Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSALINAN SPONTAN PERVAGINAM


INTRA NATAL CARE (INC)

DISUSUN OLEH :

HERAWATI
PO7120421014

PRECEPTOR INSTITUSI PRECEPTOR LAHAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
A. Pengertian
Persalinan adalah proses alamiah membuka dan menipisnya serviks
dan turunnya janin ke dalam jalan lahir. Persalinan normal adalah proses
pengeluaran janin secara alamiah yang kehamilannya sudah cukup bulan
(37-42minggu), lahir spontan tanpa komplikasi pada ibu maupun janin
(Dwi Asri H & Cristine Clervo P, 2010).
Persalinan adalah proses pengeluaran kelahiran hasil konsepsi yang
dapat hidup diluar uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada
kehamilan yang cukup bulan (37-42 minggu) dengan ditandai adanya
kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya penipisan, dilatasi serviks,
dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir dengan presentase belakang
kepala tanpa alat atau bantuan (lahir spontan) serta tidak ada komplikasi
pada ibu dan janin (Indah & Firdayanti, 2019).
Persalinan atau Partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan
selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan yang cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak
uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka
dan menipis dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu
dikatakan belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan
perubahan serviks (Damayanti, dkk, 2015).

B. Jenis - Jenis Persalinan


Berdasarkan usia kehamilan, terdapat beberapa jenis persalinan yaitu :
1. Persalinan aterm: yaitu persalinan antara umur hamil 37-42 minggu,
berat janin di atas
2.500 gr.
2. Persalinan prematurus: persalinan sebelum umur hamil 28-36 minggu,
berat janin kurang dari 2.499 gr.
3. Persalinan serotinus: persalinan yang melampaui umur hamil 42
minggu, pada janin terdapat tanda postmaturitas
4. Peralinan presipitatus: persalinan yang berlangsung cepat
kurang dari 3 jam. Berdasarkan proses berlangsungnya
persalinan dibedakan sebagai berikut :
1. Persalinan spontan: bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri dan melalui jalan lahir.
2. Persalinan buatan: bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar
misalnya ekstraksi dengan forceps/vakum, atau dilakukan operasi
section caecarea.

3. Persalinan anjuran: pada umumnya persalinan terjadi bila bayi sudah


cukup besar untuk hidup di luar, tetapi tidak sedemikian besarnya
sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan. Persalinan kadang-
kadang tidak mulai dengan segera dengan sendirinya tetapi baru bisa
berlangsung dengan dilakukannya amniotomi/pemecahan ketuban atau dengan
induksi persalinan yaitu pemberian pitocin atau prostaglandin.

C. Tanda dan Gejala Menjelang Persalinan


Lightening merupakan sebutan bahwa kepala janin sudah turun ke
pintu bawah panggul, lightening mulai dirasakan kira-kira 2 minggu
menjelang persalinan, lightening menimbulkan rasa tidak nyaman akibat
tekanan bagian presentasi pada struktur di area pelvis minor. Hal-hal yang
spesifik berikut yang dialami ibu: ibu jadi sering berkemih, karena kandug
kemih ditekan sehingga ruang yang tersisa untuk ekspansi berkurang,
perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang menyeluruh, yang
membuat ibu merasa tidak enak dan timbul sensasi terus-menerus bahwa
sesuatu perlu dikeluarkan, kram pada tungkai yang disebabkan oleh
tekanan bagian presentasi pada syaraf yang menjalar melalui foramen
ischiadikum mayor dan menuju ke tungkai (Icemi Sukarni K & Wahyu P,
2013).
Kontraksi Braxton-Hicks. Pada stadium akhir kehamilan otot uterus
bersiap untuk persalinan dan pelahiran melalui kontraksi dan relaksasi pada
interval tertentu. Kontraksi Braxton-Hicks biasanya tidak nyeri kontraksi
tersebut juga disebut persalinan palsu. Kontraksi persalinan palsu
umumnya dirasakan rendah di abdomen. Kontraksi persalinan palsu terjadi
dalam pola yang tidak teratur, dan intensitasnya tidak bertambah secara
bermakna dari waktu kewaktu. Persalinan palsu dapat mengganggu
kontraksi tersebut datang dan pergi, dan perubahan posisi atau aktivitas
dapat meredakan ketidaknyamanan yang ditimbulkan. Pada persalinan
sejati kontraksi uterus yang terjadi secara involunter berlangsung secara
teratur, semakin kuat dari waktu ke waktu, dan memulai kerja persalinan
yang sebenarnya. Kontraksi tersebut terjadi jarak sekita 20 sampai 30
menit, hingga pada jarak 2 sampai 3 menit. Kontraksi persalinan sejatinya
biasanya berlangsung 30 detik pada awalnya dan durasinya meningkat
seiring kemajuan persalinan.
Kontraksi Uterus, kontraksi otot uterus pada persalinan akan
menyebabkan rasa nyeri yang hebat ada beberapa kemungkinan penyebab
terjadinya nyeri saat kontraksi seperti hipoksia pada miometrium yang
sedang berkontraksi, peritoneum yang berada diatas fundus mengalami
peregangan, peregangan serviks pada saat dilatasi atau pendataran serviks.
setiap kontraksi serabut otot uterus menegang saat kontraksi berakhir dan
uterus istirahat, otot tetap lebih sedikit lebih pendek dibanding pada awal
kontraksi. Kondisi ini disebut retraksi otot, saat proses ini terus berlangsung
sepangjang jam-jam persalinan otot yang memendek menarik titik
resistensi terendah menyebabkan penipisan dan kemudian dilatasi serviks.

