Anda di halaman 1dari 83

SKRIPSI

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL DAN RESTORAN


TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
KABUPATEN TANA TORAJA PADA MASA PANDEMI

Oleh :
Ayulia Cahyani Linggi Allo
17 13 080

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ATMA JAYA
MAKASSAR
2021
vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Jangan pernah ragu untuk memulai, karena jika tidak pernah memulai, kita tidak
akan pernah melihat dan merasakan arti dari usaha dan kerja keras”

“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu
akan menerimanya” (Matius 21:22)

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Kedua orang tuaku dan Adikku


vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan anugerah-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul

“ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL DAN RESTORAN TERHADAP

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN TANA TORAJA PADA

MASA PANDEMI” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai

syarat untuk menyelesaikan studi pada jenjang Srata Satu, Jurusan Akuntansi,

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Atma Jaya Makassar.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua terkasih, Ibu Sarlina Linggi Allo.S.Pd dan Ayahanda Simon

Te’dang, bersama dengan ketiga saudaraku, Juan Gerald Bintang Linggi Allo,

James Emanuel Linggi Allo, dan Wildya Oktavia Rattela’bi’ yang selalu

menjadi inspirasi, dengan setia selalu mendoakan, memberi semangat dan

kasih sayang.

2. Bapak Lukman.S.E.,M.Si.,Ak.,CA.,CPA dan Dr.Paulus Tangke,S.E.,M.Si.,Ak.,

CA.,CSRS.,CSRA.,CSP selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan petunjuk kepada peneliti. Semoga Tuhan selalu melimpahkan

anugerah dan kesehatan.

3. Bapak Dr.Fransiskus E. Daromes, S.E.,M.Si.,Ak.,CA.,CSRS.,CSRA.,CSP

selaku dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan dan

arahan selama menempuh pendidikan di Universitas Atma Jaya Makassar.


viii

4. Segenap Bapak/Ibu dosen dan Staf di lingkup Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Atma Jaya Makassar yang telah memberikan banyak ilmu selama

peneliti berada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atma Jaya

Makassar.

5. Ibu Margareta B. Batara,SE.,MH dan seluruh karyawan di Badan Pengelola

Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tana Toraja yang membantu peneliti

selama melakukan penelitian skripsi sehingga penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

6. Keluarga besar PETRA terkasih yang selalu memberikan motivasi serta

dukungan baik itu secara finansial maupun doa untuk peneliti selama

melaksanakan perkuliahan dan hingga terselesainya penulisan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabatku Miriam, Anuni, Elvira, dan Stefany yang selalu memberi

motivasi serta dukungan kepada peneliti.

8. Teman-teman kosku Desy dan Ririn yang juga selalu memberi dukungan

kepada peneliti.

9. UKM Martial Art yang memberikan pengalaman berorganisasi selama berada

di Universitas Atma Jaya Makassar.

10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah ikut

membantu selama penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan

kelemahan serta masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat diharapkan oleh peneliti. Namun dengan segala kerendahan


ix

hati, peneliti berharap agar karya sederhana ini dapat memberikan sumbangsih

terhadap ilmu pengetahuan.

Makassar, 25 Juni 2021

Peneliti

Ayulia Cahyani Linggi Allo


x

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kontribusi pajak hotel dan
restoran terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Tana Toraja pada masa
pandemi dan sebelum pandemi.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang membahas


mengenai analisis kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli
daerah Kabupaten Tana Toraja. Tahun penelitian yang yang dianalisis yaitu pada
tahun 2018-2020. Tahun ini berada pada masa sebelum pandemi dan selama
pandemi berlangsung.

Hasil penelitian ini menunjukkan perhitungan kontribusi pajak hotel terhadap


pendapatan asli daerah di Kabupaten Tana Toraja pada tahun 2018-2020
mengalami penurunan dari 0,35% ke 0,33% dan menurun secara drastis pada
tahun 2020 sebesar 0,25%. Rata-rata kontribusi pajak hotel terhadap
pendapatan asli daerah Kabupaten Tana Toraja dari tahun 2018-2020 sebesar
0,31% dan masuk pada kriteria “Sangat Kurang Berkontribusi”. Sedangkan
kontribusi pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Tana
Toraja pada tahun 2018-2019 mengalami peningkatan dari 0,36% ke 0,38%
namun mengalami penurunan pada tahun 2020 sebesar 0,27%. Rata-rata
kontribusi pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Tana
Toraja dari tahun 2018-2020 sebesar 0,33% dan masuk pada kriteria “Sangat
Kurang Berkontribusi” . salah satu faktor menurunnya penerimaan pajak hotel
dan restoran di Kabupaten Tana Toraja adalah adanya wabah covid 19 yang
membuat hotel maupun restoran tidak beroperasi dengan maksimal.

Kata Kunci : Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pendapatan Asli Daerah


xi

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the contribution of hotel and
restaurant taxes to the local revenue of Tana Toraja Regency during the
pandemic and before the pandemic.

This study uses a qualitative descriptive method by using an analysis of the


contribution of hotel and restaurant taxes to the local revenue of Tana Toraja
Regency. The research year analyzed is in 2018-2020. This year is in the period
before the pandemic and during the pandemic.

The results of this study show that the calculation of the hotel tax contribution
to local revenue in Tana Toraja Regency in 2018-2020 decreased from 0.35% to
0.33% and decreased drastically in 2020 by 0.25%. The average hotel tax
contribution to the local revenue of Tana Toraja Regency from 2018-2020 is
0.31% and is included in the "Very Less Contributing" criteria. While the
restaurant tax contribution to local revenue in Tana Toraja Regency in 2018-2019
increased from 0.36% to 0.38% but decreased in 2020 by 0.27%. The average
restaurant tax contribution to the original revenue of Tana Toraja Regency from
2018-2020 is 0.33% and is included in the "Very Less Contributing" criteria. One
of the factors in the decline in hotel and restaurant tax revenues in Tana Toraja
Regency is the COVID-19 outbreak which has prevented hotels and restaurants
from operating optimally.

Keywords: Hotel Tax, Restaurant Tax, Local Revenue


xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN USULAN PEMBIMBING................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI .......................................................... iii

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ..................................................... iv

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................. v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

ABSTRAK ..................................................................................................... x

ABSTRACT .................................................................................................. xi

DAFTAR ISI ................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii

CURRICULUM VITAE .................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 12

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 12

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................ 12

BAB II KERANGKA TEORI

2.1. Pajak...................................................................................................... 14

2.1.1 Pengertian Pajak .......................................................................... 14

2.1.2 Fungsi Pajak ................................................................................. 14

2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak............................................................ 14

2.1.4 Macam-Macam Pajak ................................................................... 16

2.2.Pajak Daerah .......................................................................................... 19


xiii

2.2.1 Pengertian Pajak Daerah .............................................................. 19

2.2.2 Kendala Pemungutan Pajak Daerah ............................................. 23

2.2.3 Pajak Hotel ................................................................................... 30

2.2.4 Pajak Restoran ............................................................................. 32

2.3.Pendapatan Asli Daerah ......................................................................... 34

2.3.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah ............................................. 34

2.3.2 Sumber Pendapatan Asli Daerah.................................................. 35

2.3.3 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah ............................................... 37

2.3.4 Cara Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ............................... 38

2.3.5 Mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah .................................... 40

2.4. Analisis Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran ....................................... 40

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian ....................................................... 42

3.2. Subyek Penelitian ................................................................................. 42

3.3. Sumber Data dan Unit Analisis Data ..................................................... 43

3.4. Key Terms ............................................................................................. 43

3.5. Instrumen Penelitian ............................................................................. 44

3.6. Lokasi Penelitian .................................................................................... 44

3.7.Prosedur Pengumpulan Data .................................................................. 45

3.8. Teknik Analisis Data ............................................................................. 45

3.9. Pengujian Kredibilitas Data/Triangulasi ................................................. 46

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Temuan Penelitian ................................................................................. 49

4.1.1 Target dan Realisasi Pajak Hotel 2018-2020 ................................... 49

4.1.2 Target dan Realisasi Pajak Restoran 2018-2020 ............................. 50

4.1.3 Analisis Kontribusi Pajak Hotel Terhadap PAD Kabupaten Tana


xiv

Toraja Tahun 2018-2020 ................................................................. 50

4.1.4 Analisis Kontribusi Pajak Restoran Terhadap PAD Kabupaten

Tana Toraja Tahun 2018-2020 ........................................................ 51

4.2 Pembahasan ............................................................................................ 52

4.2.1 Analisis Kontribusi Pajak Hotel Terhadap PAD Kabupaten Tana

Toraja Tahun 2018-2020 ................................................................. 52

4.2.2 Analisis Kontribusi Pajak Restoran Terhadap PAD Kabupaten

Tana Toraja Tahun 2018-2020 ........................................................ 54

4.2.3 Kendala-Kendala dalam Pemungutan Pajak Hotel dan

Restoran ........................................................................................ 55

4.2.4 Upaya yang dilakukan untuk Menunjang Penerimaan Pajak Hotel

dan Restoran ................................................................................. 56

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 57

5.2 Saran ....................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 59

LAMPIRAN ................................................................................................... 59
xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Target Kontribusi Pajak Hotel terhadap PAD Kabupaten Tana

Toraja............................................................................................ 6

Tabel 1.2 Target Kontribusi Pajak Restoran terhadap PAD Kabupaten Tana

Toraja ........................................................................................... 7

Tabel 2.1 Klasifikasi Kriteria Pengukuran Kontribusi ..................................... 41

Tabel 3.1 Klasifikasi Kriteria Pengukuran Kontribusi ..................................... 47

Tabel 4.1 Target dan Realisasi Pajak Hotel .................................................. 49

Tabel 4.2 Target dan Realisasi Pajak Restoran ............................................ 50

Tabel 4.3 Kontribusi Pajak Hotel terhadap PAD Kabupaten Tana Toraja ...... 51

Tabel 4.4 Kontribusi Pajak Restoran terhadap PAD Kabupaten Tana

Toraja ........................................................................................... 52
xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian....................................................... 62

Lampiran 2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 64

Lampiran 3 Dokumentasi di Lokasi Penelitian ............................................... 66


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah salah satu dari sekian banyak negara yang teus

berupaya dalam meningkatkan pembangunannya, baik itu pembangunan yang

ada di pusat maupun yang ada di setiap daerah. Pembangunan yang dilakukan

di setiap daerah dilakukan secara merata karena negara Indonesia merupakan

negara yang terdiri dari banyak pulau, suku, dan budaya. Pemerataan

pembangunan juga dilakukan secara merata untuk menghindari kecemburuan di

antar daerah dan persaingan yang tidak sehat. Pembangunan terus dilakukan

selain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat guna juga untuk

memajukan pendapatan di setiap daerah dan di pusat. .

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:992), otonomi adalah pola

pemerintahan sendiri. Sedangkan otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan

kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyelenggara

pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan daya guna dan hasil guna

bagi penyelenggara pembangunan daerah dan pelayanan kepada masyarakat

sebagai daerah otonomi, yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab

untuk menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip

demokrasi, transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas (UU No.32 Tahun

2004 ).

1
2

Berdasarkan kebijakan otonomi saat ini, setiap daerah diberi tanggung jawab

dan kewenangan untuk mengatur rumah tangga dari daerahnya sendirinya, hal

ini memiliki tujuan, antara lain adalah untuk lebih mendekatkan pelayanan

pemerintah kepada masyarakat, menciptakan persaingan yang sehat antar

daerah dan mendorong timbulnya inovasi, memudahkan masyarakat untuk

memantau dan mengontrol penggunaan dana yang bersumber dari anggaran

pendapatan dan belanja daerah (APBD). APBD terdiri dari anggaran

pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan (Nordiawan, 2009:39).

Sesuai dengan adanya kewenangan tersebut, pemerintah daerah

diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan khususnya untuk

memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan

didaerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD) tuntutan peningkatan PAD

semakin besar seiring dengan semakin banyaknya kewenangan pemerintahan

yang dilimpahkan kepada daerah. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya

disebut PAD, yaitu penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber

dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Undang-Undang

Nomor 33 Tahun 2004).

Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang perlu diupayakan atau

dicari setiap pemerintah daerah dengan berlandaskan kepada ketentuan yang

mengatur tentang penggalian sumber-sumber keuangan tersebut

(Nasution,2003). Pendapatan asli daerah merupakan salah satu modal dasar

dalam memperoleh dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah.

Pendapatan asli daerah adalah salah satu usaha daerah yang digunakan untuk

meminimalkan ketergantungan dalam memperoleh dana dari pemerintah tingkat


3

atas(subsidi). Secara umum pendapatan asli daerah dipisahkan menjadi empat

jenis pendapatan, seperti pajak daerah, hasil perusahaan milik daerah, retribusi

daerah, hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan, serta pendapatan asli daerah

yang sah.

Penggunaan pajak sebagai sumber penerimaan daerah pada dasarnya tidak

hanya menjadi urusan pemerintah daerah sebagai pihak yang menetapkan dan

memungut pajak, akan tetapi berkaitan juga dengan masyarakat pada umumnya.

Setiap orang atau badan-badan yang mempunyai ketentuan yang diatur dalam

peraturan pajak daerah maupun menikmati jasa yang diberikan oleh pemerintah

daerah harus membayar pajak yang terutang. Masyarakat pada akhirnya perlu

memahami ketentuan pajak dengan jelas agar mau memenuhi kewajibannya

dengan penuh tanggung jawab.

Dalam UU No.28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

(PDRD), pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan daerah yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat

Pemungutan pajak daerah harus dilakukan secara rutin dan teratur dalam

upaya peningkatan pembangunan daerah. Hal ini dimaksudkan agar penerimaan

pendapatan dari pungutan pajak dapat dapat mencapai target yang telah

ditetapkan. Dalam administrasi negara, pemerintah daerah terbagi menjadi

pemerintah kabupaten/kota. Begitupun dalam pembagian jenis pajak

dikelompokkan berdasarkan provinsi dan kabupaten/kota (Pasal 2 UU 28/2009).

Dari sekian banyaknya jenis pajak daerah, salah satu pajak daerah yaitu pajak
4

hotel dan pajak restoran. Pajak hotel dan restoran merupakan jenis pajak

kabupaten/kota.

Menurut Sulastiyono (2011:5), hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola

oleh pemiliknya dengan meneydiakan pelayanan makanan, minuman dan

fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang melakukan perjalanan dan

mampu membayar dengan jumlah uang yang wajar sesuai dengan pelayanan

yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus. Restoran adalah salah satu

tempat dimana pengunjung dapat menggunakan alat indra untuk menikmati

pelayanan tertentu (Walker, 2004). Pajak hotel dan pajak restoran merupakan

pajak atas pelayanan hotel dan restoran. pajak hotel dan restoran merupakan

salah satu dari sekian pajak daerah yang memberi kontribusi terhadap

pendapatan asli daerah. Perkembangan dalam sektor pariwisata diikuti dengan

meningkatnya jumlah hotel di berbagai daerah. Peningkatan jumlah hotel ini

berimplikasi pada pendapatan pemerintah daerah yang bersumber dari pajak

hotel. Sektor pariwisata tidak hanya meningkatkan jumlah hotel dan potensi

pajaknya, namun juga di setiap lokasi pariwisata biasanya juga terdapat berbagai

restoran yang menjadi rujukan wisatawan sehingga dapat menambah potensi

penerimaan daerah dari pajak daerah.

Pajak Hotel dan Pajak Restoran merupakan dua jenis pajak daerah yang

berpotensi semakin berkembang dengan adanya komponen yang mendukung

yaitu sektor jasa, pembangunan, maupun pariwisata dalam kebijakan

pembangunan daerah. Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh

hotel dengan diikuti adanya pembayaran. Adapun layanan tersebut termasuk

penunjang jasa sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan

kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan (Pasal 32


5

ayat (2) UU PDRD). Pelayanan yang disediakan oleh restoran menjadi objek

pajak restoran (Pasal 37 ayat (1) UU PDRD). Untuk mengoptimalkan penerimaan

Pajak Hotel dan Restoran ini diperlukan pengendalian dari pihak yang

berkepentingan seperti Kantor Pelayanan Pajak Daerah (KPPD) yang sesuai

dengan fungsinya sebagai koordinator pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah atau koordinator pemungutan penerimaan keuangan daerah. Adapun

peranan pengendalian pemungutan ini bertujuan untuk menghindari kebocoran-

kebocoran dalam pemungutan Pajak Hotel dan Restoran ini dilapangan atau

agar pemungutannya bisa berdasarkan potensi yang sebenarnya (potensi riil).

Kabupaten Tana Toraja menjadi lambang pariwisata Indonesia sejak tahun

1970-an, yang kemudian dimanfaatkan untuk pengembangan pariwisata. Hal ini

berpotensi dalam peningkatan pajak daerah dan retribusi daerah yang

bersumber dari sektor pariwisata yang berhubungan langsung dengan

pendapatan pajak hotel dan restoran yang berpengaruh terhadap pendapatan

asli daerah yang ada di Kabupaten Tana Toraja. Kontribusi tersebut digunakan

untuk kelangsungan pembangunan maupun untuk kemajuan Kabupaten Tana

Toraja. Adapun sumbangan atau kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap

pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Tana Toraja, dapat dilihat pada

tabel berikut :
6

Tabel 1.1

Target Kontribusi Pajak Hotel terhadap PAD Kabupaten Tana Toraja

Tahun 2012-2017

Tahun Realisasi Total PAD Kontribusi

(Rp) (Rp) (%)

2012 106.886.609 31.720.677.572,00 0,33

2013 167.394.118 38.776.667.265,00 0,43

2014 219.814.837 82.506.082.709,00 0,26

2015 333.153.689 79.195.391.761,00 0,42

2016 386.738.979 101.993.901.924,00 0,38

2017 319.521.925 140.418.241.234,93 0,23

Total 1.533.510.157 474.610.962.465,93 2,05

Sumber : BPKAD Kabupaten Tana Toraja

Pada tabel diatas terlihat bahwa kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan

asli daerah Kabupaten Tana Toraja mengalami perkembangan, dengan total

2,05% selama tahun 2012-2017 dimana tingkat kontribusi tertinggi berada di

tahun 2013 yaitu sebesar 43% dan terendah di tahun 2017 yaitu 23%.
7

Tabel 1.2

Tingkat Kontribusi Pajak Restoran terhadap PAD Kabupaten Tana Toraja

Tahun 2012-2017

Tahun Realisasi Total PAD Kontribusi

(Rp) (Rp) (%)

2012 251.445.994 31.720.677.572,00 0,79

2013 275.172.781 38.776.667.265,00 0,71

2014 289.860.027 82.506.082.709,00 0,35

2015 3.115.558.290 79.195.391.761,00 3,93

2016 358.350.511 101.993.901.924,00 0,35

2017 324.197.436 140.418.241.234,93 0,23

Total 4.614.585.039 474.610.962.465,93 6,36

Sumber : BPKAD Kabupaten Tana Toraja

Tabel diatas menunjukkan bahwa kontribusi pajak restoran terhadap

pendapatan asli daerah di Kabupaten Tana Toraja mengalami perkembangan

yang tidak menentu dengan total kontribusi 6,36%.

Jika dibandingkan dengan pajak hotel, pajak restoran lebih banyak memberi

kontribusi terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Tana Toraja. Adapun

kontribusi terbesar pajak restoran ini sendiri didapatkan 3,93% pada tahun 2015

disebabkan oleh peningkatan jumlah wisatawatan dipengaruhi daya wisata Tana

Toraja yang maju dan terbukanya objek-objek wisata baru di Kabupaten Tana

Toraja.
8

Negara Indonesia saat sekarang ini menghadapi suatu wabah, yaitu Covid-

19. Adanya virus corona ini selain menimbulkan korban jiwa juga melumpuhkan

perekonomian yang ada di Indonesia. Kemunculan covid-19 memberi pengaruh

besar pada sektor pariwisata yang secara tidak langsung sangat berpengaruh

pada pendapatan pajak hotel dan restoran. Himbauan dari pemerintah untuk

penerapan pembatasan sosial dan karantina wilayah menyebabkan banyak hotel

dan restoran yang terpaksa tutup karena tidak adanya pengunjung. Hal ini

menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan dan menyebabkan kerugian

bagi sejumlah bidang usaha begitupun dengan pajak hotel dan restoran.

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mencatat bahwa sampai

pada saat bulan April 2020 terdapat sekitar 1.266 hotel yang ditutup terdampak

virus corona dan 150.000 pegawai kini dirumahkan akibat lesunya bisnis. Para

pegawai tetap dan pegawai lepas di hotel yang terkena dampak covid-19 sudah

diminta untuk cuti tanpa dibayar (unpaid leave). Disebabkan banyaknya pemilik

hotel tak mampu melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan,

lantaran tidak memiliki cukup dana untuk membayar pesangon. Di perkirakan

sektor perhotelan, proses pemulihannya akan berlangsung selama 6-12 bulan

usai virus corona mereda. Lantaran pada saat hotel telah lama tutup tidak akan

mungkin langsung pulih mengingat customer juga dalam kondisi kekurangan

dana akibat covid-19.

Menurut Maulana Yusran, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan

Restoran Indonesia (PHRI), Pengambilan langkah yang eifisien dapat menjadi

suatu peluang bagi hotel dan restoran untuk bertahan di tengah masa pandemi.

Hal yang dilakukan adalah dengan melakukan pengurangan biaya utilitas serta

listrik dan gas untuk memperkecil pengeluaran di masa yang dilakukan dalam.
9

Hotel dan restoran juga bisa menutup sebagian fasilitasnya yang tidak berfungsi

yang berhubungan dengan tidak adanya permintaan untuk sementara waktu.

Meskipun hotel dan restoran beroperasi tetapi tidak semua fasilitas disediakan.

Seperti ballroom hotel masih ada yang belum dioperasikan. Sementara untuk

promosi hotel dan restoran akan cenderung memanfaatkan media promosi

digital, seperti media sosial untuk menghemat biaya. Namun dalam menjalankan

strategi efisiensi bukan merupakan hal yang benar-benar tepat.

Beberapa dampak bahkan dirasakan cukup berat salah satunya adalah dari

segi tenaga kerja. Karena tidak dapat di prediksi apakah akan terdapat banyak

pengunjung atau tidak sehingga tenaga kerja yang ada diharapkan dapat

mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus atau multitasking. Karena adanya

trend transportasi jalur darat, reservasi wisatawan tidak akan seperti dengan

wisatawan menggunakan jalur udara. Kebanyakan wisatawan akan melakukan

reservasi satu hari sebelumnya atau bahkan last minute di hari wisatawan akan

datang. Hal ini menyebabkan hotel dan restoran harus lebih banyak melakukan

pekerjaan karena lonjakan wisatawan yang tidak menentu.

Kabupaten Tana Toraja merupakan salah satu kabupaten yang sangat

merasakan dampak dari adanya covid-19 ini. Pada saat ini banyak tempat usaha

yang terpaksa tutup untuk meminimalkan penularan dari virus corona ini. Hotel

dan restoran juga tidak luput dari tempat usaha yang terkena dampak dari wabah

yang terjadi saat ini. Aktifitas kepariwisataan lumpuh total. Semua aktifitas

pendukung sarana dan prasarana pariwisata seluruhnya ditutup di daerah tujuan

wisata utama di Sulawesi Selatan ini. Semua kegiatan yang bisa mengumpulkan

massa juga ditiadakan hingga batas waktu yang ditentukan.


10

Dalam surat edaran Nomor 82/III/2020/Setda, masyarakat dihimbau untuk

menjalankan perilaku hidup sehat di rumah dan tempat umum dengan

memperhatikan langkah-langkah pencegahan covid-19 dari instansi terkait.

Bupati Tana Toraja, Nicodemus Biringkanae, juga meminta kegiatan atau event

yang melibatkan banyak orang ditunda. Sekolah baik dari SD, SMP, SMA, hingga

perguruan tinggi juga diliburkan mulai 17 Maret 2020 hingga 31 Maret 2020.

Operasi hotel dan restoran tetap berjalan meskipun dalam aktifitas yang terbatas.

Hotel dan restoran dihimbau untuk menyiapkan masker, hand sanitizer, dan

thermoscan agar upaya dalam penanggulangan covid-19 dapat berjalan dengan

baik.

