Anda di halaman 1dari 25

BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

Asuhan Keperawatan Penerapan Prosedur Spriritual Pada Pasien Perilaku

Kekerasan Di Rumah Sakit Khusus Daerah Ambon Provinsi Maluku dilakukan

dari Tanggal 04 juni 2021 melalui proses keperawatan sesuai dengan standar

operasional yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,

implementasi keperawatan, dan evaluasi.

1. Pengkajian

a. Pengumpulan Data

Asuhan keperawatan Ny “A” dengan Perilaku Kekerasan di rumah

sakit Khusus Daerah Ambon Provinsi Maluku dilakukan dari tanggal 04

juni 2021. Pengkajian dilakukan oleh peneliti dengan menyusun data sesuai

dengan format pengkajian yaitu :

1) Identitas Pasien

Pasien bernama Ny. A umur 37 tahun, beragama Kristen

protestan, belum menikah, suku/bangsa Indonesia, pendidikan terakhir

SMA, alamat passo. Masuk RSKD Provinsi Maluku pada tangga 16

juni 2016 dengan diagnosa medik Skizofrenia, sumber informasi di

dapat dari pasien, keluarga, perawat dan status pasien.


2) Alasan masuk 

Pada tanggal 16 juni 2016, pasien diantar oleh keluarganya ke

RSKD Provinsi Maluku, pasien gelisah sejak 4-5 hari yang lalu, pasien

marah-marah dan memecahkan kaca rumah tetangga sehingga

bermasalah dengan tetangganya, pasien berbicara sendiri, sering

mendengar bisikan makian, sulit tidur malam, awalnya pasien tidak

mau berbicara dengan orang lain, pasien juga berdiam diri di kamar,

pasien berperilaku seperti itu dimulai sejak ayahnya meninggal.

MK : halusinasi, isolasi sosial, resiko perilaku kekerasan perilaku

kekerasan

3) Faktor Predisposisi

Pasien pernah mengalami gangguan kejiwaan pada awal tahun

2011, pasien putus obat mulai dari keluar RSKD, pasien sudah masuk

sebanyak 7x dengan alasan yang sama, tidak ada aniaya fisik maupun

seksual dalam keluarga, tidak ada keluarga yang mengalami gangguan

kejiwaan.

MK: halusinasi, resiko perilaku kekerasan

4) Pemeriksaan fisik

a) Tanda – tanda vital

(1) Tekanan darah : 110/80 mmHg

(2) Nadi : 80x/menit

(3) Pernafas : 22x/menit


(4) Suhu : 36,60c

b) Ukuran

(1) Tinggi badan: 158 cm

(2) Berat badan : 60 kg

c) Kondisi fisik : pasien mengatakan kondisi tubuhnya saat ini baik-

baik saja dan tidak ada keluhan fisik

d) Psikososial

(1) Genogram

Keterangan

: laki-laki

: perempuan

: pasien

: tinggal seruma
Pasien tinggal bersama ayah, ibu dan kedua saudara

kandungnyan, dalam keluarga pasien yang biasa memutuskan

atau menggambil keputusan adalah ibu pasien sejak ayah pasien

meninggal serta membiayai pasien sedangakan yang mengurus

pasien di RSKD adalah perawat, pasien sangat dekat dengan

ayahnya.

e) Konsep diri

(1) Gambaran diri : pasien mengatakan sangat menyukai rambutnya

sehingga hampir tiap jam selalu merapikan rambutnya

(2) Identitas : pasien mempersepsikan dirinya sebagai perempuan

dewasa dan belum menikah, pasien merupakan anak bungsuh

dari 5 bersaudara.

(3) Peran : pasien dirumah kegiatan yang biasa dilakukan yaitu

makan, tidur, mandi, menonton tv dan membantu

menyelesaikan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci

piring dan lain-lain.

(4) Ideal diri : pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan

bergabung dengan keluarganya.

