“Ini semua salahmu. Kenapa kamu tidak mendidik dia supaya tidak
nakal sepeti ini.“ Kata ayahku sambil menunjuk jarinya kearah wajah ibuku.
“Halo. Pemuda baru ya? Kenalin namaku Aldo.” Ucap pemuda itu
dengan penuh kasih.
Tidak lama dari itu, ada seorang pendeta yang datang menghampiri
kami. Dan Aldo meninggalkan aku dengan pendeta itu untuk masuk keruang
ibadah. Pendeta itu menanyakan beberapa pertanyaan kepadaku. Kenapa aku
memakai seragam sekolah, mengapa aku terlihat kusam dan berantakan. Lalu
pendeta itu mengajakku masuk kedalam pastori yaitu rumah tempat pendeta
itu tinggal yang letakknya didalam gereja itu. Ia menyuruhku untuk duduk dan
menceritakan semua kepadanya sembari ia membuatkanku teh hangat. Aku
menceritakan semua hal dari sejak aku kecil sampai masalah yang menimpa
keluargaku dan menjadikan mereka berubah seperti seorang yang tidak
mengenal akan kasih. Setelah aku menceritakan semuanya, ia
menyuruhku untuk meminum teh yang dibuatnya dan berdoa
untukku seusai meminu teh itu.
“Saya akan berdoa untukmu. Kamu hanya perlu mengaminkan didalam
nama Yesus, dan kamu harus percaya bahwa Tuhan akan menolongMu.“ Kata
pendeta itu sambil menepuk pundakku.
Banyak orang yang maju dan aku mulai tumpang tangan mendoakan
dibantu oleh beberapa pendeta yang lain karena orang yang rindu untuk
didoakan sangatlah banyak. Ada seorang kakek yang belum percaya Tuhan
tidak bisa berjalan dan pada saat didoakan orang itu menjadi sembuh oleh
karena kuasa Tuhan dan ia menerima Tuhan sebegai juruselamat.
Dan pada saat aku mendoakan aku melihat seorang suami istri yang
sujud sambil menangis, lalu aku menghampirinya untuk mendoakan. Namun
saat aku mendekat aku menyadari bahwa mereka adalah ayah dan ibuku.
Mereka sengaja datang di KKR itu karena mereka tau bahwa aku yang akan
menjadi pembawa firman di KKR itu dan mereka rindu agar anaknya bisa
menjadi berkat dan mendoakan buat kedua orang tuanya.
Aku mengangkat mereka agar mereka berdiri lalu memeluknya.
Mereka menangis karena sudah 10 tahun mereka tidak melihatku. Aku
merangkul mereka dan mendoakannya. Disaat aku mendoakan, aku merasakan
damai sejahtera yang luar biasa terjadi. Aku dapat melihat bahwa Tuhan telah
memulihkan kedua orang tuaku.
Seusai acara tersebut selesai. Aku menghampiri ayah dan ibu,
memeluk dan meminta maaf kepada mereka.
Kami menangis dan aku dapat merasakan bahwa
Tuhan telah memulihkan keluarga kami. Dan mereka mau menerima Tuhan
Yesus sebagai Juruselamat .
Aku menulis kisah hidupku ini agar menjadi berkat buat banyak orang
yang membacanya. Tuhan Yesus membekati.