Pendapatan asli daerah di setiap daerah juga mengalami penurunan karena

adanya covid-19. Hal ini terjadi karena selain pembatasan aktivitas masyarakat

yang berupaya untuk menekan penyebaran wabah virus corona, pemerintah

daerah juga tidak bisa memungut retribusi. Retribusi adalah “Iuran kepada

pemerintah yang dapat dilaksanakan dan jasa yang baik secara langsung

ditunjuk pemerintah. Paksaan disini bersifat ekonomis karena siapa saja yang

tidak bersifat merasakan jasa baik dari pemerintah, dia tidak dikenakan iuran ini”

(Kaho,1997:153). Retribusi merupakan salah satu penerimaan terbesar dalam

daerah. Pemerintah Kabupaten Tana Toraja mengalami kerugian pendapatan

asli daerah (PAD) hingga puluhan juta rupiah akibat wabah covid-19. Pemerintah

pusat telah memberikan arahan untuk pemerintah daerah melakukan realokasi

dan refocussing Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di Kabupaten Tana Toraja

dialokasikan sebanyak Rp.107 miliar untuk tanggap darurat penanganan Covid-

19 dari target pada tahap awal yang hanya diperkirakan Rp.5 miliar. Realokasi
11

APBD tahun 2020 untuk penanganan wabah ini terbagi dalam tiga kegiatan yaitu,

belanja bidang kesehatan dan hal-hal lain terkait kesehatan dalam rangka

pencegahan dan/atau penanganan covid-19 sebesar Rp.30,3 miliar, penyediaan

jaring pengaman sosial (social safety net) Rp42,5 miliar dan penanganan

dampak ekonomi Rp.34,5 miliar.

Wabah covid-19 tentu mempunyai pengaruh yang besar terhadap

pendapatan pajak hotel dan restoran yang merupakan salah satu sumber

pendapatan pada pendapatan asli daerah kabupaten Tana Toraja. Hal ini terlihat

dari jumlah pengunjung yang berkurang membuat pendapatan kemungkinan

mengalami penurunan yang signifikan.

Oleh karena itu peneliti mengangkat judul “ ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK

HOTEL DAN RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

KABUPATEN TANA TORAJA PADA MASA PANDEMI“


12

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang akan diangkat

yaitu:

Bagaimana kontribusi pajak hotel dan pajak restoran terhadap pendapatan

asli daerah Kabupaten Tana Toraja sebelum dan selama masa pandemi?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis kontribusi pajak hotel dan pajak restoran terhadap

pendapatan asli daerah Kabupaten Tana Toraja sebelum dan selama masa

pandemi. .

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Kegunaan Praktis

Sebagai sumber informasi terbaru kepada Pemerintah Kabupaten

Tana Toraja bagaimana kontribusi pajak hotel dan pajak restoran terhadap

pendapatan asli daerah di Kabupaten Tana Toraja sehingga dapat

dijadikan sebagai acuan oleh pemerintah untuk pengembangan dalam

pajak daerah terutama pada pajak hotel dan restoran.

2. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan tentang

keterkaitan antara teori-teori yang diperoleh dengan kenyataan-kenyataan

yang ada.
13

3. Peneliti Selanjutnya

Dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya

yang akan mengambil tema yang serupa, sehingga dapat memberikan

kajian keilmuan yang lebih mendalam pada masa yang akan datang.
BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Pajak

2.1.1 Pengertian Pajak

Pajak adalah sejumlah uang wajib tanpa imbalan yang dapat diterima oleh

unit pemerintah dari unit institusi (IMF,2014).

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan

tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (Pasal 1 angka 1 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2007). Definisi tersebut memfokuskan pada fungsi budgetair

dari pajak.

2.1.2 Fungsi Pajak

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang mempunyai dua

fungsi yaitu: fungsi anggaran (budgetair) dan fungsi mengatur (regulerend).

(Sari,2013:37)

a. Fungsi anggaran (budgetair) sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk

membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

b. Fungsi mengatur (regulerend) sebagai alat mengatur atau melaksanakan

pemerintah dalam bidang sosial ekonomi.

2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi tiga, yaitu: Official Assessment

System, Self Assessment System, dan Witholding System. (Mardiasmo,2011:7).

14
a. Official Assessment System

Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan yang

memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya

pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya adalah :

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.

2. Wajib pajak besifat pasif.

3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak.

b. Self Assessment System

Self assessment system adalah sistem pemungutan yang memberi

wewenang sepenuhnya kepada wajib pajak untuk menghitung,

memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang

terutang. Ciri-cirinya yaitu:

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang adalah wajib pajak

sendiri.

2. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri

pajak terutang.

3. Fiskus tidak ikut campur hanya mengawasi.

c. Witholding System

Witholing system adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang

bersangkutan). Ciri-cirinya adalah wewenang menentukan besarnya pajak

terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak

15
2.1.4 Macam-Macam Pajak

Pajak dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok, yaitu: Pajak Menurut

Golongan, Pajak Menurut Sifat, dan Pajak Menurut Lembaga Pemungutannya.

(Mardiasmo,2011:7) :

a. Pajak Menurut Golongan

1. Pajak Langsung

Pajak langsung adalah pajak yang dipikul atau ditanggung sendiri oleh

wajib pajak dan tidak dilimpahkan kepada orang lain. Pajak menjadi beban

langsung wajib pajak yang bersangkutan. Contohnya adalah pajak

penghasilan (PPh).

2. Pajak Tidak Langsung

Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dilimpahkan

kepada pihak lain atau pihak ketiga langsung terjadi jika terdapat suatu

kegiatan, peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak,

misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa. contohnya adalah pajak

pertambahan nilai (PPn).

b. Pajak Menurut Sifat

Pajak menurut sifat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Pajak Subjektif

Pajak subjektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan

keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak memperhatikan

keadaan subjeknya. Contohnya adalah pajak penghasilan.

2. Pajak Objektif

Pajak objektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan objek,

baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang

16
mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak tanpa

memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak maupun tempat tinggal.

Contohnya adalah pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas

barang mewah.

c. Pajak Menurut Lembaga Pemungutannya

Pajak menurut lembaga pemungutannya terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Pajak Pusat

Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Sebagai contoh adalah

pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, dan pajak penjualan atas

barang mewah.

2. Pajak Daerah

Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat

I maupun tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai

rumah tangga daerah masing-masing.

d. Asas-asas Pemungutan Pajak

Asas-asas pemungutan pajak, yaitu:

1. Asas Domisili

Negara berhak mengenakn pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak

yang bertempat tinggal di wilayahnya baik penghasilan yang berada dalam

negeri maupun luar negeri.

2. Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib

pajak yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal

wajib pajak. Contohnya adalah tenaga kerja asing yang bekerja di

17
Indonesia maka dari penghasilan yang didapat di Indonesia akan

dikenakan pajak oleh pemerintah Indonesia.

e. Syarat Pemungutan Pajak

1. Pemungutan Pajak Harus Adil

Pajak pengenaannya harus adil serta diatur dalam perundang-

undangan. Adil adalah memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan

keberatan, penundaan dalam pembayaran dan pengajun banding.

2. Pemungutan Pajak Harus Berdasarkan Undang-undang

Berdasarkan Undang-undang (syarat yudiris). Di Indonesia Pajak diatur

dalam Undang-undang 1945 pasal 23 ayat 2 yaitu memberikan jaminan

hukum untuk menyatakan keadilan, bagi Negara maupun warganya.

3. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomi)

Pajak dipungut dengan tidak mengganggu proses kegiatan produksi

maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan ekonomi

masyarakat.

4. Pungutan Harus Efektif (syarat finansial)

Biaya pungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari

hasil pungutannya.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan

mendorong masyarakat dlam memenuhi kewajiban perpajakannya.

f. Hukum Pajak

Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah selaku pemungut

pajak dengan rakyat sebagai wajib pajak. Ada dua macam hukum pajak, yaitu,

Hukum pajak materiil dan Hukum pajak formil.

18
1. Hukum pajak materiil, menurut norma-norma yang menerangkan antara

lain keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek

pajak), siapa yang dikenakan pajak (subjek pajak), berapa besar pajak

yang dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang

pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak.

2. Hukum pajak formil, memuat bentuk atau tata cara untuk mewujudkan

hukum materil menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak

materil). Hukum ini antara lain: Tata cara penyelenggaraan prosedur

penetapan suatu utang pajak. hak- hak pemerintah untuk mengadakan

pengawasan terhadap para wajib pajak mengenai keadaan, perbuatan dan

peristiwa yang menimbulkan utang pajak dan kewajiban wajib pajak

misalnya menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan dan hak-hak

wajib pajak, misalnya mengajukan keberatan dan banding.

2.2 Pajak Daerah

2.2.1. Pengertian Pajak Daerah

Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang

dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dengan tidak mendapat

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat (Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah Nomor 28 Tahun 2009.

Pajak daerah terdiri dari pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota (Pasal 2

UU 28/29).

19
1. Secara rinci pajak provinsi terdiri dari :

a. Pajak kendaraan bermotor, yaitu pajak atas kepemilikan atau penguasa

kendaraan bermotor. Tarif pajak motor pun sudah ditetapkan seragam di

seluruh Indonesia, seperti diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65

Tahun 2001. Subjek pajak ini adalah orang pribadi atau badan yang

mempunyai atau menguasai kendaraan bermotor.

Besaran pajak kendaraan bermotor didasarkan pada nilai jual

kendaraan bermotor. Kemudian diperhitungkan pula bobot dan dampak

dari pemakaian kendaraan terkait terhadap tingkat kerusakan jalan serta

pencemaran lingkungan yang mungkin ditimbulkan. Adapun pembayaran

pajak ini dapat dilakukan langsung ke kantor SAMSAT atau

secara online melalui e-Samsat.

b. Bea balik nama kendaraan bermotor yaitu pajak atas penyerahan hak milik

kendaraan bermotor sebagai akibat dari perjanjian duan pihak atau

perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar

menukar, hibah , warisan, atau pemasukan kedalam badan usaha.

c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor yaitu pajak atas penggunaan bahan

bakar kendaraan bermotor.

d. Pajak air permukaan yaitu pajak atas pengambilan dan pemanfaatan air

permukaan.

e. Pajak rokok yaitu pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh

pemerintah.

20
2. Pajak kabupaten/kota terdiri dari:

a. Pajak hotel

Pajak hotel adalah iuran yang dipungut oleh pemerintah daerah atas

fasilitas penyediaan jasa penginapan/ peristirahatan termasuk jasa terkait

lainnya dengan pungutan bayaran.

b. Pajak Resoran

Pajak restoran adalah iuran yang dipungut oleh pemerintah daerah

atas fasilitas penyedia makanan dan/ atau minuman dengan dipungut

bayaran yang mencangkup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung,

dan sejenisnya termasuk jasa boga/catering.

c. Pajak Hiburan

Pajak hiburan adalah iuran yang dipungut pemerintah daerah atas

penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran.

d. Pajak reklame

Pajak reklame adalah iuran yang dipungut oleh pemerintah daerah

atas pengadaan reklame yang dipungut bayaran. Reklame adalah benda,

alat, perbuatan atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang

untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan

atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang atau

badan yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan dan dinikmati oleh

umum.

e. Pajak Penerangan Jalan

Pajak penerangan jalan adalah iuran yang dipungut oleh pemerintah

daerah atas setiap penggunaan tenaga listrik dengan dipungut bayaran.

21
Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik baik

yang sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.

f. Pajak Parkir

Pajak parkir adalah iuran yang pemerinth daerah atas setiap

penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang disediakan

berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu

usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor,

dipungut dengan nama pajak parkir.

g. Pajak Air Tanah

Pajak yang dipungut setiap pengambilan dan/atau pemanfaatan air

tanah dipungut pajak dengan nama pajak air tanah. Air tanah adalah air

yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan dibawah permukaan

tanah.

h. Pajak Sarang Burung Walet

Burung wallet adalah satwa yang termasuk marga collocilia yaitu

collocilia fuchliap haga, collocalia maxina, collocalia esculanta dan

collocalia linchi. Dasar pengenaan pajak sarang burung wallet adalah nilai

jual sarang burung wallet dihitung berdasarkan perkalian antara harga

pasaran umum sarang burung wallet yang berlaku didaerah dengan

volume sarang wallet.

i. Pajak Bumi Bangunan Pedesaan/Perkotaan

Pajak bumi bangunan pedesaan dan perkotaan yaitu pajak atas bumi

atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, atau dimanfaatkan oleh orang

pribadi atau badan kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan

usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan. Pajak ini diatur

22
melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 yang telah diubah dan

disesuaikan oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.

Dasar pengenaan pajak ini adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)

yang ditentukan sesuai harga pasar per wilayah. Oleh karena itu,

besarannya bisa berbeda setiap tahun dan akan disampaikan kepada

wajib pajak melalui Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). Wajib

pajak yang disebutkan dalam PBB adalah orang pribadi atau badan.

Secara nyata, mereka memiliki hak dan mendapatkan manfaat atas tanah

serta memiliki dan menguasai bangunan, dan/atau mendapatkan manfaat

dari bangunan tersebut. Meskipun demikian, tidak semua jenis tanah dan

bangunan dapat dikenakan PBB ini. Contohnya antara lain rumah ibadah,

sekolah, panti asuhan, area pemakaman, dan hutan lindung.

PBB masuk dalam kategori pajak pusat dan harus dilunasi selambat-

lambatnya enam bulan setelah tanggal SPPT diterima. Biasanya,

pembayaran PBB dilakukan melalui bank yang tertera dalam SPPT, ATM,

atau dinas pendapatan daerah setempat.

2.2.2 Kendala Pemungutan Pajak Daerah

Kendala pemungutan pajak daerah merupakan tugas negara dalam

pemungutan dan pengelolaan uang pajak demi pengelolaan dan pembiayaan

tugas-tugas negara, sehingga negara bisa memaksa warganya untuk melakukan

pembayaran pajak yang telah diatur dalam undang-undang, akan tetapi bagi

petugas pajak daerah mempunyai kendala yang melemahkan dalam

pemungutan pajak daerah.

23
Beberapa kendala dalam pemungutan pajak daerah antara lain adalah

pengawasan peraturan daerah tentang pajak daerah relative lemah, pemberian

perizinan, rekomendasi dan pelaksanaan pelayanan umum yang kurang atau

tidak sesuai dengan ruang lingkup tugasnya, belum dapat diterapkannya sistem

self assessment system dalam pemungutan pajak daerah.

Kendala-kendala yang melemahkan dalam pemungutan pajak daerah, hal-

hal yang melemahkan pemungutan pajak daerah tersebut antara lain :

a. Realisasi pengawasan peraturan daerah tentang pajak daerah relatif lemah.

Ketentuan UU Nomor 34 Tahun 2000 mengamanatkan bahwa peraturan

daerah tentang pajak dan restribusi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah

harus disampaikan kepada pemerintah pusat, yaitu ke Menteri Dalam Negeri

dan Menteri Keuangan paling lama 15 (lima belas) hari sejak ditetapkan.

Berdasarkan pemantauan, tidak semua provinsi dan kabupaten/kota

menyampaikan peraturan daerah ke pemerintah pusat, masih banyak provinsi

dan kabupaten/kota yang tidak memperhatikan amanat dalam ketentuan

Undang-Undang tersebut.

Kurangnya kesadaran Provinsi maupun Kabupaten/kota dalam memenuhi

amanat undang-undang tersebut pastinya melemahkan pemungutan pajak

daerah, dengan tidak adanya penyampaian peraturan daerah tersebut dapat

terjadi kmungkinan terbitnya peraturan daerah yang di kemudian hari ternyata

bermasalah karena kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi. Apabila peraturan perundang-undangan yang

dijadikan dasar atau acuan dalam pemungutan pajak tidak sesuai dengan

kepentingan umum, maka akan melemahkan pemungutan pajak daerah.

24
b. Sentralisasi kekuasaan pemerintah pusat dalam pengawasan pemungutan

pajak daerah.

Semua aktivitas pelaksanaan pemerintahan di daerah tetap diperlukan

adanya suatu sistem pengawasan dari pemerintah pusat namun pengawasan

hendaknya tidak lagi menyisakan celah bagi pemerintah pusat untuk

menerapkan sentralisasi kekuasaan yang nantinya dapat menimbulkan

konflik antarpusat dan daerah atau antar provinsi dan kabupaten/kota, karena

jika demikian makna otonomi daerah menjadi kabur.

Pengawasan oleh Pemerintah Pusat yang terlalu ketat dapat

melemahkan pemungutan pajak dikarenakan dengan adanya pengawasan

Pemerintah Pusat yang terlalu ketat dapat membatasi keleluasaan

pemerintah dan masyarakat daerah sehingga pemerintah daerah tidak dapat

mandiri dalam mengelola aspek kehidupannya sesuai dengan aspirasi, rasa

keadilam dan budaya masing-masing.

c. Kurang siapnya daerah dalam menangani sengketa pajak.

Daerah kabupaten dan kota telah diberikan wewenang untuk menetapkan

jenis pajak daerah dan restribusi daerah sesuai dengan criteria yang

ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000. Permasalahan

yang timbul dalam sengketa pajak pada umumnya ialah bagaimana

menentukan jenis pajak daerah yang tepat dikenakan (langsung atau tidak

langsung) , kepada siapa dan di tingkat pemerintahan mana (kabupaten atau

kota). Sengketa pajak sebagai sengketa yang timbul dalam bidang

perpajakan antara wajib pajak atau penanggung pajak dan pejabat pajak yang

berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan

25
banding atau gugatan kepada pengadilan pajak berdasarkan peraturan

perundang-undangan perpajakan, termasuk gugatan atas pelaksanaan

penagihan berdasar Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

Adanya sengketa pajak tersebut baik sengketa regulasi, sengketa ketetapan

pajak maupun sengketa pelaksanaan penagihan pajak secara otomatis

melemahkan pemungutan pajak.

d. Pemberian perizinan, rekomendasi dan pelaksanaan pelayanan umum

yang kurang atau tidak sesuai dengan ruang lingkup tugasnya;

e. Kurangnya pembinaan terhadap seluruh perangkat Dinas;

f. Kurangnya pengkoordinasian pendapatan terhadap unit kerja penghasil

pendapatan daerah.

g. Kurangnya kemampuan untuk mendengar, menanggapi dan mencari solusi

dari keluahan staf, baik yang bertugas sebagai pendata, penganalisis

data, perhitungan, penerbitan SKPD, ataupun penagihan

2.2.2.1 Kendala dalam Pemungutan Pajak secara Umum.

Dalam pemungutan pajak secara umum baik pajak pusat maupun pajak

daerah, seringkali terdapat kendala-kendala yang melemahkan dalam

pemungutan pajak. Kendala-kendala tersebut antara lain:

a. Berbagai peraturan pelaksanaan undang-undang yang sering kali tidak

konsisten dengan undang-undangnya.

Melaksanakan tax reform lebih pelik dan makan waktu dibandingkan

dengan ketika merancang tax reform dalam undang-undang, apabila

peraturan pelaksanaan yang dijadikan dasar dalam melaksanakan aturan

26
hukum pajak tidak konsisten dengan undang-undang, tentu akan

mengakibatkan kendala yang fatal dalam pemungutan pajak.

b. Kurangnya pembinaan antara pajak daerah dengan pajak nasional.

Pajak daerah dan pajak nasional merupakan satu sistem perpajakan

Indonesia, yang pada dasarnya merupakan beban masyarakat sehingga

perlu dijaga agar kebijaksanaan perpajakan tersebut dapat memberikan

beban yang adil. Sejalan dengan perpajakan nasional, maka pembinaan

pajak daerah harus dilakukan secara terpadu dengan pajak nasional.

Pembinaan harus dilakukan secara terus menerus, terutama mengenai objek

dan tarif pajaknya supaya antara pajak pusat dan pajak daerah saling

melengkapi.

c. Database yang masih jauh dari standar Internasional.

Kendala lain yang dihadapi aparatur pajak adalah database yang masih

jauh dari standar internasional. Padahal database sangat menentukan untuk

menguji kebenaran pembayaran pajak dengan sistem self-

assessment. Persepsi masyarakat, bahwa banyak dana yang dikumpulkan

oleh pemerintah digunakan secara boros atau dikorup, juga menimbulkan

kendala untuk meningkatkan kepatuhan pembayar pajak. Berbagai pungutan

resmi dan tidak resmi, baik di pusat maupun di daerah, yang membebani

masyarakat juga menimbulkan hambatan untuk menaikkan penerimaan

pajak.

27
d. Lemahnya penegakan hukum (law enforcement) terhadap kepatuhan

membayar pajak bagi penyelenggara negara.

Law enforcement merupakan pelaksanaan hukum oleh pejabat yang

berwenang di bidang hukum, misalnya pelaksanaan hukum oleh polisi, jaksa,

hakim dan sebagainya. Tidak kalah penting untuk disoroti pelaksanaan

hukum di lingkungan birokrasi, khususnya badan pemerintahan di bidang

perpajakan) dalam melakukan pemeriksaan terhadap para penyelenggara

negara, ternyata belum ada gebrakannya. Seharusnya bila dilakukan tentu

membantu dalam mewujudkan good governance dalam bentuk pemerintahan

yang bersih.

Penegakan hukum pajak dilakukan dalam bentuk penjatuhan sanksi

terhadap pelanggar hukum pajak untuk melindungi kepentingan Negara

untuk memperoleh pembiayaan dari sector pajak mengingat hukum pajak

tidak melindungi kepentingan wajib pajak tetapi bahkan melindungi sumber

pendapatan Negara yang terokus pada pemenuhan kewajiban wajib pajak

untuk membayar lunas pajak yang terutang. Penegakan hukum di bidang

perpajakan dapat dikatakan masih lemah, hal ini dapat dilihat dari banyaknya

wajib pajak yang tidak membayar pajak, maraknya kejahatan korupsi di

bidang perpajakan dan para penegak hukum yang tidak becus dalam

menegakkan hukum. Sampai saat ini belum terlihat bagaimana Ditjen

Pajak menyikapi secara terbuka mengenai kepatuhan membayar pajak (tax

compliance) para penyelenggara Negara (dalam hal dilakukannya

pemeriksan oleh KPKPN terhadap para penyelenggara Negara dikaitkan

dengan kepatuhan membayar pajak).

28
Seharusnya Ditjen pajak dapat memanfaatkan momentum itu dalam

melakukan pemeriksaan berdasarkan kriteria menurut peraturan perundang-

undangan perpajakan. Seperti itu karena tidak tertutup kemungkinan di

samping ada indikasi ketidakwajaran dalam LKPN yang diserahkan kepada

KPKPN, juga tidak tertutup kemungkinan Laporan SPT-nya juga

bermasalahn, karena perlu diketahui daftar kekayaan dalam LKPN

seharusnya sama dengan laporan dalam Lampiran SPT.[5]

Penegakan hukum pajak sangat dipengaruhi berbagai faktor, baik yang

bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Faktor-faktor itu dapat

berupa sebagai sarana pendorong atau sarana penghambat terhadap

bekerjanya system hukum sebagai suatu proses yang dikatakan oleh

Lawrence M. Friedman (2001: 7-8) terdiri dari : 1) substansi hukum; 2)

struktur hukum;dan 3) budaya hukum. Hal ini juga dikemukakan oleh

Soerjono Soekento (2004:8) bahwa ada lima faktor yang dapat

mempengaruhi penegakan hukum. Kelima faktor tersebut adalah :

1. Faktor hukumnya sendiri (dibatasi pada undang-undang saja);

2. Penegak hukum; yakni pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hokum;

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku

atau diterapkan; dan

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang

didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

29
Kelima faktor tersebut dirasa belum mendukung sepenuhnya dalam

pemungutan pajak di Indonesia yang kemudian menjadi kendala dalam

pemungutan pajak baik pajak pusat maupun pajak daerah.

e. Kurangnya atau tidak adanya kesadaran masyarakat.

Dalam pemungutan pajak dituntut kesadaran warga negara untuk

memenuhi kewajiban kenegaraan. Kurangnya atau tidak adanya kesadaran

masyarakat sebagai wajib pajak untuk membayar pajak ke negara

mengakibatkan timbulnya perlawanan atau terhadap pajak yang merupakan

kendala dalam pemungutan pajak sehingga mengakibatkan berkurangnya

penerimaan kas negara.

2.2.3 Pajak Hotel

Undang-undang No. 28 Tahun 2009 Pasal 1, pajak hotel adalah pajak atas

pelayanan yang disediakan oleh hotel. Pengertian hotel adalah fasilitas penyedia

jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut

bayaran yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, pesangrahan,

rumah penginapan dan sejenisnya serta rumah kos yang jumlah kamar lebih dari

10 kamar.

Pengertian lain hotel adalah suatu bangunan lambing perusahaan atau

badan usaha akomodasi yang menyediakan jasa penginapan, penyedia

makanan dan minuman serta fasilitas jasa lainnya dimana semua layanan itu

diperuntukkan bagi masyarakat umum baik mereka yang bermalam dihotel

tersebut ataupun mereka yang hanya menggunakan fasilitas tertentu yang

dimiliki hotel. Pengertian tersebut tidak memiliki perbedaan yang mendasar

bahkan cenderung sama dan dapat diambil kesimpulan bahwa hotel adalah

30
sarana akomodasi yang dikelola secara komersial yang memiliki ciri khas dan

dapat memenuhi kepuasan bagi konsumen.

Pemerintah daerah berhak megenakan pungutan kepada masyarakat.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kenegaraan,

ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti pajak lain yang

bersifat memaksa diatur dengan Undang-Undang Pemungutan pajak hotel harus

didasarkan pada peraturan daerah.

Peraturan daerah tentang pajak hotel memberikan kepastian hukum

mengenai subjek pajak, objek pajak, tarif pajak dan cara pemungutan pajak.

Selain itu sanksi dan hukuman bagi setiap pelanggaran pajak juga diatur dalam

peraturan daerah tersebut. Akumulasi pemungutan pajak hotel merupakan

pendapatan asli daerah yang sangat bermanfaat untuk membiayai pembangunan

daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan

retribusi Daerah tertulis pada pasal 32 yang menjelaskan objek pajak hotel

adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk

jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan

kemudahan dan kenyamanan termasuk fasilitas olahraga dan hiburan, jasa

penunjang sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 adalah fasilitas telepon,

internet, fotokopi, dan fasilitas yang sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola

hotel, tidak termasuk objek pajak hotel sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1

adalah jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat

atau pemerintah daerah, jasa sewa apartemen dan sejenisnya, jasa tempat

tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan, jasa tempat tinggal di

31
rumah sakit, panti jompo, panti asuhan dan panti sosial lainnya yang sejenis,

berikutnya adalah jasa biro perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel

yang dapat dimanfaatkan oleh umum.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan

retribusi Daerah tertulis pada pasal 33, pasal tersebut menjelaskan sebagai

berikut:

a. Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan

pembayaran kepada orng pribadi atau badan yang mengusahakan hotel.

b. Wajib pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan

hotel.

Selanjutnya Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2009 tentang

Pajak dan Retribusi Daerah tertulis pada pasal 34, pasal tersebut menjelaskan

tentang dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran atau yang

seharusnya dibayar kepada hotel dan pasal 35 yang menjelaskan sebagai

berikut:

a. Tarif pajak hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10%

b. Tarif pajak hotel di tetapkan oleh Peraturan Daerah.

2.2.4 Pajak Restoran

Restoran adalah penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut

bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, dan

sejenisnya termasuk jasa boga/catering. Sesuai dengan Undang-Undang No. 28

Tahun 2009 Pasal 1 angka 22 dan 23, pajak restoran adalah pajak atas

pelayanan yang disediakan oleh hotel. Biasanya ketika makan di restoran, Anda

tidak hanya dikenakan pajak restoran saja, melainkan ada biaya lain yakni biaya

pelayanan (service charge). Umumnya, tarif service di restoran sebesar 5%.

32
Tarif service charge biasanya tidak melebihi Pajak Restoran. Jadi, rata-rata

pengenaan service charge sebesar 5%. Hal yang sama juga diterapkan pada

pajak perhotelan. Akan tetapi, biasanya service charge hotel lebih tinggi dari

restoran, yakni 10%. Hal ini tergantung kebijakan dari tempat makan atau

restoran yang terkait. Pada dasarnya, biaya pelayanan atau service

charge merupakan salah satu dasar dari pengenaan Pajak Daerah. Hal tersebut

tercantum dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 92 Tahun 2011

tentang pelaksanaan Online System Atas Pelaporan Data Transaksi Usaha

Wajib Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, dan Pajak Parkir.

Pengenaan service charge disesuaikan dengan kebijakan pihak restoran, apakah

ingin dikenakan atau tidak. Oleh karena itu, Anda mungkin sering kali melihat ada

beberapa restoran yang memungut service charge dan ada juga yang tidak. Bila

pelayanan di suatu restoran dikenakan service charge, maka tagihan service

charge biasanya akan ditambahkan terlebih dahulu pada tagihan belanjaan

Anda, sebelum dikenakan pajak restoran.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak dan Retribusi Daerah pada pasal 37 yang menjelaskan bahwa objek pajak

restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran, pelayanan yang

disediakan oleh restoran sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 yang meliputi

pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh

pembeli, baik yang dikonsumsi di tempat maupun di tempat lainnya. Tidak

termasuk objek pajak restoran sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 adalah

pelayanan yang disediakan oleh restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi

batas tertentu yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah.

33
Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan

Retribusi Daerah pada pasal 38 yang menjelaskan bahwa subjek pajak restoran

adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan atau minuman dari

restoran. Dan wajib pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang

mengusahakan restoran. Lalu pasal 39 menjelaskan tentang dasar pengenaan

pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya

diterima restoran dan pada pasal 40 yang menjelaskan tarif pajak restoran

ditetapkan paling tinggi 10% dan tarif pajak restoran ditetapkan dengan

Peraturan Daerah.

Untuk mengoptimalkan peneriman dari sektor pajak maupun retribusi itu

sendiri, ada dua hal yang paling sering digunakan oleh beberapa darah yang

melakukan proses efektifitas dan proses efisiensi pendapatan sektor pajak dan

retribusi itu sendiri.

2.3 Pendapatan Asli Daerah

2.3.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Setiap daerah pasti memiliki sumber daya tersendiri yang bisa mereka pakai

guna menghasilkan pendapatan (income) untuk menjalankan roda

perekonomiannya. Income tersebut biasa disebut dengan Pendapatan Asli

Daerah atau PAD yang dalam Bahasa Inggris dikenal sebagai Local Government

Revenue. Dengan tujuan untuk memberikan kewenangan kepada pemerintah

daerah untuk mendanai pelaksanaan otonominya sesuai dengan potensi sebagai

perwujudan desentralisasi, tidak mengherankan PAD ini berasal dari beberapa

sumber. Sebagai salah satu sumber penerimaan daerah, Pendapatan Asli

Daerah akan mencerminkan tingkat kemandirian daerah

34
Pendapatan asli daerah adalah semua penerimaan daerah yang berasal dari

sumber ekonomi asli daerah yang berupa, pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli

daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli derah yang sah. Jadi

pengertian dari pendapatan asli daerah dapat dikatakan sebagai pendapatan

rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi-potensi

sumber keuangan daerahnya untuk membiayai tugas dan tanggung jawabnya

sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Pendapatan asli daerah secara singkat adalah pendapatan yang diperoleh

daerah berdasarkan peraturan daerah. Dan pengertian lain tentang pendapatan

asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah dari penerimaan pajak

daerah, retribusi daerah, laba perusahaan daerah dan lain-lain pendapatan yang

sah.

2.3.2.Sumber Pendapatan Asli Daerah

Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD)

bersumber dari:

a. Pajak Daerah

Pajak daerah merupakan pendapatan yang berasal dari pajak, digunakan

untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan

daerah. Pendapatan pajak daerah terdiri dari pajak hotel, pajak restoran, pajak

hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan

galian golongan c, dan pajak parkir.

35
b. Retribusi Daerah

Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari

retribusi jasa umum, retribusi perizinan tertentu. sumber penerimaan yang

sudah umum bagi semua bentuk pemerintah daerah, bahkan ada beberapa

daerah menjadikan retribusi sebagai sumber utama dari pendapatan

daerahnya, berdasarkan undang-undang Nomor tahun 2004 yang perubahan

dari undang-undang Nomor 32 tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi

daerah yang pada intinya mekanisme evaluasi retribusi untuk daerah diatur

dengan peraturan daerah masing-masing daerah yang bersangkutan.

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

Hasil pengelolaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan

hasil yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis

pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang meliputi:

1. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD.

2. Bagian laba atas penyertaan modal milik perusahaan negara/BUMN.

3. Bagian laba atas penyertaan modal milik perusahaan milik swasta atau

kelompok usaha masyarakat.

d. Pendapatan asli daerah lain-lain yang sah.

Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain

milik pemerintah daerah. Rekening ini disediakan untuk menghitung

penerimaan daerah yang termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah

dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Permendagri No. 59

tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah pasal 26 ayat 4,

lain-lain PAD yang sah meliputi:

36
1. Hasil penjualan kekayaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan secara

tunai atau angsuran atau cicilan.

2. Jasa giro

3. Pendapatan bunga

4. Peneriman atas tuntutan ganti rugi daerah

5. Penerimaan komisi, potogan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari

penjualan dan/atau jasa oleh daerah.

6. Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang

asing.

7. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.

8. Pendapatan denda pajak.

9. Pendapatan denda retribusi.

10. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan.

11. Pendapatan dari pengembalian.

2.3.3 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah

Bagian terakhir dari PAD adalah pengaruh yang ditimbulkannya. Terutama


dari pengeluaran pemerintah dan jumlah penduduk.

a. Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Jika

sebuah kebijakan untuk membeli barang dan jasa telah ditetapkan oleh

pemerintah, pengeluaran pemerintah mengindikasikan biaya yang harus

dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut.

37
b. Jumlah Penduduk

Para perencana pembangunan memandang jumlah penduduk yang besar

di Indonesia sebagai aset modal dasar sekaligus sebagai beban

pembangunan. Dalam hal aset, jika jumlah penduduk yang besar mampu

meningkatkan kualitas, keahlian dan keterampilannya, hal tersebut akan

meningkatkan kualitas produksi nasional. Jumlah penduduk yang besar akan

menjadi beban jika struktur, persebaran dan mutunya yang menuntut

pelayanan sosial serta tingkat produksi yang rendah hanya akan menjadi

tanggungan penduduk yang bekerja secara efektif dan produktif.

2.3.4 Cara Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

Peningkatan pendapatan asli daerah merupakan cara dan strategi yang

dilakukan dalam mencapai tujuan dari pembangunan daerah. Karena

pendapatan asli daerah memiliki kontribusi besar dalam pembangunan daerah.

Pendapatan Asli Daerah juga menjadi indikator kapasitas daerah dalam

menjalankan fungsi pemerintah, baik itu untuk pembangunan dan pelayanan

publik. Semakin tinggi dan besar Pendapatan Asli Daerah terhadap total

pendapatan daerah, maka hal ini memperlihatkan kemandirian daerah dalam

membiayai pembangunan daerahnya.

Berdasarkan ketentuan Pasal 285 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah, struktur sumber pendapatan daerah adalah

sebagai berikut:

38
a. Pajak daerah;

b. Retribusi daerah;

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan

d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

e. Pendapatan transfer; dan

f. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Melihat PAD yang diperoleh diatas komponen pendapatan asli daerah

didapat dari retribusi daerah, pajak daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang terpisah, dan lainnya pendapatan daerah yang sah. Menurut Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman

Daerah. “Suatu daerah memang diberikan hal untuk mendapatkan sumber

keuangan lain berupa kepastian tersedianya pendanaan dari pemerintah sesuai

dengan urusan pemerintah yang diserahkan; kewenangan memungut dan

mendayagunakan pajak dan retribusi daerah dan hak untuk mendapatkan bagi

hasil dari sumber-sumber daya yang ada di daerah dan dana perimbangan

lainnya; hak untuk mengelola kekayaan daerah dan mendapatkan sumber-

sumber pendapatan lain yang sah serta sumber-sumber pembiayaan”. Dari

pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa otonomi daerah memacu suatu

daerah untuk menggali potensi memperoleh sumber keuangan asli daerah

karena kebijakan atas otonomi daerah bertujuan untuk pembangunan daerah.

39
2.3.5 Mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah

Pengoptimalan PAD lain-lain yang sah perlu dilakukan dan dibuat

strateginya oleh pemerintah daerah agar tidak langsung membebani masyarakat.

Peluang ini masih jarang dilakukan pemerintah daerah dalam meningkatkan

sumber pendapatannya. Berbeda halnya dengan retribusi daerah dan pungutan

pajak yang sudah pasti diperoleh dan menjadi sumber keuangan daerah. Pajak

daerah merupakan kontribusi wajib kepada daerah yang bersifat memaksa bagi

badan dan orang berbeda berdasarkan undang-undang dan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung. Pajak tersebut digunakan untuk keperluan daerah

untuk kemakmuran masyarakat. Sedangkan retribusi merupakan pungutan

daerah sebagai pembayaran atas pemberian izin atau jasa tertentu yang

disediakan oleh pemerintah untuk kepentingan badan maupun orang pribadi.

Pemerintah Provinsi melalui Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2016 tentang

Lain-Lain PAD yang Sah ditujukan untuk mengakselerasi peningkatan

pendapatan asli daerah agar dilaksanakan dengan efektif, efisien, tertib,

ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab penuh terhadap pendapatan yang

diterima. Mengingat sumber keuangan daerah adalah dari Pendapatan Asli

Daerah ini. Maka diharapkan Pemerintah Daerah dapat melaksanakan

penggunaannya dengan hati-hati dan menerapkan efisiensi dalam pengeluaran

daerahnya

2.4 Analisis Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran

Analisis kontribusi pajak hotel dan restoran yaitu analisis yang digunakan

untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pajak hotel dan restoran bagi

40
penerimaan pendapatan asli daerah. Untuk mengetahui seberapa besar

kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah, dihitung

menggunaan rumus :

𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹 𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷 (𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷 𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯 𝒅𝒅𝒅𝒅𝒅𝒅 𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹)


𝒙𝒙 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹 𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷 𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷

Setelah dilakukan penghitungan kontribusi selanjutnya akan dianalisis

bagaimana kriteria untuk mengetahui kontribusi pajak hotel dan restoran

terhadap pendapatan asli daerah sebagai berikut :

Tabel 2.1
Klasifikasi Kriteria Pengukuran Kontribusi
Persentase Kriteria
0,00% - 10% Sangat Kurang
10,01% - 20% Kurang
20,01% - 30% Sedang
30,01% - 40% Cukup Baik
40,01% - 50% Baik
Diatas 50% Sangat Baik
Sumber: Kepmendagri, No. 690.900.327

41
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Soewadji (2012:52), bahwa penelitian

kualitatif bertujuan untuk memahami suatu fenomena atau gejala sosial dengan

lebih benar dan lebih objektif, dengan cara mendapatkan gambaran yang

lengkap tentang fenomena yang dikaji.

Penelitian deskriptif adalah penelitian terhadap masalah-masalah fakta saat

ini dari suatu populasi yang meliputi kegiatan penilaian sikap atau pendapat

terhadap individu, organisasi, keadaan, ataupun prosedur (Sangadji dan Sopiah,

2010:21). Menurut Hidayat (2010), penelitian deskriptif merupakan metode

penelitian yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang seluas-luasnya

terhadap objek peneltian pada suatu masa tertentu.

Deskriptif analitis yaitu meneliti suatu objek dengan mendeskripsikan

bagaimana implikasi pajak daerah dan restribusi daerah dengan berdasarkan

peraturan hukum yang berlaku. Gambaran obyek dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan data kualitatif yang diperoleh dari Badan Pengelola

Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tana Toraja.

3.2 Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah pemerintah daerah pada Badan Pengelola

Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tana Toraja dengan objek pajak hotel

dan restoran.

42
43

3.3 Sumber Data dan Unit Analisis Data

a. Data Primer

Data primer berisi data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara

langsung dengan pihak terkait. Dalam hal ini, wawancara dilakukan dengan

pihak pimpinan dan pegawai yang terlibat langsung dalam administrasi

perpajakan pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten

Tana Toraja.

b. Data Sekunder

Data sekunder berisi data jumlah penerimaan pajak daerah dan jumlah

pendapatan asli daerah untuk membantu dalam menganalisis tingkat dan

kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah.

3.4 Key Terms

a. Pajak Hotel

Pajak hotel dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa

besar penerimaan pajak hotel yang diterima oleh Badan Pengelola Keuangan

dan Aset Daerah untuk kontribusi pendapatan asli daerah guna membangun

kemajuan suatu daerah.

b. Pajak Restoran

Pajak restoran dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

seberapa besar penerimaan pajak restoran yang diterima dalam Badan

Pengelola Keuangan dan Aset Daerah untuk kontribusi pendapatan asli

daerah guna membangun kemajuan suatu daerah.


44

c. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang diukur dari

penerimaan pajak daerah guna untuk mengukur seberapa besar penerimaan

yang dihasilkan dari setiap daerah dan sudah memenuhi ketentuan peraturan

yang sudah ada dalam meningkatkan kemajuan suatu daerah.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan menggunakan

alat bantu panduan wawancara, panduan observasi, dan pengambilan

dokumentasi.

Menurut Arikunto (2006:163) bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu

yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar

kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen

pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data. Instrumen sebagai alat bantu dalam menggunakan metode

pengumpulan data merupakan sarana yang dapat diwujudkan dalam benda,

misalnya angket, perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, skala

dan sebagainya.

3.6 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini adalah di Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah

Kabupaten Tana Toraja. Alamat lokasi : Jl. Sultan Hasanuddin No.3 Makale,

Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan 91817.


45

3.7 Prosedur Pengambilan Data

Langkah-langkah yang akan dilakukan untuk memperoleh data dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Wawancara

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini untuk proses

pengambilan dan pengumpulan data dengan cara berinteraksi langsung

dengan subyek penelitian mengenai topik masalah yang akan diteliti.

b. Observasi

Peneliti akan melakukan pengamatan langsung terhadap masalah dalam

fokus penelitian yaitu kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan

asli daerah dan datang langsung ke lokasi penelitian yaitu di Badan

Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tana Toraja.

c. Dokumentasi

Peneliti akan mengumpulkan data yang diperoleh melalui pengkajian dan

penelaahan terhadap catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dokumen yang digunakan dapat

berupa gambar, tulisan, peraturan, kebijakan, dan dokumen lainnya yang

dapat dapat mendukung penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

3.8 Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian ini,maka peneliti

menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif, yang digunakan untuk

menganalisis data, baik dari data hasil wawancara, observasi, maupun


46

dokumentasi, dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang

telah terkumpul dari Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten

Tana Toraja.

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data adalah

sebagai berikut :

a. Mengungkap Permasalahan

Peneliti akan menganalisis pendapatan pajak hotel dan restoran terhadap

pendapatan asli daerah pada masa pandemi.

b. Menganalisis Tingkat Kontribusi

Peneliti akan melakukan analisis terhadap tingkat kontribusi pajak hotel

dan restoran untuk dapat diketahui bagaimana perannya dalam pendapatan

asli daerah pada masa pandemi. Pengukuran tingkat kontribusi dihitung

menggunakan rumus :

𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹 𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷 (𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷 𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯𝑯 𝒅𝒅𝒅𝒅𝒅𝒅 𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹)


𝒙𝒙 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹 𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷 𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷

c. Menarik Kesimpulan

Setelah melakukan berbagai analisis data serta melakukan pengukuran

mengenai tingkat kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli

daerah maka peneliti akan menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang

dilakukan. Klasifikasi kriteria kontribusi seperti pada tabel dibawah ini :


47

Tabel 3.1

Klasifikasi Kriteria Pengukuran Kontribusi

Persentase Kriteria

0,00% - 10% Sangat Kurang

10,01% - 20% Kurang

20,01% - 30% Sedang

30,01% - 40% Cukup Baik

40,01% - 50% Baik

Diatas 50% Sangat Baik

Sumber: Kepmendagri, No. 690.900.327

Dari persentase diatas akan diketahui bagaimana kontribusi pajak

hotel dan restoran sebelum pandemi dan selama masa pandemi terhadap

pendapatan asli daerah.

3.9 Triangulasi/ Pengujian Kredibilitas Data

Pengertian kredibilitas dalam penelitian kualitatif adalah tingkat ukuran suatu

kebenaran atas data yang telah dikumpulkan atau derajat kepercayaan data dan

kecocokan data antara konsep penelitian dengan hasil penelitian. Uji kredibilitas

ini dapat dilakukan dengan diskusi dan observasi (Satori dan Komariah:2010).

Data yang valid dapat diperoleh dengan melakukan uji kredibilitas terhadap

hasil data penelitian sesuai dengan prosedur uji kredibilitas data dalam penelitian

kualitatif. Adapun macam-macam pengujian kredibilitas menurut Sugiyono (2014)

antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan

dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus

negatif, dan membercheck.


48

a. Perpanjangan pengamatan

Hal ini dilakukan untuk menghapus jarak antara peneliti dengan

narasumber sehingga tidak ada lagi informasi yang disembunyikan oleh

narasumber karena telah mempercayai peneliti.

b. Meningkatkan ketekunan

Pengamatan yang cermat dan berkesinambungan merupakan wujud dari

peningkatan ketekunan yang dilakukan oleh peneliti. Hal ini bertujuan guna

meningkatkan kredibilitas data yang diperoleh.

c. Triangulasi

Merupakan teknik yang mencari pertemuan pada satu titik tengan

informasi dari data yang terkumpul guna guna pengecekan dan pembanding

terhadap data yang telah ada.

d. Analisis Kasus Negatif

Peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan

data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau

bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat

dipercaya.

e. Membercheck

Ini adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada

pemberi data. Ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang

diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data atau

informan.

Triangulasi/kredibilitas data pada penelitian ini bisa dibuktikan dan dijamin

keasliannya karena akan diambil secara langsung melalui pihak-pihak penting

yang ada di tempat penelitian dilaksanakan.


BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Temuan Penelitian

Pada bagian ini akan dijelaskan hasil dari penelitian yang merupakan

penghitungan dari obyek penelitian, yaitu Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran

terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tana Toraja sebelum pandemi dan

selama pandemi berlangsung, yaitu pada tahun 2018-2020.

4.1.1 Target dan Realisasi Pajak Hotel Tahun 2018-2020

Tabel 4.1

Target dan Realisasi Pajak Hotel

Tahun 2018-2020

Tahun Target Realisasi

(Rp) (Rp) (%)

2018 435.000.000 371.938.806 85,50

2019 435.000.000 392.191.015 90,16

2020 500.000.000 280.728.734 56,15

Sumber : BPKAD Kabupaten Tana Toraja

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari tahun 2018-2020 realisasi

pendapatan pajak hotel tidak mencapai target, karena pada tahun 2018

realisasinya sebesar Rp.371.938.806, meningkat pada tahun 2019 sebesar

Rp.392.191.015 dan turun di tahun 2020 sebesar 280.728.734.

49
50

4.1.2 Target dan Realisasi Pajak Restoran Tahun 2018-2020

Tabel 4.2

Target dan Realisasi Pajak Restoran

Tahun 2018-2020

Tahun Target Realisasi

(Rp) (Rp) (%)

2018 625.000.000 382.519.130 61,20

2019 625.000.000 460.864.150 73,74

2020 450.000.000 310.004.636 68,89

Sumber : BPKAD Kabupaten Tana Toraja

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari tahun 2018-2020 realisasi

pendapatan pajak restoran tidak mencapai target, karena pada tahun 2018

realisasinya sebesar Rp. 382.519.130 meningkat pada tahun 2019 sebesar

Rp.460.864.150 dan turun di tahun 2020 sebesar Rp.310.004.636

4.1.3.Analisis Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Tana Toraja Tahun 2018-2020

Analisis kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten

Tana Toraja dilakukan dengan cara mengitung dengan rumus yang telah

ditentukan kemudian akan dianalisis apakah hasil penghitungan tersebut

berkontribusi atau tidak. Penghitungannya menggunakan rumus sebagai berikut :

Realisasi Pendapatan Pajak Hotel


Kontribusi Pajak Hotel = Realisasi Penerimaan PAD
𝑥𝑥 100%
51

Hasil dari penghitungan kontribusi pajak hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Tana Toraja tahun 2018-2020 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.3

Kontribusi Pajak Hotel terhadap PAD Tana Toraja

Tahun 2018-2020

Tahun Realisasi Total PAD Kontribusi

(Rp) (Rp) (%)

2018 371.938.806 106.108.442.618,94 0,35

2019 392.191.015 119.464.168.341,55 0,33

2020 280.728.734 110.936.063.512,19 0,25

Total 1.044.858.555 336.508.674.472,68 0,93

Rata-Rata 348.286.185 112.169.558.157,56 0,31

Sumber : BPKAD Kabupaten Tana Toraja. Data diolah (2021)

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa kontribusi pajak hotel terhadap

pendapatan asli daerah pada tahun 2018 sebesar 0,35% kemudian pada tahun

2019 menurun sebesar 0,33% dan menurun secara drastis pada tahun 2020

sebesar 0,25%.

4.1.4 Analisis Kontribusi Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Tana Toraja Tahun 2018-2020

Analisis kontribusi pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah

Kabupaten Tana Toraja dilakuan dengan cara mengitung dengan rumus yang

telah ditentukan kemudian akan dianalisis apakah hasil penghitungan tersebut

berkontribusi atau tidak. Penghitungannya menggunakan rumus sebagai berikut :


52

Realisasi Pendapatan Pajak Restoran


Kontribusi Pajak Restoran = Realisasi Penerimaan PAD
𝑥𝑥 100%

Tabel 4.4

Kontribusi Pajak Restoran terhadap PAD Tana Toraja

Tahun 2018-2020

Tahun Realisasi Total PAD Kontribusi

(Rp) (Rp) (%)

2018 382.519.130 106.108.442.618,94 0,36

2019 460.864.150 119.464.168.341,55 0,38

2020 310.004.636 110.936.063.512,19 0,27

Total 1.153.387.916 336.508.674.472,68 1,01

Rata-Rata 384.462.638,66 112.169.558.157,56 0,33

Sumber : BPKAD Kabupaten Tana Toraja. Data diolah (2021)

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa kontribusi pajak hotel terhadap

pendapatan asli daerah pada tahun 2018 sebesar 0,36% kemudian pada tahun

2019 meningkat sebesar 0,38% dan kembali menurun pada tahun 2020 sebesar

0,27%

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisis Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah

Tahun 2018-2020

Berdasarkan perhitungan kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan asli

daerah di Kabupaten Tana Toraja pada tahun 2018-2020 mengalami penurunan

dari 0,35% ke 0,33% dan menurun secara drastis pada tahun 2020 sebesar

0,25% Hal ini terjadi karena kurangnya kunjungan wisatawan yang datang di
53

hotel yang berada di Kabupaten Tana Toraja selain itu pajak hotel juga tidak

mencapai target setiap tahunnya. Adanya pandemi covid 19 yang masuk di

Indonesia juga memberi dampak yang sangat besar terhadap pajak hotel,

begitupun pajak hotel yang berada di Kabupaten Tana Toraja. Operasi hotel dan

restoran tetap berjalan meskipun dalam aktivitas yang terbatas. Hotel dan

restoran dihimbau untuk menyiapkan masker, hand sanitizer, dan thermoscan

agar upaya dalam penanggulangan covid-19 dapat berjalan dengan baik. Namun

hingga sampai pada saat ini pendapatan dari pajak hotel belum menunjukkan

perkembangan.

Setelah didapatkan hasil dari penghitungan kontribusi pajak hotel terhadap

pendapatan asli daerah kabupaten Tana Toraja, selanjutnya akan dilihat

bagaimana kriteria kontribusinya seperti yang terdapat pada bab III, sehingga

hasilnya sebagai berikut :

Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tana

Toraja pada tahun 2018 dan 2019 mengalami penurunan dari 0,35% ke 0,33%

namun realisasi pendapatannya meningkat dari Rp.371.938.806 ke

Rp.392.191.015. Meskipun realisasi pendapatannya meningkat namun

kontribusinya menurun karena meningkatnya pendapatan asli daerah dari tahun

2018-2019, berdasarkan penghitungan kontribusi pada tahun 2018-2019

terdapat pada kriteria “Sangat Kurang Berkontribusi”. Pada tahun 2020 realisasi

penerimaan pajak hotel menurun sebesar Rp.280.728.734 dengan nilai kontribusi

sebesar 0,25%. Berdasarkan penghitungan tersebut nilai kontribusinya berada

pada kriteria “Kurang Berkontribusi”. Dampak dari covid 19 sangat berpengaruh

terhadap penerimaan pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah karena


54

menurun drastis dari masa sebelum pandemi dan selama pandemi berlangsung

meskipun kriteria kontribusinya tetap yaitu sangat kurang.

4.2.2 Analisis Kontribusi Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah

Tahun 2018-2020

Berdasaran perhitungan kontribusi pajak restoran terhadap pendapatan asli

daerah di Kabupaten Tana Toraja pada tahun 2018-2019 mengalami

peningkatan dari 0,36% ke 0,38% namun mengalami penurunan pada tahun

2020 sebesar 0,27%. Hal ini terjadi pajak restoran tidak mencapai target yang

telah ditentukan selain itu kurangnya kunjungan wisatawan maupun masyarakat

lokal yang berkunjung ke restoran yang ada di Kabupaten Tana Toraja. Adanya

covid 19 juga memperburuk penerimaan dari pajak restoran karena himbauan

dari pemerintah untuk berada di rumah saja agar tetap menjaga diri dari adanya

penularan virus covid 19. Menurunnya penerimaan pajak restoran berdampak

pada penerimaan pendapatan asli daerah.

Setelah didapatkan hasil dari penghitungan kontribusi pajak restoran

terhadap pendapatan asli daerah kabupaten Tana Toraja, selanjutnya akan

dilihat bagaimana kriteria kontribusinya seperti yang terdapat pada bab III,

sehingga hasilnya sebagai berikut :

Kontribusi Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

Tana Toraja pada tahun 2018-2019 mengalami peningkatan dari 0,36% ke

0,38%, realisasi pendapatan pajak restoran juga mengalami peningkatan dari

Rp.382.519.130 ke Rp.460.864.150. namun meskipun nilai kontribusi dan

realisasi pendapatannya meningkat tetap tidak mencapai target dan masuk

dalam kriteria “Sangat Kurang Berkontribusi” pada tahun 2020 terjadi penurunan
55

drastis pada nilai kontribusi dan realisasi penerimaan pajak hotel terhadap

pendapatan asli daerah, yaitu sebesar 0,27%5 dan Rp.310.004.636.

berdasarkan penghitungan kontribusi tersebut pajak restoran di tahun 2020

masuk dalam kriteria “Sangat Kurang Berkontribusi”. Dari penghitungan ini

mterlihat bahwa covid 19 sangat berdampak besar pada penerimaan pajak

restoran, meskipun di sebelum masa pandemi nilai kontribusinya juga minim

namun realisasi pendapatannya meningkat.

4.2.3 Kendala-Kendala dalam Pemungutan Pajak Hotel dan Restoran

Pada proses pemungutan pajak di Kabupaten Tana Toraja yang menjadi

salah satu permasalahan adalah sering sekali terjadinya penunggakan dalam

pembayaran pajak dan tidak jarang wajib pajak tidak membayar pajaknya. Hal ini

terjadi diakibatkan kurangnya kesadaran wajib pajak untuk menjalankan

kewajibannya sebagai wajib pajak. Faktor utama yang menghambat pemungutan

pajak hotel dan restoran adalah terjadinya penunggakan pajak yang tidak

dipenuhi atau tidak dibayarkan. Sarana dan prasarana yang menunjang

pelayanan untuk masyarakat terbatas menjadi salah satu faktor kurangnya

kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibannya. Faktor lainnya adalah

kurang optimalnya pengelolaan potensi wisata di Kabupaten Tana Toraja yang

mempengaruhi pendapatan dari pajak hotel maupun restoran. Hal inilah yang

mengakibatkan realisasi target dari penerimaan pajak hotel dan restoran tidak

tercapai dengan baik. Adanya covid 19 memperburuk penerimaan pendapatan

pada pajak hotel dan restoran karena baik hotel maupun restoran tidak dapat

beroperasi dengan baik. Terjadinya kendala pada pemungutan pajak hotel dan

restoran berpengaruh terhadap kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD).


56

4.2.4 Upaya yang dilakukan untuk Menunjang Penerimaan Pajak Hotel dan

Restoran

Dalam pengoptimalan penerimaan pajak hotel dan restoran, Pemerintah

Kabupaten Tana Toraja melakukan perbaikan sistem kerja, sarana dan

prasarana yang mendukung pencapaian target kinerja dari pendapatan pajak

hotel dan restoran guna untuk meningkatkan kontribusi terhadap pendapatan asli

daerah.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan maka

dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Dari hasil analisis Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Tahun 2018-2020 cenderung mengalami penurunan. Berdasarkan

penghitungan rata-rata kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan asli

daerah Kabupaten Tana Toraja pada tahun 2018-2020 sebesar 0,31% dan

masuk dalam kategori “Sangat Kurang Berkontribusi”

2. Dari hasil analisis Kontribusi Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli

Daerah Tahun 2018-2020, mengalami peningkatan dari tahun 2018 ke 2019

tetapi menurun pada tahun 2020. Berdasarkan penghitungan rata-rata

kontribusi pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Tana

Toraja pada tahun 2018-2020 sebesar 0,27% dan masuk dalam kategori

“Sangat Kurang Berkontribusi.

5.2 Saran

Adapun saran peneliti dari penelitian ini adalah :

a. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat meneliti Pendapatan Asli

Daerah secara lebih mendalam dan spesifik, serta memperluas ruang lingkup

penelitian utamanya dalam hal Penerimaan pajak daerah.

57
58

b. Dalam penelitian ini yang diteliti adalah kontribusi pajak hotel dan restoran,

sehingga peneliti selanjutnya dapat meneliti dengan menambahkan komponen

lain untuk di teliti.


DAFTAR PUSTAKA

Aditya, N. R. (2020). Kabar Gembira, Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif


Akhirnya Dapat Insentif Fiskal. Retrieved November 9, 2020, from
https://amp.kompas.com/travel/read/2020/04/17/193800727/kabar
gembira-sektor-pariwisata-dan-ekonomi-kreatif-akhirnya-dapat-insentif

Afidburhanuddin. (2013). Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian.


Oktober26,2020,https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/05/2
1/pengumpulan-data-dan-instrumen-penelitian-3/

Alika, R. (2020). Dampak Corona di RI, 1.266 Hotel Ditutup & 150 Ribu Pekerja
Dirumahkan. Retrieved November 10, 2020, from https://katadata.co.id
/ekarina/berita/5e9a41f616408/dampak-corona-di-ri-1266-hotel-ditutup-
150-ribu-pekerja-dirumahkan

Anita Candrasari, S. N. (2016). Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran Terhadap


Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya. Jurnal Ilmu dan
Riset Akuntansi : Volume 5, Nomor 2, Februari 2016 , 5, 1-22.

Annisa. (2018). Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran Terhadap Peningkatan


Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Maros. Skripsi , 18-40.

Bappenda.dompukab.go.id. (n.d.). Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)


dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah. Retrieved
Oktober15,2020,fromhttps://bappenda.dompukab.go.id/berita/optimalisasi
-pendapatan-asli-daerah-pad-dalam-rangka-meningkatkankemampuan-
keuangan-daerah/

Candrasari Anita, S. N. (2016). Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran Terhadap


Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya. Jurnal Ilmu dan
Riset Akuntansi : Volume 5, Nomor 2, Februari 2016 , 5, 1-22.

DDTCNews, R. (2020, April 5). Kamus Defenisi Pajak. Retrieved Oktober 21,
2020,from Berbagai Definisi Pajak, Simak di Sini: https://news.ddtc.co.id/
berbagai -definisi-pajak-simak-di-sini-20043

Dharmawati, M. K. (2015). Analisis Rasio Keuangan Anggaran Pendapatan dan


Belanja Daerah (APBD) Dalam Menilai Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Banyuwangi. Digital Repository Universitas Jember ,
3.

Fajar.co.id. (2020). Dampak Corona, Seluruh Aktifitas Pariwisata Di Torut


Lumpuh Total. Retrieved November 9, 2020, from https://fajar.co.id / 2020
/03/24/dampak-corona-seluruh-aktifitas-pariwisata-di-torut-lumpuh-total/

Gobiz. (2020, Februari 17). Apa itu Pajak Restoran (PB1) & Cara
Menghitungnya. Retrieved Oktober 19, 2020, from https://gobiz.co.d/
pusat-pengetahuan/pajak-restoran-pb1-cara-menghitungnya/

59
Indonesia, C. (2020, Mei 16). Jokowi Sebut Pendapatan Anjlok di Tengah
Corona.Retrieved November 28, 2020, from https://m.cnnindonesia .com
/ekonomi/20200516071553-532-503981/jokowi-sebut-pendapatan-asli-
daerah-anjlok-di-tengah-corona

Joni Lembang, S. (2020, Juni 8). DPRD Tana Toraja Pertanyakan Penggunaan
Anggaran COVID-19. Retrieved November 27, 2020, from
https://today.line .me/id/v2/article/yYxeBB

Joni Lembang, S. (2020, Maret 19). Gegara Virus Korona, Tana Toraja
Kehilangan Pendapatan hingga Rp85 juta. Retrieved November 28, 2020,
fromhttps://sulsel.inews.id/berita/gegara-virus-korona-tana-toraja
kehilangan-pendapatan-hingga-rp85-juta

Joni Lembang, S. M. (2020, Mei 18). Realokasi Dana Penanganan Pandemi


Corona di Tana Toraja Rp107 Miliar. Retrieved November 27, 2020, from
https://makassar.sindonews.com/read/34687/713/realokasi-dana-
penanganan-pandemi-corona-di-tana-toraja-rp107-miliar-1589789134

Jufri Tonapa, i. (2020). Cegah Covid-19, Sekolah diliburkan dan Objek Wisata di
Tana Toraja Ditutup. Retrieved November 9, 2020, from
https://news.okezone.com/read/2020/03/16/340/2184286/cegah-covid-19-
sekolah-diliburkan-dan-objek-wisata-di-tana-toraja-ditutup

Khairunnisa, S. N. (2020). Efisiensi Jadi Kunci Hotel dan Restoran untuk


Bertahan. Retrieved November 10, 2020, from https://travel .kompas. com
/read/2020/11/08/110100527/efisiensi-jadi-kunci-hotel-dan-restoran-
untuk-bertahan

Kunarjo. (1996). Pengertian Retribusi Daerah Menurut Para Ahli. Retrieved


Oktober 20, 2020, from Kumpulan Pengertian Menurut Para Ahli:
https://www.kumpulanpengertian.com/2019/12/pengertian-retribusi-
daerah-menurut.html?m=1

Lisasih, N. Y. (2011, Juli 17). Kendala dalam Pemungutan Pajak Daerah.


Retrieved 10 19, 2020, from https://ninyasminelisasih.com/2011/07/17
/kendala_pajak_daerah/

Maulida, R. (2018). Pajak Daerah: Pengertian, Ciri-Ciri, Jenis, dan Tarifnya.


Retrieved Oktober 23, 2020, from https://www.online-pajak.com/tentang-
pajak-pribadi/pajak-daerah

Maulida, R. (2018, Oktober 13). Pajak Restoran: PPN atau Pajak Daerah?
Retrieved Oktober 19, 2020, from https://www.online-pajak.com/tentang-
pajak/pajak-restoran

Merdeka.com. (2020). Mengenai Arti Otonomi Daerah Beserta Tujuan dan Dasar
Hukumnya. Retrieved Oktober 23, 2020, from https://m.merdeka.com/
jatim/mengenai-arti-otonomi-daerah-beserta-tujuan-dan-dasar-hukumnya-
kln.html

Moriska, M. H. (2003). Analisis Pengukuran Efisiensi dan Efektivitas Pemungutan


Pajak Hotel dan Restoran . 11-31.

60
Pali, E. (2016). Analisis Efektivitas Penerimaan Pajak Daerah Sektor Pariwisata
dan Kontribusinya Terhadap (PAD) Kabupaten Tana Toraja. Articles Vol 2
No 1 (2016) , 2, 2-7.

Primalifejournal.wordpress.com. (2013). Pendapatan Asli Daerah (PAD).


Retrieved Oktober 15, 2020, from https://primalifejournal. wordpress.com
/2013/03/26/pendapatan-asli-daerah-pad/

Safarina, H. A. (2020). Begini Aturan Pemungutan Pajak Hotel. Retrieved


Oktober 22, 2020, from https://news.ddtc.co.id/begini-aturan-pemungutan-
pajak-hotel-22402

Safarina, H. A. (2020). Ketentuan Pemungutan Pajak Restoran. Retrieved


Oktober 22, 2020, from https://news.ddtc.co.id/begini-aturan-pemungutan-
pajak-hotel-22402

Sigit. (2019). Definisi Pajak Daerah dan Jenis-jenis Pajak Derah. Retrieved
Oktober 22, 2020, from https://www.pajakku.com/read/5d82eb4574135
e0390823b09/Definisi-Pajak-Daerah-dan-Jenis-jenis-Pajak-Daerah

Studio, A. (2020). Pengertian Restoran Menurut Para Ahli. Retrieved Oktober 10,
2020, from https://www.arsitur.com/2015/10/pengertian-restoran-menurut-
para-ahli.html?m=1

Sulaiman, M. R. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 di Sektor Pariwisata: Hotel


Sepi dan Restoran Tutup. Retrieved November 10, 2020, from
https://www.suara.com/lifestyle/2020/07/29/154604/dampak-pandemi-
covid-19-di-sektor-pariwisata-hotel-sepi-dan-restoran-tutup

Sulastiyono, A. (2011). Pengertian Hotel Menurut Para Ahli. Retrieved Oktober


20, 2020, from https://www.kumpulanpengertian.com/2015/11/pengertian-
hotel-menurut-para-ahli.html?m=1

Tanan, K. (2017). Analisis Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah


Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tana Toraja . 2-9.

www.kompasiana.com. (2015). Kredibilitas dalam Penelitian Kualitatif. Retrieved


Oktober 20, 2020, from https://www.kompasiana.com/osydea/5587b26
619373f5058b456a/kredibilitas-dalam-penelitian-kualitatif

www.kompasiana.com. (2020). Membangun Daerah dengan Pajak Hotel dan


Restoran. Retrieved Oktober 17, 2020, https://www.kompasiana.com/
hervinaputri/5e945529d541df506845ac24/membangun-daerah-dengan-
pajak-hotel-dan-restoran.

www.kompasiana.com. (2019). Perlunya Pembangunan Daerah untuk


Pertumbuhan Ekonomi. Retrieved Oktober 15, 2020, from https://
www.kompasiana.com/hamindhani/5de71ad4d541df2e3f797512/perlunya
-pembanguna -daerah-untuk-pertumbuhan-ekonomi.

www.pengertianmenurutparaahli.net. (n.d.). Pengertian Kredibilitas dan


Contohnya. Retrieved Oktober 20, 2020, from http://www.pengertian
menurutparaahli.net/pengertian-kredibilitas-dan-contohnya/.

61
62

LAMPIRAN

1. Keterangan Penelitian

a. Surat Izin Meneliti


63

b. Surat Keterangan Penelitian


64

2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Sejarah Singkat Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD)

Kabupaten Tana Toraja

BPKAD Kabupaten Tana Toraja pada awalnya merupakan bagian

keuangan dari Sekretariat Daerah (SEKDA) , fungsi dari bagian keuangan

yaitu sebagai pengelola keuangan dan asset di lingkungan pemerintah

Kabupaten Tana Toraja sebagai komitmen nyata pemerintah Kabupaten Tana

toraja untuk mewujudkan keinginan meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat. Kemudian pada tahun 2015 BPKAD terpecah menjadi bagian

keuangan tetap Sekretariat Daerah (SEKDA) dan Dinas Pendapatan,

pengelolaan Keuangan & Aset Daerah (DPPKAD) . Setelah itu BPKAD

menjadi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Pendapatan,

Pengelolaan Keuangan & Aset Daerah (DPPKAD) .

Pada Tahun 2018 Dinas Pendapatan, pengelolaan Keuangan & Aset

Daerah (DPPKAD) berubah nama menjadi Badan Pengelola Keuangan & Aset

Daerah (BPKAD) hingga saat ini . BPKAD saat ini terdiri atas 5 bidang yaitu ,

Bidang sekretariat, Bidang Akuntansi , Bidang Perbendaharaan , Bidang

Anggaran, dan Bidang Aset dengan Sub bagian dari masing-masing bidang.

b. Visi dan Misi BPKAD Kabupaten Tana Toraja

1. Visi

Berdasarkan keadaan saat ini dan perkiraan strategis 5 tahun yang

akan datang, Badan pengelola Keuangan dan Aset Daerah telah menetapkan

visi yang telah dirumuskan dan menjadi komitmen bersama dengan

melibatkan seluruh stakeholders di Badan Pengelolaan Keuangan dan


65

Aset Daerah Kabupaten Tana Toraja. Adapun visi yang ditetapkan yaitu

sebagai berikut :

“ Terwujudnya Pengelolaan Keuangan Daerah Berbasis Kinerja Guna

Mendukung Pelayanan Pemerintah dan Pembangunan yang Bersih,

Berkualitas, Profesional dan Akuntabel “.

Harapan yang dikandung dari visi sebagaimana tersebut diatas adalah

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah menjadi institusi yang

terpercaya dan handal dalam tata kelola keuangan dan aset daerah

Berbasis Kinerja Guna Mendukung Pelayanan Pemerintah dan

Pembangunan yang Bersih, Berkualitas, Profesional dan Akuntabel.

Disamping itu Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah ikut

berperan serta dalam mendukung terwujudnya visi dan misi Pemerintah

Kabupaten Tana Toraja yang tertuang dalam Rencana Pembangunan

Menengah Daerah Kabupaten Tana Toraja Tahun 2016-2020.

2. Misi

Dalam rangka mewujudkan harapan yang terkandung dalam visi Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah maka perlu dirumuskan misi

yang merupakan rumusan umum mengenai upaya-upaya yang

akan dilaksanakan untuk mewujudkan proyeksi kondisi tentang

masa depan. Selaras dengan visi yang telah dirumuskan bersama, Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tana Toraja

merumuskan misi untuk periode tahun 2016 s/d 2020 untuk yaitu sebagai

berikut :

A. Mengembangkan kebijakan dan tata kelola fiscal daerah yang sehat dan lebih

reponsif;
66

B. Mewujudkan manajemen keuangan dan asset daerah yang semakin

berkualitas; dan

C. Pemantapan organisasi yang berbasis manusia yang unggul dalam moral,

terampil dan memahami medan kerja.

3. Dokumentasi di Lokasi Penelitian


67

CURRICULUM VITAE

I. IDENTITAS DIRI

Nama Lengkap : Ayulia Cahyani Linggi Allo

NIM : 17 13 080

Tempat/Tanggal Lahir : Makale, 25 Juli 1999

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Katolik

Alamat : BTP Blok J, Jalan Kerukunan Barat 4 no.98

Nomor Telepon : 082290423311

Email : linggialloayuliacahyani@gmail.com

I. PENDIDIKAN
Jenjang Nama Lembaga Periode
Pendidikan
TK TK Syalom Terpadu 2004
SD SDN 167 Tina’Rantetayo 2005 – 2011
SMP SMPN 2 Rantetayo 2011 – 2014
SMA SMAN 1 Tana Toraja 2014 – 2017
SI Universitas Atma Jaya Makassar 2017-2021

II. SERTIFIKAT/PENGHARGAAN
Jenis Kegiatan Sebagai Waktu
Sertifikat Inisiasi Mahasiswa baru UAJM Peserta 08/09/2017
Sertifikat Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) Peserta 13/10/2017
Sertifikat Seminar Akuntansi Peserta 30/09/2017
Sertifikat Seminar Nasional Merry Riana Peserta 13/12/2018
Sertifikat Regional Meeting Van Deventer-Maas Peserta 25-27/10/2019
Sertifikat Webinar KSPM UAJM Peserta 12/06/2020
Sertifikat Webinar Pajak Peserta 29/07/2020
Sertifikat Webinar Program Akuntansi dan IAI Peserta 02/07/2020

Anda mungkin juga menyukai