Penekanan dari kantung ketuban yang menegang atau bagian presentasi


janin membantu mempertahankan dilatasi serviks. Setiap kontraksi
persalinan memiliki tiga fase:
1. Increment: fase ini, ketika kontraksi berkembang dari fase istirahat
menuju kekuatan penuh, terhitung lebih lama dibanding kombinasi dua
fase lain.
2. Acme: fase ini merupakan masa ketika kontraksi berada pada intensitas
maksimum. Fase ini menjadi lebih lama seiring kemajuan persalinan.
3. Decrement: selama fase ini, kontraksi uterus menurun, hingga fase
istirahat dicapai (Caroline Bunker Rosdahl & Mary T. Kowalski, Buku
Ajar Keperawatan Dasar Keperawatan Maternal & Bayi Baru Lahir,
Edisi 10, 2012).
Ketuban pecah pada akhir kala 1 persalinan. Apabila terjadi
sebelum awitan persalinan, disebut ketuban pecah dini (KPD). Kurang
lebih 80% wanita yang mendekati usia kehamilan cukup bulan dan
mengalami KPD mulai mengalami persalinan spontan mereka dalam waktu
24 jam.
Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina)
dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan
pendataran dan pembukaaan, lendir yang terdapat dikanalis servikalis lepas,
kapiler pembuluh pecah, yang menjadi pendarahan sedikit (Ai Nurasiah &
dkk, 2012).Sumbatan mukus yang menyekat serviks selama kehamilan
tepat sebelum persalinan, serviks membuka secara perlahan dan sumbatan
tersebut lepas. Pada saat bersamaan beberapa kapiler serviks rupture
membuat mukus yanglengket menjadi warna merah muda. Proses ini
disebutshow atau bloody show dan mengindikasikan bahwa persalinan
akan segara terjadi (Caroline Bunker Rosdahl & Mary T. Kowalski, 2014).
Lonjakan energi, banyak wanita mengalami lonjakan energi kurang
lebih 24 sampai 48 jam sebelum awitan persalinan. Setelah beberapa hari
dan minggu merasa letih secara fisik dan lelah karena hamil, mereka terjaga
pada suatu hari dan menemukan diri mereka bertenaga penuh. Para wanita
merasa enerjik melakukan sbelum kedatangan bayi, selama beberapa jam
sehingga mereka semangat melakukan berbagai aktifitas yang sebelumnya
tidak mampu mereka lakukan, akibatnya mereka memasuki masa
persalinan dalam keadaan letih (Icemi Sukarni K & Wahyu P, 2013).

D. Faktor Persalinan
1. Passage (Jalan Lahir) Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh
janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, servik dan vagina.
Syarat agar janin dan plasenta dapat
melalui jalan lahir tanpa rintangan, maka jalan lahir tersebut harus
normal. Passage terdiri dari :
a. Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
b. Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan
ligament-ligamen Pintu panggul :
- Pintu atas panggul (PAP) = disebut inlet dibatasi oleh
promontorium, linea inominata dan pinggir atas symphisis
- Ruang tengah panggul (RTP) = kira-kira pada spina
ischiadica, disebut midlet
- Pintu bawah panggul (PBP) = dibatasi symphisis dan arkus
pubis, disebut outlet
- Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) = berbeda
pada inlet dan outlet Bidang-bidang :
- Bidang Hodge I :dibentuk pada lingkaran PAP dengan
bagian atas symphisis dan promontorium
- Bidang Hodge II : sejajar dengan hodge I setinggi pinggir
bawah symphisis
- Bidang Hodge III : sejajar hodge I dan II setinggi spina
Ischiadika kanan dan kiri
- Bidang Hodge IV : sejajar hodge I, II dan III setinggi
oscoccyges (Widia, 2015 : 16)
2. Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari
his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power
merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh
adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim
a. Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :
- His (kontraksi otot uterus) Adalah kontraksi uterus karena
otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna.
Pada waktu kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga
menjadi lebih kecil serta mendorong mendorong janin dan
kantung amneon kearah segmen bawah rahim dan servik.
- Kontraksi otot-otot dinding perut
- Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
- Ketegangan dan ligamentous action terutama ligamentum
rotondum
b. Kontraksi Uterus / His yang normal karena otot-otot polos
rahim bekerja dengan baik dan sempurna mempunyai sifat-
sifat :
- Kontraksi simetris
- Fundus dominan
- Relaksasi
- Involuntir : terjadi diluar kehendak
- Intermitten : terjadi secara berkala (berselang-seling)
- Terasa sakit
- Terkoordinasi
- Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan
psikis
3. Passanger terdiri dari janin dan plasenta, janin merupakan passanger
utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala karena
bagian yang paling besar dank eras dari janin adalah kepala janin.
Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan.
Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passanger
adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus
ataupun anenchephalus, kelainan letak seperti letak muka ataupun letak
dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau letak
sungsang (Widia, 2015 : 29)
4. Psikologi Perasaan positif dari kelegaan hati, seolah-olah pada saat
itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu muncul
rasa bangga bisa melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka
seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula
dianggap sebagai suatu “keadaan yang belum pasti” sekarang menjadi
hal yang nyata. Psikologis meliputi :
a. Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual
b. Pengalaman bayi sebelumnya
c. Kebiasaan adat
d. Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
5. Penolong Peran dari penolong persalinan dalam hal ini bidan adalah
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada
ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan
penolong dalam menghadapi proses persalinan.

E. Fase Persalinan
1. Kala I (Kala Pembukaan)
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan, terjadi pematangan dan
pembukaan serviks sampai lengkap. Dimulai pada waktu serviks
membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur, makin lama,
makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran
darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid. Berakhir
pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam,
bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya
pecah spontan pada saat akhir kala I. Terdapat 2 fase pada Kala 1 ini,
yaitu :
a. Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8
jam.
b. Fase aktif: pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm),
berlangsung sekitar 6 jam. Fase aktif terbagi atas:
- Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
- Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm
sampai 9 cm.
- Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai
lengkap (+ 10 cm). Perbedaan proses pematangan dan
pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida dan
multipara :
a. Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu
sebelum terjadi pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah
lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi
proses penipisan dan pembukaan.
b. Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu
daripada ostium eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk
seperti lingkaran kecil di tengah), sedangkan pada multipara, ostium
internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium
tampak berbentuk seperti garis lebar).
c. Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (12 jam) dibandingkan
multipara (8 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada
fase laten pasien primigravida memerlukan waktu lebih lama.
2. Kala 2 (pengeluaran janin)
Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada
saat bayi telah lahir lengkap. Pada Kala II ini His menjadi lebih kuat,
lebih sering, dan lebih lama. Selaput ketuban mungkin juga sudah
pecah/ baru pecah spontan pada awal Kala II ini. Rata-rata waktu untuk
keseluruhan proses Kala II pada primigravida ± 1,5 jam, dan multipara
± 0,5 jam.
Sifat His :
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan
terjadi juga akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada
persalinan normal yaitu kepala) yang menekan anus dan rektum.
Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot- otot
dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.
Peristiwa penting pada Kala II:
a. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai
dasar panggul.
b. Ibu timbul perasaan/ refleks ingin mengedan yang semakin kuat.
c. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis)
d. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis
(simfisis pubis sebagai sumbu putar/ hipomoklion), selanjutnya
dilahirkan badan dan anggota badan.
e. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk
memperbesar jalan lahir (episiotomi).
3. Kala III (pengeluaran plasenta)
Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta. Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat
sebentar, uterus teraba keras, plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya.
Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit, seluruh
plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir secara
spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas symphisis / fundus
uteri, seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-
200 cc. Tanda-tanda lepasnya plasenta : perubahan ukuran dan bentuk
uterus, tali pusat memanjang, semburan darah tiba-tiba.
4. Kala IV (kala pengawasan)
Kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir
selama 2 jam. Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi
karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam
pertama. Observasi yang dilakukan antara lain :
a. Tingkat kesadaran ibu
b. Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi, pernafasan
c. Kontraksi uterus
d. Terjadinya perdarahan
Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi
400-500 cc. pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta
lahir, mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan
post partum. Dengan menjaga kondisi kontraksi dan retraksi uterus
yang kuat dan terus-menerus. Tugas uterus ini dapat dibantu
dengan obat-obatan oksitosin. (Dewi Asri dkk, 2012 : 95)

F. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan adalah serangkaian perubahan posisi dari
bagian presentasi janin yang merupakan suatu bentuk adaptasi atau
akomodasi bagian kepala janin terhadap jalan lahir.

Gerakan-Gerakan Janin:
a. Turunnya Kepala
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada primi
gravida sudah terjadi bulan terakhir dari kehamilan tetapi pada
multipara biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya
kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura sagittalis
melintang dan dengan fleksi yang ringan. Sutura sagitalis dalam
diameter anteroposterior dari pintu atas panggul, maka masuknya
kepala tentu lebih sukar, karena menempati ukuran yang terkecil dari
pintu atas panggul. Sutura sagittalis berada di tengah-tengah jalan
lahir, ialah tepat diantara simphibis dan promontorium, maka dikatakan
kepala dalam atau synclitismus.
Pada synclitismus os parietale depan dan belakang sama
tingginya. Jika sutura sagittalis agak kedepan mendekati simpisis atau
agak ke belakang mendekati promontorium, maka kita hadapi
asynclitismus. Asynclitismus posterior adalah kalau sutura sagittalis
mendekati simpibis dan os parietale belakang lebih rendah dari os
parietale depan yang disebut dengan asynclitismus anterior ialah kalau
sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os paritale depan
lebih rendah dari os parietale belakang. Pada pintu atas panggul
biasanya kepala dalam asynclitismus posterior yang ringan.
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk
ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada
multipara sebaliknya majunya kepala dan masuknya kepala dalam
rongga panggul terjadi bersamaan.
Majunya kepala ini bersamaan dengan gerakan-gerakan yang
lain ialah Fleksi, putaran paksi-dalam, dan extensi yang menyebabkan
majunya kepala ialah:
1) Tekanan cairan intrauterin
2) Tekanan langsung oleh fundus pada bokong
3) Kekuatan mengejan
4) Melurusnya badan anak oleh perubahan bentuk Rahim.
Bidang bidang Hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai di
manakah bagian terendah janin turun dalam panggul dalam persalinan.
1) Bidang Hodge I
Ialah bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan
promontorium. Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas
panggul.
2) Bidang Hodge II
Ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I terletak setinggi
bagian bawah simfisis.
3) Bidang Hodge III
Ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hogde I dan Bidang
Hodge II terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri.Pada
rujukan lain, Bidang Hodge III ini disebut juga bidang O. Kepala
yang berada 1 cm disebut (-1) atau sebaliknya.
4) Bidang Hodge IV
Ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I, II, dan , III,
terletak setinggi os koksigis.
b. Fleksi
Fleksi meningkat selama persalinan. Tulang belakang janin
bersentuhan lebih dekat dengan bagian posterior tengkorak, tekanan
kebawah pada aksis janin akan lebih mendesak oksiput daripada
sinsiput.
Efeknya adalah meningkatnya fleksi, menyebabkan diameter
presentasi yang lebih kecil yang akan melewati pelvis dengan lebih
mudah. Dengan majunya kepala biasanya juga fleksi bertambah hingga
ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun- ubun besar.
Keuntungan dari bertambahnya fleksi ialah bahwa ukuran
kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir : diameter suboccipito
bregmatica (9,5 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis (11
cm).
Fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju dan
sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul,
cervix, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat dari kekuatan
ini adalah terjadinya fleksi karena moment yang menimbulkan
fleksi lebih besar dari moment yang menimbulkan defleksi.
c. Putaran Paksi Dalam
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar
ke depan ke bawah simpisis. Pada presentasi belakang kepala bagian
yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang
akan memutar ke depan ke bawah simpisis.
Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena
putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi
kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan
pintu bawah panggul.

Putaran paksi dalam tidak terjadi tersendiri, tetapin selalu


bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala
sampai ke Hodge III, kadang- kadang baru setelah kepala sampai di
dasar panggul.Sebab-sebab putaran paksi dalam :
1) Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian
terendah dari kepala
2) Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling
sedikit terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus
genitalis antara m. Levator ani kiri dan kanan
3) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter
anteroposterior.
d. Extensi
Setelah crowning terjadi, kepala janin dapat mengalami
ekstensi, bertumpu pada region suboksipital di sekitar tulang pubik,
gerakan ini melepaskan sinsiput, wajah, dagu, menyapu perineum dan
kemudian lahir dengan gerakan ekstensi. Setelah putaran paksi selesai
dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah extensi atau defleksi
dari kepala.
Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah
panggul mengarah ke depan dan atas, sehingga kepala harus
mengadakan extensi untuk melaluinya. Kalau tidak terjadi extensi,
kepala akan tertekan pada perineum dan menembusnya. Pada kepala
bekerja dua kekuatan, yang satu mendesaknya ke bawah dan satunya
disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas.
Resultantenya ialah kekuatan ke arah depan atas.
Setelah subocciput tertahan pada pinggir bawah simpisis maka
yang dapat maju karena kekuatan tersebut di atas bagian yang
berhadapan dengan subocciput, maka lahirlah berturut-turut pada
pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut, dan
akhirnya dagu dengan gerakan extensi.Subocciput yang menjadi pusat
pemutaran disebut Hypomochlion.
e. Putaran Paksi Luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke
arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang
terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran
restitusi (putaran balasan = putaran paksi luar). Selanjutnya putaran
dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber
ischiadicum sefihak (di sisi kiri).
Gerakan yang terjadi ini adalah putaran paksi luar yang
sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu (diameter bisacromial)
menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah
panggul.

f. Restitusi
Terpilihnya leher janin yang terjadi akibat rotasi internal, saat
ini diperbaiki dengan sedikit gerakan melepas pilinan tersebut.Oksiput
bergerak 1/8 lingkaran kearah samping tempat pilinan tersebut di
mulai.
g. Expulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simpisis


dan menjadi hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian
bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah

dengan jalan lahir.

Gambar 2.1 Gerakan-gerakan utama pada persalinan


Pada kala II ibu menambah kekuatan uterus yang sudah
optimum itu dengan adanya peningkatan tekanan intraabdomen akibat
ibu melakukan kontraksi diafragma dan otot-otot dinding abdomen
yang akan lebih efisien jika badan ibu dalam keadaan fleksi dan glottis
tertutup. Dagu ibu di dada, badan fleksi dan kedua tangan menarik
paha sampai lutut. Dengan demikian, kepala/bokong janin didorong
membuka diafragma pelvis dan vulva, setelah anak lahir kekuatan his
tetap ada untuk pelepasan dan pengeluaran kala uri.

Ketuban pecah secara spontan paling sering terjadi sewaktu-


waktu pada persalinan aktif. Pecah ketuban secara khas tampak jelas
sebagai semburan cairan yang normalnya jernih atau sedikit keruh,
hampir tidak berwarna dengan jumlah yang bervariasi.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi dalam persalinan adalah :
1. Infeksi
Pada pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan
kemungkinan dapat menyebabkan infeksi apabila pemeriksa tidak
memperhatikan teknik aseptik.
2. Ruptur Perineum
Pada wanita dengan perineum yang kaku kemungkinan besar akan
terjadi ruptur perineum, sehingga dianjurkan untuk melakukan
episiotomi.
3. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus tidak bisa
berkontraksi setelah janin lahir sehingga menyebabkan perdarahan
hebat.
4. Retensi Plasenta / Retensi Sisa Plasenta
Retensi plasenta adalah kondisi dimana plasenta belum lahir selama 1
jam setelah janin lahir sedangkan retensi sisa plasenta adalah tyerdapat
sebagian plasenta yang masih tertinggal setelah plasenta lahir.
5. Hematom Pada Vulva
Hematom dapat terjadi karena pecahnya pembuluh darah dalam
dinding lateral vagina bagian bawah waktu melahirkan.
6. Kolpaporeksis
Kolpaporeksis adalah robekan melintang atau miring pada bagian atas
vagina sehingga sebagian uterus dan serviksnya terlepas dari vagina.
Hal ini dapat terjadi pada persalinan dengan disproporsi kepala
panggul.
7. Robekan serviks
Dapat terjadi pada serviks yang kaku dan his yang kuat.
8. Ruptur Uteri
Ruptur uteri atau rtobekan uterus merupakan kondisi yang sangat
berbahaya dalam persalinan karena dapat menyebabkan perdarahan
hebat.
9. Emboli Air Ketuban
Emboli air ketuban merupakan peristiwa yang timbul mendadak akibat
air ketuban
masuk ke dalam peredaran darah ibu melalui sinus vena yang terbuka
pada daerah plasenta dan menyumbat pembuluh-pembuluh kapiler
dalam paru-paru.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi)
USG adalah pemerisaan jani menggunakan frekuensi gelombang suara
tinggi yang dipantulkan ke tubuh untuk mengetahui gambaran rahim
yang disebut sonogram.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan untuk mendapat informasi tentang kesehatan pasien.
(Estiwidani, 2008)

I. PENATALAKSANAAN
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
Ibu merasa takanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
Perineum tampak menonjol
Vulva dan sfingter ani membuka
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu
dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia à tempat yang datar dan keras,
2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan
jarak 60 cm dari tubuh bayi.
Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal
bahu bayi
Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di
dalam partus set
3. Pakai celemek plastik.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
tangan dengan handuk yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam.
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT atau steril) dan letakkan di partus
set/wadah DTT atau steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada
alat suntik).
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
dibasahi dengan DTT.

 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,


bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang.
 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah
yang tersedia.
 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
lepaskan dan rendam larutan klorin 0,5 %)
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap, Bila
selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan
klorin 0,5 % selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung
tangan dilepaskan.
10. Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160x/menit).
11. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
12. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua
hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
13. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik
dan bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif).
 Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu
untuk meneran dengan benar
14. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa
ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu
merasa nyaman).
15. Laksanakan bimbingan meneran saat ibu marasa ada dorongan kuat
untuk meneran.
 Bimbing ibu agar dapat meneran secara baik dan efektif
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi nyaman sesuai pilihannya (kecuali
posisiberbaring terlentang dalam waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
 Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
 Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit
(1 jam) meneran (multigravida)
16. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam
60 menit.
17. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm).
18. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong.
19. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
20. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
21. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan tangan yang dilapisi dnegan kain
bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
22. Seka dengan lembut muka, mulut, dan hidung bayi dengan kasa/kain
bersih.
23. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan
yang sesuai jika hal itu terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran
bayi.
 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian
atas kepala bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong diantara dua klem tersebut
24. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
25. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparetal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
26. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu
untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan
tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah
atas.
27. Seteleh tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara mata kaki dan pegang masing-masing
mata kaki ibu jari dan jari-jari lainnya).
28. Penilaian segera bayi baru lahir.
29. Keringkan tubuh bayi, bungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian
tali pusat.
30. Jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi.
Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali
pusat pada 2cm distal dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan
pengguntingan (lindungi perut bayi) tali pusat diantara 2 klem
tersebut.
32. Ganti handuk yang basah dengan handuk/kain baru yang bersih dan
kering, selimuti dan tutup kepala bayi dan biarkan tali pusat terbuka.
Tali pusat tidak perlu ditutup dengan kassa atau diberi yodium tapi
dapat dioles dengan antiseptik, Jika bayi mangalami kesulitan
bernafas, lihat penatalaksanaan asfiksia
33. Berikan bayi kepada ibunya dan anjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan untuk memulai pemberian ASI.
34. Letakkan kain bersih dan kering pada perut ibu, periksa kembali
uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil
tunggal).
35. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik agar uterus berkontraksi baik.
36. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin).
37. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
38. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisis
untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
39. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas
(dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali
pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur di atas.
40. Jika uterus tidak segera berkontraksi minta ibu, suami datau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu
41. Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta
terlepas. Minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas mengikuti poros
jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).
42. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada tempat yang
telah disediakan.

