Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH PEMAHAMAN CARA PEMBAYARAN PAJAK, DAN SANKSI PAJAK

TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK UMKM DI KABUPATEN BATANGHARI


Jenis Sesi Paper: Full paper

1. Pendahuluan
Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang melakukan pembangunan di segala
bidang. Pembangunan yang dilakukan pemerintah ini bertujuan untuk kesejahteraan rakyat yang biasa
disebut dengan pembangunan nasional. Untuk melaksanakan kegiatan pembangunan tersebut, maka
pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana yang dimaksud tersebut berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang salah satunya disumbangkan dari sektor pajak ( Prawagis, dkk.,
2016).
Menurut Adriani dalam Simanjuntak dan Mukhlis (2012) Pajak adalah iuran kepada negara (yang
dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan
tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan
pemerintah. Pajak merupakan sumber penerimaan dan pendapatan negara yang paling besar. Saat ini
sekitar 70% APBN Indonesia dibiayai dari penerimaan pajak.
Negara menggunakan penerimaan pajak untuk membantu pembiayaan pembangunan.
Penerimaan pajak diharapkan terus meningkat agar pembangunan negara dapat berjalan dengan baik.
Peningkatan penerimaan pajak tercapai jika peningkatan jumlah wajib pajak terjadi. Usaha
memaksimalkan penerimaan pajak tidak dapat hanya mengandalkan peran dari Dirjen Pajak maupun
petugas pajak, tetapi dibutuhkan juga peran aktif dari para wajib pajak itu sendiri (Huda, 2015).
Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui reformasi peraturan perundang-undangan
dibidang perpajakan dengan diberlakukannya Self Assesment System. Self Assessment System
mengharuskan wajib pajak untuk mendaftar, menghitung, membayar serta melaporkan sendiri jumlah
pajak terutang yang menjadi kewajiban mereka (Utami, 2012).
Namun kecepatan pertumbuhan penerimaan pajak belum mencapai hasil yang seperti
diharapkan. Hal tersebut dibuktikan dengan rendahnya tax ratio Indonesia. Faktor yang menyebabkan
rendahnya tax ratio adalah rendahnya pendapatan per kapita, tingkat kepatuhan wajib pajak yang masih
rendah, wajib pajak dalam melaporkan peredaran usaha dan penghasilannya sebagian besar belum
dilakukan secara transparan. Rendahnya kesadaran masyarakat akan kewajiban perpajakan ini seringkali
disebabkan oleh karena ketidaktahuan masyarakat akan aturan perpajakan (Yadnyana 2011).
Salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak yaitu pemahaman Wajib Pajak atas
cara pembayaran pajak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2019) pemahaman diartikan sebagai
suatu proses atau cara untuk memahami atau memahamkan. Cara pembayaran pajak yang dimaksud yaitu
bagaimana tata cara Wajib Pajak dalam menghitung, membayar, menyetor dan melaporkan jumlah pajak
terutangnya.
Faktor yang diduga dapat meningkatkan kepatuhan yaitu sanksi. Sanksi pajak adalah faktor lain
yang dapat memengaruhi kepatuhan wajib pajak. Mardiasmo (2018) menyebutkan sanksi perpajakan
ialah suatu jaminan atas ketentuan perundang-undangan perpajakan dapat dipatuhi atau dijalani.
Sanksi yang dikenakan diharapkan bisa meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya. Sanksi pajak merupakan hal yang sangat dihindari oleh wajib pajak.
Manurut Yunianti (2019) Pandangan pemberian sanksi perpajakan akan lebih merugikan apabila wajib
pajak melakukan penghindaran pajak, sehingga salah satu cara untuk menghindari pengenaan sanksi
perpajakan adalah dengan melakukan pembayaran tepat waktu atau tidak melewati jangka waktu yang
ditetapkan
UMKM berperan serta dalam menggerakkan perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan
UMKM memiliki kontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) dan penyerapan tenaga kerja.
Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, sebesar 61.1% terhadap
perekonomian nasional (PDB) dan sisanya 38,9 % diperoleh dari pelaku usaha yang jumlahnya sebesar
5.550 atau sebesarr 0,01% dari pelaku usaha, (Kemenkeu RI,2020)
UMKM didominasi pelaku usaha mikro yang jumlahnya sebesar 96,68 dengan kemampuan daya
serap tenaga kerja 89%. Sementara sumbanga Usaha Mikro terhadap PDB sebesar 37,8% (Kemenkeu RI,
2020). Di jambi, tahun 2020 meningkat cukup pesat. Di tahun 2019 UMKM Propinsi Jambi berjumlah
1073 dan berkembang di tahun 2020 menjadi 3513 (Rahmatia, 2021). Perkembangan UMKM meningkat
seiring ekonomi digital dan penerimaan pajak dari UMKM. (Radarjambi.co.id, 2021).
Namun di tengah pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) seperti ini terjadi penurunan
yang signifikan pada omzet UMKM. Hal ini dikarenakan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) sehingga terjadi penurunan daya beli masyarakat. Tak sedikit UMKM yang berada di ambang
kritis dan merugi bahkan sebagian harus gulung tikar karena perputaran modal biaya produksi yang tidak
tercukupi. Begitu juga dengan sebagian karyawan yang ikut terkena imbasnya dan terpaksa dirumahkan.
(pajak.go.id, 2020)
Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, jumlah UMKM di Kabupaten Batanghari mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Tetapi pada kenyataannya, peningkatan jumlah UMKM tersebut
tidak diimbangi dengan kesadaran para pemilik UMKM untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.
Faktor kedua yang diduga mempengaruhi kualitas audit adalah due professional care. Due
professional care memiliki arti kemahiran profesional yang cermat dan seksama. Menurut PSA No. 4
seksi 230.1 SPAP 2011, kecermatan dan keseksamaan dalam penggunaan kemahiran profesional
menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional, atau lebih bisa dipahami suatu sikap
auditor yang berpikir kritis terhadap bukti audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi
terhadap bukti audit.
Dari tahun 2018 hingga tahun 2020 terjadi kenaikan jumlah UMKM yang signifikan di
Kabupaten Batanghari. Dikutip dari situs (djpb.kemenkeu.go.id) Tetapi jika dibandingkan dengan jumlah
penerimaan pajak 2020 di kabupaten Batanghari sebesar 57,98% Hal tersebut menunjukan bahwa di
Kapubaten Batanghari masih terdapat permasalahan kepatuhan Wajib Pajak khususnya sektor UMKM.
Meskipun penerimaan pajak dari sektor UMKM terus mengalami peningkatan, tetapi jumlah
tersebut masih terus dapat di optimalkan mengingat potensi UMKM yang ada cukup besar. Jadi, elum
sepenuhnya wajib pajak UMKM memenuhi kepatuhan perpajakannya. Menurut soesilo (2013), hal ini
ditunjukan dengan sedikitnya para UMKM yang memiliki NPWP, serta masih sedikit nya penerimaan
pajak yang diterima dari sektor UMKM. Hal ini dikarenakan pajak masih dinilai sebagai hal yang
menakutkan dan membahayakan usaha mereka. Kebanyakan para UMKM juga tidak memiliki
pembukuan yang tidak teratur, hal ini yang mnyulitkan dalam pemeriksaan pajak (Thoriq, 2015).
Kabupaten Batanghari adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jambi yang pemerintah
daerahnya senantiasa berupaya meningkatkan perekonomian daerahnya. Adapun upaya peningkatan
perekonomian daerah tersebut adalah upaya untuk meningkatkan penerimaan pendapatan daerah yang
pada garis besarnya ditempuh dengan usaha intensifikasi yang artinya suatu usaha atau tindakan
memperbesar penerimaan dengan cara melakukan punggutan yang lebih ketat. (Wati, 2017).
Hasil Penelitian dari Machfiroh (2020) Penelitian ini menggunakan teknik analisa regresi linear
berganda yang sebelumnya dilakukan analisa uji asumsi klasik. Berdasarkan hasil analisa yang telah
dilakukan, dinyatakan bahwa mekanisme pembayaran pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak bagi UMKM, sedangkan tarif, sanksi, sosialisasi tentang perpajakan dan kesadaran
akan wajib pajak tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Oleh karena itu, peneliti
tertarik mengambil judul skripsi “Pengaruh Pemahaman Cara Pembayaran Pajak, Dan Sanksi
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM Di Kabupaten Batanghari”
2. Landasan Teori dan Perumusan Hipotesis
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Atribusi
Teori Atribusi Menurut (Robbins & Jugde, 2017) teori atribusi adalah teori yang menjelaskan
bahwa ketika individu mengamati perilaku seorang, individu tersebut berupaya untuk menentukan
apakah perilaku tersebut disebabkan secara internal atau eksternal. Perilaku yang disebabkan secara
internal merupakan perilaku yang diyakini berada di bawah kendali pribadi seorang individu, dengan
kata lain tidak terpengaruh oleh hal lain. Perilaku yang disebabkan secara eksternal merupakan perilaku
yang dianggap sebagai akibat dari sebab-sebab luar yaitu individu tersebut dianggap telah dipaksa
berperilaku demikian oleh situasi.
Teori atribusi relevan untuk menjelaskan penelitian ini, sebab perilaku seseorang wajib pajak
dalam memenuhi kepatuhan perpajakannya ditentukan oleh suatu keadaan, baik dari faktor internal
adalah pemahaman cara pembayaran pajak, merupakan dasar yang harus dimiliki agar wajib pajak dapat
patuh untuk membayar pajak dan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
adalah sanksi pajak, hal itu disebabkan karena perilaku tersebut dipengaruhi oleh tuntutan situasi. Faktor
internal dan eksternal tersebut dapat mempengaruhi wajib pajak dalam mengambil keputusan untuk
patuh atau tidak patuh dalam membayar pajak.
2.1.2 Cara Pembayaran Pajak
Cara pembayaran pajak dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) jenis yaitu, Membayar sendiri
pajak yang terutang, Membayar PPh melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain, Membayar
PPN kepada pihak penjual atau pemberi jasa ataupun oleh pihak yang ditunjuk pemerintah, dan
Pembayaran pajak-pajak lainnya. Modernisasi layanan pajak diharapkan mampu meningkatkan
kepatuhan wajib pajak UMKM. Direktorat Jenderal Pajak sudah menyediakan situs yang bisa diakses
oleh masyarakat untuk mempermudah cara pembayaran dan pelaporan pajak diantaranya e-banking, e-
SPT, dan e-filling (detik.com, 2012).
2.1.3 Sanksi Pajak
Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada orang yang melanggar
peraturan. Peraturan atau undang-undang merupakan rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan
sesuatu mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Adapun sanksi
nya yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana.
2.1.4 Kepatuhan Wajib Pajak
Kualitas Markus (2005) mengatakan bahwa Wajib Pajak (Tax Payer) adalah Subjek Pajak yang
menerima atau memperoleh penghasilan. Dengan demikian orang pribadi ataupun baadan yang
memiliki penghasilan secara otomatis akan dikenakan pajak. Mardiasmo (2011) berpendapat bahwa
wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
Perundang-Undangan perpajakan. Sedangkan menurut UU No 9 Tahun 1994, Wajib Pajak adalah
orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan
untuk melakukankewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.
2.2 Perumusan Hipotesis
2.2.1 Pengaruh Cara Pembayaran Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Cara pembayaran pajak UMKM yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun
2013 telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107 Tahun 2013 yang menjelaskan tata cara
perhitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau
diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. Peraturan pemerintah ini menjelaskan
tentang bagaimana cara UMKM melaksanakan pembayaran pajak. Selain itu pembayaran pajak
penghasilan untuk UMKM dapat dilakukan melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM) hanya dengan
persyaratan NPWP dan Nomor Rekening.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Prawagis (2016) tentang Pengaruh Pemahaman atas
Mekanisme Pembayaran Pajak, Presepsi Tarif Pajak dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
UMKM menunjukan bahwa mekanisme pembayaran pajak berpengaruh signifikan baik secara simultan
maupun parsial.
H1: Cara Pembayaran Pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
2.2.2 Pengaruh Sanksi Pajak Tehadap Kepatuhan Wajib Pajak
Sanksi pajak diberikan bukan untuk merugikan wajib pajak ataupun menguntungkan petugas

