Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TUGAS KELOMPOK MANAJEMEN ZISWAF

DOSEN PEMBIMBING :
RIKA SEPTIANINGSIH, S. H.I, M.E

DISUSUN OLEH

Amelia Ananda (200801006)

Hasan Indris (20080127)

Irvaldo (200801018)

Putri Sriwahyuni (200801005)

Reta (200801017)

Sisca Oktaviani (200801004)

FAKULTAS STUDI ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

PEKANBARU

2021

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3. Tujuan Penulis.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1...............................................................................................................................................3
2.2...............................................................................................................................................3
2.3...............................................................................................................................................4
2.4...............................................................................................................................................4
2.5...............................................................................................................................................5
2.6...............................................................................................................................................5
2.8...............................................................................................................................................7
2.11.............................................................................................................................................9
BAB III PENUTUP..................................................................................................................14
3.1. Kesimpulan................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zakat, Infak, dan Shadaqoh dan wakaf (ZISWAF) adalah salah satu ibadah yang
memiliki posisi yang sangat penting, strategis dan menentukan, baik dari sisi ubudiyah
maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan ekonomi umat. Selain ibadah, ZISWAF juga
memiliki keterkaitan sangat signifikan dalam dimensi sosial keummatan, karena secara
substansif, pendayagunaan zakat secara material dan fungsional memiliki partisipasi aktif
dalam memecahkan permasalahan keummatan seperti peningkatan kualitas hidup kaum
duafa, peningkatan sumber daya manusia dan pemberdayaan ekonomi. Dalam hitungan
makro, zakat dapat dimaksimalkan sebagai institusi distribusi pendapatan di dalam konsepsi
ekonomi Islam.

Sistem zakat sebagai suatu sistem ekonomi dalam Islam telah dibuktikan oleh Nabi
Muhammad saw. Selain ketentuan ibadah murni, zakat juga merupakan kewajiban sosial
berbentuk tolong menolong antara orang kaya dan orang miskin, untuk mencipkatan
keseimbangan sosial (equilibrium social) dan keseimbangan ekonomi (equilibrium of
economique). Sekaligus ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan, menciptakan keamanan
dan ketentraman.

Pendistribusian zakat yang bertujuan pemerataan ekonomi dan pembangunan, perlu


ditopang dengan suatu badan pengelola zakat yang modern dan profesional. Dalam hal ini
Dawam Raharjo mengusulkan pendirian bank sosial islam, berfungsi mengelola dana suplus
zakat untuk didayagunakan bagi kepentingan pemberdayaan ekonomi umat. Karena zakat
adalah salah satu instrumen penting dalam Islam sebagai upaya untuk menciptakan
kesejahteraan sosial perlu dibentuk institusi bank yang bebas bunga (zero interest bank)
sebagai pengelola dana umat berupa zakat dan sumber lainnya, yang ditujukan untuk
membantu permodalan bagi masyarakat ekonomi lemah. Melalui latar belakang tersebut,
pemakalah menjelaskan menganai “Sejarah Zakat, Infaq, dan Shadaqoh dan Wakaf
(ZISWAF) di 5 Negara”.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan yang akan dibahas sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah ZISWAF di negara Malaysia
2. Bagaimana sejarah ZISWAF di negara Saudi Arabia
3. Bagaimana sejarah ZISWAF di negara Mesir
4. Bagaimana sejarah ZISWAF di negara Yordania
5. Bagaimana sejarah ZISWAF di negara Kuwait

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan ini sebagai berikut :
1. Mengetahui sejarah ZIFWAF di negara Malaysia
2. Mengetahui sejarah ZIFWAF di negara Saudi Arabia
3. Mengetahui sejarah ZIFWAF di negara Mesir
4. Mengetahui sejarah ZIFWAF di negara Yordania
5. Mengetahui sejarah ZIFWAF di negara Kuwait

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian ZISWAF

Zakat

Zakat merupakan amalan yang termasuk dalam rukun Islam sebagai salah satu
ibadah wajib umat muslim. Secara umum, zakat merupakan besaran harta tertentu
yang dikeluarkan umat Muslim kepada orang-orang yang berhak menerimanya.
Perintah untuk berzakat disebutkan lebih dari 30 kali dalam Al Quran, salah satunya
tercantum dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 43.

“Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang
rukuk.” [QS. Al Baqarah: 43].

Secara garis besar zakat terbagi menjadi dua, yakni zakat jiwa (fitrah) dan
zakat harta (mal). Zakat fitrah wajib dikeluarkan setiap Muslim di bulan Ramadhan
atau sebelum melaksanakan sholat Id di hari Raya Idul Fitri. Ketentuan zakat fitrah di
Indonesia ditetapkan 2,5 kilogram beras atau makanan pokok di sekitar wilayah
tempat tinggal. Sementara pembayaran zakat mal berbeda-beda menurut sifat harta
dan besar penghasilan yang bersangkutan.

Infaq

Selain istilah zakat, infak juga merupkan istilah yang sering didengar
masyarakat. Infak merupakan bentuk pemberian pada orang lain, namun hukumnya
Sunah bagi seluruh umat Muslim. Infak memiliki arti membelanjakan harta untuk
kebaikan. Anjuran untuk infak tercantum dalam Al Quran surat Saba’ ayat 39 yang
berbunyi:

“Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi
rezeki yang terbaik.” [QS. Saba’: 39].

Infak memang tidak diwajibkan bagi umat Muslim, namun sangat dianjurkan
sebagai upaya membersihkan harta dan mengharapkan ridho Allah SWT. Untuk
besaran infak, tidak ada aturan yang mengikat. Sehingga besaran infak bebas
semampu yang mengerjakan asal didasari niat tulus dan ikhlas.

Sedekah
3
Berbeda dari infak, sedekah lebih mencakup segala macam bantuan dari
seseorang kepada orang lainnya dengan harapan mencari pahala dari Allah SWT.
Bentuk pemberiannya pun bebas, waktu dan jumlahnya juga bebas sesuai keinginan
pemberinya. Istilah sedekah sering digunakan untuk menyebut segala jenis kebaikan
sebab ada hadis Nabi yang artinya:

“Segala kebaikan adalah sedekah.” (HR. Bukhari).

Bahkan hal kecil seperti senyuman yang tulus, menyingkirkan duri dari jalan,
membaca tasbih atau wirit lainnya dan segala bentuk kebaikan lain secara agama bisa
disebut sebagai sedekah.

Waqaf

Wakaf adalah perbuatan hukum wakif (pihak yang melakukan wakaf) untuk
memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum sesuai syariah.

Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf, unsur wakaf


ada enam, antara lain wakif (pihak yang mewakafkan hartanya), nazhir (pengelola
harta wakaf), harta wakaf, peruntukan, akad wakaf dan jangka waktu wakaf. Biasanya
wakaf memberikan berupa tanah kosong atau bangunan jadi yang diperuntukkan bagi
masyarakat sekitarnya. Beberapa contoh wakaf seperti tanah perkebunan, masjid, atau
tanah kosong yang di atasnya didirikan gedung untuk kepentingan masyarakat luas
dalam hal baik.

Pemberian ini termasuk sedekah jariah, tidak putus pahalanya selama terus
bermanfaat bsgi orang banyak. Meski tidak wajib, anjuran wakaf tercantum pada
Alquran surat Ali Imran ayat 92:

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu
nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” [QS. Ali Imran : 92].

B. Sejarah ZISWAF di 5 Negara


1. Malaysia

4
Sejarah perkembagan zakat di malaysia
Sebelum masa penjajahan, zakat di Malaysia dilaksanakan secara tradi- sional.
Kebijakan dan regulasi mengenai zakat masih sangat kurang. Ketika itu, zakat tidak diatur
secara sistematis di bawah Kerajaan (Pemerintah). Kebiasaan zakat dilaksanakan dengan
cara membayarkannya oleh penduduk kampung ke- pada guru-guru agama untuk
dibagikan kepada pada ashnâf. Dalam hal ini, guru- guru agama berkompeten sebagai
amil zakat karena mereka dipandang cakap dalam persoalan hawl, nishâb, dan kadar
zakat.
Ketika pada masa penjajahan Inggris, intervensi mereka ke dalam negara Malaysia
menimbulkan resistensi yang sengit dari kelompok Melayu terhadap hukum kolonial
Inggris. Kondisi ini menyebabkan kekuasaan kolonial merubah metode pemerintahan
mereka. Inggris berhasil mengkooptasi kelas penguasa pra-kolonial dengan merekrut
mereka sebagai eselon menengah dalam struktur aparatur negara kolonial di mana atasan
lansung mereka adalah para pejabat administrator Inggris.
Oleh pemerintah kolonial Inggris, kebijakan Negeri-Negeri Melayu dibagi menjadi
dua bagian, yaitu kebijakan yang berkaitan dengan Islam dan adat istia- dat Melayu
diserahkan kepada Council of Relegion and Malay Costom (CRMC) atau Majelis Agama
Islam dan Adat Istiadat Melayu (MAIAIM), sementara kebi- jakan lain seperti
perundang-undangan umum, keuangan, dan pendidikan dike- luarkan dan diawasi oleh
Inggris. Klasifikasi kebijakan ini memberi kesan seolah- olah pemerintah kolonial Inggris
menjunjung tinggi status agama dan adat istia- dat sebagai kompensasi atas hilangnya
kedaulatan para penguasa pribumi.
Dengan berdirinya MAIAIM di setiap Negeri yang diawali oleh Negeri Ke- lantan,
kebijakan zakat dan pengelolaannya diletakkan di bawah kekuasaan lembaga ini. Pada
awal pelaksanaannya, muzakkî di setiap kampung membayar zakat kepada imam
kampung dan sebagian hasil pungutan zakat diserahkan kepada kerajaan Negeri sebagai
sumber pembiayaan negara.
Meskipun Inggris memberikan kebijakan kepada MAIAM dalam persoalan yang
berkaitan dengan Islam dan adat istiadat Melayu, namun Inggris tetap memberikan arah
kebijakan melalui Majelis Mesyuarat Negeri untuk membuat peraturan tetang zakat. Atas
nasihat Inggris, Kelantan membuat peraturan tentang zakat pada tahun 1907 melalui Notis
Zakat Kelantan tahun 1907. Selanjutnya, Peraturan tahun 1907 ini berkembang dengan
adanya penambahan dan perbaikan menjadi Notis Zakat No. 3 Tahun 1916, dan Notis
Kutipan Fitrah No. 11 Tahun 1917. Notis Zakat No. 3 Tahun 1916 ini diganti oleh
Enakmen Kutipan Zakat No. 4 Tahun 1927. Dengan Enakmen Majelis Ugama Islam dan
Adat Istiadat Melayu Kelantan No. 23 tahun 1938 diperkenalkan dua peraturan baru,
yaitu Peraturan Kutipan Fitrah No. 73 Tahun 1938 dan Peraturan Kutipan Zakat No. 74
Tahun 1938 (No.1).
Setiap pemerintah Negeri mempunyai Departemen Urusan Agama Islam Negeri
(State Department of Islamic Affairs). Jadi fungsi dan peran Departemen dan Majelis itu
tergantung kepada dua faktor, yaitu siapa pimpinan Majelis Agamanya dan Apakah
Majelis itu mengelola dana sendiri atau didanai oleh Negeri. Pada kenyataannya,
Departemen Agama Islam berperan sebagai administrasi sekolah-sekolah agama, aktivitas
dakwah, mempersiapkan kursus- kursus agama, melaksanakan hukum Islam,

5
pengadministrasian belanja yang berhubungan dengan urusan-urusan Islam, dan
pengadministrasian Peradilan Islam. Sedangkan Majelis Agama Negeri fokus kepada
administrasi zakat, ad- ministrasi dana (fund) Baitulmal dan Wakaf.
Berikut ini adalah tabel yang ber- hubungan dengan hubungan Departemen Agama
Islam dan Majelis Agama Islam pada sembilan Negeri,dana zakat. Majelis ini
membolehkan dana zakat untuk dikembangkan (dipro- duktifkan) selain didistribusikan
kepada ashnâf dan mereka lebih kreatif untuk menciptakan kesadaran umat Islam dalam
membayar zakat.
Sumber Zakat di Malaysia
Ada empat sumber zakat di Malaysia, yakni: hasil pertanian, zakat pernia- gaan, zakat
gaji pekerja (pendapatan), dan zakat perusahaan. Khusus pada zakat pertanian, mayoritas
undang-undang yang berlaku di semua Negeri menjelaskan hanya padi sebagai sumber
zakat seperti dalam Enakmen Pentadbiran Undang- undang Agama Islam (Fitrah dan
Zakat) (pindaan) Tahun 1969 Pasal 9 menjelas- kan bahwa zakat pertanian hanya
dikenakan kepada padi saja,13 tanpa menye- butkan produktivitas tanaman lain seperti
karet, kelapa sawit, cokelat, kopi, buah-buahan, dan sayur-sayuran.
Zakat di Era Modern
Dari awal sejarah pelaksanaan zakat di Malaysia, pengelolaan zakat belum dikelola
secara profesional, maka potensi zakat di Malaysia belum terjaring seca- ra signifikan.
Dengan kemajuan ekonomi di Malaysia, ekonomi orang Melayu pun mulai mengalami
kemajuan. Potensi zakat yang cukup baik untuk mengem- bangkan kemajuan ekonomi,
dapat dijadikan pemerintah untuk memperbaiki sistem pengelolaan zakat. Zakat dikelola
secara profesional dengan memakai pola corporate governance. Konsep corporate
governance menekankan kepada pentingnya peranan dan tanggung jawab pengurus dalam
mengelola zakat dan juga untuk menumbuhkan integritas dan keyakinan masyarakat.
Peran dan tanggung jawab pengurus adalah melaksanapengelolaan zakat secara ikhlas,
bertanggung jawab, amanah, dan profesional supaya tujuan organisasi dapat tercapai dan
kepentingan masyarakat terhadap zakat dapat terpenuhi.
Berikut ini ada dua lembaga zakat di Malaysia yang mengamalkan pola corporate
governance ini. Pertama, Pusat Pungutan Zakat (PPZ). PPZ di Wilayah Persekutuan
berdiri 27 Desember 1990 sebagai lanjutan dari ide gagasan pem- bentukannya sejak Mei
1989. Munculnya gagasan pembentukan PPZ dimotori oleh adanya keresahan masyarakat
Muslim tentang pengelolaan zakat yang tidak berkembang. Kelemahan institusi yang ada
disebabkan oleh buruknya menajemen pengelolaan zakat sehingga kinerja institusi
pengelola zakat membuat muzakkî mengalami kesulitan untuk membayar zakat. ada lima
lembaga zakat swasta di Malaysia, yaitu: Lembaga Zakat Selangor (LZS), Pusat Urus
Zakat (PUZ) di Pulau Pinang, Pusat Kutipan Zakat (PKZ) di Pahang, Pusat Zakat Negeri
Sembilan (PZNS), dan Pusat Zakat Melaka (PZM). Di antara tujuh lembaga itu, hanya
dua lembaga yang diberi tanggung jawab untuk mengelolah zakat sepenuhnya seperti
memungut zakat dan mendistribusikannya yaitu Lembaga Zakat Selangor (LZS) dan
Pusat Urus Zakat (PUZ) di Pulau pinang sementara yang lain hanya bertugas memungut
zakat saja sementara yang mendistribusikannya adalah Baitulmal (unit zakat) di bawah
Majelis Agama Islam Negeri maing-masing.

6
2. Saudi Arabia
Pengaturan zakat di Saudi Arabia dimulai tahun 1951 berdasarkan pada
Keputusan Raja No 17/2/28/8634 yang menetapkan sistem wajib zakat. Keputusan
tertanggal 7 April 1951 ini berbunyi “Zakat Syar’i yang sesuai dengan ketentuan
syariah Islamiyah diwajibkan kepada individu dan perusahaan yang memiliki
kewarganegaraan Saudi Arabia.”
Menurut Keputusan Raja ini, zakat tidak dikenakan atas warga non Saudi
Arabia sehingga warga non Saudi Arabia hanya dikenakan pajak pendapatan.
Sebaliknya warga Saudi Arabia tidak dikenakan pajak dan zakat diperlakukan
sebagao pengganti pajak. Untuk pengelolaannya, Departemen Keuangan Saudi Arabia
membentuk bagian khusus yaitu Kantor Pelayanan Zakat dan Pajak Pendapatan.
Dalam beberapa aturannya, negara memberikan izin kepada muzaki untuk
menyalurkan zakatnya secara langsung kepada mustahik maksimal 50% dari zakat
yang dibayarkan dan setengahnya lagi harus disetorkan ke Departemen Keuangan.
Sedangkan untuk muzaki perusahaan diharuskan menyetorkan seluruh zakatnya ke
Departemen Keuangan.
Kewenangan penghimpunan zakat seluruhnya menjadi kewenangan Menteri
Keuangan dan Perkonomian Nasional, mulai dari aspek kebijakan hingga teknis
pelaksanaan penghimpunan. Sedangkan aspek penyaluran zakat diserahkan kepada
Departemen Sosial dan Ketenagakerjaan. Tugas dan fungsi dari Kantor Pelayanan
Zakat dan Pajak adalah:
a. Melakukan pengumpulan zakat dan pajak dari pihak-pihak yang diwajibkan untuk
membayarnya. Pembayaran zakat 2,5% sifatnya wajib bagi perusahaan Saudi Arabia
dan pajak 20% diwajibkan kepada perusahaan asing yang melakukan kegiatan usaha
di Saudi Arabia
b. Memiliki kewenangan untuk melakukan penilaian dan pengecekan atas harta
kekayaan perusahaan dan jumlah zakat yang wajib ditunaikan atau nilai pajak yang
harus dibayarkan ke kas negara
c. Tidak memiliki kewenangan untuk menagih zakat perorangan atau individu. Bagi
perorangan atau individu, kewajiban zakatnya diserahkan kepada masing-masing
individu
d. Hanya memiliki kewenangan pengumpulan atau pemungutan.
Setiap warga negara individu diwajibkan membayar zakat, tetapi ia boleh
menyalurkan zakatnya langsung kepada mustahik atau melalui yayasan sosial. Jika
sudah membayar zakat, ia tidak ditarik pajak lagi. Berbeda dengan zakat individu,
zakat perusahaan harus dibayarkan melalui Kantor Pelayanan Zakat dan Pajak. Setiap
perusahaan yang telah membayar zakat akan mendapatkan sertifikat tanda telah
membayar zakat. Sertifikat ini akan memudahkan perusahaan itu untuk
memperpanjang izin usahanya. Bagi perusahaan yang tidak memiliki sertifikat
menandakan perusahaan itu tidak membayar zakat sehingga izin usahanya tidak
diperpanjang lagi.

7
Dalam beberapa aturan berikutnya diperbolehkan bagi individu untuk
menyalurkan sendiri zakatnya maksimal setengahnya, dan setengah lagi disetorkan ke
Departemen Keuangan, khusus untuk perusahaan semuanya disetorkan ke
Departemen Keuangan.
Kewenangan penghimpunan zakat di Saudi semuanya berada dalam satu
kendali yaitu Departemen Keuangan, mulai dari aspek kebijakan sampai teknis,
sehingga peraturan-peraturan zakat yang ada banyak terfokus pada penghimpunan,
sedangkan untuk penyaluran, kewenangannya ada pada Departemen Sosial dan
Pekerjaan di bawah Dirjen Jaminan Sosial (dhaman ijtima’i).
Sesuai dengan Keputusan Raja bahwa zakat hanya diwajibkan kepada warga
Saudi saja, dan sebelum keputusan tersebut dikeluarkan, telah ada keputusan Raja
yang dikeluarkan beberapa bulan sebelum keputusan tentang zakat yaitu keputusan
raja tentang pajak pendapatan bagi bukan warga Saudi yang tidak mewajibkan zakat
kepada warga selain warga Saudi, sebagai gantinya mereka diwajibkan membayar
pajak pendapatan. Sebagai penunjanga pelaksanaan Keputusan Raja tersebut
dibentuklah biro khusus yang disebut “Maslahah al-Zakah wa ad-Dakhal” (kantor
pelayanan zakat dan pajak pendapatan). Tidak jarang orang Saudi yang
mengidentikkan zakat dengan pajak karena sistem yang dibangun untuk
penghimpunan dana tersebut hampir sama dengan penghimpunan pajak pendapatan.
Seiring dengan perkembangan peraturan pajak pendapatan yang diterapkan
oleh Saudi, dengan mengacu pada keuntungan yang dihasilkan dan dinaikkannya
persentase pajak pendapatan yang mengakibatkan nilai pajak pendapatan lebih tinggi
dibanding nilai zakat, warga Muslim non Saudi yang bermukim di Saudi (mayoritas
warga Teluk), mengajukan permohonan kepda pemerintahan Saudi agar mereka
disamakan dengan warga Saudi asli dengan kewajiban membayar zakat dan tidak lagi
membayar pajak pendapatan. Usulan ini diterima Raja dengan dikeluarkannya
Keputusan Raja yang menetapkan zakat diwajibkan kepada warga Saudi dan warga
Teluk yang bermukim di Saudi.

Penghimpunan Zakat
Penghimpunan zakat di Arab Saudi diterapkan pada semua jenis kekayaan
yaitu zakat ternak yang dikelola oleh komisi bersama antara Departemen Keuangan
dan Departemen Dalam Negeri yang disebut al- ‘awamil yaitu komisi khusus yang
tugasnya melakukan pungutan zakat ternak ke pelosok-pelosok daerah dan kemudian
menyerahkan hasilnya ke Departemen Keuangan.
Demikian halnya dengan zakat pertanian, zakat perdagangan, zakat tabungan,
dan zakat pendapatan. Beberapa yang masuk dalam kategori zakat pendapatan adalah
pendapatan dokter, kontraktor, pengacara, akuntan, dan para pegawai, seniman,
penghasilan hotel, biro travel. Penghasilan kesemuanya dipotong dari accountnya
masing-masing jika telah mencapat nisab. Cara penghitungannya berdasarkan pada
laporan keuangan masing- masing.

Penyaluran Zakat

8
Pemerintah Saudi menyalurkan zakat terfokus pada jaminan sosial warganya.
Untuk kepentingan tersebut pemerintah Saudi memberikan wewenang pendistribusian
zakat kepad Kementerian Sosial dan Tenaga Kerja di bawah Dirjen Jaminan Sosial.
Penentuan mustahiq didasarkan pada survey yang dilakukan oleh departemen dengan
nilai santunan 6000 Reyal Saudi per tahunnya.
Satu hal yang menarik dari sistem pengelolaan zakat di Saudi adalah tidak ada
zakat dari perusahan milik pemerintah karena semua hasil perusahaan ditujukan untuk
kepentingan umum. Majelis Tinggi Qadhi memberi fatwa untuk perusahaan patungan
antara pemerintah dan swasta harus dikeluarkan zakatnya kerena mereka menganggap
perusahan tersebut menjadi satu kesatuan badan hukum.
Saudi Arabia sebagai wilayah yang jumlah wakafnya cukup banyak dengan
didukung perekonomian yang memadai mampu mengembangkan harta wakaf dengan
baik sehingga masyarakatnya terjamin kesejahteraannya dan Kerajaan juga mampu
menyediakan sarana dan prasarana bagi jamaah haji.
Wakaf yang ada di Saudi Arabia bentuknya bermacam-macam seperti hotel,
tanah, bangunan (rumah) untuk penduduk, toko, kebun, tempat ibadah dan lain-lain.
Dari berbagai macam harta wakaf tersebut ada yang diwakafkan untuk dua kota suci
yakni kota Makkah dan Madinah.
Sebagai contoh, khusus terhadap dua kota suci yakni Makkah dan Madinah,
pemerintah membantu dua kota tersebut dengan memberikan manfaat hasil wakaf
terhadap segala urusan yang ada di kota tersebut. Hal ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengoptimalkan pemanfaatan hasil pengembangan wakaf. Dari hasil
pengelolaan harta wakaf itu selanjutnya dibangun perumahan penduduk.
Proyek-proyek pengembangan wakaf lain yang juga diutamakan adalah
pembangunan perumahan penduduk di sekitar Masjid Nabawi. Di kota ini juga
dibangun toko-toko dan tempat-tempat perdagangan. Semuanya ditujukan untuk
membantu keperluan jamaah haji dan orang-orang yang pergi melakukan ziarah ke
Madinah.

3. Mesir
Mesir memiliki jaringan yang sangat besar dan ekstensif dalam pengumpulan
dan distribusi zakat oleh sukarelawan dan organisasi masyarakat. Manajemen zakat
jaringan di Mesir terdiri dari empat elemen utama seperti: (1) zakat sukarela komite
yang tidak berafiliasi dengan institusi mana pun, (2) kementerian dan jaringan wakaf
dengan organisasi nirlaba terdaftar, (3) Nasir Social Bank dan kelompoknya, (4) Bank
Islam Mesir Faisal dan kelompoknya. Zakat dibayarkan secara sukarela kepada para
kolektor di atas dan didistribusikan oleh komite zakat di atas kepada mustahik dengan
pertimbangan masing-masing komite zakat. Undang-undang no. 48 tahun 1977 yang
mana mengatur pendirian The Egyptian Faisal Islamic Bank memperkuat ini.
Undang- undang ini mengharuskan bank untuk menarik zakat dari modal, keuntungan
pemegang saham dan kemudian mengumpulkan dana independen / gratis untuk zakat
dalam bank. Hukum ini berlaku tidak memaksakan pemotongan pajak apapun pada
Muzaki.
Demikian pula, The Nasir Social Bank adalah bank milik pemerintah. Bank ini

9
mendirikan direktorat zakat di masing-masing cabang utamanya. Melalui cabang bank
yang tersebar di seluruh negeri, direktorat ini dapat mendorong kerjasama dengan
manajer zakat lokal.

4. Yordania

Kerajaan Yordania telah menetapkan undang-undang khusus mengenai pemungutan zakat


pada 1944 M dan merupakan Negara Islam pertama yang membuat undang-undang zakat dan
ditetapkan pemungutan zakat di Kerajaan Yordania.

Pada tahun 1988 ditetapkan Undangundang Shunduq yang memberikan landasan


yuridis, independensi anggaran dan pengelolaannya serta kewenangan untuk menuntut
hukuman bagi pelanggar zakat di pengadilan. Selain itu Shunduq Zakat juga memiliki
kewenangan untuk mengeluarkan peraturan teknis dalam rangka efektifitas kegiatan
penghimpunan zakat.

Kegiatan Shunduq Zakat difokuskan pada beberapa kegiatan antara lain penjaringan
para dermawan dan lembaga sosial di Yordania, membuka Lembaga sosial baik di dalam
maupun luar negeri, melaksanakan kegiatan zakat di seluruh wilayah Yordania dimulai dari
daerah yang paling miskin, memberlakukan transparansi seluruh kegiatan oleh Shunduq
Zakat, mengintegrasikan seluruh kegiatan pada sektor publik untuk memaksimalkan kegiatan
zakat.

Selain itu membuat struktur organisasi yang terdiri dari dewan direksi Shunduq Zakat
yang diketuai oleh Menteri Wakaf dan Urusan tempat-tempat suci. Sedangkan wakilnya
adalah sekjen kementerian wakaf dan sebagai anggotanya Mufti Besar Kerajaan Yordania
dan didukung oleh anggota lain dari unsur swasta yang memiliki kepedulian terhadap
masalah keislaman. Fukus yang lain dilakukan oleh Shunduq dalam pendistribusian zakat di
Yordania.

Penyaluran zakat difokuskan pada beberapa bidang dalam bentuk, bantuan bulanan,
bantuan sesaat, bantuan anak yatim, bantuan program pengembangan SDM produktif dan
model program zakat produktif.

5. Kuwait
Perkembangan pengelolaan zakat di Kuwait terbagi menjadi tiga fase19 antara lain:
pertama, fase pengelolaan individu. Zakat dikelola secara sukarela dan bersifat pribadi
dengan inisiatif para dermawan dalam membantu mereka yang membutuhkan. Kedua, fase
pengelolaan kelompok. Tahap ini berlangsung bersamaan dengan berkembangnya
masyarakat kuwait seiring dengan perkembangan perdagangan sebagai sumber utama
pendapatan negara. Ketiga, fase pengelolaan secara kelembagaan. Munculnya cikal bakal
pengelolaan zakat dalam bentuk lembaga yang terorganisir bermula pada awal abad ke-20
dengan didirikannya al-Jam’iyyah al-Khairiyyah al- Arabiyyah pada 1913 M.

10
Lembaga zakat di bawah dua kementerian yaitu Menteri Wakaf dan Urusan Islam
yang bertugas mengarah kerja Baituz Zakat Kuwait dan kementerian Sosial dan Tenaga Kerja
yang bertugas mengurus lembaga- lembaga zakat swasta milik lembaga-lembaga kebajikan.
Undang-undang ‘Pendirian lembaga pemerintah yang akan mengurusi pengelolaan zakat di
Kuwait’ disahkan dan disetujui parlemen dan diterbitkan sebagai undang-undang pendirian
Baituz Zakat dengan nomor 5/82 tertanggal 21 Rabi’ul Awal 1403 bertepatan 16 Januari
1982 H. Baituz Zakat memiliki dewan redaksi yang dipimpin langsung menteri Wakaf dan
Urusan Islam dengan anggota wakil kementerian wakaf dan urusan Islam, wakil kementerian
Sosial dan Tenaga Kerja, direktur utama institusi jaminan sosial, kepala rumah tangga istana,
enam warga Kuwait yang memiliki pengalaman dan keahlian di bidangnya yang tidak
menjabat pada instansi pemerintahan dan ditentukan oleh pemerintah melalui sidang kabinet
dengan masa jabatan 3 tahun dan bisa diperpanjang.
Baituz Zakat sangat konsen dengan perencanaan strategis sejak pendiriannya karena
menganggap penting arti perencanaan yang baik akan mengantarkan pada sasaran-sasaran
dan tujuan-tujuan di masa mendatang. Perencanaan dilakukan dengan melakukan serangkaian
penelitian ilmiah dan kajian-kajian.
Aktifitas perencanaan di Baituz Zakat berkembang sesuai dengan perkembangan
manajemen dan tata kerja di institusi tersebut dan mengandalkan staf yang ahli dalam
membuat rumusan strategi dengan menggunakan panduan dan metodologi perencanaan
strategi yang modern.
Pendistribusian zakat dilakukan oleh Baituz Zakat dengan berpedoman pada alokasi
(sasaran) yang sesuai dengan tuntutan syari’at yang disebutkan dalam al-Qur’an yaitu
delapan ashnaf dengan menentukan skala prioritas dari sisi kebutuhan dan menentukan nilai
dana zakat berdasarkan hitungan yang teliti secara berkala (tidak habis dalam satu waktu).

11

Anda mungkin juga menyukai