AKUNTANSI IJARAH
DOSEN PEMBIMBING :
WAHYI BUSYROH,S.E.I.,ME
DISUSUN OLEH:
RETAN (200801017)
PEKANBARU
2021
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulis ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1. Pengertian Ijarah ............................................................................................................. 3
2.2. Landasan Hukum............................................................................................................. 3
2.3. Rukun Ijarah .................................................................................................................... 4
2.4. Syarat Sah Ijarah ............................................................................................................. 4
2.5. Skema transaksi Ijarah .................................................................................................... 5
2.6. Jenis Akad Ijarah ............................................................................................................. 5
2.8. Pembaagian Akad Ijarah ................................................................................................. 7
2.11. Berakhir Akad Ijarah ..................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 15
3.1. Kesimpulan................................................................................................................ 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain baik untuk
sekunder dan tersier. Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, manusia tidak hanya
diperintahkan untuk beribadah, akan tetapi juga untuk bermuamalah agar dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya tersebut.Untuk itu lahirlah fiqh muamalah yang merupakan aturan atau
tata cara yang bisa dijadikan pedoman bagi manusia untuk berhubungan dengan manusia
lainnya dalam sebuah masyarakat. Segala tindakan manusia yang bukan merupakan ibadah
masyarakat yang kelebihan dana dan masyarakat yang kekurangan dana. Oleh karena itu
muncullah lembaga keuangan bank maupun non bank sebagai lembaga intermediasi antara 2
(dua) golongan masyarakat tersebut agar keseimbangan dapat terjadi dalam memenuhi
yang konvensional maupun syariah yang menyediakan jasa pembiayaan demi terpenuhinya
kebutuhan manusia. Perbedaan yang mendasar diantara lembaga keuangan konvensional dan
syariah ini adalah penggunaan system bunga yang merupakan riba di lembaga keuangan
konvensional dan penggunaan system bagi hasil pada lembaga keuangan syariah.
Sebagai masyarakat islam yang menganut ajaran Allah SWT, haruslah kita mentaati
membutuhkan dana bisa menggunakan jasa pembiayaan yang telah disediakan oleh lembaga
keuangan syariah, salah satunya adalah pembiayaan ijarah yang merupakan akad untuk
1
menjual manfaat yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain dengan menggunakan
ketentuan syari’at islam. Pembiayaan ijarah ini mempunyai konsep yang berbeda dengan
konsep kredit pada bank konvensional, pembiayaan ijarah juga dikatakan sebagai pendorong
bagi sektor usaha karena pembiayaan ijarah mempunyai keistimewaan dibandingkan dengan
jenis pembiayaan syari’ah lainnya. Keistimewaan tersebut adalah bahwa untuk memulai
kegiatan usahanya, pengusaha tidak perlu memiliki barang modal terlebih dahulu, melainkan
dapat melakukan penyewaan kepada lembaga keuangan syari’ah, sehingga pengusaha tidak
pembiayaan ijarah lebih menarik dibandingkan jenis pembiayaan lainnya seperti Mudharabah
dan Musyarakah.
Berdasarkan hal tersebut, penyusun tertarik untuk membahas pembiayaan ijarah yang
syariah?
1. Untuk mengetahui dan memahami penerapan atau pengaplikasian akad ijarah pada
2
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan prinsip syariah yang dimaksudkan sebagai pengganti SK Dir BI No.32/36 Tahun
1999 dan Bab X SK Dir No. 35/36 Tahun 1999. Pada BI ini, memperkenalkan istilah baru
transaksi jual beli dengan prinsip Murabahah, transaksi sewa menyewa dengan prinsip ijarah
suatu istilah yang tidak dikenal selama ini dalam UU maupun peraturan BI lainnya.
علَى ْال َم ْولو ِد لَه َ عةَ ۚ َو َ ضاَ املَي ِْن ِل َم ْن أ َ َرادَ أ َ ْن ي ِتم الر
ِ ض ْعنَ أ َ ْو ََلدَهن َح ْولَي ِْن َك ِ َو ْال َوا ِلدَات ي ْر
ضار َوا ِلدَة ِب َولَ ِدهَا َو ََل َم ْولود لَه َ وف ۚ ََل ت َكلف َن ْفس ِإَل و ْس َع َها ۚ ََل ت ِ ِر ْزقهن َو ِكس َْوتهن ِب ْال َم ْعر
ۗ علَ ْي ِه َما
َ ع ْن ت ََراض ِم ْنه َما َوتَشَاور فَ َل جنَا َح َ ص ًاَلَ ث ِم ْثل َٰذَلِكَ ۗ فَإِ ْن أ َ َرادَا ِف ِ علَى ْال َو ِار َ ِب َولَ ِد ِه ۚ َو
َوف ۗ َواتقوا َللا ِ سل ْمت ْم َما آتَيْت ْم ِب ْال َم ْعر َ ضعوا أ َ ْو ََلدَك ْم فَ َل جنَا َح
َ علَيْك ْم إِذَا ِ َوإِ ْن أ َ َردْت ْم أ َ ْن تَ ْست َْر
صير ِ َوا ْعلَموا أَن َللاَ ِب َما تَ ْع َملونَ َب
“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila
kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan
Yang menjadi dalil dari ayat tersebut adalah ungkapan “apabila kamu memberi
pembayaran yang patut.” Ungkapan tersebut menunjukkan adanya jasa yang diberikan berkat
3
kewajiban membayar upah (fee) secara patut. Dalam hal ini termasuk didalamnya jasa
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa rosulullah SAW bersabda, “Berbekam kamu,
Dari Umar bahwa Rosulullah bersabda, “Berikanlah upah pekerja sebelum kering
Menurut ulama Hanafiyah, rukun Ijarah adalah ijab dan qabul, antara lain dengan
2. Shigat akad.
3. Ujrah (upah).
4. Manfaat
terjadinya perselisahan,
4
2.5. Skema transaksi Ijarah
Penjelasan
1. Transaksi ijarah ditandai dengan adanya pemindahan manfaat. Jadi dasarnya prinsip
ijarah sama saja dengan prinsip jual beli. Namun, perbedaan terletak pada objek
transaksinya adalah barang maka, pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.
2. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakan kepada
nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal dengan al-ijarah muntahiyah
3. Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian antara bank dengan
nasabah.
Dilihat dari sisi obyeknya, akad ijarah dibagi menjadi dua, yaitu:
5
Hal ini berhubungan dengan sewa jasa, yaitu memperkerjakan jasa seseorang dengan
upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang mempekerjakan disebut musta’jir, pihak
pekerja disebut ajir, upah yangdibayarkan disebut ujrah Misalnya, sewa menyewa
rumah,kendaraan, pakaian dll. Dalam hal ini mu’jir mempunyai benda-benda tertentu dan
musta’jir butuh benda tersebut dan terjadi kesepakatan antara keduanya,di mana mu’jir
mendapatkan imbalan tertentu dari musta’jir dan musta’jir mendapatkan manfaat dari benda
tersebut.
Hal ini berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu memindahkan hak untuk memakai
dari aset atau properti tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah
ini mirip dengan leasing(sewa) di bisnis konvensional. Artinya, Ijarah ini berusaha
keahlian, tenaga, jasa dan lain-lain, kemudian musta’jir adalah pihak yang membutuhkan
(ujrah) atas tenaga yang ia keluarkan untuk musta’jir dan musta’jir mendapatkan tenaga
atau jasa dari mu’jir . Misalnya, yang mengikat bersifat pribadi adalah menggaji seorang
pembantu rumah tangga, sedangkan yang bersifat serikat, yaitu sekelompok orang yang
menjual jasanya untuk kepentingan orang banyak. (Seperti: buruh bangunan, tukang jahit,
Ijarah bentuk pertama banyak diterapkan dalam pelayanan jasa perbankan syari’ah,
sedangkan ijarah bentuk kedua biasa dipakai sebagai bentuk investasi atau pembiayaan di
perbankan syari’ah. Selain dua jenis pembagian diatas, dalam akad ijarah juga ada yang
dikenal dengan namanya akad al-ijarah muntahiya bit tamlik(sewa beli), yaitu transaksi sewa
6
beli dengan perjanjian untuk menjual atau menghibahkan objek sewa di akhir periode
Dalam akad ini musta’jir sama-sama dapat mempergunakan obyek sewa untuk
selamanya. Akan tetapi keduanya terdapat perbedaan.Perbedaan tersebut ada dalam akad
yang dilakukan di awal perjanjian.Karena akad ini sejenis perpaduan antara akad jual beli dan
akad sewa,atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan penyewa atas
barang yang disewakan melalui akad yang dilaksanakan kedua belah pihak.
Ulama Hanafiyah berpendirian bahwa akad ijârah mengikat, tetapi b$leh dibatalkan
secara sepihak apabila terdapat uz ur dari salah satu pihakyang berakad, misanya penyewa
wafat. Akan tetapi Jumhur Ulama berpendapat bahwa akad ijârah mengikat, kecuali terdapat
cacat pada Objek sewa dan atau objek sewa tidak boleh dimanfaatkan.
Dilihat dari segi objeknya, maka ijarah dibagi menjadi 2 bagian yaitu ijarah ‘ala al-
manafi’i yang atrinya sewa atas manfaat barang dan ijarah’ala al-‘amal adalah ijarah yang
menjadikan manfaat dari barang sebagai objek berupa ujroh atau fee. Sedangkan, ijarah ‘ala
al-a’amal adalah ijarah yang berkaitan dengan pekerjaan dengan remunerasi yang diterima
2.9Penentuan Ujroh
bahwa Kelenturan( flekibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat diwujudkan dalam
7
Merujuk pada Buku 2 Kompilasi Hukum Ekomi Syariah Bab X tentang Ijarah Bagian
Keenam pasal-pasal 27 ayat 1dan 2 dinyatakan bahwa: (1) Nilai atau harga ijârah antara
lain ditentukan berdasarkan satuan waktu dan (2) Satuan waktu yang dimaksud dalam ayat
Selain itu, pada pasal 272 dinyatakan bahan (1)Awal waktu ijarah ijarah ditetapkan
dalam akad atau atas dasar kebiasaan.(2)Waktu ijarah dapat tdiubah berdasarkan
kesepakatan para pihak. Sedang pada pasal 2739 dinyatakan :Kelebihan Waktu dalam
ijarahan yang dilakukan oleh pihak penyewa, harus dibayar berdasarkan kesepakatan atau
kebiasaan.
Dalam hal ujroh yang ditarik dari Rahn Emas, berdasarkan fatwa fatwa nomor 26/DSN-
MUI/III/2002 tentang Rahn Emas bahwa besaran ongkos yang dibebankan kepada nasabah
harus didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan untuk operasional Rahn
Emas. Salah satu komponen ongkos tersebut adalah ongkos yang dibebankan atas dasar
Terdapat 2 (dua) model pembayaran ijarah yang lazim digunakan diindustri keuangan
syariah:
contoh Andi mengatakan akan memberikan uang sebesar Rp 500.000,- bagi orang
yang dapat menemukan KTP milik Andi yang hilang di rental komputer Aida.
2. Not Contigent to performance: Pembayaran tidak tergantung pada kinerja objek sewa.
Bilamana nasabah hanya mempergunakan SBD selama 1 1/2 bulan, maka nasabah
8
Dalam hal lain, dinyatakan bahwa ujroh akan menjadi wajib dibayar Oleh musta’jir
dan dapat dimiliki oleh mu’jir jika i) dipersyaratkan segera dibayar sebagaimana terdapat
dalam kontrak, ii) menyegerakan pembayaran ujroh dengan tujuan untuk mempercepat
berakhirnya akad iii) membayar atas penggunaan objek sewa secara bertahap berdasarkan
waktu penggunaan.
Jika telah disepakati bahwa pembayaran sewa dikenakan setelah masa sewa berakhir
maka kontrak sewa tetap sah. Kepemilikan ujroh adalah mengikuti kepemilikan manfaat
Menetapkan penyerahan objek sewa dapat mengikuti perkembangan masa (waktu per
waktu), namun hal tersebut sangat susah diterapkan, oleh sebab itu ditetapkan
bahwa pembayaran sewa adalah mengikuti hari atau mengikuti peringkat. MetOde tersebut
1. Obyek hilang atau musnah, seperti rumah sewaan terbakar dan lain
sebagainya.
itu dikembalikan ke pemiliknya. Apabila yang disewa itu adalah jasa seseorang, maka
pihak yang berakad meninggal sebab akad ijârah tidak dapat diwariskan. Sedangkan
menurut jumhur ulama, akad ijarah tidak batal/berakhir dengan wafatnya salah
9
seorang berakad,karena manfaatnya boleh diwariskan dan ijarah sama dengan jual-
5. Merujuk pada Buku 2 kompilikasi Hukum Ekonomi Syariah Bab X tentang ijarah
berdasarkan kesepakatan.
baik dalam bentuk operating lease maupun finansial lease. Akan tetapi, pada umumnya,
bank-bank tersebut lebih banyak menggunakan al-ijarah al-muntahia bit-tamlik karena lebih
sederhana dari sisi pembukuan. Selain itu, bank pun tidak direpotkan untuk mengurus
PSAK 107 mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi ijarah. Ijarah
adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset dalam waktu tertentu dengan pembayaran
sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan. Aset ijarah adalah aset baik berwujud maupun tidak
berwujud, yang atas manfaatnya disewakan.
PSAK 107 memberikan pengaturan akuntansi baik dari sisi pemilik (mu’jir) dan penyewa (Musta’jir).
10
(umur ekonomis).
Pendapatan dan Beban Pendapatan sewa selama masa Beban sewa diakui selama
akad diakui pada saat manfaat masa akad pada saat manfaat
atas aset telah diserahkan atas aset telah diterima.
kepada penyewa.
Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban yang terkait, misalnya beban
penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.
Rumus :
Harga perolehan – nilai residu
−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−
11
Masa penyusutan (umur ekonomis)
Penyusutan :
120.000.000 – 1
−−−−−−−−−−−−− = 24.000.000/ tahun atau Rp 2.000.000 / bulan
5
Rumus :
Harga perolehan – nilai residu
−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−
Masa penyusutan (umur ekonomis)
Penyusutan :
120.000.000 – 1
−−−−−−−−−−−−− = 60.000.000/ tahun atau Rp 5 jt/bulan
2
14
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset dalam waktu
tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset
itu sendiri.
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat, jadi pada dasarnya prinsip
ijarah sama dengan prinsip jual-beli. Perbedaannya terletak pada obyek transaksinya, bila
pada jual-beli transaksinya barang maka pada ijarah bisa berupa jasa, baik manfaat atas
barang maupun manfaat atas tenaga kerja. Setelah kontrak berakhir, penyewa mengembalikan
Aset yang disewakan (objek ijarah) merupakan aset/jasa yang manfaatnya dapat
ditransfer. Barang yang dapat habis dikonsumsi tidak dapat menjadi objek ijarah,karena
mengambil manfaatnya berarti memilikinya. Akad ijarah mewajibkan pemberian sewa untuk
menyedikan aset yang dapat digunakan atau dapat diambil manfaat darinya selama periode
akad dan memberikan hak kepada pemberi sewa untuk penerimaan upah sewa.
15
DAFTAR PUSTAKA
Anggadini, Sri Dewi, dan Adeh Ratna Komala. 2017. Akuntansi Syariah. Bandung: Rekayasa
Sains.
Abdullah, Thamrin, dan Francis Tantri. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
Darsono, Ali Sakti dkk. 2016. Perbankan Syariah Di Indonesia. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
https://www.slideshare.net/phujimaisaroh/akuntansi-ijarah-pada-bank-syariah
http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sas-70-psak-107-akuntansi-
ijarah
16