orang
merupakan ciri khas untuk satu kelompok (76.9%).
masyarakat tertentu (Supariasa dkk, 2002). Nyeri adalah sensasi yang tidak
Berkaitan dengan jumlah responden menyenangkan dan sangat individual yang
yang sebagian besar memiliki pola makan tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri
yang sedang kandungan purinnya dapat memenuhi pikiran seseorang,
dikarenakan responden sendiri memiliki mengatur aktivitasnya dan mengubah
tingkat pendidikan SMA dimana responden kehidupan orang tersebut (Kozier & Erb,
sudah memiliki pendidikan yang cukup dan 2008). Nyeri sedang adalah nyeri yang
baik untuk menilai atau dapat lebih timbul dengan intensitas yang sedang, pada
memahami dan memiliki pengetahuan yang nyeri sedang secara obyektif pasien
baik. mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan
Hasil penelitian Kamaluddin & Eva lokasi nyeri dan dapat mengikuti perintah
(2009), menyatakan bahwa tingkat dengan baik (Dharmayana, 2009).
pendidikan seseorang dapat mempengaruhi Hasil penelitian Wirahmadi (2013)
kepatuhan. Penderita yang memiliki tentang nyeri gout menunjukkan bahwa 10
pendidikan lebih tinggi akan mempunyai responden (50.0%) mengalami nyeri
pengetahuan yang lebih luas juga sedang, dan 6 responden (30%) mengalami
memungkinkan pasien itu dapat mengontrol nyeri berat. Pada penelitian tersebut
dirinya dalam mengatasi masalah yang sebagian responden mengalami nyeri
dihadapi. Hal ini sesuai dengan pendapat sedang disebabkan karena tingginya kadar
(Perry & Potter, 2005) yang menyatakan asam urat dalam darah.
bahwa tingkat pendidikan dapat Nyeri gout dapat dipicu oleh
meningkatkan pengetahuan seseorang beberapa faktor seperti konsumsi makanan
tentang kesehatan. Peneliti berasumsi tinggi purin, terkena suhu dingin, faktor
bahwa hal ini menyebabkan responden metabolik, pernah mengalami patah tulang,
mengerti terhadap menu diet penyakit gout, infeksi serta setelah melakukan aktivitas
sehingga pola makan responden lebih berat yang melebihi kemampuannya.
cenderung pada kategori sedang (74.4%). Gejala yang dirasakan bervariasi, dari
Berdasarkan hasil penelitian yang kesemutan sampai nyeri hebat hingga sendi
telah dilakukan pada sampel penelitian tidak dapat disentuh (Mulyanto, 2012).
6

Hal penelitian yang dilakukan tubuh mengakibatkan ginjal sulit untuk


(Masluhiya & Mega, 2017) menunjukkan mengeluarkannya melalui urin. Hal ini
bahwa sebagian besar mengalami nyeri membuat purin masih tertinggal di dalam
sendi sedang yaitu 20 responden (60.6%). darah dan mengendap serta terjadi
Peneliti berasumsi bahwa pada penelitian penumpukan di daerah persendian sehingga
ini menunjukkan artralgia yang dialami menimbulkan peradangan sendi
responden sebagian besar dalam kategori (Dalimartha, 2008).
sedang disebabkan oleh pola makan Dalam penelitian ini hasil uji
responden yang belum bisa menghindari statistik menunjukkan pola makan
makanan tinggi purin sepenuhnya. mempunyai hubungan dengan artralgia
Berdasarkan hasil penelitian (p=0.012). Dapat diinterpretasikan bahwa
terdapat hubungan antara pola makan terdapat hubungan antara pola makan
dengan artralgia pada pasien gout yaitu dengan artralgia. Hal ini sejalan dengan
semakin pola makan tinggi kandungan penelitian (Hambatara dkk, 2018) yang
purin maka semakin meningkat atralgia menunjukkan adanya hubungan yang
pada pasien gout. Hal ini sesuai dengan signifikan antara konsumsi makanan tinggi
hasil uji statistik menggunakan spearman purin dengan kejadian asam urat (p=0.014).
Rho’ diperoleh hasil p value 0,012 dimana Konsumsi makanan tinggi purin akan
p value < α. Nilai tersebut berarti 0,012 < meningkatkan kadar asam urat dalam
0,05 dan di peroleh nilai coefficien darah. Hal ini sesuai dengan penelitian
correlation r = 0,397 sehingga H1 diterima (Sayekti, 2017) dengan hasil yang
berarti ada hubungan pola makan dengan menunjukkan (p=0.000) yang berarti ada
artralgia pada pasien gout di Puskesmas hubungan yang bermakna antara pola
Kalisat Kabupaten Jember. makan dengan asam urat. Penelitian lain
Penyakit gout berhubungan dengan yang hasilnya sejalan dengan penelitian ini
gangguan metabolisme purin yang yaitu penelitian yang dilakukan oleh
menimbulkan hiperurisemia, karena (Mutiara, dkk. 2019) penelitian tersebut
penyakit ini berkaitan dengan purin, maka menunjukkan hasil yang signifikan dengan
salah satu cara penyembuhannya harus p value = 0,019. Menurut peneliti pola
mengontrol asupan makanan tinggi purin makan pasien gout haruslah diperhatikan,
(Hartono, 2006). Pembatasan konsumsi mengingat pola makan tersebut erat
protein dilakukan agar kadar asam urat atau kaitannya dengan kejadian artralgia.
purin yang diproduksi tidak berlebih atau
meningkat. Tingginya kadar purin dalam
7

KESIMPULAN DAN SARAN Lansia. Global Health Science,


2(2), 111–116.
Berdasarkan hasil penelitian ini
dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat Diantari, E dan Candra, A. (2013).
Pengaruh Asupan Purin Dan
hubungan antara pola makan dengan
Cairan Terhadap Kadar Asam
artralgia pada pasien gout di Puskesmas Urat Wanita Usia 50-60 Tahun Di
Kecamatan Gajah Mungkur,
Kalisat Kabupaten Jember. Pola makan
Semarang. Journal of Nutrition
pada pasien gout di Puskesmas Kalisat College. Vol 2 No. 1.
sebagian besar sedang kandungan purinnya
Dalimartha, S. (2008). Resep Tumbuhan
sebesar 74.4% sedangkan untuk artralgia Obat untuk Asam Urat. Penebar
Swadaya.
sebagian besar merasakan artralgia sedang
sebesar 76.9% Hambatara, S. A, dkk. (2018). Hubungan
Antara Konsumsi Asupan
SARAN
Makanan Yang Mengandung
1. Bagi petugas puskesmas dengan Purin Dengan Kadar Asam Urat
Pada Lansia Di Desa Tulungrejo
adanya penelitian ini dapat menjadi
Kecamatan Ngantang. Nursing
bahan masukan untuk lebih aktif News. Vol 3 No I.
memberikan informasi atau
Hartono, A. (2006). Terapi Gizi & Diet
penyuluhan kesehatan tentang pola Rumah Sakit. Jakarta: EGC.
makan atau konseling kepada
Hidayat, A. A. (2009). Metode Penelitian
masyarakat, khusunya pasien gout Keperawatan Dan Teknik Analisi
Data. Jakarta: Salemba Medika.
agar dapat memperbaiki pola
makan. Kurniajati, S., & Septyan Adyatma, P.
(2015). Kompres Hangat Efektif
2. Bagi masyarakat khususnya bagi
Menurunkan Nyeri Sendi Pada
para responden agar bisa mengatur Penderita Asam Urat. 8(2), 166–
175.
pola makan dengan lebih baik,
mengurangi konsumsi makanan Mulyanto, D. (2012). Panjang Umur
dengan Kontrol Kolesterol dan
tinggi purin karena pola makan
Asam Urat. Yogyakarta: Cahaya
yang baik merupakan salah satu Atma Pustaka.
faktor penting untuk menciptakan
Mutiara, dkk. (2019). Hubungan Pola
hidup sehat dan berkualitas. Makan Dan Gaya Hidup Dengan
Kadar Asam Urat Pralansia Dan
DAFTAR PUSTAKA Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas I Kembaran,
Banyumas, Jawa Tengah.
Ardhiatma, F. (2017). Hubungan Antara
Medicine Journal. Volume 2
Pengetahuan Tentang Gout
Nomor 1.
Arthitis Terhadap Perilaku
Pencegahan gout Arthitis Pada
8

Perry & Potter. (2005). Buku Ajar


Fundamental Keperawatan.
Jakarta: EGC.

Purwaningsih, T. (2009). Faktor-faktor


Risiko Hiperurisemia. Semarang:
Universitas Diponegoro
Semarang.

Sayekti, S. (2017). Hubungan Pola Makan


Dengan Kadar Asam Urat Pada
Pra Lansia Di Rt:02/Rw:02 Desa
Candimulyo Kecamatan Jombang
Kabupaten Jombang. Jurnal Insan
Cendekia. Vol 6 No 1.

Songgigilan, A & Kundre, A. (2019).


Hubungan Pola Makan Dan
Tingkat Pengetahuan Dengan
Kadar Asam Urat Dalam Darah
Pada Penderita Gout Artritis Di
Puskesmas Ranotana Weru. E-
journal Keperawatan Vol 7 No 1.

Supariasa, dkk. (2002). Penilaian Status


Gizi. Jakarta: EGC.

Utami, P. (2003). Tanaman Obat untuk


Mengatasi Rematik & Asma Urat.
Jakarta: Agromedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai