Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsepsi puasa dalam pemaknaan istilah seringkali dimaknai dalam
pengertian sempit sebagai suatu prosesi menahan lapar dan haus serta yang
membatalkan puasa yang dilakukan pada bulan ramadhan. Padahal hakekat puasa
yang sebenarnya adalah menahan diri untuk melakukan perbuatan yang dilarang oleh
agama.
Selain itu, puasa juga memberikan ilustrasi solidaritas muslim terhadap umat
lain yang berada pada kondisi hidup miskin. Dalam konteks ini, interaksi sosial dapat
digambarkan pada konsepsi lapar dan haus yang dampaknya akan memberikan
kemungkinan adanya tenggang rasa antar umat manusia.
Pengkajian tentang hakekat puasa ini dapat dikatakan universal dan meliputi
seluruh kehidupan manusia baik kesehatan, interaksi sosial, keagamaan, ekonomi,
budaya dan sebagainya. Begitu universal dan kompleksnya makna puasa hendaknya
menjadi acuan bagi muslim dalam mengimplementasikannya pada kehidupan sehari-
hari. Dengan pengertian lain puasa dapat dijadikan pedoman hidup.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian puasa ?
2. Bagaimana syarat dan rukun puasa ?
3. Bagaimana puasa sunat dan hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa?
4. Bagaimana menentukan hilal ?
5. Bagaimana hikmah berpuasa? 

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian puasa.
2. Untuk mengetahui syarat dan rukun puasa
3. Untuk mengetahui puasa sunat dan hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa.
4. Untuk mengetahui menentukan hilal.
5. Untuk mengetahui hikmah berpuasa.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Puasa
Pengertian puasa Ramadhan menurut syariat Islam adalah suatu amalan
ibadah yang dilakukan dengan menahan diri dari segala sesuatu seperti makan,
minum, perbuatan buruk maupun dari yang membatalkan puasa mulai dari terbitnya
fajar hingga terbenamnya matahari yang disertai dengan niat karena Allah SWT,
dengan syarat dan rukun tertentu. Puasa dalam Islam juga sering disebut shaum yang
merupakan salah satu ibadah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Pengertian puasa Ramadhan selain menjaga hawa nafsu, juga wajib dilakukan
oleh umat Islam. Hal ini sudah dijelaskan dalam firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah
ayat 183 yaitu:

َ ‫ِين ِمنْ َق ْبلِ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم َت َّت ُق‬


‫ون‬ َ ‫ِب َع َلى الَّذ‬
َ ‫ص َيا ُم َك َما ُكت‬
ِّ ‫ِب َع َل ْي ُك ُم ال‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
َ ‫ِين آ َم ُنوا ُكت‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Jadi firman Allah SWT di atas menjelaskan bahwa melaksanakan puasa
Ramadhan adalah wajib hukumnya, di mana hal tersebut adalah bentuk
pertanggungjawaban manusia kepada penciptanya secara langsung serta kegiatan
yang menyangkut hablum minallah.

B. Macam-macam Puasa
1. Puasa wajib
Puasa  wajib adalah puasa yang dilakukan untuk memenuhi kewajiban perintah
allah SWT, apabila ditinggalkan mendapat dosa.
Adapun macam-macam puasa adalah sebagai berikut:
a. Puasa di bulan Ramadhan
Puasa ramadhan adalah puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan yang
dilaksanakan  selama 29 atau 30 hari. Puasa dimulai pada terbit fajar himgga
terbenam matahari. Puasa ramadhan ini ditetapkan sejak tahun ke-2 H. Puasa
ini hukumnya wajib, yaitu apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila
ditinggalkan akan mendapat dosa.
Bulan Ramadhan menurut pandangan orang-orang mukmin yang berfikir
adalah merupakan bulan peribadatan yang harus diamalkan dengan ikhlas

2
kepada Allah SWT. Harus kita sadari bahwa Allah Maha Mengetahui segala
gerak-gerik manusia dan hati mereka .Dalam pelaksanaannya, khusus puasa
Ramadhan, kita akan menjumpai beberapa masalah yang penting dipecahkan
antara lain:
- Cara penempatan waktu
Cara mengetahui puasa ini ada 2 macam yaitu: hisab dan rukyat.
Kemajuan teknologi beakangan ini dirasakan semakin mudahkan proses
hisab dan rukiyah tersebut. Disiplin ilmu astronomi dan kelengkapan
teknologi semacam planetrium atau teleskop atau secara khusus ilmu falaq
yang berkembang di dunia Islam, semuanya mendukung vadilitas
penetapan waktu puasa.
 Rukyat : adalah suatu cara untuk menetapkan awal awal bulan
Ramadhan dengan cara melihat dengan panca indera mata timbulnya /
munculnya bulan sabit dan bila uadara mendung atau cuaca buruk.
Sehingga bulan tidak bisa dilihat maka hendaknya menggunakan
istikmal yaitu menyempurnakan bulan sya’ban menjadi 30 hari. Di
Indonesia pelaksanaan rukyat untuk penetapan puasa Ramadhan telah
dikoordinasi oleh Departemen Agama (DEPAG) RI.  
 Hisab : adalah suatu cara untuk menetapkan awal bulan Ramadhan
dengan cara menggunakan perhitungan secara atsronomi, sehingga
dapat ditentukan secara eksak letak bulan. Seperti cara rukyat yang
telah dikoordinasikan oleh pemerintah, maka cara hisab pun sama. Di
Indonesia penetapan awal dan akhir bulan Ramadhan ini dengan cara
yang manapun memang telah diambil kewenangan koordinatifnya
oleh pemerintah.
Adapun lembaga-lembaga keagamaan seperti Nahdatul Ulama (NU),
Muhammadiyah, PERSIS, Jami’at al-Khair dan sebagainya berfungsi
sebagai pemberi masukan hasil rukyat dan hisabnya dalam rangka
pengambilan ketetapan awal dan akhir Ramadhan oleh pemerintah.

Firman Allah SWT surat Yunus ayat 5:

َ ۗ ‫از َل لِ َتعْ َلم ُْوا َع َد َد ال ِّس ِني َْن َو ْال ِح َس‬ ۤ


‫اب َما‬ ِ ‫مْس ضِ َيا ًء وَّ ْال َق َم َر ُن ْورً ا وَّ َق َّد َرهٗ َم َن‬ َ ‫ه َُو الَّ ِذيْ َج َع َل ال َّش‬
ِّ ‫ك ِااَّل ِب ْال َح ۗ ِّق ُي َف‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫ص ُل ااْل ٰ ٰي‬
‫ت لِ َق ْو ٍم يَّعْ َلم ُْو َن‬ َ ِ‫َخ َل َق ُ ٰذل‬

3
Artinya:“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-
Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu
melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang
yang Mengetahui”.(QS. Yunus :5)

Sabda Nabi SAW


Artinya:“Dari Abu Umar ra: bahwasanya Rasulullah SAW, menceritakan bulan Ramadhan
lalu memukul kedua tangannya lalu bersabda: “Bulan adalah itu sekian dari sekian
bulan,kemudian beliau melengkungkan ibu jarinya pada perkataan yang ketiga kali
(termasuk menunjukkan bahwa bulan itu jumlahnya terdiri dari 29 hari), maka berpuasalah
kamu karena melihat bulan. Jika kamu sekalian tidak dapat memelihatnya karena tertutup
awan / mendukung, maka pastikanlah bilangan itu menjadi 30 hari. (HR. Muslim).
b. Puasa Nazar (karena berjanji untuk berpuasa)
Puasa nazar adalah orang yang bernazar puasa karena mengiginkan sesuatu,
maka ia wajib puasa setelah yang diinginkannya itu tercapai, dan apabila
puasa nazar itu tidak dilaksanakannya maka ia berdosa dan ia dikenakan denda
/ kifarat.
Misalnya bernazar untuk lulus keperguruan tinggi, maka ia wajib
melaksanakan puasa nazar tersebut apabila ia berhasil.Ibnu Majjah
meriwayatkan, bahwa seorang wanita bertanya kepada Nabi Muhammad
SAW.
Artinya:“Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia. Ia mempunyai nazar
berpuasa sebelum dapat memenuhinya. Rasulullah SAW menjawab: “Walinya
berpuasa untuk mewakilkannya”.
c. Puasa Kifarat
Puasa kifarat adalah puasa untuk menembus dosa karena melakukan hubungan
suami isteri (bersetubuh) disiang hari pada bulan Ramadhan, maka denda
(kifaratnya) berpuasa dua bulan berturut-turut. 

2. Puasa Sunnah
Puasa sunnah adalah puasa yang bila dikerjakan mendapat pahala dan apabila
dikerjakan tidak mendapat dosa. Adapun puasa sunnah adalah sebagai berikut:

4
a. Puasa enam hari pada bulan syawal
Disunnahkan bagi mereka yang telah menyelesaikan puasa Ramadhan untuk
mengikutinya dengan puasa enam hari pada bulan Syawal. Pelaksanaannya
tidak mesti berurutan, boleh kapan saja selama masih dalam bulan Syawal,
karena puasa enam hari pada bulan Syawal ini sama dengan puasa setahun
lamanya. Akan tetapi diharamkan pada tanggal 1 syawal karena ada chari raya
Idul Fitri. Dalam sebuah hadits dikatakan yang artinya: Rasulullah saw
bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan, kemudian
diikuti dengan berpuasa enam hari pada bulan Syawal, maka sama dengan
telah berpuasa selama satu tahun" (HR. Muslim).
b. Puasa Arafah
Orang yang tidak melaksanakan ibadah haji, disunnatkan untuk melaksanakan
puasa pada tanggal sembilan Dzulhijjah atau yang sering disebut dengan puasa
Arafah. Disebut puasa Arafah karena pada hari itu, jemaah haji sedang
melakukan Wukuf di Padang Arafah. Sedangkan untuk yang sedang
melakukan ibadah Haji, sebaiknya tidak berpuasa. Nabi Muhammad SEW
bersabda:
Dari Abu Qotadah al-Anshory Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah ditanya mengenai puasa hari Arafah,
lalu beliau menjawab: "Ia menghapus dosa-dosa tahun lalu dan yang akan
datang.: (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam melarang untuk berpuasa hari raya arafah di Arafah. (Riwayat Imam
Lima selain Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah dan Hakim.
Hadits munkar menurut Al-'Uqaily.)
c. Puasa Senin Kamis
Rasulullah saw bersabda yang Artinya dari Aisyah : Nabi Muhammad SAW
memilih waktu puasa hari senin kamis.
d. Puasa pada bulan sya’ban
Dalam berbagai keterangan disebutkan bahwa Rasulullah saw berpuasa pada
bulan Sya'ban hampir semuanya. Beliau tidak berpuasa pada bulan tersebut
kecuali sedikit sekali . Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini
yang artinya: Siti Aisyah berkata: "Adalah Rasulullah saw seringkali berpuasa,
sehingga kami berkata: "Beliau tidak berbuka". Dan apabila beliau berbuka,
5
kami berkata: "Sehingga ia tidak berpuasa". Saya tidak pernah melihat
Rasulullah saw berpuasa satu bulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan. Dan
saya juga tidak pernah melihat beliau melakukan puasa sebanyak mungkin
kecuali pada bulan Sya'ban" (HR. Bukhari dan Muslim).
e. Puasa As-Syura’
Puasa ini dikerjakan pada tanggal sembilan dan sepuluh Muharram. Hadist
Rasulullah Saw yang berbunyi: "Rasulullah saw bersabda: "Puasa Asyura itu
(puasa tanggal sepuluh Muharram), dihitung oleh Allah dapat menghapus
setahun dosa yang telah lalu" (HR. Muslim). Demikian juga sunnah hukumnya
melakukan puasa pada tanggal sembilan Muharram. Hadist Rasulullah: Ibn
Abbas berkata: "Ketika Rasulullah saw berpuasa pada hari Asyura', dan beliau
memerintahkan untuk berpuasa pada hari tersebut, para sahabat berkata: "Ya
Rasulullah, sesungguhnya hari Asyura itu hari yang dimuliakan oleh orang
Yahudi dan Nashrani". Rasulullah saw menjawab: "Jika tahun depan, insya
Allah saya masih ada umur, kita berpuasa bersama pada tanggal sembilan
Muharramnya". Ibn Abbas berkata: "Belum juga sampai ke tahun berikutnya,
Rasulullah saw keburu meninggal terlebih dahulu" (HR. Muslim).

3. Puasa Makruh
a. Berpuasa pada hari jum’at
Berpuasa hanya pada hari Jum'at saja termasuk puasa yang makruh hukumnya,
kecuali apabila ia berpuasa sebelum atau setelahnya, atau ia berpuasa Daud
lalu jatuh pas hari Jumat, atau juga pas puasa Sunnat seperti tanggal sembilan
Dzuhijjah itu, jatuhnya pada hari Jum'at. Untuk yang disebutkan di akhir ini,
puasa boleh dilakukan, karena bukan dengan sengaja hanya berpuasa pada hari
Jum'at. 
Dalil larangan hanya berpuasa pada hari Jum'at saja adalah: Artinya:
Rasulullah saw bersabda: "Seseorang tidak boleh berpuasa hanya pada hari
Jum'at, kecuali ia berpuasa sebelum atau sesudahnya" (HR. Bukhari Muslim).
b. Puasa setahun penuh (puasa dahr)
Puasa dahr adalah puasa yang dilakukan setahun penuh. Meskipun orang
tersebut kuat untuk melakukannya, namun para ulama memakruhkan puasa
seperti itu. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini: Artinya:
Umar bertanya: "Ya Rasulallah, bagaimana dengan orang yang berpuasa satu
6
tahun penuh?" Rasulullah saw menjawab: "Ia dipandang tidak berpuasa juga
tidak berbuka" (HR. Muslim).
c. Puasa Wishal
Puasa wishal adalah puasa yang tidak memakai sahur juga tidak ada bukanya,
misalnya ia puasa satu hari satu malam, atau tiga hari tiga malam. Puasa ini
diperbolehkan untuk Rasulullah saw dan Rasulullah saw biasa melakukannya,
namun dimakruhkan untuk ummatnya. Hal ini berdasarkan hadits
berikut:Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Janganlah kalian berpuasa wishal"
beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Para sahabat bertanya: "Ya
Rasulullah, anda sendiri melakukan puasa wishal?" Rasulullah saw bersabda
kembali: "Kalian tidak seperti saya. Kalau saya tidur, Allah memberi saya
makan dan minum. Oleh karena itu, perbanyaklah dan giatlah bekerja
sekemampuan kalian" (HR. Bukhari Muslim).
4. Puasa Haram
Maksudnya ialah seluruh umat islam memang diharamkan puasa pada saat itu,
jika kita berpuasa maka kita akan mendapatkan dosa, dan jika kita tidak berpuasa
maka sebaliknya yaitu mendapatkan pahala. Allah telah menentukan hukum
agama telah mengharamkan puasa dalam beberapa keadaan, diantaranya ialah :
a. Puasa pada tanggal 1 syawal dan 10 Dzulhijjah
Artinya: "Rasulullah saw melarang puasa pada dua hari: Hari Raya Idul Fitri
dan Idul Adha" (HR.Bukhari Muslim).
b. Puasa Hari Tasyrik tanggal 11, 12, 13 bulan Dzulhijjah
Para ulama juga telah sepakat bahwa puasa pada hari Tasyrik (tanggal 11, 12,
dan 13 Dzulhijjah) diharamkan. Hanya saja, bagi orang yang sedang
melaksanakan ibadah haji dan tidak mendapatkan hadyu (hewan sembelihan
untuk membayar dam), diperbolehkan untuk berpuasa pada ketiga hari tasyrik
tersebut. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini: Artinya:
Siti Aisyah dan Ibn Umar berkata: "Tidak diperbolehkan berpuasa pada hari-
hari Tasyrik, kecuali bagi yang tidak mendapatkan hadyu (hewan
sembelihan)" (HR. Bukhari).
c. Puasa pada hari yang diragukan (hari syak/hari ragu)
Apabila seseorang melakukan puasa sebelum bulan Ramadhan satu atau dua
hari dengan maksud untuk hati-hati takut Ramadhan terjadi pada hari itu,

7
maka puasa demikian disebut dengan puasa ragu-ragu dan para ulama sepakat
bahwa hukumnya haram.
Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw:Artinya: Rasulullah saw
bersabda: "Seseorang tidak boleh mendahului Ramadhan dengan jalan
berpuasa satu atau dua hari kecuali bagi seseorang yang sudah biasa berpuasa,
maka ia boleh berpuasa pada hari terebut" (HR. Bukhari Muslim).
C. Syarat-syarat puasa
Syarat Wajib Puasa :
1. Beragama islam
2. Baligh dan berakal
3. Suci dari haidh dan nifas (ini tertentu bagi wanita)
4. Kuasa (ada kekuatan). Kuasa disini artinya tidak sakit dan bukan yang sudah tua

D. Rukun Puasa 
Rukun puasa ada tiga,  dua diantaranya telah disepakati, yaitu waktu dan menahan diri
(imsak) dari perkara yang membatalkan, sedangkan rukun satu lainnya masih
diperselisihkan yaitu  niat.
1. Waktu
Waktu dibagi menjadi dua, yaitu waktu wajibnya puasa yakni bulan Ramadhan,
dan Waktu menahan diri dari perkara-perkara yang membatalkan puasa yaitu
waktu-waktu siang hari bulan ramadhan. Bukan waktu-waktu malamnya.
2. Menahan diri dari perkara yang membatalkan
Meninggalkan segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar shidiq
hingga terbenam matahari.
a. Hal-Hal yang membatalkan puasa
b. Memasukkan sesuatu kedalam lubang rongga badan dengan sengaja.
c. Muntah dengan sengaja.
d. Haid dan Nifas.
e. Jima’ pada siang hari dengan sengaja.
f. Gila walau sebentar.
g. Mabuk atau pinsan sepanjang hari.
h. Murtad.
Disamping itu, ada keringanan yang diberikan oleh islam kepada umat muslim
untuk tidak berpuasa, yakni mencakup dua golongan :
8
3. Beleh meninggalkan puasa tetapi wajib mengqadha
Yang termasuk dalam golongan ini yaitu :
a. Orang yang sedang sakit dan sakitnya akan memberikan mudharat baginya
apabila mengerjakan puasa.
b. Orang yang berpergian jauh atau musafir sediktnya sejauh 81 KM.
c. Orang yang hamil dan di khawatirkan akan mudharat baginya dan
kandungannya.
d. Orang yang sedang menyusui anak yang dapat mengkhawatirkan/
memudharatkan baginya dan anaknya.
e. Orang yang sedang haid, melahirkan atau nifas.
f. Orang-orang yang tidak wajib qadha namun wajib membayar fidyah
g. Orang yang sakit dan tidak ada harapan untuk sembuh.
h. Orang yang lemah karna sudah tua.
Yaitu memberi makanan kepada fakir miskin sebanyak hari yang telah di
tinggalkan puasanya, satu hari satu mud (576 Gram) berupa makanan pokok.
4. Niat

‫هلل َت َعا َلى‬


ِ ِ ‫ان ه ِذ ِه ال َّس َن ِة‬
َ ‫ض‬َ ‫ض َشه ِْر َر َم‬
ِ ْ‫ص ْو َم َغ ٍد َعنْ اَدَا ِء َفر‬ ُ ‫َن َوي‬
َ ‫ْت‬
Niat, yaitu menyengaja puasa ramadhan setelah terbenam matahari hingga
sebelum fajar shadiq. Artinya pada malam harinya dalam hati telah tergetar
(berniat) bahwa besok harinya akan mengerjakan puasa ramadhan.

E. Sunat puasa dan puasa sunat


Sunat puasa :
1. Makan sahur meski sedikit.
2. Mengakhirkan makan sahur.
3. Menyegerakan berbuka.
4. Membaca doa ketika berbuka puasa.
5. Menjauhi dari ucapan yang tidak senonoh.
6. Memperbanyak amal kebajikan.
7. Memperbanyak I’tikaf di masjid.
Puasa Sunat :
Puasa sunnat (nafal) adalah puasa yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala
dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa. Adapun puasa sunnat itu antara lain :

9
1. Puasa hari Arafah (9 Dzulhijjah/ selain mereka yang berhaji)
2. Puasa 6 hari dalam bulan syawal
3. Puasa tanggal 13,14, dan 15 pada tiap-tiap bulan Qamariah
4. Puasa hari senin dan kamis
5. Puasa pada bulan Dzulhijjah, Dzulqaidah, Rajab, Sya’ban dan 10 Muharram
6. puasa nabi Daud As.

F. Hari-hari yang di haramkan berpuasa


1. Hari raya Idul Fitri yaitu satu syawal dan Hari Raya Idul Adha yaitu 10
dzulhijjah.
Dari Abu Said Al-Khudry bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
melarang shaum pada dua hari, yakni hari raya Fithri dan hari raya Kurban.
Muttafaq Alaihi
2. Berpuasa pada hari-hari tasyriq yaitu 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
Dari Nubaitsah al-Hudzaliy Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Hari-hari tasyriq adalah hari-hari untuk makan
dan minum serta berdzikir kepada Allah 'Azza wa Jalla." Riwayat Muslim.

G. Hari-hari yang di makruhkan berpuasa


Hari jum’at, kecuali telah berpuasa sejak hari sebelumnya.
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Janganlah sekali-kali seseorang di antara kamu shaum pada hari
Jum'at, kecuali ia shaum sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya." Muttafaq
Alaihi.

H. Ketetapan Hilal
Hilal ramadhan ditetapkan dengan cara–cara sebagai berikut:
1. Penglihatan Mata (Rukyah)
Yaitu cara menetapkan awal bulan qomariah dengan jalan melihat atau
menyaksikan dengan mata lahir munculnya bulan sabit (hilal) beberapa derajat di
ufuk barat.
Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila engkau sekalian melihatnya
(bulan) shaumlah, dan apabila engkau sekalian melihatnya (bulan) berbukalah,
10
dan jika awan menutupi kalian maka perkirakanlah." Muttafaq Alaihi. Menurut
riwayat Muslim: "Jika awan menutupi kalian maka perkirakanlah tiga puluh
hari." Menurut riwayat Bukhari: "Maka sempurnakanlah hitungannya menjadi
tigapuluh hari.
2. Syiya’ (Ketenaran)
Yang dimaksud dengan syiya adalah hilal dapat ditetapkan dengannya , bukanlah
berpuasanya sekelompok orang atau penduduk suatu tempat berdasarkan pada
keputusan seseorang yang baik bahwa besok masih ramadhan, atau tidak
berpuasanya mereka itu berdasarkan ketentuan itu bahwa besok sudah syawal.
Tetapi syiya adalah hendaknya hilal dilihat oleh umum, bukan satu orang saja.
3. Menyempurnakan Bilangan
Diantara cara menetapkan hilal, ialah menyempurnakan bilangan. Bulan
Qamariyah manapun, apabila awal harinya telah diketahui maka dia akan habis
dengan berlalunya 30 hari. Hari berikutnya berarti sudah masuk bulan berikutnya,
sebab jumlah hari bulan Qamariyah tidak akan lebih dari 30 dan tidak kurang dari
29 hari. Jika awal Syaban telah diketahui maka hari ke-31 nya pasti sudah masuk
satu ramadhan . Demikian pula jika telah kita ketahui awal ramadhan maka hari
ke-31 nya bisa kita pastikan sebagai tanggal 1 syawal.
4. Bayyinah Syar’iyyah(Bukti Syar’i)
Hilal bisa juga dipastikan dengan kesaksian dua orang lelaki yang adil (inilah
yang disebut bayyinah syar’iyyah), dan juga kesaksian para perempuan yang
terpisah dengan lelaki ataupun bergabung dengan mereka. Siapa saja yang yakin
akan keadilan dua orang saksi tersebut maka ia harus mengamalkannya. 

I. Hikmah Puasa
Adapun hikmah dari berpuasa yaitu :
1. Bertakwa dan menghambakan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, takwa
adalah meninggalkan keharaman, istilah itu secara mutlak mengandung makna
mengerjakan perintah, meninggalkan larangan , Firman Allah SWT: Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”(QS. Al-
Baqarah: 183).

11
2. Puasa adalah serupa dengan revolusi jiwa untuk merombak cara dan kebiasaan
yang diinginkan oleh manusia itu, sehingga mereka berbakti pada keinginannya
dan nafasnya itu berkuasa padanya.
3. Puasa menunjukkan pentingnya seseorang merasakan pedihnya laparmaupun
tidak dibolehkan mengerjakan sesuatu. Sehingga tertimpa pada dirinya dengan
suatu kemiskinan atau hajatnya tidak terlaksana. Dengan sendirinya lalu bisa
merasakan keadaan orang lain, bahkan berusaha untuk membantu mereka yang
berkepentingan dalam hidup ini.
4. Puasa dapat menyehatkan tubuh kita, manfaat puasa bagi kesehatan adalah
sebagai berikut:
a. Puasa membersihkan tubuh dari sisa metabolisme. Saat berpuasa tubuh akan
menggunakan zat-zat makanan yang tersimpan. Bagian pertama tubuh yang
mengalami perbaikan adalah jaringan yang sedang lemah atau sakit.
b. Melindungi tubuh dari penyakit gula. Kadar gula darah cenderung turun saat
seseorang berpuasa. Hal ini memberi kesempatan pada kelenjar pankreas
untuk istirahat. SepertiAnda ketahui, fungsi kelenjar ini adalah menghasilkan
hormon insulin.
c. Menyehatkan sistem pencernaan. Di waktu puasa, lambung dan sistem
pencernaan akan istirahat selama lebih kurang 12 sampai 14 jam, selama lebih
kurang satu bulan. Jangka waktu ini cukup mengurangi beban kerja lambung
untuk memroses makanan yang bertumpuk dan berlebihan.Puasa mengurangi
berat badan berlebih. Puasa dapat menghilangkan lemak dan kegemukan,
secara ilmiah diketahui bahwa lapar tidak disebabkan oleh kekosongan perut.
Tetapi juga disebabkan oleh penurunan kadar gula dalam darah

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut bahasa (etimologis) Shyam atau puasa berarti menahan diri dan menurut
syara’ (ajaran agama), puasa adalah menahan diri dari segala yang membatalkanya
dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari karena Allah SWT semata-mata dan
disertai niat dan syarat tertentu “.
Adapun hikmah dari berpuasa yaitu :
1. Menumbuhkan nilai-nilai persamaan selaku hamba Allah, karena sama-sama
memberikan rasa lapar dan haus serta ketentuan-ketentuan lainnya.
2. Menumbuhkan rasa perikemanusian dan suka member, serta peduli terhadap
orang-orang yang tak mampu.
3. Memperkokoh sikap tabah dalam menghadapi cobaan dan godaan, karna dalam
berpuasa harus meninggalkan godaan yang dapat membatalkan puasa.
4. Menumbuhkan sikap amanah (dapat dipercaya), karna dapat mengetahui apakah
seseorang melakukan puasa atau tidak hanyalah dirinya sendiri.
5. Menumbuhkan sikap bersahabat dan menghindari pertengkaran selama berpuasa
seseorang tidak diperbolehkan saling bertengkar.
6. Menanamkam sikap jujur dan disiplin.
7. Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri dari hawa nafsu, sehingga mudah
menjalankan kebaikan dan meninggalkan keburukan.
8. Meningkatkan rasa syukur atas nikmat dan karunia Allah.
9. Menjaga kesehatan jasmani.

B.  Saran
Penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan makalah ini dan
senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini lebih
bermanfaat dan lebih baik kualitasnya dimasa mendatang. Mudah-mudahan makalah
ini bermanfaat bagi kita semua.

13

Anda mungkin juga menyukai