pajak atau negara. Sanksi perpajakan diberikan agar wajib pajak taat akan peraturan perpajakan.

Peraturan akan dipatuhi apabila ada sanksi bagi pelanggarnya. Wajib pajak akan memenuhi kewajiban

perpajakanya bila memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikanya.

Penelitian yang dilakukan oleh Cahyani dan Novriari (2019) tentang Pengaruh Tarif Pajak,
Pemahaman Perpajakan, dan Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM menunjukkan
bahwa Sanksi Perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Sanksi Perpajakan juga merupakan faktor
eksternal yang bisa mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak. Sehingga semakin ketat Sanksi Pajak maka
Kepatuhan Wajib Pajak juga semakin meningkat
H2: Sanksi PajakTerhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
3. Metode Penelitian
3.1 Jenis dan Sumber Data
Data Penelitian ini mengunakan data primer dan data sekunder, untuk data primer diperoleh atau
bersumber dari daftar pertanyaan (kuesioner) yang ditujukan kepada responden dengan tujuan untuk
memperoleh fakta atau keterangan faktual dari responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari buku-
buku teks, laporan penelitian sebelumnya, jurnal, majalah dan lain-lain yang digunakan sebagai teori,
konsep yang digunakan untuk membangun model kerangka pemikiran penelitian ini.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer sebagai metode pengumpulan data. Data diperoleh atau
bersumber dari daftar pertanyaan (kuesioner) yang ditujukan kepada wajib pajak UMKM yang berada di
Kabupaten Batanghari/
3.3 Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini seluruh wajib pajak UMKM yang ada di Kabupaten Batanghari ada 52
UMKM yang dijadikan responden dalam penelitian ini. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan
adalah metode purposive sampling.
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif
dilakukan dengan cara menganalisis permasalahan yang diwujudkan secara kuantitatif. Analisis
kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga menghasilkan
informasi yang dibutuhkan dalam analisis.
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Untuk menguji hipotesis yang diajukan, variabel yang diteliti dalam penelitian ini diklasifikasikan
menjadi variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
kepatuhan wajib pajak, sedangkan variabel independennya adalah cara pembayaran pajak dan sanksi
pajak.
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Variabel Definisi Operasional Indikator Variabel Pengukuran
Variabel
Kepatuhan Wajib Kepatuhan wajib pajak - Mengetahui UU Perpajakan
Pajak (Y) merupakan suatu tindakan - Wajib pajak
patuh dan sadar terhadap mengetahui cara isi
Marista, Betri dan ketertiban pembayaran dan formulir
Fajriana (2014). pelaporan kewajiban - Wajib Pajak menghitung Ordinal
perpajakan masa dan tahunan dengan jumlah yang benar
dari wajib pajak yang berbentuk - Wajib pajak membayar
sekumpulan orang dan/ atau tepat waktu.
modal yang merupakan usaha - Wajib pajak melaporkan
sesuai dengan ketentuan dan menyetor pajak sesuai
mekaniperpajakan yang dengan tarif yang telah
berlaku. ditentukan.

Cara pembayaran Cara pembayaran pajak dapat - Mengetahui tempat Ordinal


Pajak diklasifikasikan menjadi 4 pembayaran pajak
(X1) (empat) jenis yaitu, Membayar dilakukan.
sendiri pajak yang terutang, - Mengerti cara pembayaran
Muhammarsy ah Membayar PPh melalui wajib pajak sendiri yang
(2011) pemotongan dan pemungutan terutang bulanan dan
oleh pihak lain, Membayar PPN tahunan.
kepada pihak penjual atau - Pemahaman
pemberi jasa ataupun oleh pembayaran PPh.
pihak yang ditunjuk - Pemahaman mengenai
pemerintah, dan Pembayaran wajib pajak
pajak-pajak lainnya
Sanksi Pajak Sanksi adalah suatu tindakan - Sanksi pajak agar tercipta Ordinal
(X2) berupa hukuman yang diberikan kedisiplinan wajib pajak
kepada orang yang melanggar dalam memenuhi
Bryan Wahyu peraturan. kewajiban perpajakan.
Rahmanto (2015) - Pengetahuan wajibpajak
tentang adanya sanksi
perpajakan
- Sikap wajib pajak
terhadap sanksi
perpajakan
- Penerapan sanksi harus
sesuai dengan ketentuan
yang berlaku

Sumber : Diolah peneliti, 2021.


3.6 Metode Penelitian
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Penelitian yang dilakukan pada populasi jelas
akan menggunakan statistik deskriptif dalam analisisnya (Sugiyono, 2016).

3.6.2 Outer Model


3.6.2.1 Uji Convergent Validity
Convergent validity mengukur besarnya korelasi antar variabel dengan variabel laten. Pengujian
convergent validity dapat dilihat dari loading factor untuk tiap indikator variabel. Nilai loading factor >
0,7 merupakan nilai ideal, artinya indikator tersebut valid mengukur variabel yang dibentuknya. Dalam
penelitian empiris, nilai loading factor > 0,5 masih bisa diterima. Bahkan, sebagian ahli mentolerir 0,4.
Nilai ini menunjukkan persentasi variabel mampu menerangkan variasi yang ada dalam indikator
(Haryono, 2017).
3.6.2.2 Uji Discriminant Validity
Disriminant Validity dari model reflektif dievaluasi melalui cross loading, kemudian
membandingkan nilai AVE dengan kuadrat nilai korelasi antar variabel (atau membandingkan akar AVE
dengan korelasi antarvariabel). Ukuran Cross loading adalah membandingkan korelasi indikator dengan
variabelnya dan variabel dari blok lainnya. Bila indikator dengan variabel lebih tinggi dari korelasi
dengan blok lainnya, hal ini menunjukkan variabel tersebut memprediksi ukuran pada blok mereka
dengan lebih baik dari blok lainnya. Ukuran Discriminant Validity dengan pendekatan fornell-larcker
adalah akar AVE harus lebih tinggi daripada korelasi antara variabel dengan variabel lainnya atau nilai
AVE lebih tinggi dari kuadrat korelasi antar variabel.
3.6.2.3 Uji Composite Reliability
Mengukur reliabilitas suatu variabel dengan item refleksif dapat dilakukan menggunakan dua
cara yakni dengan Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability. Composite Reliability (CR) lebih baik
dalam mengukur internal consistency dibandingkan Chonbach’s Alpha sebab tidak mengansumsikan
kesamaan boot dari setiap indikator. Cronbach’s Alpha cenderung menaksir lebih rendah dibandingkan
Composite Reliability. Interpretasi Composite Relialibility sama dengan Cronbach Alpha. Nilai batas ≥
0,7 dapat diterima dan nilai ≥ 0,8 sangat memuaskan.
3.6.3 Inner Model
3.6.3.1 Uji R² (R-squared)
Pengujian koefisien determinan / R² dilakukan untuk mengetahui besar pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen dalam sebuah penelitian. Apabila nilai R² menunjukkan angka
sebesar 0,67 artinya antar variabel memiliki pengaruh yang kuat, apabila nilai R² menunjukkan angka
sebesar 0,33 artinya antar variabel memiliki pengaruh moderat dan apabila apabila nilai R² menunjukkan
angka sebesar 0,19 artinya antar variabel memiliki pengaruh lemah (Chin, 1988).
3.6.3.2 Uji Q² (R-squared)
Pengujian relevansi prediksi/Q² dilakukan untuk mengetahui kapabilitas prediksi dengan
prosedur bootstraping. Apabila nilai Q² menunjukkan angka sebesar 0,35 artinya antar variabel memiliki
kapabilitas prediksi yang besar, Apabila nilai Q² menunjukkan angka sebesar 0,15 artinya antar variabel
memiliki kapabilitas prediksi yang sedang dan Apabila nilai Q² menunjukkan angka sebesar 0,02 artinya
antar variabel memiliki kapabilitas prediksi yang kecil.
3.6.3.3 Uji F² (R-squared)
Pengujian ukuran efek / F² dilakukan untuk mengetahui kebaikan model dalam suatu penelitian.
Ukuran efek (effect size) memiliki tiga kategori, yaitu kecil (0,02), sedang (0,15) dan besar (0,35)
(Sholihin & Ratmono, 2013).
3.6.3.4 Uji Kecocokan Model
Uji kecocokan model ini digunakan untuk mengetahui apakah suatu model memiliki kecocokan
dengan data. Pada uji kecocokan model terdapat 3 indeks pengujian, yaitu Average Path Coefficient
(APC), Average R-squared (ARS) dan Average Varians Factor (AVIF). Nilai p untuk APC dan ARS
harus lebih kecil dari 0.05 atau berarti signifikan. Selain itu, AFIV sebagai indikator multikolinearitas
harus < 5 (Sholihin & Ratmono, 2013).
3.6.4 Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk menjelaskan arah hubungan antara variabel independen dan
variabel dependennya. Pengujian ini dilakukan dengan cara analisis jalur (path coefficient) dan tingkat
signifikansinya. Suatu hipotesis dapat diterima atau harus ditolak secara statistik dapat dihitung melalui
tingkat signifikansinya. Biasanya tingkat signifikansi ditentukan sebanyak 10%, 5%, dan 1%. Tingkat
signifikansi yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebesar 5%. Apabila tingkat signifikansi yang
dipilih sebesar 5% maka tingkat signifikansi atau tingkat kepercayaan 0,05 untuk menolak suatu
hipotesis.. Berikut ini yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam penelitian ini yaitu:
1) p-value ≥ 0,05, maka Ho diterima, 2) p-value < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Tabel 4.5 Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std.


Deviation
CPP 46 2 5 4,16848 0,73840

SP 46 2 5 3,85870 0,61992
KWP 46 2 5 3,52174 0,79680
Valid N
(listwise)
Sumber: Diolah Peneliti,2021
Tabel 4.1 diatas diketahui jumlah data penelitian (N) ada 46 data. Variabel Cara Pembayaran Pajak (X1)
mmiliki nilai minimum 2 dan nilai maksimum 5 nilai rata-rata sebesar 4,16848 dengan nilai standar
deviasi 0,73840. Variabel Sanksi Pajak (X2) memiliki nilai minimum 2 dan nilai maksimum 5 nilai rata-
rata sebesar 3,85470 dengan nilai standar deviasi 0,61992. Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y) memiliki
nilai minimum 2 dan nilai maksimum 5 nilai rata-rata sebesar 3,52174 dengan nilai standar deviasi
sebesar 0,79860.
4.1.2 Outer Model
4.1.2.1 Uji Convergent Validity
Tabel 4.2 Nilai Loading Factor
CPP SP KWP Status
X1.1 0,848 Valid

X1.2 0,929 Valid

X1.3 0,794 Valid

X1.4 0,868 Valid

X2.1 0,893 Valid

X2.2 0,906 Valid

X2.3 0,786 Valid

X2.4 0,833 Valid

Y.1 0,810 Valid

Y.2 0,862 Valid

Y.3 0,885 Valid

Y.4 0,875 Valid

Y.5 0,783 Valid

Tabel 4.2 menunjukkan setiap indikator mampu menghasilkan nilai loading factor > 0,5. Nilai loading
factor > 0,5 dikategorikan masih bisa diterima, namun dikatakan baik apabila Nilai loading factor > 0,7
dengan kata lain telah valid atau memenuhi kriteria convergent validity dan juga instrumen penelitian
yang berjumlah 13 pertanyaan dalam penelitian ini telah mampu untuk mengukur dan mewakili indikator
variabel Cara Pembayaran Pajak (X1), Sanksi Pajak (X2) dan Kepatuhan Wajib Pajak (Y).
Tabel 4.3 Nilai AVE

Variabel Laten Avarage Variance Extracted (AVE) Status


CPP 0,742 Valid
SP 0,754 Valid
KWP 0,713 Valid
Sumber : Output WarpPLS 7
Tabel 4.3 menunjukkan pengujian yang dilakukan menunjukkan nilai AVE sebesar > 0,5 , dengan kata
lain nilai AVE terpenuhi. Nilai AVE yang terpenuhi menggambarkan bahwa variabel laten telah mampu
menjelaskan lebih dari setengah varian dari indikator-indikatornya dalam rata-rata.
4.1.2.2 Uji Discriminant Validity
Tabel 4.4 Nilai Cross Loading
CPP SP KWP Status
X1.1 0,848 0,034 -0,014 Valid

X1.2 0,929 0,134 -0,026 Valid

X1.3 0,794 -0,166 -0,027 Valid

X1.4 0,868 -0,025 -0,066 Valid

X2.1 -0,132 0,893 0,076 Valid

X2.2 0,107 0,906 -0,169 Valid

X2.3 0,124 0,786 0,087 Valid

X2.4 -0,086 0,833 0,019 Valid

Y.1 -0,157 0,303 0,810 Valid

Y.2 -0,069 0,025 0,862 Valid

Y.3 -0,111 0,187 0,885 Valid

Y.4 0,058 -0,299 0,875 Valid

Y.5 0,299 -0,325 0,783 Valid

Tabel 4.4 menunjukkan ukuran nilai cross loading untuk indikator dari suatu variabel lebih tinggi
daripada korelasi dengan blok lainnya, hal ini menunjukkan variabel tersebut memprediksi ukuran pada
blok mereka dengan lebih baik dari blok lainnya. Artinya indikator yang terdapat pada masing-masing
variabel sudah memiliki discriminant validity yang baik berdasarkan nilai cross loading.
4.1.3.1 Uji Composite Reliability
Tabel 4.6 Nilai Cronbach Alpha
Variabel Cronbach Alpha Status
Cara Pembayaran Pajak 0,883 Reliabel
Sanksi Pajak 0,890 Reliabel
Kepatuhan Wajib Pajak 0,898 Reliabel
Sumber : Output WarpPLS 7
Tabel 4.6 menunjukkan setiap indikator mampu menghasilkan nilai cronbach alpha > 0,7. dengan kata
lain nilai cronbach alpha > 0,7 telah memenuhi composite reliability dan juga berarti bahwa semua
indikator dalam kuesioner yang digunakan dalam mengukur variabel cara pembayaran pajak(X1), sanksi
pajak (X2),) dan kepatuhan wajib pajak (Y) dinyatakan reliable Inner Model
4.1.3.1 Uji R² (R Squared)
Tabel 4.7 Nilai R² (R Squared)
Variabel R-squared
Cara Pembayaran Pajak
Sanksi Pajak
Kepatuhan Wajib Pajak 0,424
Sumber : Output WarpPLS 7
Tabel 4.7 koefisien determinasi R² menunjukkan bahwa kualitas audit mampu dijelaskan oleh cara
pembayaran pajak dan sanksi pajak sebesar 42,4% dan sisanya 57,6% dijelaskan oleh faktor lain yang
tidak terdapat dalam penelitian ini. Pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen
termasuk kedalam pengaruh moderat.
4.1.3.2 Uji Q² (Q Squared)
Tabel 4.8 Nilai Q² (Q Squared)
Variabel Q-squared
Cara Pembayaran Pajak
Sanksi Pajak
Kepatuhan Wajib Pajak 0,446
Sumber : Output WarpPLS 7
Tabel 4.8 menunjukkan relevansi prediksi Q² menunjukkan angka 0,446 yang artinya estimasi model
dalam penelitian ini memiliki kapabilitas prediksi yang besar.

