Anda di halaman 1dari 7

“Karakter Akan Baik Bila Sekelilingnya Baik“

Halo semuanya, namaku Alexander. Ini adalah kisahku 10 tahun lalu


disaat aku duduk di kelas 11 disalah satu SMA di kotaku. Aku terlahir dari
kedua orang tua yang hidup harmonis dan berkecukupan. Hari-hariku dipenuhi
dengan kasih sayang mereka. Aku selalu menjadi juara kelas dan kebanggaan
guru-guru dari sejak SD. Tapi semuanya berubah dalam sekejap.
Inilah kisahku bermula, disaat aku kelas 3 SMP. Ayahku yang menjadi
kepala di perusahaan ternama harus merelakan pekerjaannya karena
tertangkap tangan melakukan korupsi sehingga membuatnya harus dipecat.
Keluarga kami yang sebelumnya harmonis, dan hidup bekecukupan menjadi
berubah karena keserakahan ayahku. Setiap hari aku harus mendengarkan
kericuhan yang terjadi. Terkadang juga terdengar suara tamparan dan tangisan.
Ini membuatku menjadi depresi.
Di sekolah aku menjadi tidak fokus belajar. Guru-guru menjadi heran
dengan sikapku akhir-akhir ini. Aku menjadi seperti anak liar yang tidak
memiliki aturan. Cara berpakaian yang tidak rapi, tidak mengerjakan tugas
yang diberikan guru, berbeda dengan kepribadianku dulu yang menjadi
kebanggaan guru-guru karena selalu berprestasi.
Suatu ketika disaat sedang di sekolah. Aku melampiaskan apa yang ku
alami dengan merokok dibelakang sekolah, itulah yang membuatku menjadi
sedikit lebih tenang. Bukan hanya itu saja, terkadang aku minum-minuman
keras dan merokok didalam kamar.
Disaat itu ada seorang murid yang melihatku
merokok dan dia hendak melaporkannya kepada guru.
Namun tanganku menghalanginya dan ku hajar dia sampai
tidak berdaya. Kepalanya dipenuhi dengan darah. Tak
hanya sampai situ, aku mengambil kayu bekas kursi yang
sudah tidak terpakai dan mencoba menghabisinya saat itu.
Namun ada seorang guru yang memegang tanganku sehingga aku tidak jadi
memukulnya. Jika tidak mungkin aku sudah dipenjara kala itu karena
pembunuhan.
Aku berada diruang BK dan banyak guru disana, diluar pun banyak
teman-teman yang berkerumun hendak tau apa yang sedang terjadi. Beberapa
guru memarahi ku, namun aku tidak mendengarnya. Aku hanya fokus pada
apa yang telah ku lakukan tadi seolah ada yang mengambil alih badanku
sehingga aku bertindak sebrutal itu.
Guru BK mencoba menghubungi kedua orang tuaku untuk datang ke
sekolah dan tidak lama dari itu mereka datang. Aku melihat ada bekas
tamparan merah di pipi ibuku, namun aku hanya terdiam. Seorang guru dan
beberapa saksi yang melihat mencoba menceritakan hal apa yang terjadi
kepada orang tuaku. Namun mereka hanya saling menyalahkan.

“Ini semua salahmu. Kenapa kamu tidak mendidik dia supaya tidak
nakal sepeti ini.“ Kata ayahku sambil menunjuk jarinya kearah wajah ibuku.

“Coba aja kalau kamu tidak serakah sampai-sampai korupsi uang


perusahaan. Sekarang kamu jadi pengangguran, sedangkan kita masih punya
banyak tanggungan. Jadi sekarang salah siapa?“ Jawab ibu dengan nada tinggi.

Mereka menjadi berdebat dengan keegoisan mereka masing-masing.


Bukannya mencari jalan keluar dan solusi dari masalah ini. Aku menjadi muak
dan tidak betah untuk berada duduk lama-lama disitu. Disaat itu lah aku
memutuskan untuk berlari keluar menerobos kerumunan orang yang hendak
mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Aku berlari keluar sekolah tanpa ada
tujuan yang pasti dan berpikir untuk tidak akan kembali dirumah. Rasanya
hancur jika harus melihat keributan setiap
harinya, suara tangisan, tamparan, pecahan
gelas.
Dengan masih berseragamkan sekolah aku berjalan menyisiri kota
sambil mencari tempat yang bisa dijadikan untuk beristirahat malam ini. Tugu
jam besar yang menjadi ikon kotaku sudah menunjukkan pukul tujuh malam.
Aku terus berjalan sampai aku berhenti didepan sebuah bangunan yaitu gereja.
Aku mendengar sebuah pujian yang bekata “Disaatku tak berdaya kuasaMu
yang sempurna ketika ku berdoa mujizat itu nyata“. Mereka sedang
mengadakan ibadah anak muda dan aku mencoba untuk masuk kedalam.
Beberapa langkah setelah masuk ada seorang pemuda yang berjalan
dibelakang dan menepuk pundakku.

“Halo. Pemuda baru ya? Kenalin namaku Aldo.” Ucap pemuda itu
dengan penuh kasih.

”Emm... Iya namaku Alexander. Aku cuma mau numpang ke toilet


dimana ya?“ Jawab Alex dengan rasa gugup karena ini pertama kalinya ia
masuk gereja.