43. Jika selaput ketuban robek, pakai serung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan
atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang
tertinggal. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus,letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus teraba keras)
44. Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi
setelah 15 detik masase.
45. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian meternal maupun fetal dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan palsenta ke
dalam kantung plastik atau tempat khusus.
46. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
panjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
47. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
48. Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5 %, bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT dan
keringkan dengan kain yang bersih dan kering.
49. Selimuti bayi dan tutupi bagian kepalanya dengan handuk atau kain
bersih dan kering.
50. Minta ibu memulai pemberian ASI secara dini (30-60 menit setelah
bayi lahir).
51. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan
yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri
52. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
53. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
54. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1jam pertama pascapersalinan dan setiap 30menit selama jam
kedua pascapersalinan.
 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua
jam pertama pascapersalinan
 Melakukan tindakan ynag sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
55. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (10 menit).
Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
56. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
57. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir, dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan
kering.
58. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya.
59. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 %.
60. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %,
balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5 %
selama 10menit.
61. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
62. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital
dan asuhan kala IV dan lakukan penimbangan bayi, beri tetes mata
profilaksis dan vitamin K 0, 1 cc.
Pathway
1. Kala 1
2. Kala 2
3. Kala 3
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Ibu Nama, nama panggilan, alamat, bahasa yang
digunakan. Usia ibu dalam kategori usia subur (15-49 tahun).
Bila didapatkan terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu
tua (lebih dari 35 tahun) merupakan kelompok resiko tinggi.
Pendidikan dan pekerjaan klien. (Taufan, 2014).
b. Keluhan Utama Berisi keluhan ibu sekarang saat pengkajian
dilakukan. Pada umumnya, klien akan mengeluh nyeri pada
daerah pinggang menjalar ke perut, adanya his yang makin
sering, teratur, keluarnya lendir dan darah, perasaan selalu ingin
buang air kecil, bila buang air kecil hanya sedikit-sedikit.
(Rohani, 2011)
c. Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan yang lalu dikaji untuk
mengetahui apakah ibu mempunyai riwayat penyakit seperti
diabetes mellitus, dll. Riwayat penyakit keluarga dikaji untuk
mengetahui adakah riwayat penyakit menurun atau menular,
adakah riwayat keturunan kembar atau tidak. (Wiknjosastro,
2009)
d. Riwayat penyakit
- Riwayat penyakit sekarang Dalam pengkajian ditemukan
ibu hamil dengan usia kehamilan antara 38-42 minggu
disertai tanda-tanda menjelang persalinan yaitu nyeri pada
daerah pinggang menjalar ke perut, his makin sering,
teratur, kuat, adanya show (pengeluaran darah campur
lendir), kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
(Mitayani, 2009)
- Riwayat penyakit sistemik Untuk mengetahui apakah
adanya penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus,
TBC, hepatitis, penyakit kelamin, pembedahan yang pernah
dialami, dapat memperberat persalinan
- Riwayat penyakit keluarga Untuk mengetahui apakah
dalam keluarga ada yang menderita penyakit menular
seperti TBC dan hepatitis, menurun seperti jjantung dan
DM.
- Riwayat Obstetri Riwayat haid. Ditemukan amenorrhea
(aterm 38-42 minggu), prematur kurang dari 37 minggu.
Riwayat kebidanan. Adanya gerakan janin, rasa pusing,
mual muntah, dan lain-lain. Pada primigravida persalinan
berlangsung 13-14 jam dengan pembukaan 1 cm/ jam,
sehingga pada multigravida berlangsung 8 jam dengan 2
cm/ jam.
- Riwayat keturunan kembar Untuk mengetahui ada tidaknya
keturunan kembar dalam keluarga.

