Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TUGAS KELOMPOK AKUNTANSI SYARIAH

AKUNTANSI IJARAH

DOSEN PEMBIMBING :
WAHYI BUSYROH,S.E.I.,ME

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD LUTFI RAMADINA (200801019)

SISCA OKTAVIANI (200801004)

RETAN (200801017)

FAKULTAS STUDI ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

PEKANBARU

2021

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulis ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1. Pengertian Ijarah ............................................................................................................. 3
2.2. Landasan Hukum............................................................................................................. 3
2.3. Rukun Ijarah .................................................................................................................... 4
2.4. Syarat Sah Ijarah ............................................................................................................. 4
2.5. Skema transaksi Ijarah .................................................................................................... 5
2.6. Jenis Akad Ijarah ............................................................................................................. 5
2.8. Pembaagian Akad Ijarah ................................................................................................. 7
2.11. Berakhir Akad Ijarah ..................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 15
3.1. Kesimpulan................................................................................................................ 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain baik untuk

bersosialisasi ataupun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,seperti kebutuhan primer,

sekunder dan tersier. Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, manusia tidak hanya

diperintahkan untuk beribadah, akan tetapi juga untuk bermuamalah agar dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya tersebut.Untuk itu lahirlah fiqh muamalah yang merupakan aturan atau

tata cara yang bisa dijadikan pedoman bagi manusia untuk berhubungan dengan manusia

lainnya dalam sebuah masyarakat. Segala tindakan manusia yang bukan merupakan ibadah

masuk kedalam kategori ini termasuk kegiatan perekonomian masyarakat.

Di dalam kehidupan ini terbagi 2 (dua) golongan masyarakat, yaitu golongan

masyarakat yang kelebihan dana dan masyarakat yang kekurangan dana. Oleh karena itu

muncullah lembaga keuangan bank maupun non bank sebagai lembaga intermediasi antara 2

(dua) golongan masyarakat tersebut agar keseimbangan dapat terjadi dalam memenuhi

kebutuhan hidup masing-masing.

Di indonesia telah banyak lembaga-lembaga keungan bank maupun non-bank baik

yang konvensional maupun syariah yang menyediakan jasa pembiayaan demi terpenuhinya

kebutuhan manusia. Perbedaan yang mendasar diantara lembaga keuangan konvensional dan

syariah ini adalah penggunaan system bunga yang merupakan riba di lembaga keuangan

konvensional dan penggunaan system bagi hasil pada lembaga keuangan syariah.

Sebagai masyarakat islam yang menganut ajaran Allah SWT, haruslah kita mentaati

perintahnya dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam bermuamalah. Masyarakat yang

membutuhkan dana bisa menggunakan jasa pembiayaan yang telah disediakan oleh lembaga

keuangan syariah, salah satunya adalah pembiayaan ijarah yang merupakan akad untuk

1
menjual manfaat yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain dengan menggunakan

ketentuan syari’at islam. Pembiayaan ijarah ini mempunyai konsep yang berbeda dengan

konsep kredit pada bank konvensional, pembiayaan ijarah juga dikatakan sebagai pendorong

bagi sektor usaha karena pembiayaan ijarah mempunyai keistimewaan dibandingkan dengan

jenis pembiayaan syari’ah lainnya. Keistimewaan tersebut adalah bahwa untuk memulai

kegiatan usahanya, pengusaha tidak perlu memiliki barang modal terlebih dahulu, melainkan

dapat melakukan penyewaan kepada lembaga keuangan syari’ah, sehingga pengusaha tidak

dibebankan dengan kewajiban menyerahkan jaminan, maka dapat dikatakan bahwa

pembiayaan ijarah lebih menarik dibandingkan jenis pembiayaan lainnya seperti Mudharabah

dan Musyarakah.

Berdasarkan hal tersebut, penyusun tertarik untuk membahas pembiayaan ijarah yang

dilakukan oleh lembaga keuangan syariah pada makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan akad ijarah pada lembaga keuangan syariah?

2. Bagaimana perhitungan pada aplikasi akad ijarah pada lembaga keuangan

syariah?

1.3. Tujuan Penulis

Adapun tujuan dari penulis makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami penerapan atau pengaplikasian akad ijarah pada

lembaga keuangan syariah.

2. Untuk mengetahui dan memahami cara perhitungan yang dilakukan lembaga

keuangan syariah untuk memberikan pembiayaan ijarah pada nasabah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ijarah


Al- ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui

pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (Ownership /

milkiyyah) atas barang itu sendiri.

Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan BI No.6/17/PBI/2004 tentang BPR.

Berdasarkan prinsip syariah yang dimaksudkan sebagai pengganti SK Dir BI No.32/36 Tahun

1999 dan Bab X SK Dir No. 35/36 Tahun 1999. Pada BI ini, memperkenalkan istilah baru

transaksi jual beli dengan prinsip Murabahah, transaksi sewa menyewa dengan prinsip ijarah

suatu istilah yang tidak dikenal selama ini dalam UU maupun peraturan BI lainnya.

2.2. Landasan Hukum


1. Landasan Fiqh
a. Al Qur’an (Q.S. Al Baqarah: 233)

‫علَى ْال َم ْولو ِد لَه‬ َ ‫عةَ ۚ َو‬ َ ‫ضا‬َ ‫املَي ِْن ِل َم ْن أ َ َرادَ أ َ ْن ي ِتم الر‬
ِ ‫ض ْعنَ أ َ ْو ََلدَهن َح ْولَي ِْن َك‬ ِ ‫َو ْال َوا ِلدَات ي ْر‬
‫ضار َوا ِلدَة ِب َولَ ِدهَا َو ََل َم ْولود لَه‬ َ ‫وف ۚ ََل ت َكلف َن ْفس ِإَل و ْس َع َها ۚ ََل ت‬ ِ ‫ِر ْزقهن َو ِكس َْوتهن ِب ْال َم ْعر‬
ۗ ‫علَ ْي ِه َما‬
َ ‫ع ْن ت ََراض ِم ْنه َما َوتَشَاور فَ َل جنَا َح‬ َ ‫ص ًاَل‬َ ‫ث ِم ْثل َٰذَلِكَ ۗ فَإِ ْن أ َ َرادَا ِف‬ ِ ‫علَى ْال َو ِار‬ َ ‫ِب َولَ ِد ِه ۚ َو‬
َ‫وف ۗ َواتقوا َللا‬ ِ ‫سل ْمت ْم َما آتَيْت ْم ِب ْال َم ْعر‬ َ ‫ضعوا أ َ ْو ََلدَك ْم فَ َل جنَا َح‬
َ ‫علَيْك ْم إِذَا‬ ِ ‫َوإِ ْن أ َ َردْت ْم أ َ ْن تَ ْست َْر‬
‫صير‬ ِ ‫َوا ْعلَموا أَن َللاَ ِب َما تَ ْع َملونَ َب‬
“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila

kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan

ketahuilah Allah Maha Melihat apa yang kammu kerjakan.”

Yang menjadi dalil dari ayat tersebut adalah ungkapan “apabila kamu memberi

pembayaran yang patut.” Ungkapan tersebut menunjukkan adanya jasa yang diberikan berkat

3
kewajiban membayar upah (fee) secara patut. Dalam hal ini termasuk didalamnya jasa

penyewa atau leasing.

b. Al Hadist (HR.Bukhari & Muslim)

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa rosulullah SAW bersabda, “Berbekam kamu,

kemumdian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu.”

Dari Umar bahwa Rosulullah bersabda, “Berikanlah upah pekerja sebelum kering

keringatnya.”(Hr. Ibnu Majah)

2.3. Rukun Ijarah

Menurut ulama Hanafiyah, rukun Ijarah adalah ijab dan qabul, antara lain dengan

menggunakan kalimat: al-ijarah, al-isti’jar, al-iktira’, dan al-ikra.

Adapun menurut jumhur ulama, rukun ijaraha da 4, yaitu:

1. Aqid (orang yang akad).

2. Shigat akad.

3. Ujrah (upah).

4. Manfaat

2.4. Syarat Sah Ijarah

Ada 5 syarat sah dari ijarah, diantaranya:

1. Kerelaan dari dua pihak yang melakukan akad ijarah tersebut,

2. Mengetahui manfaat dengan sempurna barang yang diakadkan, sehingga mencegah

terjadinya perselisahan,

3. Kegunaannya dari barang tersebut,

4. Kemanfaatan benda dibolehkan menurutsyara’,

5. Objek transaksi akad itu (barangnya) dapat dimanfaatkan kegunaannya menurut

kriteria, dan realita.

4
2.5. Skema transaksi Ijarah

Penjelasan

1. Transaksi ijarah ditandai dengan adanya pemindahan manfaat. Jadi dasarnya prinsip

ijarah sama saja dengan prinsip jual beli. Namun, perbedaan terletak pada objek

transaksinya adalah barang maka, pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.

2. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakan kepada

nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal dengan al-ijarah muntahiyah

bit-tamlik (sewa yang diikuti dengan perpindahan kepemiliknya).

3. Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian antara bank dengan

nasabah.

2.6. Jenis Akad Ijarah

Dilihat dari sisi obyeknya, akad ijarah dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Ijarah manfaat (Al-Ijarah ala al-Manfa’ah)

5
Hal ini berhubungan dengan sewa jasa, yaitu memperkerjakan jasa seseorang dengan

upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang mempekerjakan disebut musta’jir, pihak

pekerja disebut ajir, upah yangdibayarkan disebut ujrah Misalnya, sewa menyewa

rumah,kendaraan, pakaian dll. Dalam hal ini mu’jir mempunyai benda-benda tertentu dan

musta’jir butuh benda tersebut dan terjadi kesepakatan antara keduanya,di mana mu’jir

mendapatkan imbalan tertentu dari musta’jir dan musta’jir mendapatkan manfaat dari benda

tersebut.

2. Ijarah yang bersifat pekerjaan (Al-Ijarah ala Al-‘Amal )

Hal ini berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu memindahkan hak untuk memakai

dari aset atau properti tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah

ini mirip dengan leasing(sewa) di bisnis konvensional. Artinya, Ijarah ini berusaha

mempekerjakan seseorang untuk melakukan sesuatu.Mu’jir adalah Orang yang mempunyai

keahlian, tenaga, jasa dan lain-lain, kemudian musta’jir adalah pihak yang membutuhkan

keahlian, tenaga atau jasa tersebutdengan imbalan tertentu.M"u’jir mendapatkan upah

(ujrah) atas tenaga yang ia keluarkan untuk musta’jir dan musta’jir mendapatkan tenaga

atau jasa dari mu’jir . Misalnya, yang mengikat bersifat pribadi adalah menggaji seorang

pembantu rumah tangga, sedangkan yang bersifat serikat, yaitu sekelompok orang yang

menjual jasanya untuk kepentingan orang banyak. (Seperti: buruh bangunan, tukang jahit,

buruh pabrik, dan tukang sepatu.

Ijarah bentuk pertama banyak diterapkan dalam pelayanan jasa perbankan syari’ah,

sedangkan ijarah bentuk kedua biasa dipakai sebagai bentuk investasi atau pembiayaan di

perbankan syari’ah. Selain dua jenis pembagian diatas, dalam akad ijarah juga ada yang

dikenal dengan namanya akad al-ijarah muntahiya bit tamlik(sewa beli), yaitu transaksi sewa

6
beli dengan perjanjian untuk menjual atau menghibahkan objek sewa di akhir periode

sehingga transaksi ini diakhiri dengan alih kepemilikan objek sewa.

Dalam akad ini musta’jir sama-sama dapat mempergunakan obyek sewa untuk

selamanya. Akan tetapi keduanya terdapat perbedaan.Perbedaan tersebut ada dalam akad

yang dilakukan di awal perjanjian.Karena akad ini sejenis perpaduan antara akad jual beli dan

akad sewa,atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan penyewa atas

barang yang disewakan melalui akad yang dilaksanakan kedua belah pihak.

2.7. Sifat Akad Ijarah

Ulama Hanafiyah berpendirian bahwa akad ijârah mengikat, tetapi b$leh dibatalkan

secara sepihak apabila terdapat uz ur dari salah satu pihakyang berakad, misanya penyewa

wafat. Akan tetapi Jumhur Ulama berpendapat bahwa akad ijârah mengikat, kecuali terdapat

cacat pada Objek sewa dan atau objek sewa tidak boleh dimanfaatkan.

2.8. Pembaagian Akad Ijarah

Dilihat dari segi objeknya, maka ijarah dibagi menjadi 2 bagian yaitu ijarah ‘ala al-

manafi’i yang atrinya sewa atas manfaat barang dan ijarah’ala al-‘amal adalah ijarah yang

menjadikan manfaat dari barang sebagai objek berupa ujroh atau fee. Sedangkan, ijarah ‘ala

al-a’amal adalah ijarah yang berkaitan dengan pekerjaan dengan remunerasi yang diterima

berupa ai-ajr yang berarti upah.

2.9Penentuan Ujroh

Dalam fatwa DSN no:09/DSN MUI/IV2000 perihal Pembiayaan Ijârah dinyatakan

bahwa Kelenturan( flekibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat diwujudkan dalam

ukuran waktu, tempat dan jarak.

7
Merujuk pada Buku 2 Kompilasi Hukum Ekomi Syariah Bab X tentang Ijarah Bagian

Keenam pasal-pasal 27 ayat 1dan 2 dinyatakan bahwa: (1) Nilai atau harga ijârah antara

lain ditentukan berdasarkan satuan waktu dan (2) Satuan waktu yang dimaksud dalam ayat

(1) adalah menit, jam, hari, dan atau tahun.

Selain itu, pada pasal 272 dinyatakan bahan (1)Awal waktu ijarah ijarah ditetapkan

dalam akad atau atas dasar kebiasaan.(2)Waktu ijarah dapat tdiubah berdasarkan

kesepakatan para pihak. Sedang pada pasal 2739 dinyatakan :Kelebihan Waktu dalam

ijarahan yang dilakukan oleh pihak penyewa, harus dibayar berdasarkan kesepakatan atau

kebiasaan.

Dalam hal ujroh yang ditarik dari Rahn Emas, berdasarkan fatwa fatwa nomor 26/DSN-

MUI/III/2002 tentang Rahn Emas bahwa besaran ongkos yang dibebankan kepada nasabah

harus didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan untuk operasional Rahn

Emas. Salah satu komponen ongkos tersebut adalah ongkos yang dibebankan atas dasar

tempat penyimpanan marhun yang dilakukan berdasarkan akad ijârah.

2.10. Model Pembayaran Akad Ijarah

Terdapat 2 (dua) model pembayaran ijarah yang lazim digunakan diindustri keuangan

syariah:

1. Contigent to Performance:Pembayaran tergantung pada kinerja objek sewa.

contoh Andi mengatakan akan memberikan uang sebesar Rp 500.000,- bagi orang

yang dapat menemukan KTP milik Andi yang hilang di rental komputer Aida.

2. Not Contigent to performance: Pembayaran tidak tergantung pada kinerja objek sewa.

Bilamana nasabah hanya mempergunakan SBD selama 1 1/2 bulan, maka nasabah

tetap bayar untuk sewa 2 bulan yaitu sebesar Rp 200.000,-

8
Dalam hal lain, dinyatakan bahwa ujroh akan menjadi wajib dibayar Oleh musta’jir

dan dapat dimiliki oleh mu’jir jika i) dipersyaratkan segera dibayar sebagaimana terdapat

dalam kontrak, ii) menyegerakan pembayaran ujroh dengan tujuan untuk mempercepat

berakhirnya akad iii) membayar atas penggunaan objek sewa secara bertahap berdasarkan

waktu penggunaan.

Jika telah disepakati bahwa pembayaran sewa dikenakan setelah masa sewa berakhir

maka kontrak sewa tetap sah. Kepemilikan ujroh adalah mengikuti kepemilikan manfaat

objek sewa,sedang kepemilikan manfaat objek sewa mengikuti perjalanan waktu.

Menetapkan penyerahan objek sewa dapat mengikuti perkembangan masa (waktu per

waktu), namun hal tersebut sangat susah diterapkan, oleh sebab itu ditetapkan

bahwa pembayaran sewa adalah mengikuti hari atau mengikuti peringkat. MetOde tersebut

didasari pada dalil istihsân.

2.11. Berakhir Akad Ijarah


Para ulama menyatakan bahwa akad ijârah akan berakhir apabila:

1. Obyek hilang atau musnah, seperti rumah sewaan terbakar dan lain

sebagainya.

2. Waktu perjanjian berakhir.Apabila yang disewakan itu rumah, maka rumah

itu dikembalikan ke pemiliknya. Apabila yang disewa itu adalah jasa seseorang, maka

ia berhak menerima upahnya.

3. Karena pembatalan oleh kedua pihak yang berakad, sebagaimana

pembatalandalam akad jual beli.

4. Menurut u l a m a H a n a f i y a h berakhirnya akad ijârah karena salah satu

pihak yang berakad meninggal sebab akad ijârah tidak dapat diwariskan. Sedangkan

menurut jumhur ulama, akad ijarah tidak batal/berakhir dengan wafatnya salah

9
seorang berakad,karena manfaatnya boleh diwariskan dan ijarah sama dengan jual-

beli,yaitu mengikat kedua belah pihak yang berakad.

5. Merujuk pada Buku 2 kompilikasi Hukum Ekonomi Syariah Bab X tentang ijarah

pasal 253 dinyatakan :”Akad ijarah dapat diubah,diperpanjang,dan atau dibatalkan

berdasarkan kesepakatan.

Aplikasi dalam Perbankan

Bank-bank islam yang mengoperasikan produk al-ijarah, dapat melakukan leasing,

baik dalam bentuk operating lease maupun finansial lease. Akan tetapi, pada umumnya,

bank-bank tersebut lebih banyak menggunakan al-ijarah al-muntahia bit-tamlik karena lebih

sederhana dari sisi pembukuan. Selain itu, bank pun tidak direpotkan untuk mengurus

pemeliaraan aset, baik pada saat leasing maupun sesudahnya.

PSAK 107 mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi ijarah. Ijarah
adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset dalam waktu tertentu dengan pembayaran
sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan. Aset ijarah adalah aset baik berwujud maupun tidak
berwujud, yang atas manfaatnya disewakan.

PSAK 107 memberikan pengaturan akuntansi baik dari sisi pemilik (mu’jir) dan penyewa (Musta’jir).

Akuntansi Pemilik (Mu’jir) Akuntansi Penyewa (Musta’jir)

Biaya Perolehan Objek ijarah diakui pada saat


objek ijarah diperoleh sebesar
biaya perolehan.

Penyusutan dan Amortisasi Objek ijarah disusutkan atau


diamortisasi, jika berupa aset
yang dapat disusutkan atau
diamortisasi, sesuai dengan
kebijakan penyusutan atau
amortisasi untuk aset sejenis
selama umur manfaatnya

10
(umur ekonomis).

Pendapatan dan Beban Pendapatan sewa selama masa Beban sewa diakui selama
akad diakui pada saat manfaat masa akad pada saat manfaat
atas aset telah diserahkan atas aset telah diterima.
kepada penyewa.

Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban yang terkait, misalnya beban
penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.

Contoh Perhitungan Ijarah


Pada tanggal 10 Oktober 2011 , LKS Mandiri melakukan transaksi ijarah dengan data-data
sebagai berikut :
Jenis Akad (pertama) : Ijarah
Nama Penyewa : Habibullah Faisal
Jenis barang yang disewa : Kijang Inova
Harga barang perolehan : Rp. 120.000.000
Nilai sisa / residual value : Rp. 1
Uang muka sewa per tahun : Rp. 28.800.000 (Rp. 2.400.000 / bulan)
Uang muka sewa dari penyewa : Rp. 14.400.000 (6 bulan sewa)
Biaya administrasi : 1 (satu) tahun
Pengikatan : Dibawah tangan

Perhitungan Penyusutan Ijarah


Perhitungan penyusutan objek ijarah sbb:
Harga perolehan objek ijarah : Rp. 120.000.000
Umur ekonomis (masa penyusutan) : 5 tahun (sesuai kebijakan)
Metode pembayaran : garis lurus (straight line method)

Rumus :
Harga perolehan – nilai residu
−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−

11
Masa penyusutan (umur ekonomis)

Penyusutan :
120.000.000 – 1
−−−−−−−−−−−−− = 24.000.000/ tahun atau Rp 2.000.000 / bulan
5

Perhitungan harga sewa


Keuntungan yang diharapkan : 20%
Perhitungan harga sewa Ijarah sebagai berikut :
Harga perolehan objek Ijarah : Rp. 24.000.000
Keuntungan : 20% x Rp. 24.000.000 : Rp. 4.800.000
Harga sewa per tahun = Rp. 28.800.000
Atau sebesar Rp. 2.400.000 per bulan

Penyajian dalam Lap L/R

Pendapatan sewa 2.400.000


Pengeluaran biaya LKS
Biaya penyusutan 2.000.000
Biaya pemeliharaan 500.000
Biaya lain 0
−−−−−−−−−−−−−
Total biaya bank 2.500.000
Pendapatan neto Sewa (Ijarah) 100.000

Contoh Perhitungan IMBT ( Ijarah Muntahia Bittamlik)


Jenis Akad (kedua) : Ijarah Muntahia Bittamlik
Nama Penyewa : Habibullah Faisal
Jenis barang yang disewa : Kijang Inova
Harga barang perolehan : Rp. 120.000.000.-
Nilai sisa / residual value : Rp. 1
Total pembayaran sewa dari penyewa : 2 (dua) tahun
Opsi pengalihan pemilikan : Akhir masa sewa
12
Biaya administrasi : Rp. 300.000,-
Pengikat : Dibawah tangan

Perhitungan Penyusutan IMBT


Perhitungan penyusutan yang dilakukan oleh pemilik objek ijarah sbb:
Harga perolehan objek ijarah : Rp. 120.000.000
Umur ekonomis (masa penyusutan) : 2 tahun (sesuai masa sewa)
Metode pembayaran : garis lurus (straight line method)

Rumus :
Harga perolehan – nilai residu
−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−
Masa penyusutan (umur ekonomis)

Penyusutan :
120.000.000 – 1
−−−−−−−−−−−−− = 60.000.000/ tahun atau Rp 5 jt/bulan
2

Perhitungan harga sewa


Keuntungan yang diharapkan : 20%
Perhitungan harga sewa IMBT adalah sebagai berikut :
Harga perolehan objek IMBT : Rp. 60.000.000
Keuntungan : 20% x Rp. 60.000.000 : Rp. 12.000.000
Harga sewa per tahun = Rp. 72.000.000
Atau sebesar Rp. 6.000.000 per bulan

Penyajian dalam Lap L/R


Pendapatan sewa IMBT 6.000.000
Pengeluaran biaya LKS
Biaya penyusutan 5.000.000
Biaya pemeliharaan 500.000
13
Biaya lain 0
−−−−−−−−−−−−−
Total biaya bank 5.500.000
Pendapatan neto Sewa (IMBT) 500.000

14
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset dalam waktu

tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset

itu sendiri.

Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat, jadi pada dasarnya prinsip

ijarah sama dengan prinsip jual-beli. Perbedaannya terletak pada obyek transaksinya, bila

pada jual-beli transaksinya barang maka pada ijarah bisa berupa jasa, baik manfaat atas

barang maupun manfaat atas tenaga kerja. Setelah kontrak berakhir, penyewa mengembalikan

barang tersebut kepada pemilik.

Aset yang disewakan (objek ijarah) merupakan aset/jasa yang manfaatnya dapat

ditransfer. Barang yang dapat habis dikonsumsi tidak dapat menjadi objek ijarah,karena

mengambil manfaatnya berarti memilikinya. Akad ijarah mewajibkan pemberian sewa untuk

menyedikan aset yang dapat digunakan atau dapat diambil manfaat darinya selama periode

akad dan memberikan hak kepada pemberi sewa untuk penerimaan upah sewa.

15
DAFTAR PUSTAKA
Anggadini, Sri Dewi, dan Adeh Ratna Komala. 2017. Akuntansi Syariah. Bandung: Rekayasa
Sains.
Abdullah, Thamrin, dan Francis Tantri. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
Darsono, Ali Sakti dkk. 2016. Perbankan Syariah Di Indonesia. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
https://www.slideshare.net/phujimaisaroh/akuntansi-ijarah-pada-bank-syariah
http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sas-70-psak-107-akuntansi-
ijarah

16

Anda mungkin juga menyukai