Anda di halaman 1dari 82

111111 1

AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI PENGELOLAAN


ALOKASI DANA DESA PADA DESA LOLISANG
KECAMATAN KAJANG KABUPATEN
BULUKUMBA

SKRIPSI

RISNAWATI
NIM 105730464914

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
2

HALAMAN JUDUL

AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI PENGELOLAAN


ALOKASI DANA DESA PADA DESA LOLISANG
KECAMATAN KAJANG KABUPATEN
BULUKUMBA

Oleh
RISNAWATI
NIM 105730464914

Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh


Gelar Sarjana Ekonomi Akuntansi pada
Universitas Muhammadiyah Makassar

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021

i
3
4
5
6

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

PERSEMBAHAN

Karya ilmiah sederhana ini penulis persenbahkan kepada :

1. Tuhan yang Maha Esa atas takdir-Nya telah menjadikan aku manusia berpikir,

berilmu, dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan

ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.

2. Kedua orang tua tercinta, ayah saya Rabasing dan Ibu saya Nampa yang

senantiasa memberikan dukungan, semagat, senyum dan Do’anya sampai

detik ini dan telah banyak berkorban tenaga dan materi dalam membantu

saya untuk menyelesaikan studi pembelajaran ini.

3. Suami dan saudara saya (Kakak dan adik-adikku) yang selalu meningatkan

dan mendukung saya untuk senantiasa belajar dengan baik dan bisa

menyelesaikan perkuliahan ini.

4. Dan kepada semua yang bertanya “ kapan wisuda ?”.

MOTTO HIDUP

“Kegagalan adalah kesempatan untuk memulai kembali, belajar dari

kegagalan adalah hal yang baik. Karena kegagalan hanya terjadi bila kita

menyerah”.

“Jangan pernah beerkata tidak bisa sebelum mencoba dan berusaha

karena hasil akhirlah penentu dan kita hanya bisa berserah diri kepada Allah

SWT”.

v
111111 7

ABSTRAK

Risnawati, 2021. Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan Alokasi


Dana Desa Pada Desa Lolisang Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba
skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar. Dipandu Oleh Pembimbing I Agus Salim HR dan
Pembimbing II Linda Arisanti Razak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana akuntabilitas dan
transparansi pegelolaan alokasi dana desa di desa lolisang kecamatan kajang
kabupten bulukumba. serta untuk mengetahui bagaimana akuntabilitas apa saja
ayang menjadi penerapan akuntabilitas dan penerapan transparansi dalam
alokasi anggaran dana desa di desa lolisang. Penelitian ini sudah dilakukan
selama kurang lebih 3 bulan di mulai dari bulan November 2020 samapai Januari
2021. Lokasi penelitian ini di Desa Lolisang Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan. Jenis penelitian ini adalah kualitatif
dengan menganalisis semua data yang berhasil dikumpulkan penulis. Dan
selanjutkan disajikan dalam bentuk deskripsi denagn hasil wawancara informan,
informan penelitian ini sebanyak 9 orang yang terdiri dari pemerintah desa 4
orang, dan pihak masyarakat 5 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Akuntabilitas dan Transparansi Alokasi Anggaran Dana Desa di Desa Lolisang
sudah di lakukan dengan baik walaupun masih belum maksimal.
Dalam akuntabilitas dan transpransi ada beberapa hal yang perlu di
perhatikan yaitu UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa serta Permendagri No. 113
tahun 2014 tentang Peneglolaan Keuangan Desa. Kemudian penerapan
akuntabilitas dan transparansi sudah dilaksanakan oleh pemerintah desa kepada
masyarakat dan pemerintah daerah dalam bentuk laporan-laporan setiap tahun
anggaran. Adapun hal yang dianggap perlu untuk ditingkatkan adalah
pelayanannya, dan sinergi pemerintah desa kepada masyarakat serta
pemerintah daerah dalam memaksimalkan penerapan alokasi anggaran dana
Desa di Desa Lolsang Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

Kata Kunci: Akuntabilitas, Tranparansi, Alokasi Dana Desa

vi
8

ABSTRACT

RISNAWATI, 2021. Accountability and Transparency in the management


of village fund alocations in Lolisang Village, Kajang District, Bulukumba
Regency. Thesis Accounting Study Program faculty of Economics and Business,
Muhammadiyah University of Makassar. Guided by mentor I Agus Salim HR and
supervisor II Linda Arisanti Razak.
This study aims to see how the Accountability and Transparency of
Village Fund Allocation Management in Lolisang Village, Kajang District,
Bulukumba Regency. As well as to find out how accountability is, what are the
implementation of accountability and transparency in village fund budget
allocations in Lolisang Village. This research has been conducted for
approximately 3 month starting from November 2020 to Januari 2021. The
location of this reseach is in Lolisang Village, Kajang District, Bulukumba
Regency, South Sulawesi Province. This type of research is qualitatif by
analizing all the data the author has collected. And then presented in the results
of interviews with informants, 9 research informants consisting of 4 people from
the village goverment, and 5 people from the comunity . The results of this study
indicate that the Accoutability and Transparency of Village Fund Budget
Allocation in Lolisang village have been done well altough they are still not
optimal.
In terms of accountability and transparency, there are several things that
need to be considered, namely Law No. 6 of 2014concering Village and
Permendagri No. 113 of 2014 concering Village Financial Management. Then the
application of accountability and transparency has been carried out by the village
goverment to the village goverment to the community and local goverment in the
form of reports every fiscal year. As for the thimgs that are deemed necesarry to
be immproved are the services, and the synergy of the village goverment to the
community and local goverments in implementing the village fund budget
allocation in Lolisang Village, Kajang District, Bulukumba Regency.

Keywords : Accountability, Transparency, Allocation of Village Funds.

vii
9

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan

karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan Alokasi Dana Desa Pada Desa

Lolisang Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba “ skripsi ini merupakan tugas

akhir untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi (S.AK) pada program strata satu

(SI) Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Sejak awal terlintas dalam benak penulis akan adanya hambatan dan

rintangan, namun dengan adanya bantuan moril maupun materil dari segenap

pihak yang telah membantu memudahkan langkah penulis. Menyadari hal

tersebut, maka penulis menyampaikan terimaksih yang sebesar-beasrnya

kepada segenap pihak yang telah membantu skripsi ini.

Secara khusus penulis menyampaikan terimaksih banyak kepada kedua

orang tua tercinta Ayahanda Rabasing dan Ibunda Nampa yang telah

melahirkan, mengasuh, membesarkan dan mendidik penulis sejak kecil dengan

sepenuh hati dalam buaian kasih sayang kepada penulis.

Dalam kesempatan ini, peneliti juga menyampaikan rasa kasih yang

setulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, usaha,

bimbingan serta dorongan moril kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik, semoga setiap keikhlasan dalam membantu dibalas

viii
10

oleh Allah SWT, Amin, Dengan ini Ucapan terimakasih dan penghargaan peneliti

sampaikan kepada.

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Beserta Wakil

Rector Univesitas Muhammadiyah Makassar.

2. Ismail Rasulong, SE.,MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan

Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr.Ismail badollahi SE.,M.SI.,AK.,CA.,CSP selaku Ketua

Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. Agus Salim HR, SE., MM selaku Pemimbing I dan ibu

linda arisanti razak, SE.,M.SI.,AK.,CA selaku Pemimbing II yang

telah meluangkan waktu untuk memimbing, saya mengucapkan

trimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua pemimbing.

5. Seluruh Dosen Dan Staf Ekonomi Dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmu dan

pengetahuan yang bermanfaat. Penulis ingin memohon maaf yang

sebesar-besarnya kepada seluruh dosen dan staf atas keslahan

dan tingkah laku yang penulis lakukan selama ini, baik sewaktu

kuliah dan penyusunan skripsi ini.

6. Terima kasih kepada kepala desa dan para staf Desa Lolisang

Kecamatan Kajang Kabuapten Bulukumba yang telah memberi

izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Sahabat-sahabat terbaik Sumarni, Asrianti Saripah dan Nurul

Rasiatul Wahidah.

ix
11

8. Kakak tercinta Faisal dan suami Umar Malik serta adikku Rahmi

yang tak pernah bosan membantu dan selalu memberikan

motivasi dan dukungannya.

Penelitian ini menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca menjadi harapan peneliti. Peneliti

berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun

yang membacanya.

Makassar, Februari 2020

Penulis

Risnawati

x
12

DAFTAR ISI

SAMPUL ...........................................................................................................

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN ..............................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................iii

SURAT PERNYATAAN....................................................................................iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN.......................................................................v

ABSTRAK ................................................................................................ vi

ABSTRACT ................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................1


B. Rumusan Masalah.........................................................................4
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................4
D. Manfaat Penelitian .........................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................8
A. Akuntabilitas ..................................................................................8
B. Transparansi ............................................................................... 13
C. pengelolaan dana desa ............................................................... 18
D. Tinjauan Empiris .......................................................................... 20
E. Kerangaka Pikir ........................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 24
A. Jenis Penelitian ........................................................................... 24

xi
13

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian ....................................................... 24


C. SJenis Pengumpulan Data .......................................................... 24
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 25
E. Teknik Analisis............................................................................. 25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 26
A. Gamabaran Umum Objek Penelitian
ix .................................................. 26
B. Hasil Penelitian .................................................................................. 35
C. Pembahasan ...................................................................................... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 53
A. Kesimpula .......................................................................................... 53
B. Saran ................................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 56
LAMPIRAN

xii
14

DAFTAR TABEL

1.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 20


4 .1 Komposisi Kependudukan ....................................................................
x 30
4 .2 Keadaan Penduduk .............................................................................. 31
4 .3 Nama Responden ................................................................................. 36

xiii
15

DAFTAR GAMBAR

2 1 Kerangka Pikir ......................................................................................... 23

4 1 Struktur Organisasi Desa ......................................................................... 33

4.2 Anggaran Dan Belanja Desa.................................................................... 48

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu bentuk kepedulian pemerintah terhadap pengembangan

wilayah pedesaan adalah pemerintah mengalokasikan dana desa dalam

anggaran pendapatan dan belanja negara. Setiap tahunnya, anggaran yang

diperuntukan bagi desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan

belanja daerah kabupaten/kota untuk pembangunan wilayah pedesaan, yakni

dalam bentuk dana desa.

Desa diberikan kewenangan untuk mengurus tata pemerintahan dan

pelaksanaan pembangunan secara mandiri untuk meningkatkan kesejahteraan

dan kualitas hidup masyarakat desa. Disamping pemerintah desa diharapkan

secara mandiri mengelola pemerintahan dari berbagai sumber daya yang

dimilikinya, termasuk didalamnya pengelolaan keuangan dan kekayaan milik

desa.

Peran yang diterima oleh desa tentunya disertai dengan

tanggungjawab yang besar pula. Oleh karena pemerintah desa harus bisa

menerapkan prinsip akuntabilitas dan transparansi dalam tata

pemerintahaannya, dimana semua akhir kegiatan penyelenggaraan

pemerintahan desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat

desa sesuai dengan ketentuan yang berlaku . Daerah atau desa dalam

melaksanakan hak, kewenangan serta kewajibannya dalam mengelola

kemampuan dan potensi yang dimiliki dituntut untuk dilakukan secara

transparansi dan memiliki akuntabilitas yang tinggi. Akuntabilitas meliputi

pemberian informasi keuangan kepada masyarakat dan pengguna sehingga

1
2

memungkinkan bagi mereka untuk menilai pertanggungjawaban pemerintah atas

semua aktifitas yang dilakukan. Selaian itu akuntabilitas adalah upaya

pemerintah dalam menciptakan penyelenggaraan pemerintahan kearah yang

lebih baik dengan berlandaskan good governance.

Sejak otonomi daerah, Anggaran Dana Desa (ADD) dialokasikan

melalui APBDesa. Jadi, semakin tinggi tanggungjawab pengelolaan ADD maka

akuntabilitas pengeloaan ADD akan semakin baik juga. Sebaiknya, jika

pengelolaan ADD rendah maka aku ntabilitas pengeloaan ADD akan tidak baik.

Besarnya ADD yang diterima masing-masing desa sangat ditentukan

berdasarkan kondisi variabel-variabel desa dan besarnya ADD pada masing-

masing desa dalam wilayah kecamatan, Kabupaten/Kota berbeda-beda.

Dana desa dalam dana APBN yang diperuntukkan bagi desa yang

ditransfer melalui APBD Kabupaten/Kota dan diperioritaskan untuk pelaksanaan

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa, dalam UU 6/2014 tentang

desa, pasal 72 ayat (2) alokasi anggaran sebagai mana yang dimaksud pada

ayat (1) bersumber dari belanja pusat dengan mengefektifkan program yang

berbasis desa secara merata dan berkeadilan, dalam penjelasan pasal 72 ayat 2

besaran alokasi anggaran yang diperuntukan langsung kedesa ditentukan 10%

dari dan diluar dana transfer daerah (onstop) secara bertahap dana desa

dihitung berdasarkan jumlah desa dan dialokasikan berdasarkan jumlah

penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah,dan lingkungan kesulitan geografis.