- Riwayat operasi Untuk mengetahui riwayat operasi yang


pernah dijalani. (7) Riwayat perkawinan Untuk mengetahui
status perkawinan klien dan lamanya perkawinan.
- Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
 Kehamilan : Untuk mengetahui berapa umur kehamilan
ibu dan hasil pemeriksaan kehamilan (Wiknjosastro,
2009)
 Persalinan : Spontan atau buatan, lahir aterm atau
prematur, ada perdarahan atau tidak, waktu persalinan
ditolong oleh siapa, dimana tempat melahirkan.
(Wiknjosastro, 2009) (
 Nifas : Untuk mengetahui hasil akhir persalinan
(abortus, lahir hidup, apakah dalam kesehatan yang
baik) apakah terdapat komplikasi atau intervensi pada
masa nifas, dan apakah ibu tersebut mengetahui
penyebabnya.
- Riwayat kehamilan sekarang Riwayat kehamilan sekarang
perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu resti atau tidak,
meliputi :
 Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) Digunakan untuk
mengetahui umur kehamilan
 Hari Perkiraan Lahir (HPL) Untuk mengetahui perkiraan
lahir
 Keluhan-keluhan Untuk mengetahui apakah ada
keluhan-keluhan pada trimester I,II dan II
 Ante Natal Care (ANC) Mengetahui riwayat ANC,
teratur / tidak, tempat ANC, dan saat kehamilan berapa
- Riwayat keluarga berencana Untuk mengetahui apakah
sebelum kehamilan ini pernah menggunakan alat
kontrasepsi atau tidak, berapa lama penggunaan nya
e. Pemeriksaan fisik
- Keadaan Umum
Untuk mengetahui keadaan umum baik, sedang, jelek Pada
kasus persalinan normal keadaan umum pasien baik
- Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien composmentis,
apatis, somnolen, delirium, semi koma dan koma. Pada
kasus ibu bersalin dengan persalinan normal kesadarannya
composmentis
- Tanda vital
 Tekanan darah : Untuk mengetahui faktor resiko
hipertensi dan hipotensi. Batas normalnya 120/80
mmHg
 Nadi : Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung
dalam menit. Batas normalnya 69-100x/ menit
 Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan
pasien yang dihitung dalam 1 menit. Batas normalnya
12- 22x/ menit
 Suhu : Untuk mengetahui suhu tubuh klien,
memungkinkan febris/ infeksi dengan menggunakan
skala derajat celcius. Suhu wanita saat bersalin tidak
lebih dari 38°C. Suhu tubuh pada ibu bersalin dengan
persalinan normal  38°C
- Pemeriksaan fisik B1-B6
 Breath (B1)
 Inspeksi : Respirasi rate normal (20x/ menit), tidak
ada retraksi otot bantu nafas, tidak terjadi sesak
nafas, pola nafas teratur, tidak menggunakan alat
bantu nafas, terdapat adanya pembesaran payudara,
adanya hiperpigmentasi areola mammae dan papilla
mammae.
 Palpasi :Pergerakan dinding dada sama
 Auskultasi : Suara nafas regular, tidak ada suara
tambahan seperti wheezing dan ronchi
 Perkusi : Suara perkusi sonor
 Blood (B2)
 Inspeksi : Anemis (jika terjadi syok akibat perdarahan
post partum)
 Palpasi : Pulsasi kuat, tidak ada pembesaran vena
jugularis, CRT < 2 detik, akral hangat, takikardi
(jika terjadi syok)
 Auskultasi : Pada auskultasi didapatkan suara
jantung normal (S1 dan S2 normal), S1 ; Lup dan S2
; Dup
 Brain (B3)
 Inspeksi : Kesadaran : Composmentis, GCS : (eyes :
4, verbal : 5, motorik : 6), tidak ada kejang
 Palpasi : Tidak ada kaku kuduk, tidak ada brudzinsky
 Bladder (B4)
 Inspeksi : Disuria, perineum menonjol, vagina dan
vulva berwarna kemerahan dan agak kebiru-biruan
(livide), cairan ketuban keluar dari vagina berwarna
putih keruh mirip air kelapa atau sudah berwarna
kehijauan.
 Palpasi : Kandung kemih biasanya kosong, pada VT
terdapat pembukaan lengkap
 Bowel (B5)
 Inspeksi : Mulut bersih, mukosa lembab, keadaan
anus terbuka, ada strie dan linea
 Palpasi : Distensi abdomen, TFU 3 jari dibawah
prosesus xifoideus, nyeri perut karena kontraksi
uterus. Pada pemeriksaan Leopold :
a. Leopold I : TFU : Teraba 3 jari dibawah
prosesus xifoideus dan di bagian fundus uteri
teraba bulat lunak tidak melengking (bagian
bokong janin)
b. Leopold II : Umumnya saat di palpasi bagian
kanan teraba keras memanjang (punggung
janin), dan bagian kecil janin (ekstremitas) di
sepanjang sisi kiri
c. Leopold III : Di palpasi bagian terendah janin
teraba keras bulat (presentasi kepala)
d. Leopold IV : Di palpasi teraba
sudah masuk PAP Pada tahapan
persalinan :
a. Kala 1 : Umumnya HIS ; 3-4x dalam 10 menit
lama kekuatan 30 detik dengan frekuensi kuat,
Pemeriksaan Leopold : Leopold 1 TFU :
Umumnya teraba 3 jari dibawah prosesus
xifoideus dan di bagian fundus uteri teraba bulat
lunak tidak melengking (bagian bokong janin),
Leopold II: Pada umumnya saat di palpasi
bagian kanan teraba keras memanjang
(punggung janin), dan bagian kecil janin
(ekstremitas) di sepanjang sisi kiri, Leopold III :
Di palpasi bagian terendah janin teraba keras
bulat (presentasi kepala), Leopold IV : Di
palpasi teraba sudah masuk PAP, umumnya
cairan ketuban merembes, pemeriksaan VT
pembukaan lengkap
b. Kala 2 : Perineum menonjol, vulva-vagina dan
sfingter ani membuka, dan meningkatnya
pengeluaran lendir bercampur darah.
c. Kala 3 : Keluar nya plasenta disertai dengan
keluarnya darah pada vulva, umumnya darah
yang keluar tidak lebih dari 50-100 cc
d. Kala 4 : Normalnya keadaan ibu baik, tidak ada
penurunan kesadaran, TTV dalam keadaan
normal, serta terjadinya perdarahan (keluarnya
darah nifas) yang tidak lebih dari 400- 500cc
 Auskultasi : DJJ < 120x/ menit atau > 160x/ menit
 Bone (B6)
 Inspeksi : Kemampuan pergerakan sendi bebas,
warna kulit sawo matang, tidak terdapat oedema,
kebersihan kulit bersih
 Palpasi : Akral hangat, tidak terdapat fraktur, turgor
kulit elastis, kulit pasien lembab, kekuatan otot
- VT (pemeriksaan dalam) Untuk mengetahui keadaan
vagina, portio keras atau lunak, pembukaan servik berapa,
penurunan kepala, UKK dan untuk mendeteksi panggul
normal atau tidak
- Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan darah meliputi
haemoglobin, faktor Rh, jenis penentuan, waktu
pembekuan, hitung darah lengkap, dan kadang-kadang
pemeriksaan serologi untuk sifilis.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri melahirkan berhubungan dengan dilatasi serviks
2. Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi kehamilan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan
organisme pathogen lingkungan
4. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis kehamilan
C. Intervensi Keperawatan
Standart Diagnosa Standart Luaran Keperawatan Indonesia Standart Intervensi
Keperawatan Indonesia
Keperawatan Indonesia
Nyeri Melahirkan b/d Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri
diharapkan nyeri melahirkan dapat teratasi Observasi
dilatasi serviks
dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
1. Keluhan nyeri menurun kualitas, dan intensitas nyeri.
2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri.
3. Frekuensi nadi membaik 3. Identifikasi respons nyeri non verbal.
4. Tekanan darah membaik 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
Status intrapartum: nyeri.
5. Monitor efek samping penggumaan analgetik.
1. Koping terhadap ketidaknyamanan
persalinan meningkat Terapeutik
2. Dilatasi serviks meningkat
3. Frekuensi kontraksi uterus membaik 1. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi
nyeri.
Intensitas kontraksi uterus membaik
2. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri (missal:
suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur.

