Anda di halaman 1dari 17

Pengaruh wajib pajak badan, kepatuhan wajib pajak badan, dan pemeriksaan pajak

terhadap penerimaan Pajak Penghasilan badan pasal 25/29 pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Tampan Pekanbaru

By :
Erni Susanti
Zirman
Volta Diyanto

Faculty of Economic Riau University, Pekanbaru, Indonesia


e-mail: Erni.Susanti19@yahoo.com

ABSTRACT

The purpose of this research is to examine the influence of corporate taxpayers,


compliance of corporate taxpayer, and tax audit the on corporate income tax article 25/29
at tax office (KPP) Pratama Tampan Pekanbaru for the period of 2009 until 2013.
Population in this research is all active corporate taxpayers at office (KPP) Pratama
Tampan Pekanbaru for the period of 2009 until 2013. Data are collected with research of
field, bibliography, and documentation. Regression models used has met the assumption of
classical test. This research used multiple linear regression analysis technique. Based on the
results of analysis show that corporate taxpayers, compliance of corporate taxpayer and tax
audit have a significantly influence on corporate income tax article 25/29 at tax office (KPP)
Pratama Tampan Pekanbaru.

Keywords : Corporate taxpayers, compliance of corporate taxpayer, tax audit, corporate


income tax.

Pendahuluan
Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan fenomena umum Dalam kata lain Pajak merupakan


sebagai sumber penerimaan Negara yang iuran yang diberlakukan pada setiap Wajib
berlaku diberbagai Negara. Dari hasil Pajak atas objek yang dimiliki dan
penelitian menunjukkan bahwa hampir hasilnya diserahkan kepada Pemerintah.
semua Negara di Dunia mengenakan pajak Pajak pada dasarnya adalah pemberian
kepada warganya, kecuali beberapa harta kekayaan rakyat atau badan usaha
Negara yang kaya akan sumber daya alam untuk membiayai kegiatan Pemerintah.
yang dijadikan sebagai sumber penerimaan Pajak memberikan kontribusi sebesar 80
utama Negara, tidak mengenakan pajak persen dari total penerimaan. Oleh sebab
(Pandiangan, 2008:65). itu pajak merupakan salah satu sumber

..................................................................................................................................................................
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 Page 1
pendapatan Negara paling besar. Dalam Pajak yang diberlakukan kepada
perkembangannya pajak merupakan orang pribadi atau badan adalah Pajak
komponen utama penerimaan dalam Penghasilan, yang mana Pajak Penghasilan
Negeri. tersebut diterima atau diperoleh dalam satu
tahun pajak. Maksudnya adalah setiap
Pajak Penghasilan merupakan salah
tambahan penghasilan yang berasal baik
satu unsur pajak yang diberlakukan
dalam negeri ataupun luar negeri yang
sebagai salah satu sektor penerimaan suatu
dapat digunakan untuk konsumsi atau
Negara. Pajak telah menjadi sumber
untuk menambah kekayaan dalam bentuk
penerimaan terbesar bagi Negara yang
apapun, dengan demikian Pajak
tertuang dalam Anggaran Pendapatan
Penghasilan itu berupa keuntungan usaha,
Belanja Negara (APBN), hal ini terbukti
gaji, honorarium, hadiah, dan lain
bahwa kontribusi pajak pada tahun 2013
sebagainya. Dengan mengetahui manfaat
mencapai Rp. 1.192.994,1 Milyar dari total
dari Pajak Penghasilan, maka diharapkan
penerimaan dalam negeri yaitu Rp.
dapat meningkatkan jumlah Wajib Pajak
1.525.189,5 Milyar (Data Pokok APBN
dan kepatuhan terhadap kewajiban
2012-2013, Departemen Keuangan
membayar pajak.
Republik Indonesia).
Wajib Pajak badan adalah badan
Menurut Undang-undang No 36
seperti yang dimaksud pada undang-
Tahun 2008 Pajak Penghasilan badan
undang KUP, meliputi membayar pajak,
Pasal 25/29 adalah untuk pasal 25 adalah
pemotong pajak, dan pemungut pajak,
besarnya angsuran pajak dalam tahun
yang mempunyai hak dan kewajiban
berjalan yang harus dibayar sendiri oleh
perpajakan sesuai dengan ketentuan
Wajib Pajak untuk setiap bulan sebesar
peraturan perundang-undangan perpajakan
Pajak Penghasilan yang terutang menurut
atau memiliki kewajiban subjektif dan
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak.
kewajiban objektif serta telah
Untuk pasal 29 adalah ketentuan Wajib
mendaftarkan diri untuk memperoleh
Pajak untuk melunasi kekurangan
Nomor Pokok Wajib Pajak. Hal yang
pembayaran pajak yang terutang menurut
memotivasi saya melakukan penelitian di
Undang-undang sebelum Surat
Daerah Pekanbaru adalah semakin
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
meningkatnya Jumlah Wajib Pajak badan
disampaikan dan paling lambat pada batas
yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak
akhir penyampaian Surat Pemberitahuan
pada tahun 2009 sampai dengan 2013.
Tahunan.