Ketentuan pasal tersebut mengamanatkan kepada pemerintah

kabupaten untuk mengalokasikan dana perimbangan yang diterima Kabupaten

kepada desa-desa dengan memperhatikan prinsip keadilan dan menjamin

adanya pemerataan.
3

Pembangunan pedesaan yang dilaksanakan harus sesuai dengan

masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, aspirasi masyarakat dan prioritas

pembangunan pedesaan yang telah ditetapkan. Berdasarkan acuan tersebut

maka pembangunan yang bertumpu pada negara menjadi pradigma

pembangunan yang bertumpu pada masyarakat atau lebih dikenal dengan istilah

pemberdayaan dan pembangunan masyarakat, yang menjadi lebih baik dalam

pengeloalaannya. Tingkat akuntabilitas dalam implementasi pengelolaan alokasi

dana desa (ADD) dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan

pertanggungjawaban. Hal tersebut berupa tanggungjawab pemerintah desa

dalam pelaksanaan pembangunan desa yang berasal dari ADD, namun pada

realisasinya jika dilihat dari data yang diperoleh dengan hasil dilapangan masih

adanya ketidaksesuian dengan jumlah pembangunan yang direncanakan dan

dengan bukti dilapangan seperti contoh pemberdayaan pada desa Lolisang atau

disebut juga pengadaan perlengkapan pemuda, SIM Lolisang ( Sistem Informasi

Manajemen Lolisang), jambanisasi, bantuan perlengkapan untuk anak sekolah,

renovasi masjid, dan bantuan pembangunan rumah bagi warga yang layak

mendapatkan syarat-syarat tertentu dalam tahap transparansi, pemerintah harus

menyampaikan kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui seberapa

banyak pendapatan dan pengeluaran pendapatan desa yang berasal dari pajak

dan dana transfer, tahap akuntabiliatas tersebut juga harus diungkapkan dalam

informasi baik melalui papan informasi di balai desa ataupun melalui rapat

evaluasi dan musyawarah dalam pembanguna desa, namun hal tersebut belum

semaksimal mungkin diterapkan oleh pemerintah desa Lolisang Kecamatan

Kajang Kabupaten Bulukumba.


4

Penelitian memilki alasan tersendiri dalam memiliki program alokasi

dana desa dibandingkan program lain yang diprogramkan pemerintah,

ketertarikan ini dikarenakan program alokasi dana desa memiliki implikasi yang

sangat besar dan juga signifikan terhadap pembangunan desa disetiap

kabupaten yang ada di Seluruh Indonesia. Faktor lain yang mendorong penulis

dalam melakukan penelitian ini mengenai alokasi dana desa di desa Lolisang

dengan judul Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan Alokasi Dana

Desa Pada Desa Lolisang Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan akuntabilitas dalam pengelolaan alokasi dana desa

di desa lolisang kecamatan kajang kabupaten bulukumba.

2. Bagaimana penerapan transparansi dalam pengelolaan dana desa di desa

lolisang kecamatan kajang kabupaten bulukumba.

C. Tujuan Penellitian

1. Tujuan penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

a. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan akuntabilitas dalam

pengelolaan dana desa di Desa Lolisang Kecamatan Kajang Kabupaten

Bulukumba.

b. Untuk mengatahui dan mendeskripsikan transparansi dalam

pengelolaan dana desa di desa Lolisang kecamatan Kajang kabupaten

Bulukumba.
5

2. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu

pengetahuan di bidang akuntansi.

b. Penelitian diharapkan sebagai salah satu acuan dalam penerapan

akuntabilitas dan transparansi pengelolaan dana desa sesuai standar

akuntansi pemerintah.

c. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian bagi penelitian-

penelitian selanjutnya terutama penelitian dibidang akuntabilitas

pengelolaan dana desa.

d. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian bagi penelitian-

penelitian selanjutnya terutama penelitian ini di bidang transparansi

pengelolaan dana desa

e. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi untuk penelitian

selanjutnya.

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti

Sebagai saranan dan prasarana pembelajaran bagi penulis untuk

meningkatkan kemampuan dibidang penelitian ilmiah dalam mengungkap

permasalahan tertentu secara sistematis. Hasil penelitian ini diharapkan

dapat menambah wawasan pengetahuan bagi peneliti tentang akuntabilitas

dan transparansi dalam pengelolaan alokasi dana desa.

b. Bagi lembaga pendidikan/Akademis

Penelitian ini diharapkan sebagai bahan kajian materi perkuliahan

terutama yang berkaitan dengan akuntabilitas pengelolaan alokasi dana


6

desa dan diharapkan pengelolaan alokasi keuangan dana desa sesuai

dengan peraturan pemerintah.

c. Bagi instansi

Sebagai masukan kepada pemerintah khususnya bagi desa Lolisang

Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba dalam pengelolaan keuangan

dana desa dan meningkatkan akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa

untuk pembangunan desa.

d. Penelitian selanjutnya

Diharapkan dapat digunakan sebagai acuan atau referensi bagi

penelitian peneliti selanjutnya untuk penelitian berikutnya di masa yang

akan datang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat terkait dengan sistem

akuntabilitas dan transparansi penatausahaan serta pertanggungjawaban

pengelolaan Dana Desa tahun 2017 di Desa Lolisang Kecamatan Kajang.

Berikut beberapa manfaat yang dapat dikontribusikan oleh peneliti melalui

penelitian ini:

1. Bagi pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi

pertanggungjawaban pelaksanaan sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas

pengelolaan ADD khususnya di Desa Lolisang Kecamatan Kajang

2. Bagi penelitian selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat mememberikan pandangan kepada calon

peneliti selanjutnya khususnya yang akan melakukan penelitian mengenai

pengelolaan ADD.
7

3. Bagi masyarakat Desa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat

desa mengenai pengelolaan Anggaran Dana Desa (ADD) sehingga

masyarakat dapat berpartisipasi dalam mensukseskan ADD.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori

1. Akuntabilitas (Pertanggungjawaban terhadap Publik)

a. Pengertian akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kemampuan untuk mempertanggungjawabkan

semua tindakan dan kewajiban yang telah ditempuh (Mardiasmo,

2013:23-24). Prinsip ini mengandung makna meningkatkan akuntabilitas

para pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut

kepentingan masyarakat luas. Seluruh pembuat kebijakan pada semua

tingkatan harus memahami kebijakan yang diambil harus

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. untuk mengukur kinerja

secara obyektif perlu adanya indikator yang jelas. Sistem pengawasan

perlu di perkuat dan hasil audit harus dipublikasikan, dan apabila terdapat

kesalahan harus diberi sanksi.

Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas

menurut ( Abidarin dkk, 2013: 24), adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya kepercayaan dan kepuasan masyarakat terhadap

pemerintah

2. Tumbuhnya kesadaran masyarakat, meningkatnya keterwakilan

berdasarkan pilihan dan kepentingan masyarakat.

3. Berkurangnya kasus-kasus korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)

Akuntabilitas merupakan keinginan nyata pemerintah untuk

melaksanakan good governance dalam penyelenggaraan kehidupan

bernegara. Dalam suatu pemerintahan yang baik salah satu hal yang

8
9

diisyaratkan adalah adanya/terselenggaranya good governance. Sistem

akuntabilitas menyatakan bahwa auntabilitas adalah kewajiban untuk

menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan

menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan

kolektif suatu organisasi peda pihak yang memiliki hak atau

berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.

Akuntabillitas (accountibility) adalah kewajiban untuk memberikan

pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan

tindakan seseorang badan hukum pimpinan suatu organisasi kepada

pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan

atau pertanggungjawaban (Astuti dan Yuliono,2016). Menurut lembaga

Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan RI Nomor 29 Tahun 2014, akuntabillitas kinerja adalah

perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk

mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan progran

dan kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam

rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target

kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah

yang disusun secara periodik.

Menurut Lembaga Administrasi Negara Dan Badan Pengawasan

Keuangan Dan Pembangunan RI Nomor 29 Tahun 2014, Sistem

Akuntansi Kinerja Instansi Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SAKIP,

adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur

yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan

data, pengklasifikasian, pengiktisaran, dan pelaporan kinerja pada


10

instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan

kinerja instansi pemerintah.

Sulistiyani (2013) menyatakan bahwa transparansi dan

akuntabillitas adalah dua kata kunci dalam penyelenggaraan

pemerintahan maupun penyelenggaraan perusahaan yang baik,

dinyatakan juga bahwa dalam akuntabilitas terkandung kewajiban untuk

menyajikan dan melaporkan segala kegiatan terutama dalam bidang

administrasi keuangan kepada pihak yang lebih tinggi. Akuntabilitas

dapat dilaksanakan dengan memberikan akses kepada semua pihak

yang berkepentingan, bertanya atau menggugat pertanggungjawaban

para pengambil keputusan dan pelaksanaan baik ditingkat program,

daerah dan masyarakat. Dalam hal ini maka semua kegiatan yang

berkaitan dengan pengelolaan Alokasi Dana Desa harus dapat diakses

oleh semua unsur yang berkepentingan terutama masyarakat di

wilayahnya.

b. Jenis-jenis Akuntabilitas

Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:

1. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability)

Akuntabilitas vertikal (Vertical accountability) adalah

pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih

tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada

pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada

pemerintah pusat, dan pertanggungjawaban pemerintah pusat kepada

MPR.
11

2. Akuntabilitas Horizontal (Horizontal accountability)

Akuntabilitas Horizontal (Horizontal Accountability) adalah

pertanggungjawaban kepada DPRD dan masyarakat luas.

Pembagian akuntabilitas Menurut Lembaga Administrasi Negara

(LAN) seperti yang dikutip oleh BPKP ada tiga macam akuntabilitas yaitu:

a. Akuntabilitas keuangan, akuntabilitas keuangan merupakan

pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan,

pengungkapan, dan ketaatan terhadap peraturan.

b. Akuntabilitas manfaat, akuntabilitas manfaat pada dasarnya

memberi perhatian kepada hasil dari kegiatan-kegiatan

pemerintah.

c. Akuntabilitas prosedural, merupakan pertanggungjawaban

mengenai apakah suatu prosedur dari pelaksanaan suatu

kebijakan telah mempertimbangkan masalah moralitas, etika,

kepastian hukum, dan ketaatan pada keputusan politis untuk

mendukung pencapaian tujuan akhir yang telah ditetapkan.

c. Prinsip Akuntabilitas

Adapun prinsip-prinsip pelaksanaan akuntabilitas dilingkungan

instansi pemerintah menurut LAN & BPKP sebagai berikut:

1. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk

melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.

2. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan

sumber-sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.


12

3. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran

yang telah ditetapkan.

4. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan

manfaat yang diperoleh.

5. Harus jujur, objektif, transparan dan inovatif sebagai katalisator

perubahan manajemen isntansi pemerintah dalam bentuk

pemutakhiran metode dan teknik pengukuran kinerja dan

penyusunan laporan akuntabilitas .

Ada tiga prinsip utama yang mendasari pengelolaan

keuangan daerah yaitu:

a. Prinsip transparansi atau keterbukaan.

Transparansi disini memberikan arti bahwa anggota

masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui

proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan

masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup

masyarakat banyak.

b. Prinsip akuntabilitas.

Akuntabilitas adalah prinsip pertanggungjawaban publik yang

berati bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan,

penyusunan dan pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan

dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat.

Masyarakat tidak hanya memiliki hak untuk mengetahui anggaran

tersebut tetapi juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas

rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut.


13

c. Prinsip value for money.

Prinsip ini berarti diterapkannya tiga pokok dalam proses

penganggaran yaitu ekonomis, efisiensi, dan efektif. Ekonomi

berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan sumber daya dalam

jumlah dan kualitas dengan pemilihan dan penggunaan sumber daya

dalam jumlah dan kualitas tertentu pada harga yang murah. Efesiensi

berarti bahwa penggunaan dana masyarakat tersebut dapat

menghasilkan ouput yang maksimal (berdaya guna). Efektifitas

berarti bahwa penggunaan anggaran tersebut harus mencapai target-

target atau tujuan kepentingan publik.

B. Transparansi

1. Pengertian Transparansi

Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan

yang diambil oleh pemerintah (Notodisoerjo dalam Abidarin 20:2013). Prinsip

transparansi menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan

masyarakat melalui penyediaan informasi yang akurat dan memadai.

Instrumen dasar dari transparansi adalah peraturan yang menjamin hak

untuk mendapatkan informasi, sedangkan istrumen-instrumen pendukung

adalah fasilitas database dan sarana informasi dan komunikasi dan petunjuk

penyerbarluasan produk- produk dan informasi yang adalah di penyelenggara

pemerintah, maupun prosedur pengaduan.

Menurut Jeff dan Shah (2013: 20 ), indikator yang dapat digunakan untuk

mengukur transparansi, yaitu bertambahnya wawasan dan pengetahuan

masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Meningkatnya

kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan, meningkatnya jumlah


14

masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan daerahnya dan

berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan.

Salah satu unsur utama dalam pengelolaan keuangan yang baik adalah

dengan adanya transparansi. Transparansi artinya dalam menjalankan

pemerintah, mengungkapkan hal-hal yang sifatnya material secara berkala

kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan untuk itu, dalam hal ini yaitu

masyarakat luas. Transparansi adalah prinsip keterbukaan yang

memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses

informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah.

Adanya transparansi menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang

untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintah, yakni

informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta

hasil-hasil yang dicapai. Transparansi yakni adanya kebijakan terbuka bagi

pengawasan. Sedangkan yang dimaksud dengan informasi adalah informasi

mengenai setiap aspek kebijakan pemerintah yang dapat dijangkau oleh

publik.

Prinsip transparansi meliputi 2 aspek, yaitu komunikasi publik oleh

pemerintah, dan hak masyarakat terhadap akses informasi. Pemerintah

diharapkan membangun komunikasi yang luas dengan masyarakat berkaitan

dengan berbagai hal dalam kontek pembangunan yang berkaitan dengan

masyarakat. Masyarakat mempunyai hak untuk mengetahui berbagai hal yang

dilakukan oleh pemerintah dalam melaksanakan tugas pemerintah.

Adapun konseptual dalam membangun transparansi organisasi

sektor publik yaitu:


15

a. Adanya sistem pelaporan keuangan

b. Adanya sistem pengukuran kinerja

c. Dilakukannya auditing sektor publik

d. Berfungsinya saluran akuntabilitas publik (channel of accountability)

2. Indikator Transparansi

Indikator transparansi terdiri dari:

1. Ada tidaknya kerangka kerja hukum bagi transparansi.

a. Adanya peraturan perundangan yang mengatur persoalan transparansi.

b. Adanya kerangka kerja hukum yang memberi definisi yang jelas tentang

peran dan tanggungjawab bagi semua aspek kunci dari manajemen fiskal.

c. Adanya basis legal untuk pajak.

d. Adanya basis legal untuk pertanggungjawaban belanja dan kekuasaan

memungut pajak dari pemerintah daerah.

e. Adanya pembagian peran dan tanggungjawab yang jelas dari masing-

masing tingkatan pemerintahan.

2. Adanya akses masyarakat terhadap transparansi anggaran.

a. Adanya keterbukaan dalam kerangka kerja anggaran (proses

penganggaran).

b. Diumumkannya setiap kebijakan anggaran.

c. Dipublikasikannya hasil laporan anggaran (yang telah di audit oleh

lembaga yang berwenang).

d. Adanya dokumentasi anggaran yang baik yang mengandung beberapa

indikasi fiskal.

e. Terbukanya informasi tentang pembelajaran aktual.


16

3. Adanya audit yang independen dan efektif.

a. Adanya lembaga audit yang independen dan efektif.

b. Adanya kantor statistik yang akurasi datanya berkualitas.

c. Adanya sistem peringatan dini (early warning sistem) dalam kasus

buruknya eksekusi atau keputusan anggaran.

4. Adanya keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan anggaran.

Laporan keuangan daerah dapat dikatakan transparan apabila

memenuhi peraturan berikut yang tertuang dalam Permendagri Nomor 113

tahun 2014.

a. Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban reallisasi

pelaksanaan ADD diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis.

b. Laporan realisasi dan laporan pertanggung jawaban realisasi

pelaksanaan ADD diinformasikan dengan media informasi yang mudah

diakses oleh masyarakat antara lain papan pengumuman, radio

komunitas dan media informasi lainnya.

c. Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi

pelaksanaan ADD disampaikan kepada Bupati melalui Camat.

d. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan ADD disampaikan

paling satu bulan setelah akhir tahun anggaran berkenan.

Kerangka transparansi dan kuntabilitas publik dibangun paling tidak

atas lima komponen yaitu:

1. Sistem perencanaan strategik.

Rencana strategik adalah suatu proses yang membantu organisasi

untuk memikirkan tentang sasaran yang harus diterapkan untuk memenuhi

misi mereka dan arah apa yang harus dikerjakan untuk mencapai sasaran
17

tersebut. Hal tersebut adalah dasar dari semua perencanaan, penganggaran,

pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi suatu kegiatan organisasi. Manfaat

dari rencana strategis antara lain membantu kesepakatan sekkitar tujuan,

sasaran dan proriotas suatu oragnisasi, menyediakan dasar alokasi

sumberdaya dan perncanaan operasional, menentukan ukuran untuk

mengawasi hasil, dan membantu untuk mengevaluasi kinerja organisasi.

2. Sistem pengukuran kinerja.

Rencana kegiatan menekankan komitmen organisasi untuk mencapai

hasil tertentu sesuai dengan tujuan, sasara dan strategi rencana strategi

organisasi untuk permintaan sumber daya yang dianggarkan. Pengukuran

kinerja adalah proses berjalan untuk merencanakan dan memonitor kinerja.

Penilaian ini membandingkan kinerja. Penilaian ini membandingkan kinerja

aktual selama review tertentu dengan kinerja yang direncanakan. Dari hasil

perbandingan tersebut, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, perubahan

atas kinerja yang diterapkan dan arah masa depan bisa direncanakan.

3. Sistem pelaporan keuangan.

Dipublikasikan tahunan atau setiap periode tahun berjalan, maksimal satu

bulan satu tahun berjalan. Laporan akuntabillitas termasuk program dan

informasi keuangan, seperti laporan keuangan yang telah diaudit dan indikator

kinerja yang merefleksikan kinerja dalam hubungannya denngan pencapaian

tujuan utama organisasi.

4. Saluran akuntabilitas publik.

Kesepakatan kinerja didesain, dalam hubungannya antara dengan yang

melaksanakan pekerjaan untuk menyediakan sebuah proses untuk mengukur

kinerja dan bersamaan dengan itu membangun akuntabilitas.


18

5. Auditing sektor publik.

Dimana organisasi memonitor kinerjanya dan mengevaluasi

kemampuannya mencapai tujuan kinerja, ukuran pencapain kinerjannya dan

tahapan-tahapan, serta mengendalikan dan meningkatkan proses itu.

C. Pengelolaan Anggaran Dana Desa (ADD)

a. Definisi Desa

Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk

sebagai kesatuan masyarakat termasuk didalamnya kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah di bawah

langsung camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri

dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Kansil dan Cristine,

2008: 58).

Adapun yang dimaksud pemerintah desa dalam UU Otonomi daerah

tahun 2004 pasal 202 adalah:

1. pemeintah desa terdiri dari atas kepala desa dan perangkat desa

2. perangkat desa terdiri dari sekertaris desa dan perangkat desa lainnya,

3. sekertaris desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diisi dari pegawai

negeri sipil yang memenuhi persyaratan.

Desa merupakan representasi dari kesatuan masyarakat hukum

terkecil yang telah ada dan tumbuh berkembang seiring dengan sejarah

kehidupan masyarakat indonesia dan menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari tatanan kehidupan bangsa indonesia.

Sebagai wujud pengakuan negara terhadap desa, khususnya dalam

rangka memperjelas fungsi dan kewenangan desa serta memperkuat

kedudukan desa dan masyarakat desa sebagai subjek pembangunan,


19

diperlukan kebijakan penataan dan pengaturan mengenai desa yang

diwujudkan dengan lahirnya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Desa merupakan instrumen baru yang dikeluarkan oleh pemerintah

pada awal tahun 2014 yang diikuti dengan PP No 43 tahun 2014 tentang

peraturan pelaksanaan UU No 6 tahun 2016 tentang Desa dan PP No 60

tahun 2014 tentang dana desa yang bersumber dari APBN.

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memilliki kewenangan

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan

asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem

pemerintahan nasional dan berada didaerah kabupaten.

Desa memiliki hak dalam mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat, diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun

2014 tentang Desa. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang

disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur

penyelenggara Pemerintah Desa. Badan Permusyaratan Desa (BPD)

adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang

anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan

keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.

Salah satu tujuan pengaturan desa sebagaimana dijelaskan pada

Undang-Undang RI Nomor 6 tahun 2014 pasal 4, yaitu membentuk

Pemerintah Desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta

bertanggungjawab. Kewenangan desa meliputi kewenangan dibidang

penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan desa dan

pemberdayaan masyarakat desa, dan pemberdayaan masyarakat desa

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan adat isti adat desa.
20

D. Tinjauan Empiris

Adapun hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan

penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.1

Tinjauan empiris

No Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian

1. Siti Ainul Wida Akuntabilitas Menggunakan Beberapa masalah


(2017). E-juornal Pengelolaan metode analisis yang ditemui yaitu
Ekonomi Bisnis dan Alokasi Dana deskriptif keterbatasan objek
Akuntansi, 2017, Desa (ADD) di kualitatif, untuk peneliti adalah
volume IV (2) : 148- Desa-Desa menggambarkan kurangnya kualitas
152. Kecamatan secara utuh dan SDM tim pelaksana
Rogojampi mendalam ADD sehingga
Kabupaten tentang realitas berpengaruh
Banyuwangi sosial dan terhadap kurangnya
berbagai koordinasi dalam
fenomena penyusunan laporan
masyarakat. ADD yang
menyebabkan
terlambatnya proses
pencairan ADD dan
pelaporan SPJ
kepada kecamatan.
2. Riskasari (2016). Akuntabilitas Menggunakan Kendala yang
Jurnal Office, Vol.2 Pengelolaan metode ditemukan dalam
No 2, 2016. Alokasi Dana kualitatif, untuk pengelolaannya
Desa di Desa mengeksplorasi diantaranya
Bongki Lengkese dan memahami ketidaksiapan
Kecamatan makna dari perangkat desa
Sinjai Timur masalah- dalam menggunakan
Kabupaten masalah sosial. sistem
Sinjai. pertanggungjawaban
keuangan
menggunakan
sistem yang masih
21

No Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian

baru serta tidak


dibarengi dengan
sosialisasi dan
pelatihan aparat
desa secara optimal
serta faktor
menunda pekerjaan
menjadi penyebab
lambatnya laporan
pertanggungjawaban
oleh bendahara
keuangan desa
sehingga
memperlambat
pencairan dana
tahap ke 2.
3. Masiyah kholmi Akuntabillitas Metode Hambatan yang
(2016). Ekonomika- Pengelolaan penelitian dihadapai dalam
Bisnis Vol. 07 No. 2 Alokasi Dana deskriptif yang pengelolaan dana
bulan Juli Tahun Desa: Studi di ADD yaitu kualitas
berdasarkan
2016 Hal 143-152 Desa sumber daya
p-ISSN : 2088- Kedungbetik pada tujuan manusia Pemerintah
6845 e-ISSN : Kecamatan yang ingin Desa di Kedungbetik
2442-8604. Kesamben dicapai yaitu Kecamatan
kabupaten memperoleh Kesamben
Jombang gambaran yang Kabupaten Jombang
jelas terkait pada umumnya
tergolong rendah
akuntabilitas
dan belum siap
pengelolaan dalam mengelola
Alokasi Dana keuangan melalui on
Desa (ADD). line, tidak semua
aparatur pemerintah
desa kedungbetik
dapat
mengoperasikan
komputer, walaupun
desa kedungbetik
sudah memiliki wifi
dan website Desa
Kedungbetik.
22

No Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian

4. Putu Andi Suar Akuntabilitas dan Kualitatif Kurangnya


Jaya Putra (2017). Transparansi transparansi
E-Journal S1 Ak Pengelolaan pemerintah desa
Universitas Alokasi Dana
dalam memberikan
pendidikan Desa
Ganesha Jurusan (ADD) di Desa informasi yang
Akuntansi Program Bubunan terbuka kepada
S1(Vol : 8 No : 2 Kecamatan masyarakat
tahun 2017). Seririt Kabupaten sehingga
Buleleng. masyarakat lebih
responsif terhadap
kondisi desa.

5. Rahmi Fajri (2014). Akuntabilitas Kualitatif Faktor penghambat


Jurnal Administrasi Pemerintah Desa ADD yaitu
Publik (JAP) Vol. 3, Pada kemampuan
No. 7, Hal. 1099- Pengelolaan
sumberdaya
1104. Alokasi Dana
Desa (ADD) aparatur,
(Studi Pada terbatasnya dana
Kantor Desa ADD, kurang
Ketindan, disiplinnya penerima
Kecamatan ADD pada proses
Lawang, pelaporan.
Kabupaten
Malang).

6. Justika Dura Pengaruh Kuantitatif Dengan hal ini


(2016). Jurnal Akuntabilitas alokasi dana desa,
JIBEKA Volume 10 Pengelolaan dana desa,
Nomor 1 Agustus Keuangan kebijakan desa, dan
2016:26-32. Alokasi Dana kelembagaan desa
Desa, Kebijakan mempunyai dampak
Desa, Dan positif terhadap
Kelembagaan kesejahteraan
Desa Terhadap masyrakat Desa
Kesejahteraan Gabungklakah
Masyarakat Kecamatan
(Studi Kasus Poncokusumo
Pada Desa Kabupaten Malang.
Gabungklakah
Kecamatan
23

E. Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya maka ditarik

sebuah kerangka pikir penelitian ini sebagai berikut:

Gambar tabel 2.1

Kerangka pikir

Desa Lolisang Kecamatan Kajang

Akuntabilitas Dan Transparansi


Pengelolaan Dana Desa

Pengelolaan Alokasi Dana Di Desa Lolisang


Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba
(UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan
Pemendagri No. 113 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Keuangan Desa)

Hasil
24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif,

penelitian kualitatif di definisikan sebagai suatu proses yang mencoba untuk

mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai komleksitas yang ada

dalam interaksi manusia. Penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang

temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk

hitungan lainya. penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi,

motivasi, tindakan dan lain-lain.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini di desa lolisang Kecamatan Kajang Kabupaten

bulukumba, adapun waktu penelitian ini dimulai bulan November sampai bulan

Januari 2021.

C. Jenis Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif.

2. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Adalah sumber data utama yang digunakan untuk menjaring berbagai

data dan informasi yang terkait dengan fokus yang dikaji, hal ini dilakukan

melalui metode observasi dan persediaan daftar pertanyaan yang berkaitan

dengan rumusan masalah penelitian.

24
25

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data pendukung yang diperlukan untuk

melengkapi data primer yang dikumpulkan. Hal ini dilakukan upaya

penyesuaian dengan kebutuhan data lapangan yang terkait dengan obyek

yang dikaji, data sekunder diperoleh melalui dokumentasi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sebagai berikiut:

1. Penelitian kepustakaan(library research)

Penelitian kepustakaan ini dilakukan melalui pengumpulan dan penelaan

literatur-literatur yang rilevan dengan permasalahan yang dikaji, literarur-

literatur tersebut dapat berupa buku, laporan, artikel, koran, majalah, skripsi

dan lain-lain yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini.

2. Penelitian lapangan ( field reserch)

Pengumpulan data melalui penelitian lapangan dilakukan dengan cara

mengadakan pengamatan kelokasi penelitian, tekhnik yang digunakan adalah

koesioner atau daftar pertanyaan, observasi lapangan, dan dokumentasi

penelitian. Informan penelitian ini sebanyak 9 orang yang terdiri dari

pemerintah desa 4 orang dan pihak maasyarakat 5 orang. Dalam melakukan

penelitian tentang akuntabilitas dan transparansi alokasi dana desa di desa

Lolisang Kecamatan Kajang di temukan bahwa akuntabilitas dan transparansi

belum maksimal di lakukan atau diterapkan di desa Lolisang.

E. Metode Analisis data

Metode yang di guanakan oleh penulis adalah dengan menggunakan

metode deskriptif kualitatif yaitu suatu metode dengan cara meneliti

bagaimana Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan Alokasi Dana Desa


26

Pada Desa Lolisang Kecamatan Kajang. Dengan peraturan melalui visi misi

yang berlaku kemudian mengevaluasi system dan prosedur tersebut, apakah

dapat berjalan sebagai mana mestinya dan mempunyai fungsi yang efektif.
27

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Kabupaten Bulukumba

Secara geografis, kabupaten Bulukumba dapat dikelompokkan dalam dua

sisi pantai, yaitu pantai selatan mencangkup Gantarang, kindang, Ujung Bulu,

Ujung Loe, dan sebagian Bonto Bahari,. didaerah dataran yang menghampar

puluhan kilometer dipenuhi dengan pemukiman, kebun dan persawahan. Di

bagian pantai timur mencangkup sebagian Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang

dan Kajang. Dataran antara pantai dengan pegunungan relatif sempit, hanya

pada titik tertentu perkampungan nelayan bisa berkembang. Wilayah pantai timur

lazim disebut Bulukumba Timur, sedangkan wilayah pantai selatan dikenal

sebagai Bulukumba Barat (Salman, 2006: 30-31).

Kabupaten bulukumba berada di 153 Km dari kota Makassar Ibukota

Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah Kabupaten Bulukumba yaitu

1.154,67 km atau 1,85% dari luas provinsi Sulawesi Selatan, yang secara

kewilayahan Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi, yakni

dataran tinggi pada kaki Bawakaraeng-Lompobattanng, dataran rendah, pantai

dan laut lepas.

Kabupaten Bulukumba terbagi 10 kecamatan terdiri dari Kecamatan

Ujung Bulu (Ibukota kabupaten), Gantarang, Kindang, Rilau Ale, Bulukumpa,

Ujung Loe, Bonto Bahari, Bontotiro, Herlang dan Kajang.

Berdasarkan UU No. 29/1959 tentang kependudukan Daerah tingkat II

Kabupaten se- Sulawesi, Bulukumba kemudian ditetapkan menjadi Kabupaten.

Tahun 1961 terjadi perubahan distrik menjadi kecamatan yang seluruhnya

26
28

menjadi tujuh kecamatan yaitu Kecamatan Ujung Bulu, Gangking, Bulukumpa,

Kajang, Herlang, Bonto Tiro, dan Tana bale, yang kemudian menjadi nama

Bontobahari. Tahun 1997 tiga kecamatan dimekarkan yaitu:

1. Kecamatan Rilau Ale yang merupakan pemekaran dari kecamatan

Bulukumpa

2. Kecamatan Kindang yang merupakan pemekaran dari kecamatan

Gangking

3. Kecamatan Ujung Loe yang merupakan pemekaran dari kecamatan

Ujung Bulu.

Dengan pemekaran tersebut sehingga Kabupaten Bulukumba hingga

sekarang terdiri atas 10 kecamatan.

2. Kecamatan Kajang

Kecamatan merupakan salah satu wilayah kecamatan dalam sistem

adminstrasi kabupaten bulukumba, ditinjau dari segi letaknya/posisinya dalam

wilayah kabupaten Bulukumba, Kecamatan Kajang terletak di bagian timur

wilayahj kabupaten Bulukumba, dengan luas wilayah keseluruhan adalah 129, 06

km2 dan dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 sebanyak 47,467 jiwa.

Secara admistratif, Kecamatan Kajang memiliki batas sebagai berikut:

a. sebelah utara: kabupaten Sinjai

b. sebelah timur: teluk bone

c. sebelah selatan: kecamatan Herlang dan kecamatan Ujung Loe

d. sebelah barat: kecamatan Bulukupa

Kecamatan Kajang terbagi atas 19 (sembilang belas) desa dan kelurahan.

Ditinjau dari aspek luas wilayah masing-masinhg desa/ kelurahan tersebut, maka

kelurahan tambangan dengan luas 13,00 km2 dan desa malleleng dengan luas
29

11, 10 km2 merupakan wilayah desa terluas dibandingan dengan desa dan

kelurahan lainnya di kecamatan Kajang, sedangkan desa/kelurahan yang

memiliki luas wilayah terkecil adalah pantama dan desa lolisang dengan luas

wilayah masing yaitu 4,00 km2. (Indasari,59-60:2016).

Adapun nama-nama desa yang masuk dalam wilayah kecamatan Kajang

adalah Desa Bonto Biraeng, desa Bonto Rannu, desa Lembang, desa Lembang

Lohe, Keluarahan Tana Jaya, Kelurahan Laikang, desa Pantama, desa Possi

Tana, desa Lembanna, desa Tambangan, desa Sangkala, desa Bonto Baji, desa

Pattiroang, desa Sapanang, desa Batu Nilamung, desa Tana Toa, desa

Malleleng, desa Mattoanging dan desa Lolisang.

Adapun gambaran umum Kecamatan Kajang adalah luas wilayah 126,18

km2, dengan total populasi penduduk 47.02.06 jiwa dengan jumlah

desa/kelurahan 17 desa dan 2 kelurahan yaitu kelurahan Tana Jaya dan

Kelurahan Laikang (wikipedia,id.m.wikipedia.org).

3. Desa Lolisang

a. Sejarah desa Lolisang

Sejarah terbentuknya desa Lolisang merupakan hasil pemekaran dari

desa Possi Tana pada tahun 1983 menjadi dua yaitu desa possi Tana dan desa

Mattoanging, desa Mattoanging kemudian dimekar kembali menjadi dua, desa

Mattoanging sendiri dan desa Lolisang sebagai hasil pemekaran dengan status

sebagai desa persiapan selama kurang lebih 6 (enam ) tahun yang dipimpin oleh

Syamsul Bahri H. 6 (enam tahun) kemudian pada tahun 1998 dilaksanakan

pemilihan umum kepala desa Lolisang dan yang terpilih kembali adalah Syamsul

Bahri H dengan masa jabatan 6 tahun, dan pada tahun 2007 tepatnya pada

bulan desember dilakukan pemilihan umum lagi dan yang terpilih adalah
30

Zulkarnaim dengan masa jabatan 6 tahun (2008-2014) dan pada desember 2013

diadakan kembali pemilihan umum desa Lolisang dan yang terpilih adalah Muh.

Amir dengan masa jabatan 6 tahun (2014-2020).

2. Kondisi Umum desa Lolisang

Desa Lolisang secara admistratif wilayah adalah memiliki batas sebagai

beriukut:

sebelah utara : Kabupaten Sinjai,

sebelah timur : Desa Pantama

sebelah selatan : Desa Mattoanging

sebelah barat : Desa Malleleng

a. Letak dan Luas Wilayah

Desa Lolisang merupakan salah satu dari 19 desa dan keluran di wilayah

Kecamatan Kajang yang terletak 7 km kearah barat dari ibu kota Kecamatan

Kajang. Desa Lolisang memiliki luas wilayah seluas 5 km2, 888.310 Hektar .

b. Kondisi Iklim

Desa lolisang memiliki iklim sebagai mana desa-desa lainnya di

Kecamatan Kajang yaitu beriklim tropis.

c. Jumlah Penduduk

Desa Lolisang mempunyai jumlah penduduk 2.945 Jiwa, yang tersebar di

4 (empat Dusun), dengan rincian sebagai berikut:

3. dusun Lolisang : 556 jiwa

4. Dusun Tege : 666 jiwa

5. Dusun Ta’lohea : 734 jiwa

6. Dusun Kassi Puteh : 483 jiwa

d. Demografi
31

Demografi adalah studi kajian ilmiah tentang penduduk, terutama tentang


Jumlah, struktur dan perkembangannya. Berdasarkan data propil desa,
jumlah penduduk desa Lolisang adalah 2. 439 jiwa.
Komposisi kependudukan bisa dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Gambar tabel 4.1

Jenis Dusun Dusun Dusun Dusun Jumlah


Kelamin Lolisang Tege Ta’Lohe Kassi
Puteh

e=
b C D E b+c+d+e+f
A

Laki-laki 258 jiwa 288 jiwa 356 jiwa 226 jiwa 1246 jiwa

Perempuan 298 jiwa 378 jiwa 378 jiwa 257 jiwa 1309 jiwa

Jumlah 556 jiwa 666 jiwa 734 jiwa 483 jiwa 2439 jiwa
jiwa

Jumlah KK 129 KK 125 KK 286 KK 127 KK 625 KK

Sumber : Profil Desa Lolisang

e. Keadaan Sosial

Dengan adanya fasilitas pendidikan yang memadai serta pemahaman

masyarakat tentang pentingnya menempuh pendidikan formal maupun non

formal mempengaruhi peningkatan taraf pendidikan agama, kebudayaan, adat

istiadat dan kebiasaan serta budaya yang beragam.


32

Adapun secara detail keadaan penduduk Desa Lolisang tersaji dalam tabel

sebagai beikut:

Tabel 4.2

No Uraian Jumlah Satuan


Tingkat pendidikan
A
1. TK / 45 Jiwa

2. SD / Sederajat 148 Jiwa

3. SMP/ Sederajat 213 Jiwa

4. SMA / Sederajat 210 Jiwajij Jiwa

5. Diploma/ Sarjana 30 Jiwajij Jiwa

Sumber : Profil Desa Lolisang

f. Keadaan ekomomi

Wilayah desa Lolisang memiliki berbagai potensi yang baik, potensi

tersebut dapat meningkatkan taraf perekonomian dan pendapatan masyarakat.

Disamping, lokasi yang relatif dekat dengan ibu kota kabupaten dan pusat

kegiatan perekonomian, memberikan peluang kehidupan yang lebih maju dalam

sektor formal maupun non formal.

g. Sarana dan prasarana desa

Sarana dan prasarana desa lolisang dari 4 dusun antara lain, balai desa 0

unit, kantor Desa 1 unit, poskesdes 1 unit, masjid 5 unit, mushollah 0 unit, tempat

pemakaman umum 2 titik, poskamling 0 unit setiap RT, TK/PAUD 1 unit,

SMP/sederajat 1 unit, TPQ 4 unit, posyandu 4 unit, jalan hotmis 0 km, jalan aspal

penetrasi 0,6 km, jalan sirtu/ koral 2 km, jalan rabat beton 1, 5 km, jalan tanah 5

km.

h. Pembagian wilayah desa


33

Wilayah desa Lolisang dibagi menjadi 4 dusun, setiap dusun dipimpin oleh

kepala dusun sebagai delegasi dari kepala desa didusun tersebut, pusat desa

lolisang terletak didusun Ta’lohe. Pembagian desa lolisang apat diuraikan

adalah, dalam desa lolisang terdapat 4 dusun yaitu dusun Lolisang, Dusun Tege,

Dusun Ta’lohe dan dusun kassi puteh.


34

h. Struktur organisasi pemerintah desa Lolisang

Tabel 4.3

Struktur Organisasi

Desa Lolisang Kecamatan Kajang

Kabupaten Bulukumba

Badan KEPALA DESA


Permusyawaratan Desa
MUH. AMIR
SEKERTATIS DESA

NIPPI,S.SOS

Kasih Pemerintahan Kasih Kesra


Kaur Umum kaur Keuangan
Syahrir Hasnah. L
Sardaniah Hamsina B

kadus Lolisang Kadus Tege Kadus Ta’Lohe Kadus Kassi


Puteh
Sembang Uto.S Amiruddin
Sultan
Dokumen RPJM Desa Lolisang

i. Visi - Misi Desa Lolisang

1. Visi

Visi kabupaten Bulukmba

“Meningkatkan Bulukumba yang sejahtera dan terdepan melalui optimalisasi

potensi daerah dengan penguatan ekonomi kerakyatan yang dilandasi pada

pemerintahan yang demokratis dan religius. “


35

visi Desa lolisang tahun 2014-2020 dirumuskan sebagai berikut:

“Tercapainya kemandirian- berdaya guna, dan kesejahteraan yang

berkeadilan bagi masyarakat, berdasarkan potensi sumber daya manusia

dan kultur masyarakat desa Lolisang melalui peningkatan layanan sarana

dan prasarana dasar pedesaan.”

Adapun gambaran visi tersebut dapat dijelaskan bahwa:

Kemandirian: artinya desa bisa mengurus rumah tangganya dalam hal

melaksanakan pembangunan dan terbebas dari ketergantungan dan

ketertinggalan yang merupakan cita- cita dan perwujudan masyarakat desa

Lolisang yang memiliki kemandirian dalam melaksanakan pembangunan

desa, meningkatkan kesejahteraan pembinaan dan pemberdayaan

masyarakat.

Berdaya Guna; kondisi pemerintahan desa dan masyarakat sea dengan

sumber daya manusia yang cerdas dan berkualitas serta berdaya guna

dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Sejahterah: artinya masyarakat sudah mampu memenuhi kebutuhan

kehidupannya sendiri baik primer maupun sekunder.

2. Misi

Adapun misi desa Lolisang adalah sebagai berikut :

a. Menciptakan lembaga perekonomian desa sebagai upaya kongkrit guna

mendorong kemandirian masyarakat desa.

b. Mewujudkan perekonomian masyarakat yang tangguh dan berdaya

saing berbasis potensi local kemandirian ekonomi masyarakat.

c. Meningkatkan jaringan kerja sama dalam pembangunan desa.


36

d. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas infastrukur dasar dalam sarana

umum.

e. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berdaya guna

f. mempasilitasi pengembangan dan peningkatan hasil pertanian,

perkebunan dan budidaya perikanan.

g. Pelestarian alam dan lingkungan.

h. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintah desa.

B. Hasil Penelitian

1. Krteristik Penelitian

Berdasarkan responden yaitu menguraikan deskripsi responden

menurut sampel penelitian yang telah di tetapkan. Tujuannya yaitu untuk

memberikan gambaran yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

Karasteristik responden dikelompokkan menurut jenis kelamin, tingkat usia,

tingkat pendidikan dan pekerjaan. berdasrkan hasil penelitian yangh

dilakukan pada lokasi penelitian di wilayah desa Lolisang, Kecamatan

Kajang Kabupaten Bulukumba. Maka dapat dilihat dalam tabel sebegai

berikut:
37

Tabel 4.4

Nama-nama Responden

No Nama Jenis Umur Pekerjaan


responden kelamin dan
singkatan
nama
Muh. Amir L/ AM 60 Kepala Desa
1
Nippi, S.Sos P /NP 48 Sekertaris/PNS
2
Hamsina, B P /HB 45 Bendahara/honor
3
Sembang. P L /SB 50 Kepala
4 Dusun/wiraswasta
Hamsah, S.Pd L /HS 33 Guru Honor
5
Saparuddin, S.E L /SP 38 Tokoh
6 masyarakat/pengusaha
Lala L /LL 50 Tukang kayu/petani
7
Supardi, S.E L/S 29 Peternak/Pengusaha
8
Wawan L /WN Ketua 23
9 Karangtaruna/mahasiswa
2. Transparansi Pengelolaan Anggaran Dana Desa Di Desa Lolisang

Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

Berdasarkan hasil olah data observasi, wawancara tatap muka maupun

data-data dalam bentuk tertulis secara langsung dengan informan yang telah di

pilih oleh peneliti untuk melihat hasil dari apa yang menjadi fokus penelitian dari

rumusan masalah dengan kesingkronan dengan apa yang menjadi judul

pembahasan tentang Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan Alokasi

Dana Desa Pada Desa Lolisang Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

Transparansi adalah kunci keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

suatu wilayah atau daerah dengan melibatkan semua kalangan untuk selalu aktif

dalam mengamati dan melihat serta dapat merasakan atas apa yang jadi haknya
38

dari suatu anggaran yang telah di programkan oleh pemerintah baik dalam

bentuk pembangunan fisik maupun non fisik, maka dari itu untuk melihat

bagaimana pengelolaan transparansi maka pihak peneliti mencoba menguraikan

argumentasi dari berbagai pihak yang dipilih sebagai informan penelitian.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 Tentang Keterbukaan

Informasi Publik. Dalam peraturan tersebut dapat dijelaskan bahwa transparansi

atau keterbukaan merupakan prinsip yang dapat menjamin kemudian bagi

masyarakat untuk mengakses informasi yaitu informasi yang berhak diketahui

oleh masyarakat seperti, pengambilan keputusan maupun tindakan yang

dilakukan oleh pemerintah desa baik dari perencanaan, pelaksaan,

penatusahaan serta pelaporan dan pertanggungjawaban dalam pembangunan

desa. Pemerintah desa Lolisang memberikan informasi terkait dengan

pengelolaan dana desa.

Tatalaksana pemerintah yang baik (good governance) akan tercapai jika

prinsip transparansi sudah diterapkan dengan baik. Transparansi dapat diukur

melalui beberapa indikator yaitu sebagai berikut:

1. Adanya Ketersediaan Aksebilitasi Dokumen

Indikator yang pertama yaitu dapat diukur adanya ketersediaan aksebilitasi

dokumen untuk menghindari terjadinya kecurangan dan penyalahgunaan dalam

proses pengelolaan Dana Desa. Ketersediaan aksebilitasi dokumen diharapkan

juga dapat memudahkan masyarakat kampung untuk mengakses informasi

tentang penyelenggaraan kegiatan pembangunan desa yang dilakukan oleh

pemerintah desa.

Seorang informan yang bernama Muh. Amir memaparkan hasil


wawancara kepada peneliti sebagai berikut:
“Sebagaimana desa pada umumnya, kami telah berusaha semaksimal
mungkin mengelolah desa dengan baik, melibatkan masyarakat dalam
39

upaya pembangunan desa, pengawasan-pengawasan atas apa yang telah


di programkan dan atas apa yang telah saya lakukan dalam bentuk
pembangunan fisik, jelas saya kira masyarakat umum bisa mengcek
langsung dilapangan, ada yang telah kami lakukan bersama pemerintah
desa, itu pun akan kami laporkan ke pemerintah daerah”.
Semua secara data langsung saja di perjelas dikantor, karena semua ada
disana, adapun masyarakat yang kurang puas tapi lebih banyak lagi yang
puas dalam pembangunan, daerah terus kami berkoordinasi
mengupayakan pembangunan demi masyarakat, masyarakat pula saya
harap bersinergi membantu membangun program- program yang
direncanakan, sebahagian telah terlaksana dan itu sudah di laporkan.
(Muh. Amir,Januari,01/2021)
Hal tersebut juga disampaikan oleh seorang informan yang bernama
Hamsina B sebagai berikut:
“Transparansi tetap diusahakan untuk transparan dalam pembangunan,
namun ada hal-hal yang sifatnya menjadi komsumsi umum dalam
pelaporan dan ada pula yang sifatnya menjadi komsumsi khusus untuk
pemerintah desa sendiri, transparan pelaporannya itu bisa di perlihatkan
dalam bentuk pelaporan RPMJ Desa, siapa saja bisa mengcek langsung”
(Hamsina B, Januari, 04/2021)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pemerintah

desa sudah melakukan transparansi dan melibatkan masyarakat dalam

pemerintah daerah dalam hal alokasi anggaran dana desa.

2. Adanya Kejelasan dan Kemudahan Akses Informasi

Indikator yang kedua dapat diukur dengan adanya kejelasan dan

kelengkapan informasi yang disediakan oleh pemerintah desa menjadi hal yang

sangat penting untuk diketahui oleh masyarakat. Kemudian pemerintah desa

harus dapat memberikan informasi yang jelas mengenai proses pelaksanaan

pengelolaan dana desa dengan cara melakukan pengawasan terhadap

pelaksanaan pembangunan desa.

Seorang informan yang bernama Lala memaparkan hasil wawancaranya


kepada penulis sebagai berikut:
“Saya kan masyarakat biasa hanya bisa bicara, kalau transparan itu yah
mungkin sedikit saya tahu itupun kalau di umumkan,dan dibicarakan orang
saya dengar, yah begitulah saya lihat pembangunannya ada terus seperti
pada pembangunan jalan tani, itu cukup membantu kami, anggarannya
berapa saya kurang tau pastinya berapa.adapun yang lain masih terus
saya perhatikan di jalankan, cukup serius saya lihat”.
(Lala, januari/08/2021).
40

Begitu pula denga pernyataan dari informan yang bernama Sembang


sebagai berikut:
“Kami aparat, melakukan apa yang di perintahkan karena atasan yang
memutuskan, yang saya ketahui hanya menjalankan program tersebut,
adanya anggaran desa itu sudah di bagi-bagi peruntukannya, kami
jalankan dan masyarakat melihat, begitulah kami transpran pembangunan
itu”
(Sembang, januari/04/2021).

Berdasarkan dari hasil wawancara informan diatas dapat disimpulkan

bahwa aparat desa melakukan dan menjalankan program anggaran dana desa

sesuai perintah dari atasannya sehingga pemberitahuan tentang anggaran dana

desa pada masyarakat umum masih minim di ketahui oleh masyarakat.

3. Adanya Keterbukaan Proses

Indikator yang ketiga dapat diukur berdasarkan Undang-Undang Nomor 14

tahun 2008 pasal 7 ayat 2 tentang keterbukaan informasi menyatakan bahwa

badan publik termasuk pemerintah desa berkewajiban menyediakan informasi

publik yang akurat, benar, dan tidak menyesatkan. Seluruh masyarakat desa

mempunyai hak untuk mengetahui proses pengelolaan Dana Desa secara

menyeluruh.

Seorang informan yang bernama Nippi memaparkan hasil wawancaranya


sebagai berikut:
“Transparansi hal yang sangatlah sensitif untuk di sebutkan, tapi tetap kita
membuka diri kepada masyarakat dalam hal pembangunan desa dari
alokasi anggaran dana desa yang ada, tetaplah kita maksimalkan itu,
sebagaimana yang kita ketahui di desa, transparan kita pelaporannya
sebagai pihak dari pemerintah dan itupun setiap tahunnya kita punya
bentuk pelaporan anggaran, masyarakat bisa melihat atau cek langsung”
(Nippi, januari 01/2021)

Berdasarkan pemaparan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

tidak semua anggaran pembangunan di perlihatkan secara umum dan ada

beberapa yang hanya bisa di ketahui dan diakses oleh aparat desa dan namun

semua pelaporan anggaran desa sudah ada dalam RPMJ Desa.


41

Dalam mewujudkan tataleksana pemerintah yang baik (good governance)

yaitu salah satunya harus menerapkan prinsip transparansi dalam pengelolaan

Dana Desa dengan melibatkan Perangkat Desa, Badan Permusyawaratan

Kampung (BPK), Masyarakat, Tokoh-Tokoh Desa meliputi, perwakilan dari setiap

seksi atau bidang meliputi, Ibu Pkk, Karang Taruna dan lain-lain. Tujuan

melibatkan masyarakat dalam setiap musyawarah atau pengambilan keputusan

yaitu agar masyarakat desa mengetahui Anggaran dana Desa (ADD) dihabiskan

untuk keperluan program apa saja. Masyarakat desa itu sendiri mendapat

kemudahan untuk menagawasi pelaksanaan kegiatan pembangunan desa dan

dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang.

Seorang informan yang bernama Saparuddin memaparkan hasil


wawancaranya sebagai berikut:
“Yah, selalu ada pro dan kontra dalam hal pembangunan dimana pun itu,
begitulah yang namanya pembangunan, apa yang kita lihat sebagai hasil
pembangunan pastinya ada yang merasa ketidak -puasan atas apa yang
dilakukan pemerintah desa, nah itulah salah satu yang saya maksud
ketidak puasan mengenai transparan kepada masyarakat dalam hal
anggaran, kita bisa melihat fisik pembangunannya ada namun dilapangan
kadang kala papan pemberitahuan kurang kita temukan sebagai bukti
keterbukaan agar saya dan siapa bisa mengetahui berapa totalnya dan
tahun anggaran kapan, begitulah kira”
(SP, januari/03/2021).
Hal serupa juga dipaparkan oleh informan bernama Wawan sebagai berikut:
“Yah kami sebagai ketua karang taruna kadang-kadang mempertanyakan
alokasi itu, tapi tetap pemuda yah kami digaris aman-aman saja dari
pembangunan, progres kami tetap mengontrol sebagai pemuda apalagi
kami bergerak di kepemudaan yah harapannya selalu ada bagian
pembangunan bagi kepemudaan, karena selama ini saya rasa masih
kurang, sebenarnya jiwa kami adalah jiwa ingin serba tahu tidak terkecuali
apa itu di bilang tentang trans alokasi desa, nantilah kedepannya kami
usahakan aktif mempertanyakan itu. Sebab pasti kami juga baru di beri
amanah dan juga perlu banyak belajar tentang pemerintahan dan
melibatkan diri sehingga mengetahui pentingnya alur alokasi bagaiamana”.
(Wawan, Januari/11/2021).

Berdasarkan beberapa hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

adanya ketidakpuaasan masyarakat dalam hal transparansi anggaran

pembangunan karena kurangnya papan informasi tentang anggaran dana desa


42

dan pemerintah desa diharapakan dapat mengikut sertakan tokoh masyarakat

seperti halnya tokoh pemuda.

Dalam penggunaan dana Desa, dana tersebut harus dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat Desa Lolisang untuk meningkatkan kepercayaan

masyarakat terhadap pemerintah desa. Dalam melakukan pelaksanaan program

kerja maka Tim Pelaksana Kegiatan (TPK). Sebagai acuan tim pelaksana

kegiatan harus melihat pembangunan Rencana Pembangunan Jangkan

Menengah Kampung (RPJMK). Oleh karena itu pengambilan keputusan harus

dilakukan melalui musyawarah, sehingga dengan adanya musyawarah

perencanaan pembangunan serta partisipasi dari masyarakat kampung dapat

menciptakan proses pembangunan yang transparan dan kegiatan tersebut akan

dapat berjalan secara efisien dan efektif. Kemudian setelah melakukan proses

pelaksanaan pembangunan pemerintah harus dapat memberikan pelaporan

serta pertanggungjawaban terkait dengan pembangunan tersebut.

Seorang informan yang bernama Hamsah memamparkan hasil


wawancaranya sebagai berikut:
“Pembangunan kami dukung, sosialisasinya saya agaknya kurang banyak
mengetahui, atau saya yang kurang bertanya pada pihak yang berwenang
yang tahu itu”.
(hamsah, Januari, 05/2021)
Hal serupa dipaparkan oleh informan yang bernama Supardi sebagai
berikut:
“Saya tak pernah menghadiri rapat karena ketidak adanya info begitu,
saya pun mengetahui kalau ada yang masyarakat bicarakan dan saya
dengar, kroscek langsung secara data saya belum pernah, jelas nanti kalau
kami mempertanyakan nanti dikira apa-apa, baiknya pemerintah membuat
papan informasi sesering mungkin, sosialisasi agar diketahui,fisiknya kami
setiap saat di lihat dan dirasakan, hal-hal lainnya kurang kami ketahui
begitu. Tapi sebahagian telah di umumkan pembangunan itu masjid
diselah-selah ibadah, banyak orang mendengarnya, begitu juga saat hari
raya di umumkan kembali.
(Supardi, Januari/11/2021)

Berdasarkan hasil wawancara beberapa informan diatas dapat disimpulkan

bahwa kurangnya musyawarah tentang pembangunan di kampung sehingga


43

adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap transparansi dan akuntabilitas

anggaran dana desa yang dilakukan oleh pemerintah desa dalam pembangunan

serta kurangnya keikut sertaan masyarakat dalam hal musyawarah.

3. Pertanggungjawaban Pengeloaan Alokasi Dana Desa Pada Desa

Lolisanag Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

Akuntabilitas adalah prinsip pertanggungjawaban publik yang berati bahwa

proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan

harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD

dan masyarakat. Masyarakat tidak hanya memiliki hak untuk mengetahui

anggaran tersebut tetapi juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas

rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut.

Penyelenggaraan pemerintah terutama dalam pengelolaan Dana Desa

tentu harus adanya pertanggungjawaban atas seluruh kegiatan yang telah

dilaksanakan oleh pemerintah Desa terutama pertanggungjawaban kepada

pihak-pihak yang terkait. Pertanggungjawaban yang dilakukan oleh pemerintah

desa yaitu harus membuat laporan tentang pengelolaan Dana Desa.

Informan bernamal Muh. Amir menambahkan mengenai pengelolaan


keuangan dana desa sebagai berikut:
“Pengelolaan keuangan desa langsung di bahas dan untuk peruntukannya
bermacam-macam tergantung apa yang di programkan serta
pertanggungjawabannya kepada pemerintah daerah kabupaten itu
dilakukan, masyarakat di berikan akses aspirasi sebagaimana yang telah di
jalankan selama ini untuk dapat tahu apa saja yang telah di lakukan.
Masyarakat di harapkan aktif di setiap rapat-rapat yang dilaksanakan, disitu
kita bisa membahas bersama langkah-langkah yang perlu di tempuh dan
apa yang perlu diproritaskan secara potensial dalam desa kita sendiri,
masyarakat hal ini perlu mengetahui dan aktif terus mengawasi dan
menjalankan pembangunan tersebut, acuh-tak acuh kadang kala
masyarakat lakukan, belum mempertanyakan sudah berkembang informasi
di luar sana, akhirnya kesimpan siuran menjadi-jadi dan pada akhirnya bisa
saja menghambat program.
Alangkah bagusnya keaktifan masyarakat bersinergi pemerintah,
diapresiasi dalam menerima saran-saran dan masukan-masukan juga
sebagai langkah masyarakat pun tahu secara pasti apa yang kami lakukan
44

dan pertanggung jawabannya kepada masyarakat pun langsung di ketahui,


sekarang ini biasa di lakukan yaitu sosialisasi dan pengumuman-
pengumuman langsung di beberapa tempat-tempat dimana banyak
masyarakat berkumpul.
(Muh.Amir, januari 01/2021).
Hal serupa dipaparkan oleh informan yang bernama Hamsina sebagai
berikut:
“Alokasi anggaran desa dimaksimalkan ke masyarakat, anggarannya kami
ketahui totalnya, namun peanggaran dan alokasinya dibahas bersama
dalam rapat anggaran, itupun bisa di lihat di alokasi desa, masyarakat di
libatkan sehingga kemudian pertanggungjawabannya masyarakat langsung
mengetahui pastinya, dimana selama ini telah di lakukan. Kemudian
pertanggungjawaban kepada daerah ada juga, itu dalam bentuk
pertanggungjawaban secara berkas karena harus dilampirkan semua apa
yang di anggarkan dalam anggaran dana desa, itu bisa di lihat dalam
lembaran pertanggungjawaban untuk daerah.
(Hamsina, Januari/ 04/2021).

Berdasarkan hasil wawancara dari informan diatas dapat disimpulkan

bahwa masyarakat dapat melihat alokasi anggaran dana desa dalam berkas

yang telah dilampirkan serta masyarakat diharapkan terlibat dalam akuntabilitas

pembangunan di desa.

Prinsip tatalaksana pemerintah yang baik (good governance)

menjelaskan bahwa pertanggungjawaban tidak hanya disampaikan kepada satu

pihak atau pihak pemerinrintah saja, akan tetapi harus disampaikan kepada

seluruh masyarakat desa dengan harapan tidak ada terjadinya perselisihan antar

pihak masyarakat dan pemerintah kampung.

Seorang informan bernama Nippi memaparkan hasil wawancaranya


kepada penulis yaitu sebagai berikut:
“Tahap-tahap pembangunan di desa sejauh ini telah di upayakan selalu
bersama masyarakat, dan pertanggungjawaban secara berkas selalu kami
lakukan dan apa yang menjadi pertanggungjawaban masyarakat juga bisa
melihat langsung seperti apa. memang kepedulian masyarakat dalam hal
ini masih kurang terlihat, masih kebanyakan adalah mengetahui dari
informasi yang beredar sekedar ini dan itu, boleh jadi itu sesuatu kekeliruan
dan bisa juga menjadi fatal karena ketidak akuratan apa yang di
sampaikan, kami usahakan membuka diri atas apa yang menjadi tanggung
jawab sepanjang kami memiliki waktu, memang pertanggung jawaban
penuh secara menyeluh masih memang di rasa agaknya kurang tapi tetap
diupayakan dari kami kedepannya bagaimana baiknnya, harap di dukung
terus dalam upaya itu, buktinya kami membuka diri bagi peneliti
45

memberikan data yang di perlukan, kami usahakan sebisa mungkin ada


kemajuan pertanggung jawaban”
(Nippi, Januari/01/2021).

Hal serupa juga dipaparkan oleh informan bernama Hamsah kepada


penulis yaitu sebagai berikut:
“Pertanggungjawaban diakui memang kurang maksimal disebabkan
banyak hal, pertanggungjawaban perlu kiranya juga di paparkan kepada
pihak-pihak BPD sebagai wakil masyarakat agar masyakat selanjutnya di
sosialisasikan, begitu ada info kadang pula keterlibatan dilihat belum di
maksimalkan penuh, duduk bersama dalam pembahasan meminta
klarifikasi selayaknya tentang pertanggungjawaban alokasi anggaran dan
lain-lain masih dianggap perlu di tingkatkan, hal ini menyadi prihal yang di
pertanyakan siapa yang seharusnya mengambil inisiatif tanggungjawab.
Seperti lainnya pertanggungjawaban alokasi dan penjaringan BPD masih
mendapatkan perhatian serius, lanjutnya yah begitulah perlu di garisbawahi
agar kiranya kedepan lebih baik, meminta penjelasan bagi masyarakat pula
harusnya di pandang sebagai langkah hak, mereka seperti kami sama
posisinya perlu mendapatkan pemahaman agar jelas kami tahu”.
(Hamsah, januari,05/2021).
Hal serupa disampaikan oleh informan bernama Supardi sebagai brikut:
“Pertanggungjawaban selama ini menjadi perhatian serius untuk langkah
kedepannya sebagai bagian inovasi dan seharusnya mutlak perlu di
lakukan, agaknya mungkin pertanggungjawaban pemerintah belum fokus
pada masalah itu, kebanyakan mungkin fokusnya pada pembangunan
langsung secara fisik, atau kami saja yang belum mendapatkan informasi
demikian. saya lihat pemerintah serius belakangan ini melakukan
pembangunan membuka akses jalur-jalur jalan pertanian sebagai langakah
penghubung antar satu dusun dengan yang lainnya, akhirnya akses petani
dimudahkan, mungkin saja demikian itu sebagai bentuk wujud
pertanggungjawabannya dalam alokasi anggaran kepada masyarakat
dalam bentuk nyata, kira-kira begitu penjelasan akuratnya.
(Supardi, januari, 08/2021).

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan diatas dapat

disimpulkan bahwa akuntabilitas telah dilakukan dengan baik terhadap

masyarakat namun pertanggungjwaban dalam alokasi anggaran dana desa perlu

ditingkat terutama dalam pertanggungjwaban kapada penjaringan BPD dan

pemerintah desa diharapkan lebih fokus kepada pembangunan yang lainnya

bukan hanya fokus pada pembangunan infrakstruktur fisik.

Seorang informan informan yang bernama Saparuddin sebagai berikut:


“Nah ini yang banyak dianggap serius kiranya ada hal yang perlu di
tingkatkan, duduk bersama penting pula tapi belum maksimal, dilain sisi
perlu juga dilakukan sebagai masukan melakukan penyebaran informasi
46

pertanggungjawaban atas program dari alokasi anggaran dijalankan. hal


yang kurang terlihat adalah pertanggungjawaban papan pemberitahuan
agar siapa saja bisa mengetahui dengan membaca pengumuman itu, fisik
pembangunannya ada namun data lapangan belum maksimal terlihat, atau
saya yang kurang serius melihatnya.
(Saparuddin, Januari/ 03/2021)
Hal serupa juga dipaparkan oleh informan yang bernama Wawan sebagai
berikut:
“Bisa jadi dalam alokasi anggaran dana desa belum di kelola dengan baik
terhadap masyarakat akan tetapi alokasi terhadap pemerintah daerah
sudah dilakukan, cuman infonya saja ke masyarakat belum disampaikan,
diketahui bahwa ada pertanggungjawaban desa kepada pemerintah yang
diatasnya. Dan bagi kami kalangan pemuda pun melakukan
pertanggungjawaban ke tingkat desa sebagai bagian dari naungan
bimbingan pemerintah desa dalam hal kepemudaan, soal penganggaran
alokasi pemuda perlu kami selanjutnya perjelas lagi.agar kami bisa
memberikan pemahaman kepada pihak-pihak pemuda yang lainnya yang
turut aktif bergerak dikepemudaan.
(Wawan, Januari,11/2021).

Berdasarkan beberapa hasil wawancara beberapa informan diatas dapat

disimpulkan bahwa pemerintah desa diharapkan dapat membuat papan

informasi tentang alokasi anggrana yang dijalankan agar masyarakat dapat

mengetahui anggaran pembangunan melalui papan informasi serta sosialisasi

anggaran dana desa perlu dimaksimalkan kepada pihak masyarakat sebagai

perwujudan akuntabilitas dan transparansi secara menyeluruh.

Usaha pemerintah desa Lolisang dalam memberikan informasi secara

jelas kepada masyarakat desa tentang penyelenggaraan pemerintah baik itu

informasi mengenai perencanaan sampai dengan hasil kegiatan yang telah

dilakukan masih dilakukan secara manual. Penyampaian informasi kepada

masyarakat dilakukan dengan adanya papan informasi dan baliho yang

memberikan penjelasan secara terperinci agar masyarakat mudah

memahaminya.

Seorang informan yang bernama Sembang memaparkan hasil


wawancaranya kepada penulis sebagai berikut:
“Yah kami sebagai masyarakat perlu di informasikan kalau ada rapat-rapat
penting untuk dihadiri bersama, hal-hal ketidak hadiran itu di maklumi
47

dengan hal dan lain hal karena diketahui banyak kesibukan sebagai
alasan, pastinya telah di informasikan, begitu juga apa yang mau
dikerjakan dan telah selesai dikerjakan, baiknya bersama-sama
masyarakat. Biasanya hanya yang mengetahui info-info itu hanya sebagian
saja, kalau dimaksimalkan sepertinya agak susah karena harus
mengunjungi satu persatu, sedangkan kesibukan kita juga jadi kendala,
akhirnya banyak masyarakat hanya bisa melihat hasilnya saja untuk di nilai
begitu kira-kira”
(Sembang, Januari/03/2021).

Hal serupa juga dipaparkan oleh informan yang bernama Lala sebagai
berikut:
“Sebagai masyarakat biasa memerlukan papan informasi yang dibuat oleh
pemrintah desa agar kami dapat mengetahui dan ikut serta dalam
musyawarahtersebut, kami menikmati hasil pemerintah baik jalan yang
dikerja, sekarang banyak telah di nikmati, pertanggungjawabannya sudah
di umumkan saya dengar-dengar intinya asal masyarakat aman.
(Lala, januari 08/2021).

Berdasarkan hasil wawancara informan diatas dapat disimpulkan bahwa

pemerintah harusnya lebih meningkatkan musyawarah perencanaan

pembangunan serta membuat papan informasi agar masyarakat dapat

berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dilakukan.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan

Informasi Publik. menurut beberapa informan dari pemerintah desa sudah

menerapkan prinsip taransparansi walaupun belum berjalan 100% namun,

transparansi sudah dilakukan 75% dengan mengikut sertakan masyarakat

dalam kegiatan musyawarah mulai dari perencanaan pemabangunan desa

sampai dengan serah terima hasil pembangunan masyarakat juga diikut

sertakan.

Usaha peemerintah desa Lolisang dalam memberikan informasi

secara jelas kepada masyarakat desa tentang penyelenggaraan pemerintah

baik itu informasi mengenai perencanaan sampai dengan hasil kegiatan yang
48

telah dilakukan masih dilakukan secara manual. Penyampaian informasi

kepada masyarakat dilakukan dengan adanya papan informasi atau

penyampain secara langsung di masjid agar masyarakat mudah

memahaminya. Namun pada masa modern ini desa Lolisang belum

menggunakan teknologi seperti, belum tersedianya website yang dapat

memberikan informasi secara menyeluruh kapada masyarakat yang berada di

luar desa Lolisang serta masyarakat yang ingin mengkses informasi tentang

pengelolaan dan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh desa Lolisang.

Seluruh kegiatan yang didanai Alokasi Dana Desa (ADD)

direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara terbuka dengan melibatkan

seluruh unsur masyarakat di desa, dimana seluruh kegiatan harus dapat

dipertanggungjawabkan.

Berikut ini adalah salah satu bentuk program kerja penggunaan Alokasi

Dana Desa tahun 2020.


49

TABEL GAMBAR 4.2

PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA


PEMERINTAH DESA LOLISANG
TAHUN ANGGARAN 2020
ANGGARAN BERTAMBAH/
URAIAN (RP) (BERKURANG)
SEMULA MENJADI
1 2 3 4
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Desa 20.000.000,00 10.000.000,00 (10.000.000,00)
Hasil Usaha Desa 20.000.000,00 10.000.000,00 (10.000.000,00)
Pendapatan Transfer 2.025.103.509,00 1.946.864.618,00 (78.238.891,00)
Dana Desa 1.301.182.000,00 1.290.375.000,00 (10.607.000,00)
Bagi Hasil Pajak Dan Retribusi 32.553.785,00 32.553.785,00 0,00
Alokasi Dana Desa 691.367.724,00 691.367.724,00 (67.431.891,00)

JUMLAH PENDAPATAN 2.045.103,509,00 1.958.864,618,00 (88.238.891,00)


BELANJA
Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa 642.029.717,00 576.777.114,00 (65.252.603,00)
Penyelenggaraan Belanja Siltap, Tunjangan Dan Operasional Pemerintah 516.688.692,00 456.551.114,00 (30.137.603,00)
Desa
Penyediaan pengahsilan tetap dan tunjangan kepala desa 27.000.000,00 24.000.000,00 3.000.000,00
Penyediaan penghasilan tetap dan tunjangan perangkat desa 194.131.200,00 194.131.200,00 0,00
Penyediaan jaminan sosial kepala desa dan perangkat desa 10.545.720,00 14.224.000,00 3.678.288,00
Penyediaan operasional pemerintah desa (ATK,Honor, PKPKD dan PPKD dll) 119.508.000,00 91.178.000,00 (28.330.000,00)
Penyediaan tunjangan BPD 100.800.000,00 100.800,000,00 0,00
Penyediaan operasional BPD (Rapat,ATK, Makan Minum,Pakaian Seragam, 9.023.772,00 6.527.881,00 (2.485.891,00)
Listrik,dll)
Penyediaan insentif/operasional RT/RW 55.680.000,00 55.680.000,00 0,00
Penyediaan saran dan prasarana pemerintah desa 59.762.388,00 24.647.388,00 (35.115.000,00)
Penyediaan sarana (Aset Tetap) perkantoran/pemerintahan 55.762.388,00 24.647.388,00 (28.400.000,00)
Pemeliharaan gedung/prasarana kantor desa 6.715.000,00 0,00 (6.715.000,00)
Pengelolaan administrasi kependudukan catatan sipil, statistik 7.835.000,00 7.835.000,00 0,00
Penyusunan pendapatan dan pemuktahiran profil desa 7.835.000,00 7.835.000,00 0,00
Penyelenggaraan tata praja pemerintah, perencanaan keuangan dan 51.493.304,00 51.493.304,00 0,00
pelaporan
Penyelenggaraan musyawarah perencanaan desa/pembahasan APBDesa 5.101.404,00 5.101.404,00 0,00
(Reguler)
Penyelenggaraan musyawarah desa lainnya (Musdus,Rembung Desa Non 10.420.000,00 10.420.000,00 0,00
Reguler)
Penyusunan dokumen perencanaan desa (RPMJMDesa/RKPDesa dll) 15.971.400,00 15.971.400,00 0,00
Dukungan pelaksanaan dan sosialisasi pemilihan kepala desa pengisian 20.000.500,00 20.000.500,00 0,00
perangkat desa
Sub bidang pertanahan 6.250.333,00 6.250.333,00 0,00

Bidang Pelaksanaan Pembangunan 1.423.342.200,00 9.042.431.100,00 (519.099.100,00)


Sub bidang kesehatan 317.410.000,00 61.500.000,00 (255.910.000,00)
Penyelenggaraan poskesehatan desa/polindes milikdesa (obat, intensif tenaga 18.000.000,00 18.000.000,00 0,00
kesehatan, KB)
Penyelenggaraan posyandu(Mkn tambahan,Kis,Bumil,Lansia,Intensif kader 38.685.000,00 36.000.000,00 (2.685.000,00)
posyandu) 225.959.325,00 0,00 (225.959.325,00)
Penyelenggaraan desa siaga kesehatan 34.725.100,00 7.500.000,00 (27.255.000,00)
Fasilitas penyelenggaraan desa panrita siaga aktif 940.473.100,00 842.743.100,00 (97.370.000,00)
Sub bidang pekerjaan umum dan penataan ruang 189.110.000,00 164.458.000,00 (24.700.000,00)
Pembangunan/rehabilitas/peningkatan/pengerasan jalan desa 80.035.000,00 0,00 (80.035.000,00)
Pembangunan/rehabilitas/peningkatan/pengerasan jalan usaha tani 86.655.000,00 51.854.000,00 (34.780.000,00)
Pembangunan/rehabilitas/peningkatan/pengetasan jalan milik desa 574.673.100,00 626.458.100,00 51.785.000,00
Pembangunan/rehabilitas/peningkatan/pengerasan jalan desa(anrong, 10.000.000,00 0,00 (10.000.000,00)
selokang) 93.459.100,00 0,00 (93.459.100,00)
Pembanguna/rehabilitas/peningkatan monumen/gapura/batas desa 93.459.100,00 0,00 (93.459.100,00)
72.000.000,00 0,00 (72.000.000,00)
50

72.000.000,00 0,00 (72.000.000,00

Bidang pembinaan kemasyrakatan 82.962.000,00 70.782.712,00 (12.179.288,00)


Sub bidang kelembagaan masyarakat 82.962.000,00 70.782.712,00 (12.179.288,00)
Pembinaan PKK/LPM/LPMD 9.281.000,00 9.302.712,00 21.712,00
Pembinaan PKK 22.010.000,00 0,00 (10.000.000,00)
Pembinaan lembaga keagamaan 65.680.000,00 55.680.000,00 0,00
Pembinaan lembaga kepemudaan 5.000.000,00 5.000.000,00 0,00
Bidang pemberdayaan masyarakat 48.200.000,00 0,00 (48.200.000,00)
Sub bidang peningkatan kapasitas aparatur desa 21.500.000,00 0,00 (21.500.000,00)
Peningakatan kapasitas perangkat desa 7.500.000,00 0,00 (7.500.000,00)
Peningkatan kapasitas BPD 8.000.000.00 0,00 (8.000.000,00)
Sub bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan keluarga 6.000.000,00 0,00 (6.000.000,00)
Pemberian santunan sosial kepala keluarga fakir miskin, lansia dan orang 26.700.000,00 0,00 (26.700.000,00)
26.700.000,00 0,00 (26.700.000,00)

Bidang penanggulangan bencana, darurat dan mendesak desa 13.122.312,00 569.604.412,00 556.492.100,00
Sub bidang penanggualangan bencana 5.058.527,00 138.650.412,00 133.492.100,00
Kegiatan penanggulangan bencana 5.058.527,00 138.650.627,00 133.492.100,00
Sub bidang keadaan darurat 4.079.613,00 4.079.613,00 0,00
Penanganan keadaan darurat 4.079.613,00 4.079.613,00 0,00
Sub bidang keadaan mendesak 3.974.172,00 426.974.172,00 423.000.000,00
Penanganan keadaan mendesak 3.974.172,00 426.974.172,00 423.000.000,00

JUMLAH BELANJA 2.209.646.299,00 2.121.407.338,00 (88.238.891,00)


SURPLUS (164.542.720.,00) (164.542.720,00) (88.238.891,00)
SISA LEBIH/(KURANG) PERHITUNGAN ANGGARAN 0,00 0,00 0,00

1. Akuntabilitas pengelolaan Alokasi dana Desa di Desa Lolisang

Akuntabillitas adalah suatu pertanggungjawaban oleh pihak-pihak yang

diberi kepercayaan oleh masyarakat/individu di mana nantinya terdapat

keberhasilan atau kegagalan di dalam pelaksanaan tugasnya tersebut dalam

pencapaian tujuan yang telah diterapkan. Pertanggungjawaban tersebut

berkaitan langsung dengan aktivitas birokrasi dalam memberikan pelayanan

sebagai kontra prestasi atas hak-hak yang telah dipungut langsung maupun tidak

langsung dari masyarakat. pertanggungjawaban perlu dilakukan melaluui media

yang selanjutnya dapat dikomunikasikan kepada pihak internal maupun eksternal

(publik) secara periodik maupun secara tak terduga sebagai suatu kewajiban

hukum dan bukan karena sukarela.

Penggunaan Alokasi Dana Desa yang diterima oleh desa digunakan

untuk pembiayaan Biaya Penyelenggara Pemerintah Desa dan Biaya

pemberdayaan masyarakat. Dimana untuk biaya penyelenggaraan pemerintah

meliputi biaya perawatan kantor dan lingkungan kantor kepala desa, baiaya
51

operasional tim pelaksana pemerintah, tunjangan dan operasional BPD,

tunjangan kepala desa, honorarium RT/RW, honorarium pengelolaan keuangan,

honorarium PKK, dan lain-lain. Sedangkan untuk biaya pemberdayaan

masyarakat sendiri meliputi biaya pembangunan sarana dan prasana desa, PKK,

karang taruna dan lain-lainnya.

Menurut Permendagri nomor 113 tahun 2014 pasal 35 menyatakan

bahwa, penatausahaan dilakukan oleh bendahara desa yang wajib melakukan

pencatatan setiap pemasukan dan pengeluaran kas serta melakukan pencatatan

setiap pemasukan dan pengeluaran kas serta melakukan tutup buku setiap akhir

bulan secara tertib. Bendahara kas bisa menggunakan kas buku kas umum ,

buku kas pembantu pajak dan buku bank guna membantu pencatatannya.

Semua hasil pencatatan dilaporkan melalui laporan pertanggungjawaban kepada

kepala desa selaku pemangku kepentingan tertinggi. Laporan

pertanggungjawaban paling lambat disampaiakn pada tanggal 10 bulan

berikutnya.