Edukasi
1. Jelaskan penyebab, perode, dan pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
3. Ajarka teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri

Kolaborasi
5. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Pengaturan Posisi
Latihan Pernapasan (1.01007)
Observasi
1. Identifikasi indikasi dilakukan latihan pernapasan.
2. Monitor frekuensi, irama, dan kedalaman napas sebelum
dan sesudah latihan.

Teapeutik
1. Sediakan tempat yang tenang.
2. Posisikan pasien dengan nyaman dan rileks.
3. Tempatkan satu tangan di dada dan satu tangan di perut.
4. Pastikan tangan di dada mundur ke belakang dan tangan
diperut maju ke depan saat menarik perut.
5. Ambil napas dalam secara perlahan melalui hidung dan
tahan selama 7 hitungan
6. Hitungan ke 8 hembuskan napas melalui mulut dengan
perlahan.

Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur latihan pernapasan.
2. Anjurkan mengulangi latihan 4-5 kali.
Resiko Perdarahan b/d Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pencegahan perdarahan (l.02067)
komplikasi kehamilan diharapkan perdarahan tidak terjadi dengan
Observasi
kriteria hasil :
1. Kelembapan membrane mukosa 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
meningkat 2. Monitor nilai hematocrit/hemoglobin sebelum dan
setelah kehilangan darah
2. Kelembaban kulit meningkat
3. Monitor tanda tanda vital ortostatik
3. Kognitfi meningkat 4. Monitor koagulasi (mis. Prontombin time (PT), (PTT),
4. Hemoptosis menurun fibrinogen, degrradasi fibrin.
5. Hematemesis menurun
6. Hematuria menurun Terapeutik
7. Perdarahan pasca operasi menurun 1. Pertahankan bed rest selama perdarahan
8. Hemoglobin membaik 2. Batasi tindakan invasive, jika perlu
9. Hematocrit membaik 3. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
10. Tekanan darah membaik
11. Denyut nadi apical membaik Edukasi
12. Suhu tubuh membaik 1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
2. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
3. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin
K

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat pengontrol darah
Pencegahan Infeksi (I.14539)
Observasi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik

Terapeutik
1. Batasi jumlah pengunjung
2. Berikan perawatan kulit pada area edema
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien

4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko


tinggi

Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
4. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
5. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, Ika Putri, dkk. Asuhan kebidanan komprehensif pada ibu bersalin
dan bayi baru lahir. Yogyakarta: Deepublish; 2014. h. 14
(Kemenkes RI. Info Datin Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. Jakarta
selatan: kemenkes
RI; 2014. [Diakses pada tanggal 01 Mei 2017]
Saifuddin, Abdul Bari dkk. 2013. Ilmu kebidanan sarwono prawirohardjo. Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Aprillia, Yesie. Hipnostetri: rileks, nyaman, dan aman saat hamil & melahirkan.
Jakarta: Gagas Media; 2010.
Sursilah, Ilah. Asuhan persalinan normal dengan inisiasi menyusui dini.
Yogyakarta: Deepublish; 2010.
Lailiyana, dkk. Buku ajar asuhan kebidanan persalinan. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC; 2008.
Sulistyawati Ari, Nugraheny Esti. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin. Jakarta:
Salemba Medika; 2010.
Sumarah, Dkk. Perawatan ibu bersalin. Yogyakarta : Fitramaya; 2010.
Walyani, Elisabeth Siwi dan Endang Purwoastuti. Asuhan kebidanan
persalinan&bayi baru lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru Press; 2015.h. 169-
171
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Prawirohardjo; 2010. h.
213, 286, 287
Hakimi, Ilmu kebidanan: patologi & fisiologi persalinan. Yogyakarta: Yayasan
Essentia Medica; 2010. h. 104.
Saifuddin, Abdul Bari dkk. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka Prawirohardjo; 2010. h. N-25
Lailiyana, dkk. Buku ajar asuhan kebidanan persalinan. Jakarta: buku kedokteran
EGC; 2011.
Roesli, Utami. Inisiasi menyusu dini. Jakarta: Pustaka Bunda; 2008.
Sujiyatini, dkk. Asuhan kebidanan II (persalinan). Yogyakarta: Rohima Press;
2011. Varney, H. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC ;
2006
JNPK-KR. Asuhan persalinan normal. Jakarta: 2014.
Suririnah. Buku pintar kehamilan & persalinan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama; 2008. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia. Jakarta. DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia;
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia;
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1, Cetakan II.. Jakarta.
DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai