Anda di halaman 1dari 7

6

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kemampuan untuk mempertanggungjawabkan

semua tindakan dan kewajiban yang telah ditempuh (Mardiasmo,

2013:23-24). Prinsip ini mengandung makna meningkatkan akuntabilitas

para pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut

kepentingan masyarakat luas. Seluruh pembuat kebijakan pada semua

tingkatan harus memahami kebijakan yang diambil harus

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. untuk mengukur kinerja

secara obyektif perlu adanya indikator yang jelas. Sistem pengawasan

perlu di perkuat dan hasil audit harus dipublikasikan, dan apabila terdapat

kesalahan harus diberi sanksi.

Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas

menurut ( Abidarin dkk, 2013: 24), adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya kepercayaan dan kepuasan masyarakat terhadap

pemerintah

2. Tumbuhnya kesadaran masyarakat, meningkatnya keterwakilan

berdasarkan pilihan dan kepentingan masyarakat.

3. Berkurangnya kasus-kasus korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)

Akuntabilitas merupakan keinginan nyata pemerintah untuk melaksanakan

good governance dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara.


7

Akuntabilitas (accountability) dalam konteks administrasi publik

senantiasa menarik untuk dikaji, sebab pusat daripada praktek

administrasi pemerintahan justru terletak pada isu-isu sekitar akuntabilitas

(Frederickson, 1997: 172). Di negaranegara Eropa misalnya, akuntabilitas

telah lama menjadi perhatian terutama dalam kaitan dengan pembuatan

kebijakan. Akuntabilitas merupakan konsep yang terus menerus

mengalami perkembangan dan terus menerus digunakan karena

memberikan citra transparansi dan kepercayaan bagi yang

menjalankannya.

Di dalam administrasi publik modern, akuntabilitas adalah raja, dan

hasil yang dapat diukur adalah satu keharusan (Hodge, Graeme, 1993: 4).

Persoalannya adalah bagaimana menentukan dengan tepat konsep

mengenai akuntabilitas. Pemahaman yang tepat memungkinkan kita

menentukan aspekaspek apa saja yang dapat dijadikan ukuran untuk

menilai akuntabilitas dari pemangku jabatan. Oleh karena itu, persoalan

pertama yang terkait dengan dengan hal tersebut yaitu persoalan

konseptual.

Kata akuntabilitas awalnya berasal dari bahasa AngloNorman, dan

bukan dari Anglo-Saxon. Secara historis dan semantik kata akuntabilitas

sangat terkait dengan kata akuntansi (accounting) dimana secara harfian

berarti pembukuan. Di dalam Akuntabilas Kinerja Penelitian 5 diskursus

politik, akuntabilitas dan akuntabel tidak lagi membawa citra pembukuan

yang kaku dan administrasi keuangan, tetapi membawa janji keadilan dan
8

kepantasan. Akuntabilitas tidak mengacu kepada raja untuk menilai, tetapi

sebaliknya yaitu kewenangan yang dimiliki raja dipertanggungjawabkan

kepada rakyatnya.

Kebijakan akuntabilitas di Indonesia dimulai sejak dikeluarkannya TAP

MPR RI Nomor XI/MPR/1998 dan dan UU No. 28/1999 tentang

Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari KKN. Dalam UU

No. 28/1999 disebutkan bahwa azas penyelenggaraan kepemerintahan

yang baik meliputi:

1. Azas Kepastian Hukum

2. Azas Tertib Penyelenggaraan Negara

3. Azas Kepentingan Umum

4. Azas Keterbukaan

5. Azas Proporsionalitas

6. Azas Profesionalistas

7. Azas Akuntabilitas.

Ide dasar dari akuntabilitas adalah kemampuan seseorang atau

organisasi atau penerima amanat untuk memberikan jawaban kepada

pihak yang memberikan amanat atau mandat tersebut. Semua unit

organisasi, apakah dipilih atau ditunjuk, dikatakan akuntabel ketika

mereka mampu menjelaskan dan mempertanggungjawabkan semua

tindakan/kegiatan yang mereka lakukan, dan menerima sanksi untuk

tindakan yang tidak layak (tidak dapat dipertanggungjawabkan).


9

Semua kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan alokasi dana

desa harus dapat diakses oleh semua unsur yang berkepentingan

terutama masyarakat di wilayahnya menurut Mardiasmo dalam Arenawati,

(2014)menyatakan ada tiga prinsip utama yang mendasari pengelolaan

keuangan daerah, yaitu :

1. Prinsip transparansi. Prinsip ini memberikan arti bahwa anggota

masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui

proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan keinginan

masyarakat. Terutama dalam pemenuhan kebutuhan hidup

maryarakat banyak.

2. Prinsip akuntabilitas. Prinsip ini memberikan arti bahwaproses

penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan

harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan

kepada DPRD dan masyarakat. Maryarakat tidak hanya memiliki hak

untuk mengetahui anggaran tersebut tapi juga berhak untuk menuntut

pertanggungjawaban atas rencana atau pelaksanaanan anggaran

tersebut.

3. Prinsip value for money. Prinsip ini memberikan arti bahwa dengan

diterapkannya tiga pokok dalam proses penganggaran yaitu

ekonomis, efisien, dan efektif. Ekonomis yaitu pemilihan dan

penggunaan sumber daya dalam jumlah dan kualitas tertentu dengan

harga yang murah. Efisien adalah penggunaan dana masyarakat

tersebut dapat menghasilkan sesuatu yang maksimal atau memiliki


10

daya guna. Efektif dapat di artikan bahwa penggunaan anggaran

tersebut harus mencapai target atau tujuan kepentingan masyarakat.

B. Tinjauan Umum Pengelolaan Keuangan

Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2014 menyatakan, "Dana

Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) yang diperuntukan bagi desa yang ditransfer

melalui Anggaran Pendapatan dan Biaya Daerah (APBD) kabupaten/kota

yang dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah,

pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan

pemberdayaan masyarakat."

Menurut Chabib Soleh dan Heru Rochmansjah (2015:3)

menyatakan bahwa pengelolaan keuangan desa adalah Pengeloaan

keungan desa (APBDesa) yaitu mencakup perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan desa.

Berdasarkan Permendagri nomor 113 tahun 2014 pasal 1 ayat 6

disebutkan bahwa pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan

kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan desa.

Pengelolaan keuangan desa menurut Didit Herianto (2017:178)

merupakan “Dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam

anggaran Pendapatan dan Belanja daerah Kabupaten/kota setelah

dikurangi Alokasi Dana Khusus”.


11

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan

keuangan desa adalah seluruh aktifitas dalam proses mengolah sampai

melapor dan mempertanggungjawabkan keuangan desa.

C. Studi Penelitian Terdahulu

Berikut beberapa penelitian terdahulu yang memuat tentang time

budget pressure dan kualitas audit antara lain:

Tabel 1: Studi Penelitian Terdahulu

Tahun
No Sumber Hasil Penelitian
penelitian

Sinta Jamilah Putri 2018 Optimalisasi


1 pengelolaan program
Anggaran Dana Desa
sangat berpengaruh
terhadap peningkatan
dan kemajuan
penyelenggaraan
pemerintahan,
pembangunan dan
kemasyarakatan
dalam sebuah desa.
Hal ini berbanding
lurus antara keduanya.
Oleh karena itu,
ketidak optimalan
dalam pengelolaan
ADD akan berdampak
buruk terhadap
pencapaian tujuan
perogram ADD
tersebut
2 Vivi Agustina 2014 Akuntabilitas terhadap
Pengelolaan
Keuangan Alokasi
Dana Desa
berpengaruh negatif
secara signifikan
12

karena 0,613> 0,05 ini


berarti masuk kedalam
kategori kurang
akuntabel di Desa
Gunungbatu
Kecamatan Ciracap
Kabupaten Sukabumi
Sumber: Data diolah (2022)

D. Kerangka Pikir
Adapun kerangka berpikir dari penelitian ini, yaitu:

Gambar 1: Bagan Kerangka Pikir

Pengaruh Akuntabilitas (X)

Pengelolaan Keuangan
(Y)

Sumber : Data diolah (2022)

E. Hipotesis
Adapun hipotesis penelitian dalam penelitian ini yaitu terdapat

pengaruh akuntabilitas terhadap pengelolaan keuangan di Kelurahan

Sapanang.

Anda mungkin juga menyukai