Permendagri nomor 113 tahun 2014 pasal 37 menyatakan, kepala desa

menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan kepada Bupati/Walikota berupa

laporan semester pertama berupa laporan realisasi APBDesa yang disampaiakn

paling lambat bulan Juli tahun berjalan, dan laporan akhir tahun yang

disampaikan paling lambat bulan Januari tahun berikutnya.

Disebutkan dalam permendagri nomor 113 tahun 2014 pasal 38 bahwa,

kepala desa menyampaikan kepada bupati/walikota melalui camat setiap akhir

tahun anggaran yang berupa laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan

APBDesa yang terdiri dari pendapatan, belanja dan pembiayaan yang sudah
52

ditetapkan dalam peraturan desa yang dilampiri dengan beberapa berkas

diantaranya sebagai berikut:

a) Format laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa

tahun anggaran berkenaan.

b) Format lapaoran kekayaan milik desa pada akhir bulan Desember tahun

anggaran berkenan.

c) Format laporan program pemerintah dan pemerintah daerah yang masuk

ke desa.

2. Transparansi Desa Lolisang

Transparan adalah sikap keterbukaan yang memungkinkan masyarakat

untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang

keuangan daerah. Dengan adanya transparansi menjamin akses atau kebesan

bagi setiap orang untuk mempeeroleh informasi tentang penyelenggara

pemerintah, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan, dan

pelaksanaannya serta hasil- hasil yang di capai. Transparansi dibangun dasar

arus informasi yang bebas. seluruh pemerintah, lembaga-lembaga, dan informasi

perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yanmg berkepentingan dan informasi yang

tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.

Transparansi merupakan hak seluruh lapisan masyarakat terhadap

kebebasan mengetahui kegiatan pembangunan yang berasal dari dana

pemerintah yang bertujuan utamanya memang untuk pemberdayaan masyarakat

seperti dana ADD. Transparansi mengukur tingkat keamanan pihak pengelola

dalam menjalankan kegiatan pembangunan.

Transparansi di desa Lolisang dapat disimpulkan bahwa Desa Lolisang

menerapkan prinsip transparansi dengan baik dan pemerintah desa lolisang di


53

harapkan dapat melibatkan dan mengikut sertakan masyarakat dalam hal

musyawarah sampai dengan tahapan pelaksana dan serah terima hasil

pembangunan. Kemudian dalam proses pengelolaan Dana Desa pemerintah

Desa Lolisang juga harus melibatkan masyarakat agar tidak terjadinya

kesalapahaman antara pemerintah dan masyarakat. Kemudian bentuk

transparansi yang dilakukan Desa Lolisang diharapkan memasang papan

informasi atau baliho tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (APBD
53

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Akuntabilitas adalah kemapuan untuk mempertanggungjawabkan

semua tindakan dan kewajiban yang telalh ditempuh sedangkan transparansi

adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang diambil oleh

pemerintah. Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan timbal balik antara

pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi yang akurat dan

memadai.

Instrumen dasar dari transparansi adalah peraturan yang menjamin

hak untuk mendapatkan informasi, sedangkan instrumen-instrumen

pendukung adalah fasilitas data base dan sarana informasi dan komunikasi

dan petunjuk penyerbarluasan produk- produk dan informasi yang adalah di

penyelenggara pemerintah, maupun prosedur pengaduan.

Adapun yang menjadi kesimpulan dari hasil penelitian ini mengacu

pada landasan teori dan hasil penelitian yang didapatkan atas argumentasi

informan penelitian dengan judul Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan

Alokasi Dana Desa Pada Desa Lolisang Kecamatan Kajang Kabupaten

Bulukumba, sebagai berikut adalah:

1. Akuntabilitas dan transparansi dalam alokasi dana desa telah dianggap

dilaksanakan oleh pemerintah desa kepada pihak masyarakat serta kepada

pihak pemerintah daerah.

2. Akuntabilitas dan transparansi dalam alokasi dana desa masih perlu

mendapatkan perhatian yang serius disebabkan masih adanya di temukan

53
54

hal-hal yang belum maksimal dilakukan pihak pemerintah desa kepada pihak

masyarakat yang telah di jalakan selama ini.

3. Alokasi anggaran dana desa dianggap telah banyak memberikan kemajuan-

kemajuan secara fisik dalam pembangunan dalam meningkatkan taraf hidup

masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya.

4. Alokasi anggaran dana desa dalam hal akuntabilitas dan transparansi

dianggap sebahagian masyarakat perlu di tingkatkan pelayanannya, serta

masyarakat dianggap perlu kiranya pula untuk tetap aktif bersinergi

pemerintah dalam alokasi anggaran yang ada.

5. Adapun hal yang dianggap telah dijalankan dan ketidak puasan dalam hal

akuntabilitas dan transparansi memberikan gambaran bahwa keduanya

adalah pro dan kontra sebagai dialektika pembangunan manusia menuju

kesejahteraan.

B. SARAN

1. Pemerintah desa perlu memberikan ruang edukasi tentang apa yang

menjadi kewajibannya sebagai pemerintah kepada masyarakat dan

masyarakat akhirnya dianggap perlu mendapatkan haknya sebagai

masyarakat dalam hal alokasi anggaran dana desa

2. Pemerintah desa dan masyarakat desa seharusnya perlu bersinergi dalam

hal akuntabilitas dan Transparansi alokasi anggaran dana desa yang

dijalankan pemerintah desa setiap tahunnya.

3. Pemerintah desa seharusnya dalam setiap pelaporan terlebih dahulu di

informasikan kepada masyarakat desa secara umum sebelum ditindak

lanjuti untuk dilaporkan kepada pihak pemerintah daerah. Tentang hal-hal


55

dalam rincian lembaran pertanggungjawabannya sebagai bentuk

kesesuaian data alokasi anggaran dengan apa yang terlihat di lapangan.

4. Bagi pemerintah daerah sebagai penerima laporan pertanggungjawaban

alokasi anggaran dana desa perlu kiranya kembali menginformasikan atau

mensosialisasikan hasil laporan yang bersangkutan kepada masyarakat

desa tersebut sehingga akhirnya apa yang menjadi akuntabilitas dan

transparansi terjadi kesesuaian timbal balik.

5. Seharusnya dan sepantasnya kiranya antara pihak pemerintah desa dan

masyarakat desa terus melakukan sinergi dalam alokasi anggaran dana

desa sehingga dapat terwujud akuntabilitas dan transparansi yang

diharapkan.
53

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek.Jakarta,


Rieneka Cipta, 2013.

Astuti Elgia and Farida HE. 2013. Akuntabilitas Pemerintah Desa Dalam
Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) pada
(Studi Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2013 Di Desa Sareng
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun). Accountability, Governance Village,
APBDes, ADD.

Astuti and yuliono. 2016. Pengertian Transparansi menurut Lembaga


Adminkstrasi Negara Dan Badan Pengawasan Keuangan Dan
Pembangunan RI. Jakarta.

Cholid Narbuko, Abu Achmadi. 2014. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Dura Justika. 2016. Pengaruh Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Alokasi


Dana Desa Dan Kelembagaan Desa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat
(Studi Kasus Pada Desa Gubungklakah Kecamatan Poncokusumo
Kabupaten Malang). Jurnal Jibeka Volume 10, 1 Agustus 2016.

Drs.Iskani Apt. 2016. Memahami Rumus Dalam Pengaruh Akuntabilitas


Pengelolaan Keuangan Desa. Malang.

Egi Yalti Meisya. 2020.Transparansi Pengelolaan Dana Desa Kampung Arul


Putih Kecamatan Silih Nara Kabupaten Aceh Tengah. Skripsi. Universitas
Islam Negeri Ar-Raniry.

Fajri Rahmi, Endah S. 2014. Akuntabilitas Pemerintah Desa Pada Pengelolaan


Alokasi Dana Desa (Add) , (Studi Pada Kantor Desa Ketindan Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang). Jurnal Administrasi Publik (JAP) vol.3, no.7
(2014).

Hamid Alfian. 2016. Transparansi Dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan


Alokasi Dana Desa (ADD) dalam Pencapaian Good Governance (Studi
Empiris Di Kecamatan Bontorannu Kabupaten Gowa). Skripsi. Universitas
Negeri Alauddin Makassar. 2016.

Hasanuddin, Fatmawati, Asfriyanto, Spekturum Sejarah budaya dan tradisi


Bulukumba. Komp. Unhas Antang, jln pertanian Blok D No. 141. Media
Karya Utama. edisi II 2007.

Idasari A. nur, Pengembangan kegiatan agribisnis pada komoniti jagung dalam


rangka pengembangan wilayah di kabupaten Bulukumba, Sripsi jurusan
tekhnik perencanaan wilayah dan kota, fakultas sains dan teknologi,
universitas Alauddin Makassar. 2016.

Kansil dan Cristine, Pemerintahan daerah di Indonesia, hukum adminstrasi


Daerah, Jakarta, Sinar Grafika, Edisi III. 2008.

56
54

Kholmi Masiyah. 2016. Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Dan Desa : Studi
Di Desa Kedungbetik Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang.
Ekonomika-Bisnis, Vol. 7 No.2 Bulan Juli 2016.

Putra Jaya Andi Suar Putu. 2017. Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan
Alokasi Dana Desa (Studi Pada Desa Sumberejo Dan Desa Kandung Di
Kecamatan Minongan Kabupaten Pasuruan). Skripsi. Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

Riskasari. Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dan Desa Di Bongki Lengkese


Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai. Jurnal office, Vol 2 No 2. 2016.

Sari N. Metode penelitian. Jawa tengah. 2013.

Subagyo, P. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.
2013.

Subroto Agus. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa (Studi Kasus Pengelolaan


Alokasi Dana Desa Di Desa-Desa Dalam Wilayah Kecamatan
Tlogomulyonkabupaten Temanggung Tahun 2013). Skripsi. Universitas di
Ponerogo Semarang. 2014.

Sugiono. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: ALFABETA. 2013.

Sulistiyani. Transparansi dan Akuntabilitas. Malang. 2013.

Solekhan. Alokasi Dana Desa. Semarang. 2014.

Undang-undang Otonomi Daerah tahun 2004, UU. No. 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah. UU. No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah. Jakarta.
Tamita Utama, 2004.

Warta perundang-undangan 18 juli 2014.

Wida Ainul Siti. Akuntabilitas Pengelolan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa-
Desa Kecamatan Rogojambi Kabupaten Banyuwangi. E-jurnal Ekonomi
Bisnis Dan Akuntansi, 2017..

Widiyanti Arista. Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan Alokasi Dana Desa


(Studi Pada Desa Sumberejo Dan Desa Kandung Di Kecamatan Winongan
Kabupaten Pasuruan). Skripsi. Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana
Malik Ibrahim Malan. 2017.
55

N
56

Koesioner Penelitian

1. bagaiaman pendapat bapak/ ibu melihat desa lolisang sekarang ?

2. bagaimana pandangan/pendapat bapak ibu saudara sejauh yang anda

ketahui tentang penerapan akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa di

desa lolisang ini?

3. bagaimana pandangan/pendapat bapak ibu saudara sejauh yang anda

ketahui tentang penerapan transparansi pengelolaan alokasi dana desa di

desa lolisang ini?

4. sejauh mana keterlibatan masyarakat dalam hal akuntabilitas dan

transparansi pengelolaan alokasi dana desa di desa lolisang selama ini?

5. sejauh mana keterlibatan masyarakat dalam alokasi dana desa dalam hal

pembangunan desa

6. sejauh mana hasil pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dengan

melibatkan masyarakat dalam hal alokasi anggaran dana desa ?

7. Apa damfak pembangunan yang dirasakan oleh masyarakat secara langsung

maupun secara tidak langsung dengan alokasi dana desa?

8. hal-hal apa saja yang perlu di tingkatkan dalam akuntabilitas dan transparansi

pengelolaan dana desa bagi pemerintah yang telah berjalan?

9. sejauh mana bentuk sosialisasi alokasi dana desa lolisang dari pemerintah

kepada masyarakat?

10. bagaimana kesiapan masyarakat dalam mendukung transparansi dan

akuntabilitas yang telah di lakukan oleh pemerintah desa lolisang?

11. apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dengan

akuntabilitas dan transparansi pengelolaan alokasi dana desa di desa

lolisang?
57
58
59
60
61
62
63

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 28 Juli 1993 di Bulukumba,

Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba Provinsi

Sulawesi Sealatan. Anak kedua dari empat bersaudara

yang merupakan anak dari pasangan suami istri Rabasing

dan Nampa. Penulis menempuh pendidikan pertama

selama enam tahun di SDN 214 Lolisang Kecamatan

Kajang kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan dan selesai pada tahun

2005. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan tingkat menengah

pertama SMP Negeri 2 Kajang dan tamat pada tahun 2008. Selang satu tahun

penulis melanjutkan kembali melanjutkan pendidikan tingkat menengah atas di

SMA Negeri 2 kajang dan tamat pada tahun 2012. Setelah 2 tahun menganggur

penulis melanjutkan pendidikan pada program studi Akuntansi Fakultas

Ekonopmi dan Bisnis di Universitas Muhammadiyah Makassar dan di kampus itu

pula penulis mendapat gelar Sarjana Starata Satu (S. Ak).

Anda mungkin juga menyukai