DISUSUN OLEH :
HERAWATI
PO7120421014
D. Faktor Persalinan
1. Passage (Jalan Lahir) Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh
janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, servik dan vagina.
Syarat agar janin dan plasenta dapat
melalui jalan lahir tanpa rintangan, maka jalan lahir tersebut harus
normal. Passage terdiri dari :
a. Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
b. Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan
ligament-ligamen Pintu panggul :
- Pintu atas panggul (PAP) = disebut inlet dibatasi oleh
promontorium, linea inominata dan pinggir atas symphisis
- Ruang tengah panggul (RTP) = kira-kira pada spina
ischiadica, disebut midlet
- Pintu bawah panggul (PBP) = dibatasi symphisis dan arkus
pubis, disebut outlet
- Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) = berbeda
pada inlet dan outlet Bidang-bidang :
- Bidang Hodge I :dibentuk pada lingkaran PAP dengan
bagian atas symphisis dan promontorium
- Bidang Hodge II : sejajar dengan hodge I setinggi pinggir
bawah symphisis
- Bidang Hodge III : sejajar hodge I dan II setinggi spina
Ischiadika kanan dan kiri
- Bidang Hodge IV : sejajar hodge I, II dan III setinggi
oscoccyges (Widia, 2015 : 16)
2. Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari
his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power
merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh
adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim
a. Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :
- His (kontraksi otot uterus) Adalah kontraksi uterus karena
otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna.
Pada waktu kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga
menjadi lebih kecil serta mendorong mendorong janin dan
kantung amneon kearah segmen bawah rahim dan servik.
- Kontraksi otot-otot dinding perut
- Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
- Ketegangan dan ligamentous action terutama ligamentum
rotondum
b. Kontraksi Uterus / His yang normal karena otot-otot polos
rahim bekerja dengan baik dan sempurna mempunyai sifat-
sifat :
- Kontraksi simetris
- Fundus dominan
- Relaksasi
- Involuntir : terjadi diluar kehendak
- Intermitten : terjadi secara berkala (berselang-seling)
- Terasa sakit
- Terkoordinasi
- Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan
psikis
3. Passanger terdiri dari janin dan plasenta, janin merupakan passanger
utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala karena
bagian yang paling besar dank eras dari janin adalah kepala janin.
Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan.
Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passanger
adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus
ataupun anenchephalus, kelainan letak seperti letak muka ataupun letak
dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau letak
sungsang (Widia, 2015 : 29)
4. Psikologi Perasaan positif dari kelegaan hati, seolah-olah pada saat
itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu muncul
rasa bangga bisa melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka
seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula
dianggap sebagai suatu “keadaan yang belum pasti” sekarang menjadi
hal yang nyata. Psikologis meliputi :
a. Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual
b. Pengalaman bayi sebelumnya
c. Kebiasaan adat
d. Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
5. Penolong Peran dari penolong persalinan dalam hal ini bidan adalah
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada
ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan
penolong dalam menghadapi proses persalinan.
E. Fase Persalinan
1. Kala I (Kala Pembukaan)
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan, terjadi pematangan dan
pembukaan serviks sampai lengkap. Dimulai pada waktu serviks
membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur, makin lama,
makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran
darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid. Berakhir
pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam,
bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya
pecah spontan pada saat akhir kala I. Terdapat 2 fase pada Kala 1 ini,
yaitu :
a. Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8
jam.
b. Fase aktif: pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm),
berlangsung sekitar 6 jam. Fase aktif terbagi atas:
- Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
- Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm
sampai 9 cm.
- Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai
lengkap (+ 10 cm). Perbedaan proses pematangan dan
pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida dan
multipara :
a. Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu
sebelum terjadi pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah
lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi
proses penipisan dan pembukaan.
b. Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu
daripada ostium eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk
seperti lingkaran kecil di tengah), sedangkan pada multipara, ostium
internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium
tampak berbentuk seperti garis lebar).
c. Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (12 jam) dibandingkan
multipara (8 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada
fase laten pasien primigravida memerlukan waktu lebih lama.
2. Kala 2 (pengeluaran janin)
Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada
saat bayi telah lahir lengkap. Pada Kala II ini His menjadi lebih kuat,
lebih sering, dan lebih lama. Selaput ketuban mungkin juga sudah
pecah/ baru pecah spontan pada awal Kala II ini. Rata-rata waktu untuk
keseluruhan proses Kala II pada primigravida ± 1,5 jam, dan multipara
± 0,5 jam.
Sifat His :
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan
terjadi juga akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada
persalinan normal yaitu kepala) yang menekan anus dan rektum.
Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot- otot
dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.
Peristiwa penting pada Kala II:
a. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai
dasar panggul.
b. Ibu timbul perasaan/ refleks ingin mengedan yang semakin kuat.
c. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis)
d. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis
(simfisis pubis sebagai sumbu putar/ hipomoklion), selanjutnya
dilahirkan badan dan anggota badan.
e. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk
memperbesar jalan lahir (episiotomi).
3. Kala III (pengeluaran plasenta)
Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta. Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat
sebentar, uterus teraba keras, plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya.
Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit, seluruh
plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir secara
spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas symphisis / fundus
uteri, seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-
200 cc. Tanda-tanda lepasnya plasenta : perubahan ukuran dan bentuk
uterus, tali pusat memanjang, semburan darah tiba-tiba.
4. Kala IV (kala pengawasan)
Kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir
selama 2 jam. Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi
karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam
pertama. Observasi yang dilakukan antara lain :
a. Tingkat kesadaran ibu
b. Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi, pernafasan
c. Kontraksi uterus
d. Terjadinya perdarahan
Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi
400-500 cc. pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta
lahir, mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan
post partum. Dengan menjaga kondisi kontraksi dan retraksi uterus
yang kuat dan terus-menerus. Tugas uterus ini dapat dibantu
dengan obat-obatan oksitosin. (Dewi Asri dkk, 2012 : 95)
F. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan adalah serangkaian perubahan posisi dari
bagian presentasi janin yang merupakan suatu bentuk adaptasi atau
akomodasi bagian kepala janin terhadap jalan lahir.
Gerakan-Gerakan Janin:
a. Turunnya Kepala
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada primi
gravida sudah terjadi bulan terakhir dari kehamilan tetapi pada
multipara biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya
kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura sagittalis
melintang dan dengan fleksi yang ringan. Sutura sagitalis dalam
diameter anteroposterior dari pintu atas panggul, maka masuknya
kepala tentu lebih sukar, karena menempati ukuran yang terkecil dari
pintu atas panggul. Sutura sagittalis berada di tengah-tengah jalan
lahir, ialah tepat diantara simphibis dan promontorium, maka dikatakan
kepala dalam atau synclitismus.
Pada synclitismus os parietale depan dan belakang sama
tingginya. Jika sutura sagittalis agak kedepan mendekati simpisis atau
agak ke belakang mendekati promontorium, maka kita hadapi
asynclitismus. Asynclitismus posterior adalah kalau sutura sagittalis
mendekati simpibis dan os parietale belakang lebih rendah dari os
parietale depan yang disebut dengan asynclitismus anterior ialah kalau
sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os paritale depan
lebih rendah dari os parietale belakang. Pada pintu atas panggul
biasanya kepala dalam asynclitismus posterior yang ringan.
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk
ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada
multipara sebaliknya majunya kepala dan masuknya kepala dalam
rongga panggul terjadi bersamaan.
Majunya kepala ini bersamaan dengan gerakan-gerakan yang
lain ialah Fleksi, putaran paksi-dalam, dan extensi yang menyebabkan
majunya kepala ialah:
1) Tekanan cairan intrauterin
2) Tekanan langsung oleh fundus pada bokong
3) Kekuatan mengejan
4) Melurusnya badan anak oleh perubahan bentuk Rahim.
Bidang bidang Hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai di
manakah bagian terendah janin turun dalam panggul dalam persalinan.
1) Bidang Hodge I
Ialah bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan
promontorium. Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas
panggul.
2) Bidang Hodge II
Ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I terletak setinggi
bagian bawah simfisis.
3) Bidang Hodge III
Ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hogde I dan Bidang
Hodge II terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri.Pada
rujukan lain, Bidang Hodge III ini disebut juga bidang O. Kepala
yang berada 1 cm disebut (-1) atau sebaliknya.
4) Bidang Hodge IV
Ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I, II, dan , III,
terletak setinggi os koksigis.
b. Fleksi
Fleksi meningkat selama persalinan. Tulang belakang janin
bersentuhan lebih dekat dengan bagian posterior tengkorak, tekanan
kebawah pada aksis janin akan lebih mendesak oksiput daripada
sinsiput.
Efeknya adalah meningkatnya fleksi, menyebabkan diameter
presentasi yang lebih kecil yang akan melewati pelvis dengan lebih
mudah. Dengan majunya kepala biasanya juga fleksi bertambah hingga
ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun- ubun besar.
Keuntungan dari bertambahnya fleksi ialah bahwa ukuran
kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir : diameter suboccipito
bregmatica (9,5 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis (11
cm).
Fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju dan
sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul,
cervix, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat dari kekuatan
ini adalah terjadinya fleksi karena moment yang menimbulkan
fleksi lebih besar dari moment yang menimbulkan defleksi.
c. Putaran Paksi Dalam
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar
ke depan ke bawah simpisis. Pada presentasi belakang kepala bagian
yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang
akan memutar ke depan ke bawah simpisis.
Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena
putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi
kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan
pintu bawah panggul.
f. Restitusi
Terpilihnya leher janin yang terjadi akibat rotasi internal, saat
ini diperbaiki dengan sedikit gerakan melepas pilinan tersebut.Oksiput
bergerak 1/8 lingkaran kearah samping tempat pilinan tersebut di
mulai.
g. Expulsi
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi dalam persalinan adalah :
1. Infeksi
Pada pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan
kemungkinan dapat menyebabkan infeksi apabila pemeriksa tidak
memperhatikan teknik aseptik.
2. Ruptur Perineum
Pada wanita dengan perineum yang kaku kemungkinan besar akan
terjadi ruptur perineum, sehingga dianjurkan untuk melakukan
episiotomi.
3. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus tidak bisa
berkontraksi setelah janin lahir sehingga menyebabkan perdarahan
hebat.
4. Retensi Plasenta / Retensi Sisa Plasenta
Retensi plasenta adalah kondisi dimana plasenta belum lahir selama 1
jam setelah janin lahir sedangkan retensi sisa plasenta adalah tyerdapat
sebagian plasenta yang masih tertinggal setelah plasenta lahir.
5. Hematom Pada Vulva
Hematom dapat terjadi karena pecahnya pembuluh darah dalam
dinding lateral vagina bagian bawah waktu melahirkan.
6. Kolpaporeksis
Kolpaporeksis adalah robekan melintang atau miring pada bagian atas
vagina sehingga sebagian uterus dan serviksnya terlepas dari vagina.
Hal ini dapat terjadi pada persalinan dengan disproporsi kepala
panggul.
7. Robekan serviks
Dapat terjadi pada serviks yang kaku dan his yang kuat.
8. Ruptur Uteri
Ruptur uteri atau rtobekan uterus merupakan kondisi yang sangat
berbahaya dalam persalinan karena dapat menyebabkan perdarahan
hebat.
9. Emboli Air Ketuban
Emboli air ketuban merupakan peristiwa yang timbul mendadak akibat
air ketuban
masuk ke dalam peredaran darah ibu melalui sinus vena yang terbuka
pada daerah plasenta dan menyumbat pembuluh-pembuluh kapiler
dalam paru-paru.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi)
USG adalah pemerisaan jani menggunakan frekuensi gelombang suara
tinggi yang dipantulkan ke tubuh untuk mengetahui gambaran rahim
yang disebut sonogram.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan untuk mendapat informasi tentang kesehatan pasien.
(Estiwidani, 2008)
I. PENATALAKSANAAN
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
Ibu merasa takanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
Perineum tampak menonjol
Vulva dan sfingter ani membuka
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu
dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia à tempat yang datar dan keras,
2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan
jarak 60 cm dari tubuh bayi.
Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal
bahu bayi
Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di
dalam partus set
3. Pakai celemek plastik.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
tangan dengan handuk yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam.
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT atau steril) dan letakkan di partus
set/wadah DTT atau steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada
alat suntik).
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
dibasahi dengan DTT.
43. Jika selaput ketuban robek, pakai serung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan
atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang
tertinggal. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus,letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus teraba keras)
44. Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi
setelah 15 detik masase.
45. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian meternal maupun fetal dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan palsenta ke
dalam kantung plastik atau tempat khusus.
46. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
panjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
47. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
48. Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5 %, bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT dan
keringkan dengan kain yang bersih dan kering.
49. Selimuti bayi dan tutupi bagian kepalanya dengan handuk atau kain
bersih dan kering.
50. Minta ibu memulai pemberian ASI secara dini (30-60 menit setelah
bayi lahir).
51. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan
yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri
52. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
53. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
54. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1jam pertama pascapersalinan dan setiap 30menit selama jam
kedua pascapersalinan.
Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua
jam pertama pascapersalinan
Melakukan tindakan ynag sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
55. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (10 menit).
Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
56. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
57. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir, dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan
kering.
58. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya.
59. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 %.
60. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %,
balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5 %
selama 10menit.
61. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
62. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital
dan asuhan kala IV dan lakukan penimbangan bayi, beri tetes mata
profilaksis dan vitamin K 0, 1 cc.
Pathway
1. Kala 1
2. Kala 2
3. Kala 3
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Ibu Nama, nama panggilan, alamat, bahasa yang
digunakan. Usia ibu dalam kategori usia subur (15-49 tahun).
Bila didapatkan terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu
tua (lebih dari 35 tahun) merupakan kelompok resiko tinggi.
Pendidikan dan pekerjaan klien. (Taufan, 2014).
b. Keluhan Utama Berisi keluhan ibu sekarang saat pengkajian
dilakukan. Pada umumnya, klien akan mengeluh nyeri pada
daerah pinggang menjalar ke perut, adanya his yang makin
sering, teratur, keluarnya lendir dan darah, perasaan selalu ingin
buang air kecil, bila buang air kecil hanya sedikit-sedikit.
(Rohani, 2011)
c. Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan yang lalu dikaji untuk
mengetahui apakah ibu mempunyai riwayat penyakit seperti
diabetes mellitus, dll. Riwayat penyakit keluarga dikaji untuk
mengetahui adakah riwayat penyakit menurun atau menular,
adakah riwayat keturunan kembar atau tidak. (Wiknjosastro,
2009)
d. Riwayat penyakit
- Riwayat penyakit sekarang Dalam pengkajian ditemukan
ibu hamil dengan usia kehamilan antara 38-42 minggu
disertai tanda-tanda menjelang persalinan yaitu nyeri pada
daerah pinggang menjalar ke perut, his makin sering,
teratur, kuat, adanya show (pengeluaran darah campur
lendir), kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
(Mitayani, 2009)
- Riwayat penyakit sistemik Untuk mengetahui apakah
adanya penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus,
TBC, hepatitis, penyakit kelamin, pembedahan yang pernah
dialami, dapat memperberat persalinan
- Riwayat penyakit keluarga Untuk mengetahui apakah
dalam keluarga ada yang menderita penyakit menular
seperti TBC dan hepatitis, menurun seperti jjantung dan
DM.
- Riwayat Obstetri Riwayat haid. Ditemukan amenorrhea
(aterm 38-42 minggu), prematur kurang dari 37 minggu.
Riwayat kebidanan. Adanya gerakan janin, rasa pusing,
mual muntah, dan lain-lain. Pada primigravida persalinan
berlangsung 13-14 jam dengan pembukaan 1 cm/ jam,
sehingga pada multigravida berlangsung 8 jam dengan 2
cm/ jam.
- Riwayat keturunan kembar Untuk mengetahui ada tidaknya
keturunan kembar dalam keluarga.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri melahirkan berhubungan dengan dilatasi serviks
2. Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi kehamilan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan
organisme pathogen lingkungan
4. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis kehamilan
C. Intervensi Keperawatan
Standart Diagnosa Standart Luaran Keperawatan Indonesia Standart Intervensi
Keperawatan Indonesia
Keperawatan Indonesia
Nyeri Melahirkan b/d Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri
diharapkan nyeri melahirkan dapat teratasi Observasi
dilatasi serviks
dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
1. Keluhan nyeri menurun kualitas, dan intensitas nyeri.
2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri.
3. Frekuensi nadi membaik 3. Identifikasi respons nyeri non verbal.
4. Tekanan darah membaik 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
Status intrapartum: nyeri.
5. Monitor efek samping penggumaan analgetik.
1. Koping terhadap ketidaknyamanan
persalinan meningkat Terapeutik
2. Dilatasi serviks meningkat
3. Frekuensi kontraksi uterus membaik 1. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi
nyeri.
Intensitas kontraksi uterus membaik
2. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri (missal:
suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur.
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, perode, dan pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
3. Ajarka teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
5. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Pengaturan Posisi
Latihan Pernapasan (1.01007)
Observasi
1. Identifikasi indikasi dilakukan latihan pernapasan.
2. Monitor frekuensi, irama, dan kedalaman napas sebelum
dan sesudah latihan.
Teapeutik
1. Sediakan tempat yang tenang.
2. Posisikan pasien dengan nyaman dan rileks.
3. Tempatkan satu tangan di dada dan satu tangan di perut.
4. Pastikan tangan di dada mundur ke belakang dan tangan
diperut maju ke depan saat menarik perut.
5. Ambil napas dalam secara perlahan melalui hidung dan
tahan selama 7 hitungan
6. Hitungan ke 8 hembuskan napas melalui mulut dengan
perlahan.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur latihan pernapasan.
2. Anjurkan mengulangi latihan 4-5 kali.
Resiko Perdarahan b/d Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pencegahan perdarahan (l.02067)
komplikasi kehamilan diharapkan perdarahan tidak terjadi dengan
Observasi
kriteria hasil :
1. Kelembapan membrane mukosa 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
meningkat 2. Monitor nilai hematocrit/hemoglobin sebelum dan
setelah kehilangan darah
2. Kelembaban kulit meningkat
3. Monitor tanda tanda vital ortostatik
3. Kognitfi meningkat 4. Monitor koagulasi (mis. Prontombin time (PT), (PTT),
4. Hemoptosis menurun fibrinogen, degrradasi fibrin.
5. Hematemesis menurun
6. Hematuria menurun Terapeutik
7. Perdarahan pasca operasi menurun 1. Pertahankan bed rest selama perdarahan
8. Hemoglobin membaik 2. Batasi tindakan invasive, jika perlu
9. Hematocrit membaik 3. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
10. Tekanan darah membaik
11. Denyut nadi apical membaik Edukasi
12. Suhu tubuh membaik 1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
2. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
3. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin
K
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat pengontrol darah
Pencegahan Infeksi (I.14539)
Observasi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
1. Batasi jumlah pengunjung
2. Berikan perawatan kulit pada area edema
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
4. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
5. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, Ika Putri, dkk. Asuhan kebidanan komprehensif pada ibu bersalin
dan bayi baru lahir. Yogyakarta: Deepublish; 2014. h. 14
(Kemenkes RI. Info Datin Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. Jakarta
selatan: kemenkes
RI; 2014. [Diakses pada tanggal 01 Mei 2017]
Saifuddin, Abdul Bari dkk. 2013. Ilmu kebidanan sarwono prawirohardjo. Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Aprillia, Yesie. Hipnostetri: rileks, nyaman, dan aman saat hamil & melahirkan.
Jakarta: Gagas Media; 2010.
Sursilah, Ilah. Asuhan persalinan normal dengan inisiasi menyusui dini.
Yogyakarta: Deepublish; 2010.
Lailiyana, dkk. Buku ajar asuhan kebidanan persalinan. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC; 2008.
Sulistyawati Ari, Nugraheny Esti. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin. Jakarta:
Salemba Medika; 2010.
Sumarah, Dkk. Perawatan ibu bersalin. Yogyakarta : Fitramaya; 2010.
Walyani, Elisabeth Siwi dan Endang Purwoastuti. Asuhan kebidanan
persalinan&bayi baru lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru Press; 2015.h. 169-
171
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Prawirohardjo; 2010. h.
213, 286, 287
Hakimi, Ilmu kebidanan: patologi & fisiologi persalinan. Yogyakarta: Yayasan
Essentia Medica; 2010. h. 104.
Saifuddin, Abdul Bari dkk. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka Prawirohardjo; 2010. h. N-25
Lailiyana, dkk. Buku ajar asuhan kebidanan persalinan. Jakarta: buku kedokteran
EGC; 2011.
Roesli, Utami. Inisiasi menyusu dini. Jakarta: Pustaka Bunda; 2008.
Sujiyatini, dkk. Asuhan kebidanan II (persalinan). Yogyakarta: Rohima Press;
2011. Varney, H. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC ;
2006
JNPK-KR. Asuhan persalinan normal. Jakarta: 2014.
Suririnah. Buku pintar kehamilan & persalinan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama; 2008. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia. Jakarta. DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia;
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia;
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1, Cetakan II.. Jakarta.
DPP PPNI