Tidak lama dari itu, ada seorang pendeta yang datang menghampiri
kami. Dan Aldo meninggalkan aku dengan pendeta itu untuk masuk keruang
ibadah. Pendeta itu menanyakan beberapa pertanyaan kepadaku. Kenapa aku
memakai seragam sekolah, mengapa aku terlihat kusam dan berantakan. Lalu
pendeta itu mengajakku masuk kedalam pastori yaitu rumah tempat pendeta
itu tinggal yang letakknya didalam gereja itu. Ia menyuruhku untuk duduk dan
menceritakan semua kepadanya sembari ia membuatkanku teh hangat. Aku
menceritakan semua hal dari sejak aku kecil sampai masalah yang menimpa
keluargaku dan menjadikan mereka berubah seperti seorang yang tidak
mengenal akan kasih. Setelah aku menceritakan semuanya, ia
menyuruhku untuk meminum teh yang dibuatnya dan berdoa
untukku seusai meminu teh itu.
“Saya akan berdoa untukmu. Kamu hanya perlu mengaminkan didalam
nama Yesus, dan kamu harus percaya bahwa Tuhan akan menolongMu.“ Kata
pendeta itu sambil menepuk pundakku.

Seusai pendeta itu berdoa, ia menanyakan dimana rumahku dan berniat


untuk mengantarkanku pulang. Namun aku menolak dan meminta untuk bisa
tinggal disini. Karena setiap aku mendengar mereka ribut, aku tidak tahan dan
melampiaskannya ke hal yang negatif yaitu merokok atau minum-minum.
Pendeta itu memberikan izin untuk aku tinggal di gereja itu dengan syarat
berubah dan bisa mengampuni mereka.
Selama 1 tahun aku tinggal disana, aku memutuskan untuk sekolah
alkitab. Pendeta Yerry yang selama ini mendidikku pun senang mendengar
kabar ini. Lalu aku berangkat untuk besekolah alkitab selama 2 tahun. Disitu
aku belajar banyak dan mulai merenungkan apa yang terjadi didalam hidupku.
Aku mengenal Roh Kudus dan belajar untuk mengampuni dan mengasihi.
Setelah 2 tahun lulus dari sekolah alkitab. Aku ditempatkan untuk
melayani didaerah pedalam yang ada di Kalimantan. Disana aku melayani
selama 1 tahun dan memutuskan untuk mengambil Sarjana Teologi selama 5
tahun dan mempelajari mendalam tentang Kekristenan. 5 tahun berlalu dan
aku berkeliling keseluruh penjuru Indonesia untuk mengabarkan firman Tuhan
kepada banyak orang. Mendoakan orang sakit dan yang memiliki masalah.
Pada tanggal 2 Desember 2031, aku mendapat telpon dari seorang
donatur besar yang meminta untuk menjadi pembawa firman di ibadah KKR
yang akan diselenggarakan di kota dimana tempat aku dilahirkan pada tanggal
14 Desember 2031. Donatur itu mengatakan bahwa KKR ini akan
diselenggarakan untuk umum yang dalam artian bukan hanya umat Kristiani
saja. Namun siapa yang memiliki masalah atau sakit boleh
untuk datang dalam KKR ini. Aku menerima dan bersedia untuk
menjadi pembawa firman didalam acara KKR itu. Selama 1
minggu aku berdoa dan berpuasa untuk acara itu agar banyak
orang menjadi percaya bahwa Yesus adalah juruselamat, dan banyak orang
sakit disembuhkan, dan yang memiliki masalah dipulihkan.
Aku berangkat dari Jakarta menuju kota tempat KKR itu diadakan
pada tanggal 12 Desember 2031 dan tinggal disalah satu hotel disana. Hari
dimana KKR itu diadakan pun tiba. Kira-kira ada 1500 orang yang datang
yang rindu untuk didoakan.

“Mari yang memiliki sakit, masalah, berbeban berat maju kedepan“


Kataku dengan iringan musik yang pelan dan dalam suasana hadirat Tuhan.

Banyak orang yang maju dan aku mulai tumpang tangan mendoakan
dibantu oleh beberapa pendeta yang lain karena orang yang rindu untuk
didoakan sangatlah banyak. Ada seorang kakek yang belum percaya Tuhan
tidak bisa berjalan dan pada saat didoakan orang itu menjadi sembuh oleh
karena kuasa Tuhan dan ia menerima Tuhan sebegai juruselamat.
Dan pada saat aku mendoakan aku melihat seorang suami istri yang
sujud sambil menangis, lalu aku menghampirinya untuk mendoakan. Namun
saat aku mendekat aku menyadari bahwa mereka adalah ayah dan ibuku.
Mereka sengaja datang di KKR itu karena mereka tau bahwa aku yang akan
menjadi pembawa firman di KKR itu dan mereka rindu agar anaknya bisa
menjadi berkat dan mendoakan buat kedua orang tuanya.
Aku mengangkat mereka agar mereka berdiri lalu memeluknya.
Mereka menangis karena sudah 10 tahun mereka tidak melihatku. Aku
merangkul mereka dan mendoakannya. Disaat aku mendoakan, aku merasakan
damai sejahtera yang luar biasa terjadi. Aku dapat melihat bahwa Tuhan telah
memulihkan kedua orang tuaku.
Seusai acara tersebut selesai. Aku menghampiri ayah dan ibu,
memeluk dan meminta maaf kepada mereka.
Kami menangis dan aku dapat merasakan bahwa
Tuhan telah memulihkan keluarga kami. Dan mereka mau menerima Tuhan
Yesus sebagai Juruselamat .

Aku menulis kisah hidupku ini agar menjadi berkat buat banyak orang
yang membacanya. Tuhan Yesus membekati.

Jakarta, 1 Januari 2032


Alexander

Anda mungkin juga menyukai