..................................................................................................................................................................
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 Page 2
Hal tersebut dikarenakan bahwa LANDASAN TEORI
semakin bertambahnya badan yang ada di Pengertian Pajak
Pekanbaru. Akan tetapi bertambahnya
Menurut Soemitro (Mardiasmo,
badan belum tentu semua badan tersebut
2011:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada
membayar pajak. Orang pribadi atau badan
kas Negara berdasarkan Undang-Undang
sering kali membayar pajak seminimal
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mungkin disebabkan karena membayar
mendapat jasa timbal (kontra prestasi)
pajak merupakan suatu beban, manfaatnya
yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
juga tidak bisa dirasakan oleh kalangan
digunakan untuk membayar pengeluaran
masyarakat.
umum.
Berdasarkan latar belakang
Menurut Andriani (Waluyo,
masalah tersebut, maka pokok
2011:2) Pajak adalah iuran masyarakat
permasalahan yang akan dibahas
kepada Negara (yang dipaksakan) yang
sehubungan dengan penerimaan pajak
terutang oleh yang wajib membayarnya
penghasilan badan pasal 25/29 pada
menurut peraturan-peraturan umum
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
(undang-undang) dengan tidak mendapat
Denpasar Timur adalah sebagai berikut.
prestasi kembali yang langsung dapat
ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk
(1) Apakah wajib pajak badan mempunyai
membiayai pengeluaran-pengeluaran
pengaruh yang signifikan terhadap
umum berhubung tugas Negera untuk
penerimaan pajak penghasilan badan
menyelenggarakan pemerintahan.
pasal 25/29 pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Tampan Pekanbaru? Pajak Penghasilan Badan Pasal 25/29
(2) Apakah kepatuhan wajib pajak badan
mempunyai pengaruh yang signifikan
Menurut Diana dan Lilis

terhadap penerimaan pajak penghasilan (2009:409) Pajak Penghasilan adalah

badan pasal 25/29 pada Kantor sekumpulan orang dan atau modal yang
Pelayanan Pajak Pratama Tampan merupakan kesatuan baik yang melakukan
Pekanbaru? usaha maupun yang tidak melakukan
(3) Apakah pemeriksaan pajak mempunyai usaha. Badan adalah perseroan terbatas,
pengaruh yang signifikan terhadap perseroan komenditer, dan perseroan
penerimaan pajak penghasilan badan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau
pasal 25/29 pada Kantor Pelayanan badan usaha milik daerah dengan nama
Pajak Pratama Tampan Pekanbaru? dan bentuk apa pun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan,
..................................................................................................................................................................
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 Page 3
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, Kepatuhan Wajib Pajak Badan
organisasi sosial politik, atau organisasi
Menurut Rahayu (2010:139)
lainnya lembaga, dan bentuk badan
mengatakan bahwa pada prinsipnya
lainnya termasuk kontrak investasi kolektif
kepatuhan perpajakan adalah tindakan
dan bentuk usaha tetap.
wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban
Jadi Pajak Penghasilan badan perpajakannya sesuai dengan ketentuan
adalah pajak yang terutang oleh subjek peraturan perundang-undangan dan
pajak berupa badan atas penghasilan yang peraturan pelaksanaan perpajakan yang
diperoleh atau diterimanya dalam tahun berlaku dalam suatu Negara.
takwim atau tahun pajak. Menurut Waluyo
Pemeriksaan Wajib Pajak
(2011:204) Pajak Penghasilan Pasal 25/29
adalah untuk Pajak Penghasilan 25 yaitu Menurut Diana dan Lilis (2009:78)
kententuan yang mengatur tentang Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan
perhitungan besarnya angsuran bulanan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti
Pajak Penghasilan yang harus dibayar yang dilaksanakan secara objektif dan
sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun professional berdasarkan suatu standar
Wajib Pajak berjalan. Angsuran Pajak pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
Penghasilan pasal 25 tersebut dapat pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau
dijadikan sebagai kredit pajak terhadap untuk tujuan lain dalam rangka
pajak yang terutang atas seluruh melaksanakan ketentuan peraturan
penghasilan Wajib Pajak pajak akhir tahun perundang-undangan perpajakan. Ruang
pajak yang dilaporkan dalam Surat lingkup pemeriksaan untuk menguji
Pemberitahuan Pajak (SPT) tahun Pajak kepatuhan pemenuhan kewajiban
Penghasilan. perpajakan dapat meliputi satu, beberapa,
atau seluruh jenis pajak, baik untuk satu
Wajib Pajak Badan
atau beberapa masa pajak, bagian tahun
Menurut Purwono (2010:23) Wajib pajak atau tahun pajak dalam tahun-tahun
Pajak adalah orang pribadi atau badan, lalu maupun tahun berjalan.
meliputi pembayar pajak, pemotong pajak,
METODE PENELITIAN
dan pemungut pajak, yang mempunyai hak
Populasi dan Sampel
dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan Menurut Sugiyono (2010:80) Populasi

perpajakan. adalah wilayah generalisasi yang terdiri


atas: obyek/subyek yang mempunyai

..................................................................................................................................................................
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 Page 4
kualitas dan karakteristik tertentu yang Pelayanan Pajak Pratama Tampan
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari Pekanbaru
dan kemudian ditarik kesimpulannya. 2. Penelitian Kepustakaan (Library
Menurut Sugiyono (2010:81) Research)
Sampel adalah bagian dari jumlah dan Penelitian Kepustakaan dengan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi cara mempelajari buku-buku dan
tersebut. Pengambilan sampel dilakukan sumber-sumber tertulis lainnya yang
dengan menggunakan Purposive Sampling berhubungan dengan penelitian.
yaitu populasi yang akan dijadikan sampel 3. Dokumentasi
penelitian adalah yang memenuhi kriteria Dokumentasi adalah dengan cara
sampel tertentu sesuai dengan yang pengumpulan data yang dilakukan
dikehendaki peneliti dan kemudian dipilih dengan membuat salinan atau
berdasarkan pertimbangan tertentu menggandakan data yang ada.
disesuaikan dengan tujuan penelitian
Operasionalisasi dan Pengukuran
Jenis dan Sumber Data Variabel
(1) Penerimaan Pajak Penghasilan badan
Jenis data yang di gunakan dalam
pasal 25/29 merupakan variabel
penelitian ini adalah data sekunder yaitu
dependen, dapat dilihat dari jumlah
data yang telah diolah lebih lanjut dan
penerimaan pajak penghasilan badan
disajikan oleh pihak lain. Sumber data
pasal 25/29 badan yang diterima
penelitian diperoleh dari Kantor Pajak
Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Pelayanan Pratama Tampan Pekanbaru.
Tampan Pekanbaru perbulan dari tahun
Data tersebut terdiri dari data Penerimaan
2009 sampai dengan 2013 tidak
Pajak Penghasilan badan Pasal 25/29 (Y),
termasuk sanksi berupa denda ataupun
Wajib Pajak Badan (X1), Kepatuhan Wajib
bunga.
Pajak badan (X2), Pemeriksaan Pajak (X3)
(2) Wajib Pajak Badan (X1) merupakan
perbulan Periode 2009 sampai dengan
variabel independen. Wajib pajak yang
2013.
digunakan adalah wajib pajak aktif
Teknik Pengumpulan Data yang terdaftar pada Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) dengan Nomor Pokok
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Wajib Pajak Perbulan dari tahun 2009
Penelitian lapangan adalah suatu
sampai dengan 2013.
cara pengumpulan data dilakukan
dengan penelitian langsung di Kantor

..................................................................................................................................................................
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 Page 5
𝑊𝑎𝑗𝑖𝑏 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 meningkatkan jumlah penerimaan
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑊𝑎𝑗𝑖𝑏 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
= 𝑋 100% pajak.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑊𝑎𝑗𝑖𝑏 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑕𝑢𝑛
𝑆𝐾𝑃 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑆𝐾𝑃𝐾𝐵 𝑋 100%
(Per bulan dari tahun 2009 sampai dengan (Per bulan dari tahun 2009 sampai
2013) 2013)

(3) Kepatuhan Wajib Pajak (X2) 3.5 Metode Analisis Data


merupakan variabel independen.
Kepatuhan Wajib Pajak Badan yang Metode analisis data yang
digunakan adalah kepatuhan formal, digunakan adalah analisis kuantitatif, yaitu
yaitu ketepatan pelaporan SPT PPh melakukan perhitungan terhadap data yang
pasal 25/29, dikatakan tepat apabila diperoleh untuk menguji hipotesis dengan
pelaporan dilakukan sampai dengan uji statistik. Pengujian hipotesis ini
tanggal 15 tiap bulannya untuk SPT dilakukan dengan menggunakan Multiple
PPh pasal 25. Sebaliknya, untuk SPT linear Regression Model (Model regresi
tahunan atau PPh pasal 29 dikatakan linear berganda). Model ini digunakan
tepat waktu apabila pelaporan untuk menjelaskan hubungan antara satu
dilakukan paling lambat tanggal 31 dependen variabel dengan beberapa
Maret tiap tahunnya. Kepatuhan wajib independen variabel, adapun bentuk yang
pajak dalam penelitian ini akan diukur digunakan adalah:
dengan Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
𝑆𝑃𝑇 Dimana:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑆𝑝𝑡 𝑃𝑃𝑕 25/29 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑒𝑡𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢
= 𝑋 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑓 Y = Penerimaan Pajak
Penghasilan Badan PPh
(Per bulan dari tahun 2009 sampai dengan
Pasal 25/29
tahun 2013)
a = Koefisien konstanta
(4) Pemeriksaan pajak (X3) dapat dilihat b(1,2,3) = Koefisien regresi variabel
dari SKP, yaitu jumlah SKPKB yang independen
diterbitkan oleh KPP Pratama Tampan X1 = Wajib Pajak Badan
Pekanbaru per bulan dari tahun tahun X2 = Kepatuhan Wajib Pajak
2009 sampai dengan 2013. SKPKB Badan
digunakan sebagai indikator atau alat X3 = Pemeriksaan Pajak
ukur pemeriksaan pajak karena e = Standar error
merupakan Surat Ketetapan Pajak
(SKP) yang memiliki potensi untuk

..................................................................................................................................................................
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 Page 6
Uji Asumsi Klasik (3) Autokorelasi

(1) Uji Normalitas Autokerelasi merupakan korelasi


hubungan yang terjadi antara anggota-
Uji Normalitas data ini dilakukan anggota dari serangkain pengamatan yang
dengan tujuan menguji apakah variabel tersusun dalam time series pada waktu
dependen dan variabel independen yang yang berbeda. Autokorelasi bertujuan
terdapat dalam variabel regresi memiliki untuk menguji apakah dalam sebuah
distribusi normal atau tidak. Model regresi model regresi linear ada korelasi antara
yang baik mempunyai distribusi normal kesalahan pengganggu (error) pada
atau mendekati normal. Dengan melihat periode 1 dengan kesalahan pengganggu
penyebaran data (titik) pada sumbu dengan periode t-1 (periode sebelumnya).
diagonal - plot regression standardized Jika ada, berarti terdapat aotokorelasi.
residuals. Jika data menyebar disekitar Dalam penelitian ini keberadaan
garis diagonal dan mengikuti garis autokorelasi diuji dengan Durbin Watson
diagonal, maka model regresi memenuhi (DW) test dengan rumus sebagai berikut:
asumsi normalitas data (Ghozali,
𝑡=𝑛
2013:105). 𝑡=2 (𝑒1 −𝑒 𝑡−1 )
d= 𝑡−1 𝑒 2
𝑡=2 1
(2) Multikolinearitas

Dengan bantuan Sofware SPSS keterangan :

adanya multikolinearitas dapat dilihat dari a. Jika angka Durbin Watson (DW)
telerance value atau Variance inflation dibawah -2, berarti terdapat auto
faktor (VIF) yaitu dengan rumus : korelasi positif.
b. Jika angka Durbin Watson (DW)
1
VIF = diantara -2 sampai +2, berarti terdapat
(1 −𝑅𝑘2 )
tidak ada auto korelasi
Batas tolerance value adalah 0,01 dan c. Jika angka Durbin Watson (DW) diatas
batas VIF adalah 10, apabila : +2, berarti terdapat autokorelasi
negatif.
a) Tolerance value < 0,01 atau VIF >
10 = terjadi multikolinearitas Untuk menentukan batas tidak
b) Tolerance value > 0,01 atau VIF < terjadinya autokorelasi dalam model
10 = tidak terjadi multikolinearitas regresi tersebut adalah du < d < 4-du,
dimana du adalah batas atas dari nilai d
Durbin Watson yang terdapat pada tabel
..................................................................................................................................................................
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 Page 7
uji Durbin Watson. Sedangkan d membandingkan thitung dan ttabel yaitu
merupakan nilai Durbin waton dari hasil apabila thitung > ttabel maka H0 ditolak dan
perhitungan yang dilakukan. Model regresi Ha diterima, berarti bahwa variabel
tidak mengandung masalah autokorelasi independen mempunyai pengaruh terhadap
jika kriteria du< d< 4-du terpenuhi. variabel dependen. Sebaliknya, apabila
thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha
(4) Heteroskedastisitas
ditolak, berarti variabel independen tidak
mempunyai pengaruh terhadap variabel
Uji heteroskedastisitas bertujuan
dependen.
untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual Uji Simultan ( Uji F)
satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika varians dari residual satu pengamatan Membandingkan f hitung dengan f
ke pengamatan yang lain tetap, maka tabel yaitu apabila f hitung >f tabel atau pvalue
disebut homoskedastisitas, dan jika <a, maka h0 ditolak dan ha diterima,
berbeda disebut heterokedastisitas. Model berarti bahwa independen secara
regresi yang baik adalah bersamaan mempunyai pengaruh
homoskedastisitas. Cara mendeteksi ada terhadap variabel dependen. Sebaliknya,
tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan apabila fhitung < ftabel atau p value > a, maka
Uji Glejser yang mana jika probabilitas H0 diterima dan Ha ditolak. Hasilnya tidak
signifikan > 0.05, maka model regresi signifikasi yang berarti bahwa variabel
tidak mengandung heteroskedastisitas independen tidak mempunyai pengaruh
terhadap variabel dependen.
Pengujian Hipotesis
Koefisien Determinasi (R2)
Uji Parsial ( uji t)
Koefisien determinasi (R2) adalah
Uji t digunakan untuk menguji atau
sebuah koefisien yang menunjukkan
membandingkan rata-rata nilai sesuatu
seberapa besar persentase variabel–
sampel dengan nilai lainnya. Uji t
variabel independen (Wajib Pajak Badan,
dilakukan untuk mengetahui apakah semua
Kepatuhan Wajib Pajak Badan, dan
variabel independen per variabel
Pemeriksaan Pajak dapat menjelaskan
berpengaruh signifikan terhadap variabel
variabel dependen (Penerimaan Pajak
dependen. Pengujian dilakukan dengan
Penghasilan badan Pasal 25/29)). Semakin
tingkat yang ditentukan adalah 95%
besar koefisien determinasinya, maka
dengan tingkat signifikansi sebesar 5%
semakin baik variabel independen dalam
dan degree of freedom (DF) = n-k
..................................................................................................................................................................
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 Page 8
menjelaskan variabel dependen. Dengan bahwa jumlah rata-rata penerimaan PPh
demikian regresi yang dihasilkan baik badan Pasal 25/29 sebesar 2.259, nilai
untuk mengestiminasi nilai variabel minimum 1.022, nilai maximum sebesar
dependen. 4.222, dan standar deviasi sebesar 8.902.
Begitu juga untuk mengetahui Wajib pajak badan memiliki rata-rata
variabel independen yang paling sebesar 0.934, nilai minimum sebesar 0.71,
berpengaruh terhadap variabel dependen nilai maximum sebesar 1.00, dan standar
dilihat dari koefisien korelasi variabelnya. deviasi sebesar 0.056. Kepatuhan wajib
Variabel independen yang memiliki pajak badan memiliki rata-rata sebesar
koefisien korelasi yang paling besar adalah 0.019, nilai minimum sebesar 0.00, nilai
variabel independen yang paling maximum sebesar 0.24, dan standar
berpengaruh terhadap variabel dependen. deviasi 0.054. Pemeriksaan pajak memiliki
rata-rata sebesar 22.116, nilai minimum
HASIL PENELITIAN DAN
sebesar 2.00, nilai maximum sebesar
PEMBAHASAN
49.00, dan standar deviasi sebesar 13.879.
Tabel 4.1: Hasil Uji Statistik Deskriptif Hasil Uji Asumsi Klasik
Hasil Uji Normalitas Data
Descriptive Statistics
Std. Gambar 4.1. Grafik Normal Probability
Mini Maxi Plot
N Mean Deviatio
mum mum
n
Y 60 1.022 4.222 2.259 8.902
X1 60 0.71 1.00 0.934 0.056
X2 60 0.00 0.24 0.019 0.054
X3 60 2.00 49.00 22.116 13.879
Valid N 60
(listwise)
Sumber : Data Olahan SPSS 16

Tabel Statistik deskriptif


menunjukkan bahwa jumlah sampel yang
digunakan adalah 60. Selain itu, diketahui
Dari gambar terlihat bahwa data
mendekati garis diagonal. Dapat
disimpulkan bahwa persyaratan
normalitas data dapat terpenuhi. Dengan
demikian pengujian statistik berupa uji t

..................................................................................................................................................................
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 Page 9
dan uji f dapat dilakukan dalam autokorelasi bertujuan untuk mengetahui
penelitian ini untuk menguji hipotesis. apakah dalam suatu model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan
Uji Multikolinearitas Data
pengganggu (error). Konsekuensi dari
Pengujian multikolinearitas adanya autokorelasi dalam suatu model
bertujuan untuk menemukan ada tidaknya regresi adalah varians sampel tidak
korelasi antar variabel independen. Model menggambarkan varians populasinya.
korelasi yang baik seharusnya tidak terjadi
Durbin Watson
korelasi diantara variabel independen.
Pengujian multikolinearitas menggunakan
R Adjusted R Durbin-Watson
Variance Inflation Faktor (VIF), nilai Model R
Square Square
yang lazim digunakan Untuk melihat 1 0.655a 0.430 0.399 0.699
adanya multikolinearitas adalah apabila
nilai torelance < 0.10 dan nilai VIF > 10.
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat
Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel
maka diperoleh nilai Durbin–Watson
berikut:
sebesar 0.699. Sehingga model regresi

Hasil uji VIF tersebut bebas dari autokorelasi.

Uji Heteroskedastisitas Data


Variabel Torelance VIF Kesimpulan
Bebas Pendeteksian heteroskedastisitas
X1 0.745 1.343 Multikolinearitas
Bebas dalam penelitian dengan metode Glejser.
X2 0.838 1.193 Multikolinearitas
Bebas Caranya dengan melihat nilai probabilitas
X3 0.879 1.137 Multikolinearitas
> 0.05, sehingga tidak terkena
heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:106).
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat
disimpulkan bahwa semua variabel Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan
independen tidak ada memiliki nilai Glejser
torelance < 0.10 dan VIF > 10. Maka Nilai
Variabel Sig Keterangan
masing-masing variabel terbebas dari Kritis
0.142 0.05 Tidak terkena
multikolinearitas. Hasil pengujian X1
Heteroskedastisitas
multikolinearitas tercantum pada lampiran 0.712 0.05 Tidak terkena
X2
Heteroskedastisitas
0.997 0.05 Tidak terkena
Uji Autokorelasi Data X3
Heteroskedastisitas

Autokorelasi pada penelitian ini Sumber: Data olahan SPSS 16 Uji


Heteroskedastisitas
dideteksi dengan nilai Durbin Watson. Uji
..................................................................................................................................................................
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 Page 10
Hasil Uji Heteroskedastisitas Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Coefficientsa Unstandardized Standardized


Standa Coefficients Coefficients
Unstandardized rdized Model T Sig.
Std.
Coefficients Coeffi
Model T Sig. B Error Beta
cients
B Std. Beta 1 (Const
-3.521 1.703 -2.068 0.043
Error ant)

1 (Con -8.349 9.146 - 0.365 X1 5.381 1.855 0.339 2.902 0.005


stant) 0.913
X2 5.056 1.804 0.309 2.802 0.007
X1 1.47 9.960 0.225 1.488 0.142
X3 2.965 6.904 0.462 4.294 0.00
X2 2.45 9.690 0.053 0.371 0.712
X3 17898. 3.708 0.000 0.003 0.997 Sumber : Data
79 Olahan SPSS 16

a. Dependent Variable:
ABS_RES Berdasarkan tabel diatas, maka
persamaan regresi linier berganda yang
Berdasarkan hasil uji diuji dalam penelitian adalah sebagai
heteroskedastisitas dengan menggunakan berikut:
Glejser terlihat bahwa variabel wajib pajak
Y = -3.521 + 5.381 X1 + 5.056 X2 + 2.965
badan, kepatuhan wajib pajak badan,
pemeriksaan pajak tidak terkena X3 + e

heteroskedastisitas.
Dari persamaan regresi linear berganda
Penentuan Model Analisis dapat dijelaskan sebagai berikut :
a = 3,521 adalah konstanta yang
Penelitian ini menggunakan model
artinya, apabila variabel wajib
regresi linier berganda dengan program
pajak badan (X1), kepatuhan wajib
SPSS 16, yaitu menggunakan variabel-
pajak badan (X2), pemeriksaan
variabel wajib pajak badan, kepatuhan
pajak (X3) sama dengan 0, maka
wajib pajak badan, pemeriksaan pajak,
variabel Pajak Penghasilan badan
dalam menjelaskan variabel dependen
pasal 25/29 (Y) sebesar 3,521.
Pajak Penghasilan badan Pasal 25/29.
β 1 = 5,381 koefesiensi variabel (X1)
Hasil regresi linier berganda untuk model
yang artinya, jika variabel wajib
yang digunakan terlihat pada tabel berikut
pajak badan (X1) naik sebesar satu
ini :
satuan, maka variabel Pajak
Penghasilan badan pasal 25/29 (Y)

..................................................................................................................................................................
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 Page 11
akan mengalami kenaikan sebesar Hasil Uji Parsial (Uji t)
5,381 dengan asumsi variabel
kepatuhan wajib pajak badan (X2), Hasil uji pengaruh wajib pajak badan
Terhadap Pajak Penghasilan badan
pemeriksaan pajak (X3) adalah
Pasal 25/29
konstan.
Koefi
thitung ttabel Sig t α Hasil
β 2 = 5,056 koefesien variabel (X2) yang sien
5.381 2.902 2.004 0.005 0.05 Signifikan
artinya, jika variabel kepatuhan
Sumber: Data Olahan SPSS versi 16
wajib pajak badan (X2) naik
menunjukkan bahwa hasil thitung
sebesar satu satuan, maka variabel sebesar 2.902 > ttabel sebesar 2.004 dan
sig t sebesar 0.005 < α sebesar 0.05 , nilai
Pajak Penghasilan badan pasal
thitung > t tabel hal ini berarti menunjukkan
25/29 (Y) akan mengalami
bahwa H1 dapat diterima. Dengan
kenaikan sebesar 5,056 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa wajib
pajak badan berpengaruh terhadap
asumsi variabel dengan asumsi
Penerimaan Pajak Penghasilan badan Pasal
variabel wajib pajak badan (X1),
25/29.
pemeriksaan pajak (X3) adalah
Hasil uji Pengaruh kepatuhan wajib
konstan. pajak badan terhadap Penerimaan
β 3 = 2,965 koefesien variabel (X3) yang
Pajak Penghasilan Pasal 25/29
artinya, jika variabel pemeriksaan
Koef
thitung ttabel Sig t Α Hasil
pajak (X3) naik sebesar satu satuan, isien

5.056 2.802 2.004 0.007 0.05 Signifikan


maka variabel Pajak Penghasilan

badan pasal 25/29 (Y) akan menunjukkan bahwa hasil thitung


sebesar 2.802 > ttabel sebesar 2.004 dan sig
mengalami kenaikan sebesar 2,965
t sebesar 0.007 > α sebesar 0.05, hal ini
dengan asumsi bahwa variabel
berarti menunjukkan bahwa H2 diterima,
wajib pajak badan (X1), kepatuhan yakni variabel kepatuhan wajib pajak
badan berpengaruh terhadap Pajak
wajib pajak badan (X3) adalah
Penghasilan badan Pasal 25/29.
konstan.

..................................................................................................................................................................
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 Page 12
Hasil uji Pengaruh pemeriksaan pajak Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
badan terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan Pasal 25/29
R Adjusted R Std. Error of
Model R
Koefis Square Square the Estimate
thitung ttabel Sig t Α Hasil
ien 1 0.655a 0.430 0.399 6.900
Signifi Sumber: Data Olahan SPSS versi 16
4.294 2.004 0.000 0.05
2.965 kan
Hal ini terlihat dari R square yang
Dari tabel diperoleh hasil thitung menggunakan sampel wajib pajak
sebesar 4.294 > ttabel sebesar 2.004 dan perbulan pada Kantor Pelayanan Pajak
sig t sebesar 0.000 < α sebesar 0.05 , nilai Pratama Tampan Pekanbaru sejumlah
thitung > t tabel hal ini berarti menunjukkan 0.430 atau 43%. Artinya tingkat wajib
bahwa H3 dapat diterima. Dengan pajak badan, kepatuhan wajib pajak badan,
demikian dapat disimpulkan bahwa dan pemeriksaan pajak secara bersama-
pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap sama mampu menjelaskan Pajak
Penerimaan Pajak Penghasilan badan Pasal Penghasilan sebesar 43%. Selebihnya
25/29. sebesar 57% disebabkan oleh variabel lain
diluar variabel yang diteliti, seperti faktor
Hasil Uji F Pelayanan Pajak, Self Assessment System,
dan lain sebagainya. Hal ini
Hasil uji f pengaruh wajib pajak badan,
kepatuhan wajib pajak badan, mengindikasikan bahwa variabel tingkat R
pemeriksaan pajak terhadap Square cukup tinggi hal ini disebabkan
penerimaan Pajak Penghasilan badan
karena dari tiga variabel independen yang
pasal 25/29
diteliti semuanya berpengaruh terhadap
fhitung ftabel Sig f Α Hasil Pajak Penghasilan Badan Pasal 25/29.
14.059 2.766 0.000 0.05 Signifikan
Kemungkinan kesalahan dari
model regresi untuk memprediksi variabel
Tabel menunjukkan nilai F hitung dependen (Pajak Penghasilan badan Pasal
adalah sebesar 14.059 > F tabel 2.766 25/29) dapat dilihat dari besarnya nilai
(0.05,3,60-3) dan p value 0.000 < 0.05. standar error of the estimate (SEE).
Hal ini berarti wajib pajak badan, Semakin kecil nilai SEE akan membuat
kepatuhan wajib pajak badan, dan model regresi semakin tepat dalam
pemeriksaan pajak bersama-sama memprediksi variabel dependen (Pajak
mempengaruhi Pajak Penghasilan badan Penghasilan badan Pasal 25/29). Tabel
Pasal 25/29. 4.11 diatas memperlihatkan nilai SEE
..................................................................................................................................................................
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 Page 13
sebesar 6.900 Hal ini berarti bahwa dalam memiliki pengaruh signifikan terhadap
memprediksi Pajak Penghasilan perlu penerimaan Pajak Penghasilan badan
dibuat angka toleransi sebesar angka SEE. pasal 25/29.
Selanjutnya jika SEE dibandingkan 2. Uji secara bersama dapat diambil
dengan angka standar deviasi rata-rata kesimpulan bahwa wajib pajak badan,
hitung Pajak Penghasilan badan Pasal kepatuhan wajib pajak badan, dan
25/29 yang terlihat pada tabel 4.1 yakni pemeriksaan pajak mempunyai
sebesar 8.902 maka dari perbandingan pengaruh signifikan positif terhadap
tersebut dapat dinyatakan bahwa biasa dari penerimaan Pajak Penghasilan badan
model regresi yang dibuat cukup besar. pasal 25/29.
Jadi, model regresi yang telah dibuat 3. Dari hasil analisis dan pembahasan
masih layak untuk dijadikan estimasi. koefisien determinasi, nilai R square
KESIMPULAN DAN SARAN diperoleh sebesar 43 %. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel wajib
Tujuan penelitian ini adalah untuk pajak badan, kepatuhan wajib pajak
mengetahui pengaruh Wajib Pajak Badan, badan, dan pemeriksaan pajak dapat
Kepatuhan Wajib Pajak Badan, dan menjelaskan variabel Pajak
Pemeriksaan Pajak terhadap Pajak Penghasilan badan Pasal 25/29
Penghasilan Badan Pasal 25/29 Pada sejumlah 43% sehingga masih ada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tampan variabel-variabel lain diluar variabel
Pekanbaru. independen penelitian ini sejumlah
57% yang mempengaruhi variabel
Hasil analisis terhadap model
Pajak Penghasilan badan Pasal 25/29.
penelitian dan pengujian model hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini Saran
menghasilkan beberapa kesimpulan
sebagai berikut: Penelitian selanjutnya diharapkan
dapat melengkapi keterbatasan penelitian
1. Uji per variabel dapat diambil
ini dengan mengembangkan beberapa hal
kesimpulan bahwa wajib pajak badan
berikut:
memiliki pengaruh signifikan terhadap
penerimaan Pajak Penghasilan badan 1. Penelitian selanjutnya agar dapat
Pasal 25/29. Kepatuhan wajib pajak menambah jumlah tahun pajak yang
badan memiliki pengaruh terhadap digunakan dalam penelitian karena
penerimaan Pajak Penghasilan badan makin banyak data yang digunakan
Pasal 25/29. dan pemeriksaan pajak maka akan lebih representatif.
..................................................................................................................................................................
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 Page 14
2. Penelitian selanjutnya agar dapat Carrolina. 2012. “Pengaruh Kepatuhan
Wajib Pajak Dan Jumlah
menambah jumlah variabel independen
Pemeriksaan Pajak terhadap
yang dapat mempengaruhi peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak Badan di Kantor
penerimaan pajak penghasilan seperti
Pelayanan Pajak Pratama Bogor”..
pelayanan pajak dan undang-undang Skripsi. Jakarta: Program Studi
Akuntansi, Universitas Mercu
perpajakan.
Buana.
3. Pemeriksaan terhadap wajib pajak
badan sebaiknya lebih meningkatkan Diana, Anastasia dan Lilis Setiawati. 2009.
jumlah dan kualitas pemeriksaan Perpajakan Indonesia (Konsep,
Aplikasi, dan Penuntun Praktis).
dengan menambah kriteria atau syarat Yogyakarta: Andi.
wajib pajak untuk masuk dalam
kategori WP yang harus diperiksa. Fitriandi, Primandita. Dkk. 2010. Undang-
disamping itu, juga melakukan Undang Perpajakan. Jakarta:
Salemba Empat.
reformasi perubahan sumber daya
manusia untuk meningkatkan kualitas Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis
aparat pajak agar tercipta fiskus yang Multivariate dengan program
SPSS, Semarang: Badan Penerbit
professional, jujur, bertanggung jawab Universitas Diponegoro.
dalam melaksanakan tugas dan amanat
yang diemban sehingga mampu Hariyanto, Bambang. 22 Juni 2012.
mengklarifikasi isu saat ini, yaitu Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Para Ahli.
aparat pajak sebagai “makelar kasus”. Http://www.BambangHariyanto.co
m.

DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Keuangan Republik
Indonesia Direktorat Jendral Pajak.
Agoes, Sukrisno dan Estralita Trisnawati. 8 Maret 2012. Pemeriksaan Pajak.
2010. Akuntansi Perpajakan. Http://www.Pajak.go.id.
Jakarta : Salemba Empat.
Komarwati, Dewi Rina. 2012. “Analisis
Aisyah. 2013. “Pengaruh Jumlah Wajib Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Efektif Terhadap Penerimaan Pajak Orang Pribadi terhadap Penerimaan
Pada Kantor Pelayanan Pajak Pajak di Kabupaten Lahat”. Jurnal
Pratama Tanjung pinang. Jurnal. Infestasi Vol.8 No. 1Juni 2012 Hal.
Tanjung Pinang: Program Studi
33-44. Palembang: Program Studi
Akuntansi, Universitas Maritim
Raja Ali Haji. Akuntansi, Universitas Sriwijaya.

..................................................................................................................................................................
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 Page 15
Madewing, Irmayanti. 2013. Pengaruh Program Studi Akuntansi,
Modernisasi Sistem Administrasi Universitas Sam Ratulangi.
Perpajakan Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Makassar Utara”..
Skripsi. Makasar: Program Studi Purwono, Herry. 2010. Dasar-dasar
Akuntansi, Univeristas Hasanudin. Perpajakan dan Akuntansi
Perpajakan. Jakarta : Erlangga.

Maulana, Taslim. 2004. “Faktor-Faktor yang


mempengaruhi penerimaan Pajak Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan
Penghasilan di Provinsi Sumatera Indonesia Konsep & Aspek Formal.
Selatan”.. Skripsi. Palembang: Yogyakarta: Graha Ilmu.
Program Studi Akuntansi,
Universitas Sriwijaya.
Sari, Lidya Purnama. 2009. “Pengaruh Self
Assessment System Terhadap
Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi
2011. Yogyakarta: Andi. Penerimaan Pajak Penghasilan di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Barat”..Skripsi. Medan:
Muljono, Djoko. 2010. Hukum Pajak Program Studi Akuntansi,
Konsep, Aplikasi, dan Penuntun Universitas Sumatera Utara.
Praktis.Yogyakarta: Andi.

Sari, Putri Purna. 2009. “Pengaruh Wajib


Oktaviani, Debby. 2007. “ Pengaruh
Kepatuhan Wajib Pajak dan Jumlah Pajak Badan, Kepatuhan Wajib
Pemeriksaan Terhadap Penerimaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak
Pajak Penghasilan di Kantor Penghasilan badan di Wilayah
Pelayanan Pajak Madiun”.. Skripsi. Jakarta Selatan”.. Skripsi. Jakarta:
Surabaya: Program Studi Akuntansi, Program Studi Akuntansi,
Universitas Kristen Petra. Universitas Pembangunan Nasional
“VETERAN”.
Pandiangan, Liberti. 2008. Modernisasi &
Reformasi Pelayanan Perpajakan
Sari, Maria M. Ratna. 2010. “Pengaruh
Berdasarkan UU Terbaru. Jakarta: Kepatuhan Wajib Pajak Dan
PT Elex Media Komputindo. Pemeriksaan Pajak Terhadap
Penerimaan Pph Pasal 25/29 Wajib
Pajak Badan Pada Kpp Pratama
Pangemanan, Rima Naomi. 2013. Denpasar Timur”. Jurnal Perpajakan
“Hubungan Jumlah Dan Kepatuhan Indonesia. Denpasar: Program Studi
Wajib Pajak Badan Dengan Akuntansi, Universitas Udiyana.
Penerimaan Pph Kpp Pratama
Manado”. Jurnal EMBA Vol.1 No.3
Juni 2013, Hal. 730-740. Manado:

........................................................................................................................................................................
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 Page 16
Setiawan. 2 Februari 2013.
Http://www.BinaJasaKonsultanPajak
.blogspot.com.

Sitompul, Vera Lintje. 2005. “Tingkat


kepatuhan wajib pajak berkenaan
dengan penyampaian SPT tahunan
pajak penghasilan pasal 21 (Studi
kasus pada KPP badan dan orang
asing)”..Tesis. Jakarta: Universitas
Indonesia.

Suhartono, Matheus. 2002. “Faktor yang


Mempengaruhi Pajak Penghasilan
Pada Kantor Pelayanan Pajak Jakarta
Cangkerang”.. Skripsi. Jakarta:
Program Studi Akuntansi,
Universitas Mercu Buana.

Suhendra, Euphrasia Susy. 2010. “Pengaruh


Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Badan Terhadap Peningkatan
Penerimaan Pajak Penghasilan
Badan. Jurnal Ekonomi Bisnis No. 1,
Volume 15, April 2010 58. Depok:
Program Studi Akuntansi,
Universitas Gunadarma.

Sugiyono. 2010 . Metode Penelitian Bisnis.


Bandung: Alfabeta.

Sumarsan, Thomas. 2012. Perpajakan


Indonesia. Jakarta : Permata Puri
Media.

Waluyo. 2009. Perpajakan Indonesia.


Jakarta : Salemba Empat.

Wibowo. 12 Februari 2013. Akuntansi dan


Pajak. Http://www.Wibowo.Com.

........................................................................................................................................................................
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 Page 17

Anda mungkin juga menyukai