4.1.3.3 Uji F² (F Squared)


Tabel 4.9 Nilai F² (F Squared)
Variabel F-squared
Cara Pembayaran Pajak 0,244
Sanksi Pajak 0,179
Kepatuhan Wajib Pajak
Sumber : Output WarpPLS 7
Tabel 4.9 menunjukkan ukuran efek (effect size) F² untuk variabel independensi (X1) menunjukkan
angka 0,244 yang termasuk kedalam kategori sedang dan berarti cara pembayaran pajak memiliki
pengaruh sedang terhadap kepatuhan wajib pajak (Y). Variabel sanksi pajak (X2) menunjukkan angka
0,179 yang termasuk kedalam kategori sedang dan berarti sanksi pajak memiliki pengaruh sedang
terhadap kepatuhan wajib pajak (Y).
4.1.3.4 Uji Kecocokan Model (Model Fit)
Tabel 4.10 Goodness of Fit Model
Model fit and quality indices
-----------------------------------------------------------
Average path coefficient (APC) = 0.370 P<0.001
Average R-squared (ARS) = 0.424, P<0.009
Average block VIF (AVIF) = 1.413, acceptable if <= 5, ideally <= 3.3
Sumber : Output WarpPLS 7
Tabel 12 menunjukkan uji kecocokan model (model fit), APC memiliki indeks sebesar 0,370 dengan nilai
p-value = P<0.001. Sedangkan ARS memiliki indeks sebesar 0,424 dengan p-value = P<0.009.
Berdasarkan kriteria, APC sudah memenuhi kriteria karena memiliki nilai p-value = P<0.001. Begitu
juga dengan nilai ARS yang telah memenuhi kriteria karena memiliki nilai p-value = P<0.009. Nilai
AVIF juga telah memenuhi kriteria nilai < 5, karena berdasarkan tabel diatas nilai AVIF adalah 1,413.
Maka dengan penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa inner model dapat diterima.
4.1.4 Uji Hipotesis
Tabel 13. Nilai Path Coefficient dan Nilai p-value
Variabel Path Coefficient Status p-value Status
Cara pembayaran Pajak 0,414 Positif 0,007 Signifikan
Sanksi Pajak 0,326 Positif 0,029 Signifikan
Sumber : Output WarpPLS 7
Variabel cara pembayaran pajak (X1) yang menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,414
(positif), angka ini dapat diartikan jika terjadi peningkatan pada penilaian terhadap cara pembayaran
pajak sebesar satu satuan, maka kepatuhan wajib pajak akan mengalami peningkatan sebesar 0,414 dan
begitu pun sebaliknya, setiap terjadi penurunan penilaian terhadap cara pembayaran pajak sebesar satuan,
maka penilaian terhadap kepatuhan wajib pajak akan mengalami penurunan sebesar 0,414 dan arah
positif menunjukkan bahwa cara pembayaran pajak searah dengan perubahan kepatuhan wajib pajak.
Nilai selanjutnya yaitu p-value yang menunjukkan angka sebesar 0,007, angka ini dapat diartikan
variabel cara pembayaran pajak mempengaruhi variabel kepatuhan wajib pajak secara signifikan, artinya
semakin baik cara pembayaran pajak seorang wajib pajak maka akan semakin meningkat kepatuhan
wajib pajak yang dihasilkan oleh wajib pajak UMKM, dengan tingkat keyakinan 95% (kesalahan 5%).
Variabel sanksi pajak berpengaruh terhadap variabel kepatuhan wajib pajak UMKM di
Kabupaten Batanghari. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel sanksi pajak memiliki pengaruh
terhadap variabel kepatuhan wajib pajak yang dapat diamati melalui nilai koefisien jalur yaitu 0,326.
Angka ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan pada sanksi pajak, maka kepatuhan wajaib pajak
akan meningkat sebesar 0,326 dan begitu pula sebaliknya, setiap terjadi penurunan cara pembayaran
pajak, maka kepatuhan wajib pajak akan menurun sebesar 0,326. Nilai selanjutnya yaitu p-value yang
menunjukkan angka sebesar 0,029, angka ini dapat diartikan variabel sanksi pajak mempengaruhi
variabel kepatuhan wajib pajak secara signifikan, artinya semakin baik sanksi pajak seorang wajib pajak
maka akan semakin meningkat kepatuhan wajib pajak yang dihasilkan oleh wajib pajak UMKM, dengan
tingkat keyakinan 95% (kesalahan 5%).
4.2 Pembahasan
4.2.2 Pengaruh Cara Pembayaran Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa cara pembayaran pajak memiliki pengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengujian secara statistik yang
menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,007 < 0,05 sehingga hipotesis dalam penelitian ini yang
menyatakan bahwa cara pembayaran pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dapat diterima
(H1 diterima). Hasil ini sama dengan teori atau temuan dalam penelitian sebelumnya oleh Machfiroh
(2020) juga menunjukan bahwa mekanisme pembayaran pajak berpengaruh signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak bagi UMKM.
Hal ini menunjukkan bahwa cara pembayaran pajak di Kabupaten Batanghari tergolong baik.
Persepsi cara pembayaran pajak merupakan faktor internal dari wajib pajak UMKM. Peraturan terbaru
mengenai sistem pembayaran pajak dan pelaporan SPT bagi UMKM sebagian besar berbasis online yang
mengakibatkan pengetahuan UMKM masih kurang dalam memahami cara pembayaran pajak. Sehingga
diperlukan upaya penyuluhan atau training mengenai cara pembayaran pajak terhadap UMKM sebagai
wajib pajak oleh pemerintah.
Secara empiris di lapangan, cara pembayaran pajak di Kabupaten Batanghari sendiri sudah cukup
baik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil jawaban para responden sebagian besar dijawab setuju dan sangat
setuju. Artinya pelaku UMKM di Kabupaten Batanghari mengerti fungsi dan manfaat pajak sehingga
wajib pajak melaksanakan ketentuan perpajakan dengan kesadaran diri sendiri atau sukarela tanpa adanya
paksaan. Sehingga kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak meningkat. Berdasarkan indikator
pertanyaan-pertanyaan tersebut menjelaskan bahwa cara pembayaran pajak sudah banyak dipatuhi oleh
wajib pajak yang telah memenuhi kewajiban perpajakannya dikatakan baik, walaupun ada beberapa
wajib pajak yang belum memahami peraturan perpajakan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Adapun teori atribusi yang dijelaskan oleh (Robbins & Jugde, 2017) teori atribusi adalah teori
yang menjelaskan bahwa ketika individu mengamati sikap seorang, individu tersebut berupaya untuk
menentukan apakah sikap tersebut disebabkan secara internal atau eksternal. Sikap yang disebabkan
secara internal merupakan sikap yang diyakini berada di bawah kendali pribadi seorang individu, dengan
kata lain tidak terpengaruh oleh hal lain. Sikap yang disebabkan secara eksternal merupakan sikap yang
dianggap sebagai akibat dari sebab-sebab luar yaitu individu tersebut dianggap telah dipaksa berperilaku
demikian oleh situasi. Dalam hal ini faktor internal yang timbul dari wajib pajak cara pembayaran pajak
yaitu memahami secara baik dan benar terkait ketentuan dan peraturan-peraturan perpajakan, wajib pajak
yang memahi peraturan perpajakan secara baik dan betul-betul memahami peraturan perpajakan akan
melakukan kewajiban perpajakan dalam melapor dan membayarkan pajaknya, hal ini akan meningkatkan
jumlah wajib pajak yang sudah melapor dan membayarnya. Factor eksternal yang timbul dari cara
pembayaran pajak yaitu ketika wajib pajak melakukan mempelajari, membaca dan mengerti terkait cara
pembayaran pajak, hal ini akan memudahkan wajib pajak serta dapat meningkatkan kepatuhan wajib
pajaknya
4.2.2 Pengaruh Sanksi Pajak Terhadap kepatuhan Wajib Pajak
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa sanksi pajak memiliki pengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengujian secara statistik yang menunjukkan
bahwa nilai signifikansi 0,029 < 0,05 sehingga hipotesis dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa
sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dapat diterima (H2 diterima). Hasil Penelitian
Prawagis dkk (2016) menunjukkan bahwa sanksi pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak.
Hal ini menunjukan bahwa dengan adanya ketegasan sanksi perpajakan, para pelaku UMKM
akan mematuhi peraturan perpajakan yang telah ditetapkan. Dengan alasan para pelaku UMKM
menyadari peraturan dan sanksi yang diterima baik sanksi administrasi maupun pidana yang akan
diterima apabila tidak memenuhi kewajiban perpajakannya maka dengan adanya sanksi yang tegas
menunjukkan kepatuhan pajak pelaku UMKM akan semakin meningkat. Dapat disimpulkan bahwa
semakin tegas sanksi yang diberikan, maka semakin meningkat kepatuhan wajib pajak UMKM dan
begitu juga sebaliknya.
Sanksi pajak yang diterapkan merupakan salah satu upaya dan alat kontrol pemerintah serta
dapat memberikan efek jera bagi setiap yang melakukan pelanggaran. Apabila sanksi yang dikenakan
oleh aparat pajak tidak tepat sasaran, maka akan mengakibatkan kepatuhan Wajib Pajak akan menurun.
Sanksi perpajakan diberlakukan untuk Wajib Pajak yang melanggar dan tidak memenuhi kewajiban
perpajakannya. Sanksi pajak ada dua yaitu, sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi perpajakan
dapat diukur dengan indikator: sanksi pidana dikenakan bagi pelanggar aturan pajak yang cukup berat,
sanksi administrasi dikenakan bagi pelanggar aturan pajak yang sangat ringan, sanksi pajak harus
dikenakan kepada pelanggarnya tanpa toleransi, dan pengenaan sanksi atas pelanggaran pajak dapat
dinegoisasikan.
Jika dilihat pada hasil pengelolaan distribusi frekuensi variabel sanksi perpajakan diketahui
bahwa hasil setiap indikator pertanyaan-pertanyaan yang terdiri dari; sanksi perpajakan yang dikenakan
bagi pelanggar aturan pajak cukup berat penggenaan sanksi pajak yang cukup berat merupakan salah
satu saran untuk mendidik wajib pajak, dan sanksi pajak harus dikenakan kepada pelanggarnya tanpa
toleransi. Mayoritas jawaban responden menjawab pada kategori “setuju”, hal ini menunjukan ketika
seorang wajib pajak semakin disiplin dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Berdasarkan indikator
pertanyaan-pertanyaan tersebut menjelaskan bahwa sanksi perpajakan sudah banyak dipatuhi oleh wajib
pajak yang telah memenuhi kewajiban perpajakan dikatakan baik, walaupun ada beberapa wajib pajak
yang belum memahami sanksi perpajakan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Adapun teori atribusi yang dijelaskan oleh (Robbins & Jugde, 2017) teori atribusi adalah teori
yang menjelaskan bahwa ketika individu mengamati sikap seorang, individu tersebut berupaya untuk
menentukan apakah sikap tersebut disebabkan secara internal atau eksternal. Sikap yang disebabkan
secara internal merupakan perilaku yang diyakini berada di bawah kendali pribadi seorang individu,
dengan kata lain tidak terpengaruh oleh hal lain. Sikap yang disebabkan secara eksternal merupakan
perilaku yang dianggap sebagai akibat dari sebab-sebab luar yaitu individu tersebut dianggap telah
dipaksa berperilaku demikian oleh situasi. Dalam hal ini faktor eksternal yang timbul dari wajib pajak
yaitu sanksi perpajakan dengan mematuhi sanksi administrasi dan sanksi pidana yang sesuai dengan
peraturan-peraturan perpajakan yang berlaku untuk wajib pajak maka wajib pajak harus melakukan
kewajiban perpajakan dengan baik hal ini akan meningkatkan jumlah wajib pajak yang sudah membayar
dan melaporkan pajaknya. Faktor eksternal yang timbul dari wajib pajak yaitu ketika wajib pajak merasa
tertekan apabila wajib pajak tidak melakukan kewajiban perpajakan kemudian tindakan wajib pajak
dalam membayar dan melaporkan pajaknya akan mempermudah wajib pajak sehingga tingkat kepatuhan
wajib pajak semakin meningkat.
5. Kesimpulan, Keterbatasan, dan Saran Penelitian
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh cara pembayaran pajak dan
Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, dimana yang menjadi target responden yaitu 52
wajib pajak UMKM di Kabupaten Batanghari dimana yang berhasil bersedia menjadi responden
sebanyak 46 orang. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
1) Cara Pembayaran Pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini berarti bahwa
semakin baik cara pembayaran pajak seorang wajib pajak maka akan semakin meningkat
kepatuhan wajib pajak yang dihasilkan oleh wajib pajak UMKM
2) Sanksi Pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini berarti bahwa semakin
baik sanksi pajak seorang wajib pajak maka akan semakin meningkat kepatuhan wajib pajak
yang dihasilkan oleh wajib pajak
5.2 Saran
Berdasarkan Saran yang dapat disampaikan adalah :
1) Perlunya memperluas objek penelitian, tidak hanya satu Kabupaten saja sehingga lebih dapat
dijadikan acuan bagi kepentingan generaliasi permasalahan.
2) Perlu ditambahkan metode wawancara pada saat pengumpulan data untuk menghindari
kemungkinan bias atau tidak objektif dari responden dalam mengisi kuisioner.
3) Perlunya menambah variabel-variabel independen yang berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak. Selain cara pembayaran pajak, dan sanksi pajak. Seperti pelayanan fiskus,
kemanfaatan NPWP, persepsi atas efektifitas sistem perpajakan, dan tingkat pendidikan.
4) Bagi wajib pajak UMKM disarankan agar lebih peka dan aktif terhadap peraturan-peraturan
perpajakan yang ada, dan dapat mengambil peran untuk peraturan-peraturan pajak
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Linayanti. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pemilik
UMKM dalam Memenuhi Kewajiban Membayar Pajak. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara
PGRI Kediri.

Ananda, Pasca Rizky Dwi,Dkk. (2015). Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Tarif Pajak, Dan Pemahaman Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada UMKM Yang Terdaftar Sebagai Wajib Pajak Di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Batu). Jurnal Perpajakan (JEJAK) Vol. 6 No. 2.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta:Bina Aksara.

Binambuni, Dony. “Sosialisasi PBB Pengaruhnya Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di Desa Karatung Kecamatan
Nanusa Kabupaten Talaud” Oleh: Jurnal EMBA Vol.1 No.4 Desember 2013, Hal. 2078-2087, 2013.

Bryan Wahyu Rahmanto. (2015). Pengaruh Pemahaman Peraturan Pajak, Sanksi Denda, dan Kesadaran Wajib
Pajak, terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta
Pada Tahun 2014. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas negeri Yogyakarta.

Burton, R. (2009). Kajian aktual perpajakan. Jakarta : Salemba Empat.

Cahyani dan Noviari. 2019. Pengaruh Tarif pajak, Pemahaman perpajakan, dan Sanksi perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib UMKM, Jurnal Akuntansi Vol. 26 No. 3, pp. 1885-1911.

Detik News, 2012. Kenali Proses Pembayaran Pajak Anda, https://news.detik.com/adv-nhl-detikcom/d-2062246/.


Diunduh 15 Maret 2021.

Direktorat Jendral Pajak, undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

Direktorat Jendral Pajak, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 perubahan ketiga atas
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang ketentan umum dan tata cara perpajakan.

Direktorat Jendral Pajak. Sepenuh hati Untuk UMKM di Tengah Pandemi, https://www.pajak.go.id/id/artikel/.
Diunduh 9 Maret 2021.

Fny, 2020. Bupati Ajak ASN Dan Masyarakat Batanghari Taati Peraturan Perpajakan,
https://www.jektv.co.id/read/2020/03/12/1096/. Diunduh 9 Maret 2021.

Ghozali, Imam dan Hengky Latan. 2012. Partial Least Square “Konsep, Teknik, dan Aplikasi” SmartPLS 2.0 M3.
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Huda, A. (2015). Pengaruh persepsi atas efektifitas sistem perpajakan, kepercayaan, tarif pajak, dan kemanfaatan
NPWP terhadap kepatuhan membayar pajak (studi empiris pada wajib pajak UMKM makanan di KPP
Pratama Pekanbaru Senapelan. Jom FEKOM. Vol.2 No.2. Oktober 2015.

Jumiarti, Veri. “Implementasi Kebijakan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Di Desa Sungai Paduan
kecamatan Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara”. Jurnal Publika, S-1 Ilmu Administrasi Negara, Vol. 1
No. 1 Desember 2012.

Junpath.S.V, dkk. 2016. Taxpayers’ Attitues Towrds Tax Amnesties and Compliance in South Africa: an
Exploratory study, South African Of Journal Accounting Research.

Kementrian Keuangan Republik Indonesia. 2020. UMKM Bangkit Ekonomi Indonesia Terungkit Tahun 2020,
www.kemenkeu,go,id. Diunduh 10 Maret 2021.

Kurniawan, Dhani. “Pengaruh Sosialisasi Pajak Bumi Dan Bangunan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di
Kabupaten Kudus”. Skripsi: FIS UNNES, 2006.

Machfiroh, Ines Saraswati, dkk. 2020. Pengaruh Pemahaman Atas Tarif, Mekanisme Pembayaran, Sanksi,
Sosialisai dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM, Jurnal Ilmiah Akuntansi
Vol. 4 No. 4, pp. 418-431.

Mardiasmo. (2011). Perpajakan (Edisi Revisi 2011). Yogjakarta: CV Andi Offset

Mardiasmo. (2011). Perpajakan (edisi revisi). Yogyakarta: CV Andi Offset.

Mardiasmo. (2018). Perpajakan Edisi Terbaru 2018. Yogyakarta: CV Andi Offset

Marista, M, Betri dan Fajriana, I. (2014). Pengaruh pemahaman wajib pajak UMKM terhadap pelaksanaan
Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 (studi empiris wajib pajak UMKM yang terdaftar di KPP
Pratama Palembang Ilir Barat). Jurnal Ekonomi. STIE Multi Data Palembang.

Marjan, Restu Mutmainah. (2014). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak
terhadap Tingkat Kepatuhan Formal WajibPajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan.
Skripsi. Fakultas Ekonomi dan BisnisUnivesitas Hassanuddin.

Markus, Drs. Muda (2005). Perpajakan Indonesia :Suatau Pengantar. Jakarta: PTGramedia Pustaka Utama.
Muliari, N. K. Dan Setiawan, P. E. (2010). Jurnal Akuntansi dan Bisnis: Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Pengaruh persepsi tentang Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak pada Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur, Diperoleh tanggal 25 Februari
2021.

Mulyono,D.(2010).Hukum pajak (konsep, aplikasi, dan penuntun praktis), Yogyakarta; CV Andi Offset.

Mutia, Sri Tita Mutia. (2014). Artikel Ilmiah: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Pengaruh Sanksi
Perpajakan, Kesadaran Perpajakan, Pelayanan Fiskus, dan Tingkat Pemahaman Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Padang.

Nafsi, Soraya Dabhtun. (2014). Naskah Publikasi: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universtas Muhammadiyah
Surakarta. Pengaruh Pelayanan Fiskus, Sanksi Perpajakan, dan Kesadaran Wajib Pajak Pelaku UMKM
SesudahPenerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013.

Nainggolan, Hermin dan Siti Patimah. 2019. Pengaruh Pemahaman Peraturan, Sanksi Dan Kesadaran Wajib Pajak
Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (Umkm) Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Di Balikpapan, Jurnal
Krisna Vol. 10, No. 2, pp. 188-195.

Nanda Muhammarsyah. 2011. Pengaruh Peran Account Reppresentatif, Pemahaman Prosedur Perpajakan Wajib
Pajak, dan Kualitas Pelayanan Tempat Pelayanan Terpadu di Kantor Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak
Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakannya. Skripsi. Jurusan Akuntansi/ Perpajakan Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Prawagis, Febirizki Damayanty, dkk. (2016). Pengaruh Pemahaman atas Mekanisme Pembayaran Pajak, Persepsi
Tarif Pajak dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Jurnal Perpajakan (JEJAK) Vol.
10 No.1.

Putra, Afuan Fajrian. 2020. Kepatuhan Wajib Pajak UMKM: Pengetahuan Pajak, Sanksi Pajak, dan Modernisasi
Sistem, Jurnal Riset Akyntansi dan Perpajakan Vol. 7, No. 1, pp. 1-12.

Rahayu, Siti Kurnia, dkk. (2006). Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu. Jakarta: Kencana

Rahmatia. 2021. UMKM di Kota Jambi Akan Didata Kembali, https://radarjambi.co.id/read/2021/02/02/26286/.


Diunduh 12 Maret 2021.

Robbins, S. P., & Jugde, T. A. (2017). Perilaku Organisasi (P. P. Lestari (ed.); 5th ed.). Salemba Empat.

Sekaran, Uma. 2011. Metodologi Penelitian untuk Bisnis Edisi 4 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Sekaran, U., dan Bougie, R. (2016). Research Method for Business (7th ed.). Chichester, West Sussex,: Printer
Trento Srl.

Setiawan, Eko Yudi. 2015. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi perpajakan
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM dalam pelaporan Kewajiban Perpajakan (Studi Kasus pada
Wajib Pajak UMKM yang terdaftar di KPP Pratama Blitar). Skripsi. Malang. Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Negeri (UIN).

Siahaan, Marihot Pahala (2010). HUKUM PAJAK MATERIAL. Yogyakarta:Graha Ilmu.

Simanjuntak dan Mukhlis. 2012. Dimensi Ekonomi Perpajakan Dalam Pembangunan Ekonomi. Jakarta : Raih Asa
Sukses.
Soemitro, R. (2004). Asas dan dasar perpajakan 1. Bandung: Refika Aditama.
Soni Devano dan Siti Kurnia Rahayu. 2006. Perpajakan: Konsep, Teori dan Isu. Jakarta: Kencana.

Sri, Valentina dan Aji Suryo. 2006. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.

Sugiyono (2005). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. bandung: Alfabeta.

Supramono dan Damayanti. (2010). Perpajakan Indonesia - mekanisme dan perhitungan. Andi. Yogyakarta.
Susanto, Heri. (2012). Membangun Kesadaran dan Kepedulian Sukarela Wajib Pajak. Diperoleh tanggal 24
Februari 2021.

Taniredja, Tukiran. 2012. Penelitian Kuantitiatif (Sebuah Pengantar). Bandung:Alfabet.

Tene, Johanes Herbert, dkk. 2017. Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Pajak, Sanksi Perpajakan dan
Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, Jurnal EMBA Vol. 5, No. 2, pp. 443-453.

Thoriq, Rosyadi, 2015. Hak dan kewajiban wajib pajak UMKM, www.pajak.onlie.com. Diunduh pada tanggal 25
Februari 2021.

Tiswiyanti, Wiwik dan Widyasari Wendry. 2019. Implementasi PP No 46 Tahun 2013 Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak UMKM Di Kota Jambi, Jurnal Akuntansi Vol. 7, No. 2, pp. 148-160.

Umar, Husein (2003). Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Utami, dkk. (2012). Pengaruh faktor-faktor eksternal terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak di lingkungan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Serang.Makalah Simposium Nasional Akuntansi XV. Banjarmasin.

Widiyaningsih, A. (2011). Hukum pajak dan perpajakan, Bandung;Alfabeta.

Widodo, Widi dkk. (2010). Moralitas, Budaya dan Kepatuhan Pajak. Bandung:ALFABETA

Wirawan, B.Ilyas dan Richard, B. (2013). Hukum pajak (teori, analisis dan perkembangan); Jakarta; Salemba
Empat.

Yadnyana, I.K dan Sudiksa, I.B. (2011). Pengaruh peraturan pajak serta sikap wajib pajak terhadap kepatuhan
wajib pajak koperasi di kota Denpasar. Jurnal Akuntansi Vol. 17 No. 2.

Yunianti, Linda Nur, dkk. 2019. The Influence Of Awarenesss, Moral, Obligations, Tax Acces, service Quality and
Tax Sanctions On TaxPayer Compliance In Paying Motor Vehicle Tax, Journal Of Accounting and
Strategic Finance Vol. 2, No. 1, pp. 1-13.

Yusro, H.W dan Kiswanto. (2014). Pengaruh tarif pajak, mekanisme pembayaran pajak dan kesadaran membayar
pajak terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM di kabupaten Jepara. Accounting Analysis Journal. ISSN :
2252- 6765.

Anda mungkin juga menyukai