(5) Harga diri: pasien mengatakan tidak merasa malu dengan

keadaannya saat ini dan pasien akan bergaul dengan

lingkungannya.
(6) Hubungan sosial

(a) Orang yang berarti dalam hidupnya yakni ayah, ibu dan

saudara-saudarinya.

(b) Pasien mengatakan pernah mengikuti organisasi AM

(Angkatan Muda) di sekitar tempat tinggalnya, pasien

mudah berinteraksi dengan orang lain, apabila pasien ada

masalah , pasien lebih memilih berdiam diri, pasien sangat

baik dalam berinteraksi dengan anggota keluarga,

pendidikan terakhir pasien SMA, dan yang merawat pasien

di RSKD adalah perawat.

(7) Spiritual

Pasien mengatakan selalu pergi beribadah di hari minggu dan

sering membaca Alkitab sebelum tidur, pada saat dirumah sakit

pasien juga sering beribadah, Pasien tidak menyalahkan hal lain

tentang sakitnya.

f) Stasus mental

(1) Penampilan umum

Pasien berpenampilan cukup rapi, dalam penggunaan baju

sesuai, pasien berbadan tidak terlalu besar, rambut tidak terlalu

panjang dan selalu rapi


(2) Pembicaraan

Pasien berbicara nada suaranya agak kasar, dapat

menjawab pertanyaan-pertanyaan umum, untuk pertanyaan

yang menyangkut masalah pribadi pasien enggan untuk

menceritakannya, pasien tampak marah serta pandangan mata

tajam saat menanyakan tentang masalah pribadinya, pasien

selalu bertanya kapan keluarga datang

(3) Aktivitas motorik

Pasien terlihat gelisah, tegang, emosi labil, pandangan

mata tajam, sering berpindah – pindah.

(4) Alam perasaan

Perasaan pasien selalu berubah-ubah sesuai dengan

keadaan, saat gembira pasien gembira, saat sedih pasien sedih

dan tampak khawatir.

(5) Afek

Afek pasien datar, pasien tampak gelisah, pandangan

mata tajam, nada bicara agak kasar kadang-kadang juga curiga,

dan tidak percaya kepada orang lain.

(6) Interaksi selama wawancara

Saat wawancara respon pasien kurang baik, di

karenakan pasien yang sedang marah dengan pandangan yang


mata tajam, bicara kasar, kadang – kadang juga curiga, dan

tidak percaya kepada orang lain

(7) Persepsi.

Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara

bisikan makian, pasien tampak berbicara sendiri.

(8) Proses piker

Pembicaraan pasien normal dan tidak berbelit- belit.

(9) Tingkat kesadaran

Orientasi waktu, tempat dan orang dapat disebutkan

dengan jelas dan benar yang ditandai dengan pasien mampu

menyebutkan hari, tanggal dan tahun yang benar pada saat

diwawancara. Pasien juga dapat mengenali orang – orang yang

ada `disekitarnya dibuktikan dengan pasien bisa menyebutkan

nama mahasiswa yang bertugas dan nama teman atau

keluarganya.

1) Memori

Pasien dapat mengingat kejadian saat dibawah ke rumah

sakit oleh keluarganya dan pasien dapat mengingat nama

mahasiswa saat berkenalan dengan tepat dan benar.


2) Tingkat konsentrasi dan berhitung.

Pasien dapat menghitung dengan baik misalnya 2x5 =

10, 5+5=10, pasien juga dapat memfokuskan konsentrasi

dengan baik.

3) Kemampuan penilaian

Pasien mampu menilai mana yang baik dan mana yang

tidak baik, contohnya pasien sebelum makan selalu mencuci

tangan dan membaca doa makan.

4) Daya tilik diri

Pasien mengatakan sementara dirawat di RSKD

Provinsi Maluku.

5) Kebutuhan persiapan pulang

(a) Makan

Pasien mampu makan secara mandiri dengan baik, makan

3x sehari yakni pagi, siang dan malam dan tidak ada

makanan yang tidak disukai. Minum lebih dari 6 gelas per

hari.

(b) BAB / BAK

Pasien BAB 2x sehari, BAK 6x sehari dan mampu

melakukan eliminasi dengan baik serta mampu menjaga

kebersihan setelah BAB/BAK dengan baik.


(c) Mandi

Pasien mengatakan mandi 2x sehari yakni pada waktu pagi

dan sore hari, menyikat gigi saat mandi, kebersihan tubuh

baik.

(d) Berpakaian

Pasien mengatakan mengganti pakaian 2x sehari, pasien

tampak rapi.

(e) Pola istirahat dan tidur

Untuk tidur siang pasien tidur mulai dari jam 11: 00 kadang

juga mulai dari jam 12:00 – 14:00 wit. Untuk tidur malam

mulai dari jam 20:00 – 24:00 wit kadang-kadang tidak bisa

tidur. Persiapan sebelum tidur seperti merapikan tempat

tidur, mandi, menyikat gigi dan membaca doa.

(f) Penggunaan obat

Pasien mengatakan kalau minum obat dirumah sakit

rispendone 2 mg diminum pagi jam 07:00 wit dan malam

jam 19:00 wit dan chlorpromazine 100 mg diminum malam

jam 19:00 wit

(g) Aktivitas di dalam rumah

Pasien bisa membantu pekerjaan rumah seperti menyapu

dan lain-lain.
(h) Aktivitas di luar rumah

Pasien mengatakan tidak ada

 Masalah psikososial dan lingkungan

 Hubungan pasien dengan anggota keluarga serta lingkungan

sosialnya sangat baik, pasien selalu berinteraksi dengan orang-

orang yang ada di sekitarnya dan pasien juga mengikuti ibadah

kelompok yakn angkatan muda

 Tidak ada maslah kesehatan.

 Masalah ekonomi,kebutuhan pasien juga terpenuhi oleh

keluarganya.

 Mekanisme koping

 Pasien mampu berkomunikasi dengan orang lain.

 Pasien juga mampu mengatasi masalah ringan seperti menjaga

kebersihan diri dan menyiapkan makanan, pasien marah marah

dan merusak/memecahkan kaca rumah.

 Aspek medik

 Diazepam 1 amp / 12 jam / iv

 Rispendone 2 mg 2 x / hari

 Chlorpromazine 100 mg 1 x / hari

 Hodomer 1 amp / 12 jam / im


Pohon masalah

Pohon masalah

(Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan)  Effect

Perilaku kekerasan  Core problem

Isolasi Sosial Cause


Tabel 1.

Klasifikasi Data Pada Pasien “Ny.A” Asuhan Keperawatan Prosedur Penerapan


Tindakan Relaksasi Nafas Dalam pada Pasien Perilaku Kekerasan Di Rumah
Sakit Khusus Daerah Ambon Provinsi Maluku

Nama : Ny. A

Ruangan : Sub Akut Wanita

No RM : 00 42 72

Data subjektif Data objektif


1. Pasien mengatakan pernah memecahkan - Ekspresi wajah tegang
kaca rumah tetangga - Pandangan mata tajam
2. Pasien mengatakan medengar suara bisikan - Tampak gelisah
makian, - Mudah tersinggung saat diajak
3. Keluarga pasien mengatakan pasien tidak berbicara
mau berbicara dengan orang lain, pasien - pasien tampak berbicara sendiri
juga berdiam diri di kamar. - pasien tidak banyak berbicara
- pasien mondar – mandir
Tabel 2

Analisa Data Pada Pasien “Ny.A” Asuhan Keperawatan Prosedur Penerapan


Tindakan Relaksasi Nafas Dalam pada Pasien Perilaku Kekerasan Di Rumah
Sakit Khusus Daerah Ambon Provinsi Maluku

Nama : Ny. A

Ruangan : Akut

No RM : 00 42 72

No Data Masalah
1 Ds : Perilaku kekerasan
Pasien mengatakan pernah memecahkan kaca
rumah tetangga.
Do :
- Ekspresi wajah tegang
- Pandangan mata tajam
- Marah jika sedang memiliki masalah
- Ekspresi wajah tegang
- Pandangan mata tajam
- Tampak gelisah
- Mudah tersinggung saat diajak berbicara
- Pasien mondar-mandir

2 Ds : Halusinasi
Pasien mengatakan mendengar suara bisikan
makian ,
Do : Pasien tampak berbicara sendiri

3 Ds : Isolasi sosial
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak
mau berbicara dengan orang lain, pasien juga
berdiam diri dikamar.
Do :
Pasien tidak banyak berbicara
2. Diagnosa keperawatan

a. Perilaku kekerasan

b. Halusinasi

c. Harga diri rendah

3. Prioritas diagnosa dan prioritas masalah keperawatan

a. Perilaku kekerasan.

4. Rencana Tindakan Keperawatan

Nama : Ny. A

Ruangan : Su akut wanita

No RM : 00 42 72

No Tanggal / Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


jam Keperawatan
1 26 Perilaku Setelah dilakukan keperawatan 1. Identifikasi tanda dan
November kekerasan selama 3x 24 jam diharapkan gejala perilaku
2019 pasien tidak lagi melakukan kekerasan
perilaku kekerasan dengan 2. Latih pasien distraksi
kriteria hasil : fisik
1. Pasien dapat membina - Tarik napas dalam
hubungan saling - Pukul kasur dan
percaya bantal
2. Pasien dapat 3. Latih pasien bicara
mengidentifikasi yang baik
penyebab perilaku 4. latih pasien melakukan
kekerasan aktivitas
3. Pasien dapat 5. latih pasien spiritual
mengidentifikasi 6. latih pasien 6 benar obat
perilaku kekerasan yang
biasa dialkukan
4. Pasien dapat
mendemonstrasikan
cara fisik untuk
mencegah perilaku
kekerasan
5. Pasien dapat
mendemonstrasikan
kepatuhan minum obat
untuk mencegah
perilaku kekerasan

5. Implementasi Keperawatan

Nama : Ny. A

Ruangan : Sub akut wanita

No RM : 00 42 72

No Tanggal / jam Tindakan


1 04 juni 2021 SP 5 Pasien

14 : 00 WIT Latihan mengontrol PK dengan cara spiritual

Hari pertama

Orientasi

Perawat : “Selamat siang ibu Au bagaimana perasaan ibu saat ini, saya
perawat yang dinas diruangan ini apa ibu masih ingat dengan
nama saya? coba sebutkan?
Paien : Masih mantri, mantri Erland
Perawat : Nah bagus sekali jadi sesuai dengan janji saya tadi sekarang
kita akan melakukan sedikit pembacaan di alkitab ya ibu??
Pasien : Iya mantri

Kerja

Perawat : Iya ibu tadi ibu sudah menyebutkan penyebab, tanda dan gejala
perilaku kekerasan jadi sekarang kita mulai membaca sedikit
kalimat yang terdapat di dalam alkitab yah ibu kita lakukan
sama-sama .
Pasien : Iya mantri
Perawat : Jadi ibu pertama yang harus ibu lakukan adalah membuat
posisi yang nyaman dan kemudian kita harus membuka alkitab
dan mencari satu ayat alkitab yang dapat kita baca atau
mencari satu lagu pujian untuk dinyanyikan sehingga ibu
dapat menenangkan pikiran,hati dan perasaan ibu ketika ibu
merasakan hal-hal yang mengangu ketenanggan ibu ! apakah
ibu bisa mengerti dan memahami yang saya ucapkan ibu ?
Pasien : Sudah mantri
Perawat : sekarang kita latihannya sama-sama ya ibu ?
Perawat dan Pasien : Ayo sekarang kita mulai bersama membuka agat
alkitab yang terdapat dalam kitab Matius 6 ayat
9-13.Setelah itu mari kita cari satu pijian
bersama-sama untuk dinyayikan lagu kumau
cinta yesus ibu !
Perawat : apakah ibu bisa menggulanginya skali lagi tampa arahan dan
bimbingan saya ibu?
Pasien : iya baik mantri
Perawat : Nah, bagus ibu ternyata ibu sudah mampu melakukanya.

Terminasi

Perawat : “Bagaiman perasaan ibu setelah membaca alkitab dan


menyayikan lagu apakah ibu sudah merasah tenang ?
Pasien : Sudah dan saya sudah merasakan sedikit tenang pak mantri !
Perawat : Baik ibu sebelum saya pamit saya mau mengingatkan kembali
ketika ibu merasakan hal-hal yang mengangu pikiran, hati dan
perasaan ibu ! ibu bisa melakukan yang tadi saya sudah
ajarkan kepada ibu. Slamat siang ibu

6. Evaluasi Keperawatan

Nama : Ny. A

Ruangan : Sub akut wanita

No RM : 00 42 72

No Tanggal / jam Tindakan Catatan perkembangan


1 04 juni 2021 SP 5 S : Pasien mengatakan kondisi marahnya
disebabkan karena masalah keluarga
14 : 20 WIT O : Pasien tampak tegang saat ditanya, tampak
tidak ingin melanjutkan pembicaraan
A : Latian spiritual
P : Intervensi di lanjutkan
1. Spiritual ( membaca alkitab dan
menyanyikan puji-pujian )

S : Pasien mengatakan mulai paham


melakukan spiritual yang di ajarkan
O : Pasien terlihat sangat tenang dan rileks
2 16 : 00 WIT SP 5 saat melakukan spiritual
A : Masalah perilaku kekerasan teratasi
P : Intervensi dihentikan
B. Pembahasan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap penting suatu proses pemberian

asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh

karena itu, pengkajian harus akurat, lengkap, sesuai kenyataan, dan

kebenaran data sangat penting untuk langkah selanjutnya dalam

memberikan asuhan keperawatan sesuai respon individu. Menurut

Yosep (2010) dalam Damaiyanti& Iskandar (2012.95) Perilaku

kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayahkan secara fisik, baik kepada diri

sendiri maupun orang lain. Sering juga disebut gaduh gelisah atau

amuk di mana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor

dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol. menurut teori

(Yosep,2010 & Direja Ade, 2011), tanda dan gejala pada pasien

dengan perilaku kekerasan adalah ditandai dengan: wajah memerah,

tegang, tidak nyaman merasa terganggu, dendam jengkel, mengamuk,

gangguan hubungan sosial, dan menarik diri. Menurut Direja

(2011,132), ada beberapa faktor penyebab perilaku kekerasan seperti :

faktor predisposisi, faktor presipitasi. Berdasarkan data pengkajian

pada Ny. A data subyektif yang di dapatkan Pasien mengatakan

pernah memecahkan kaca rumah tetangga, pasien mengatakan

mendengar bisikan suara makian. berkulit putih dan cantik, sedang

berdiri di sudut ruangan, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak


mau berbicara dengan orang lain, pasien juga berdiam diri di kamar.

Data obyektif dari pasien adalah Ekspresi wajah tegang, Pandangan

mata tajam, Tampak gelisah, Mudah tersinggung saat diajak berbicara,

pasien tampak berbicara sendiri, pasien tidak banyak berbicara, pasien

mondar – mandir. Maka berdasarkan data di atas penulis mengambil

kesimpulan antara teori dan kasus nyata tidak ada kesenjangan karena

didapatkan data dari kasus nyata sama dengan teori baik penyebab dan

tanda gejala sama menurut (Yosep,2010 & Direja Ade, 2011).

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan teori Menurut Yosep (2010) dalam Damaiyanti&

Iskandar (2012.95) ada 8 diagnosa keperawatan sebagai berikut: Resiko

perilaku kekerasan, Harga diri rendah kronik, Resiko mencederai (diri

sendiri, orang lain, lingkungan,), Perubahan Presepsi sensori: halusinasi,

Isolasi social, Berduka disfungsional , Inefektif proses terapi, Koping

keluarga inefektif. Sedangkan pada kasus nyata diagnosa yang muncul

hanya 3 yaitu : perilaku kekerasan, harga diri rendah, dan resiko perilaku

kekerasan. Diagnosa keperawatan prioritas yang diangkat berdasarkan core

problem adalah : perilaku kekerasan. Alasan mengapa penulis mengangkat

diagnosa perilaku kekerasan sebagai core problem adalah berdasarkan data

pengkajian keluhan utama, tanda dan gejala yang paling menonjol adalah

data yang menunjukan pasien dengan perilaku kekerasan. Menurut penulis

ada kesenjangan antara teori dan kasus nyata karena dalam teori ada

delapan diagnosa sedangkan pada kasus nyata hanya terdapat empat


diagnosa yaitu : perilaku kekerasan, resiko perilaku kekerasan, halusinasi,

dan isolasi sosial karena, pada pasien tidak ada keluhan, tanda dan gejala

yang mendukung untuk mengangkat diangnosa yang terdapat pada teori.

3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses

keperawatan. Carpenito (2007), menyatakan bahwa perencanaan

keperawatan adalah metode pemberian perawatan langsung pada pasien,

(sutejo, 2007). Menurut teori ( Yosep, 2010), perencanaan untuk perilaku

kekerasan ada Sembilan antara lain: Bina hubungan saling percaya,

identifikasi penyebab perilaku kekerasan identifikasi perasaan saat

marah/jengkel tanda perilaku kekerasan, identifikasi perilaku kekerasan

yang pernah dilakukan, identifikasi akibat perilaku kekerasan, identifikasi

cara konstruktif dalam mengkapkan kemarahan, memperagakan cara

mengontrol perilaku kekerasan, Keluarga Pasien dapat menyebutkan cara

mengontrol dan cara merawat perilaku kekerasan, menyebutkan

obatobatan yang diminum dan kegunaannya (jenis, waktu dan efek, dosis)

Dan dapat minum obat sesuai program pengobatan. Pada penelitian ini

intervensi yang dilakukan oleh penulis pada pasien adalah sebaagai berikut

bina hubungan saling percaya, identifikasi tanda dan gejala perilaku

kekerasan dan latihan penerapan spiritual. Berdasarkan intervensi yang

penulis lakukan, terdapat kesamaan antara konsep dasar toeri dengan kasus

nyata  Ny A. karena peneliti melakukan intervensi sesuai dengan teori dan

merancang strategi pelaksanaan sesuai dengan keadaan pasien.


4. Implementasi Keperawatan

Implentasi merupakan tahap perawat memulai kegiatan dan

melakukan tindakan-tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah pada

pasien berdasarkan intervensi yang ada pada kasus teori (Yosep,2010).

Jadi penulis menggunakan semua intervensi yang ada pada teori

(carpenito, 2014) yaitu : identifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan,

latih pasien distraksi fisik 1 dan 2, latih pasien bicara yang baik, latih

pasien melakukan aktivitas, latih pasien spiritual, latih pasien 6 benar obat.

Namun pada penelitian ini penulis lebih berfokus pada prosedural distraksi

tarik napas dalam dan di dalam pelaksanaan prosedural peneliti melakukan

dua kali pertemuan, pertemuan yang pertama pada tanggal 04 juni 2021

jam 14:00 wit peneliti melakukan latihan tarik napas dalam pada saat

dilakukan tindakan pasien mengikuti namun pasien belum mampu

melakukan tarik napas dalam secara total sehingga peneliti melanjutkan

pertemuan lagi untuk memastikan bahwa pasien sudah mampu

melakukannya dan pada pertemuan kedua jam 08:00 wit penulis melatih

ulang tarik napas dalam dan pasien terlihat sangat antusias dan kooperatif

saat melakukan tindakan

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan proses untuk menilai efek dan

tindakan keperawatan yang berkelanjutan dan dilakukan secara terus-

menerus.
Evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu evaluasi proses (formatif) dan evaluasi

hasi (sumatif). Evaluasi proses di lakukan pada saat selesai melakukan

tindakan, sedangkan evaluasi hasil dengan membandingkan respon klien

dengan tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi dilakukan dengan

pendekatan SOAP, yaitu S: respon subjektif, O: respon objektif, A: respon

analisa terhadap data subjektif dan objektif, P: perencanaan tindak lanjut

berdasarkan hasil analisis respon pasien. (surakarta, 2016). Sedangkan

pada penelitian ini penulis mendapatkan hasil saat sebelum melakukan

tindakan kondisi pasien tampak tegang, mondar-mandir, pandangan mata

tajam dan selama penulis melakukan tindakan pasien terlihat kurang

kooperatif dan ketika diulang kembali pasien masih mau serta mampu

melakukannya secara kooperatif dan sangat antusias dan pada saat selesai

melakukan tidakan pasien mengatakan merasa sangat legah dan senang.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dpat diambil oleh peneliti adalah orang Dengan

Gangguan Jiwa adalah orang yang mengalami gangguan pada psikisnya

sehingga:

1. Pada pengakajian: keluarga mengatakan pasien marah-marah, bicara

sendiri, melempar rumah, mengurung diri di dalam kamar dan tidak ingin

bergaul dengan orang lain sering menunduk saat ditanya.

2. Diagnosa prioritas yang diangkat pada pasien adalah perilaku kekerasan.

3. Tindakan yang dilakukan pada pasien adalah membina hubungan saling

percaya. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, mengidentifikasi

perilaku kekerasan, mengidentifikasi tanda gejala perilaku kekerasan,

mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan dan mendemonstrasikan cara

mengontrol perilaku kekerasan dengan cara memukul kasur dan bantal,

serta melakukan teknik relaksasi napas dalam.

B. Saran

Dalam hal ini peneliti memberikan beberapa saran setelah secara

langsung mengamati lebih dekat di dalam perkembangan status kesehatan

pada pasien perilaku kekerasan maka peneliti mengharapakan :

1. Kepada pihak rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Maluku untuk lebih

meningkatkan kualitas pelayanan sehingga dapat meningkatkan angka

kesembuhan, dan dapat menurunkan angka kesakitan maupun kesembuhan

bagi pasien dengan gangguan jiwa khususnya Perilaku Kekerasan.


2. Kepada pihak Institusi diharapkan dapat memperbanyak referensi yang

terkait dengan keperawatan jiwa sehingga dapat mempermudah

Mahasiswa dalam melakukan Asuhan Keperawatan yang mengalami

gangguan jiwa.

3. Kepada Perawat diharapkan perawat rumah sakit jiwa mampu memberikan

perawatan kepada klien dengan intensif, demi kesembuhan klien.

Diharapkan perawat dapat memberikan motivasi kepada klien dalam

menjalani pengobatan di rumah sakit jiwa.


DAFTAR PUSTAKA

Arumasari, C. (2017). Strategi Konseling Latihan Asertif untuk Mereduksi


Perilaku Bullying. Journal Of Innovative Counseling : Theory, Practice &
Research , 31-39.

Azizah, L., Zainuri, I., & Akbar, A (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Hardianto, M. R. B, et al. “ Spiritual Care Dalam Mengurangi Tingkat


Kemarahan Pasien Skizofrenia “

Ika Kusuma. (2020), Efektifitas Terapi Spiritual Wuduh Untuk Mengontrol Emosi
Pada Pasien Resiko Kekerasan. Tens: Trends Of Nursing Science 1.1
2020: 78-84.

Indra Maulana, s. A. (2019). Penyuluhan Kesehatan jiwa Untuk Meningkatkan


Pengetahuan Masyarakat Tentang Masalah Kesehatan Jiwa. Volume 2
No 2.

Muhit, A. (2016). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta : CV Andi Offset.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Nihayati, dkk. (2016), Pengalaman Keluarga Merawat Klien Dengan Gangguan


Jiwa Pasca Pasung.

Fitria, N. (2014). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan laporan Pendahuluan dan
Straregi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.

Pardede, J. A. (2020). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah


Risiko Perilaku Kekerasan.

Sutejo. (2017). keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Yususf A., f. R. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa . Jakarta:


Penerbit Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai