“KEWIRAUSAHAAN”
Dosen Pengampu :
Rd. Halim.,S.KM.,MPH,
Oleh kelompok 4:
1.2 TUJUAN
Chairul Tanjung lahir dari sebuah keluarga berada, ayahnya seorang wartawan surat
kabar kecil pada jaman orde lama, A.G Tanjung. Pada saat orde baru terbentuk, usaha
ayahnya harus ditutup karena tulisannya banyak berseberangan secara politik saat itu
dengan penguasa, hal inilah yang membuat yang membuat usaha koran ayah Chairul
gulung tikar. Chairul dan seluruh keluarga terpaksa harus pindah dari rumah yang
mewah dan nyaman ke sebuah kontrakan sederhana yang berada di pinggiran kota. Saat
itu juga, CT sapaan akrabnya diterima di Fakultas Kedokteran Gigi Univeritas
Indonesia. Ibu Halimah, ibu kandung Chairul Tanjung menyatakan harus menjual kain
batik halusnya untuk membiayai Chairul Tanjung masuk ke Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia. Insting bisnis Chairul Tanjung dimulai saat dia masih duduk di
bangku kuliah, untuk membiayai kuliahnya Chairul Tanjung sempat membuka usaha
fotokopi di Universitas Indonesia. Di tahun 1980-an, laki-laki kelahiran Jakarta 18 Juni
1962 itu menempuh pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi di Universitas Indonesia (UI).
Kala itu, ada seorang dosen meminta seluruh mahasiswa di angkatannya yang berjumlah
sekitar 100 orang untuk mencetak buku praktikum."Kan banyak tuh tempat fotokopian.
Saya tanya satu buku praktikum itu harganya Rp 500." Kemudian, ia pun teringat
memiliki seorang teman di bangku SMP yang memiliki usaha percetakan. Ia pun
bertanya kepada temannya itu berapa harga cetak buku di tempat usahanya. Ternyata,
biaya cetak di temannya itu lebih murah dari pada cetak di depan kampus. "Teman saya
bilang hanya Rp 150 saja. Saya langsung kepikiran (peluang bisnis). Saya tawarkan
teman-teman angkatan saya untuk mencetak buku kurikulum seharga Rp 300. Tentu
mereka mau. Itu pertama saya mendapat uang dari peluang," tutur dia. CT pun
mengatakan, modal utama usaha tidak melulu soal uang. Tapi, jaringan alias networking
seperti teman, konsumen, bahkan media sosial untuk saat ini
CT Corp bergerak di berbagai industri, mulai dari layanan keuangan hingga media,
gaya hidup dan hiburan. Sejumlah lini usahanya memiliki posisi kuat di pasar, seperti
Bank Mega, Mega Life, Trans TV, Trans 7, Transmart, Trans Fashion, dan lain-lain.
Grup ini didirikan pada tahun 1987 oleh CT dengan nama Para Group. Awalnya, bisnis
Para Group berfokus pada pembuatan alas kaki untuk ekspor dan genting untuk industri
perumahan dalam negeri. Hingga sekitar tahun 2006-2007, Para Group menjadi salah
satu konglomerat bisnis dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia melalui akuisisi
agresif dan pertumbuhan organik dari bisnis intinya. Nama CT Corp baru dipakai pada
2008. Rebranding yang dilakukan Para Group dengan menyematkan nama dan karakter
Chairul Tanjung diharapkan bisa membangkitkan nilai-nilai optimisme dan
kepemimpinan teladan untuk masa depan.
Pada umumnya masyarakat luas hanya mengenal sosok Chairul Tanjung setelah ia
menjadi pengusaha sukses saja. Padahal banyak masa-masa pahit dan jalan yang berliku
sebelum ia sesukses sekarang. Biografi Chairul Tanjung atau biasa dipanggil CT, diawali
dengan kisah di tengah kondisi ekonomi keluarga yang serba keterbatasan. Chairul Tanjung
yang berprinsip untuk masuk universitas negeri berhasil melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi Universitas Indonesia jurusan kedokteran gigi. Meskipun bukan jurusan
unggulan, CT tetap dengan semangat menggebu memulai perkuliahan. Namun, setelah
mendengar perkataan sang ibunda bahwa uang kuliah CT yang pertama diperoleh dari
menggadaikan kain halus milik ibunya, CT sangat terpukul, shock,dan lemas.Tapi, justru
itu semua menjadi pemicu untuk menjadi mandiri dan membiayai semua kebutuhan
kuliahnya sendiri.
Kedua orang tua CT sangat tegas dalam mendidik anak-anaknya. Dengan prinsip,
“Agar bisa keluar dari jerat kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang harus
ditempuh dengan segala daya dan upaya”. Apa pun akan mereka upayakan agar anak-anak
mereka dapat melanjutkan pendidikan tinggi sebagai bekal utama kehidupan masa depan.
Dari buku yang berjudul “Chairul Tanjung Si Anak Singkong” yang ditulis oleh Tjahja
Gunawan Diredja dan diterbitkan pada tahun 2012 menceritakan tentang Kehidupan muda
CT saat-saat menjadi mahasiswa teladan yang aktif sebagai aktivis sekaligus pembisnis,
saat-saat berlatih teater hingga hampir ditangkap Laksus karena ngamen dan juga
menceritakan kisah awalnya menjadi wirausaha. CT sempat menjadi kontraktor
pembangunan pabrik sumpit,baru selesai setengah jalan pabrik itu mengalami
kebangkrutan. Namun, hal itu tidak menurunkan semangat CT meskipun seluruh uangnya
tertanam di pembangunan tersebut.
Selain itu juga ada perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman,
hotel, biro perjalanan, dan sejumlah department store yang menyediakan kebutuhan fashion
merek terkenal dan high-end. Sedangkan CT Global Resources adalah perusahaan induk
yang fokus pada bisnis perkebunan. Buku ini menarik dibaca dan bermanfaat bagi siapa
saja yang ingin mengetahui bagaimana seorang Chairul Tanjung berhasil menjadi
pengusaha sukses dengan hasil kerja kerasnya. Banyak pengalaman dan moral yang
berguna bagi kita untuk memotivasi diri untuk berwirausaha.
Bagi Chairul Tanjung, ibu adalah segalanya “Bila kita benar-benar berbakti kepada
ibu dengan sepenuh hati dan ikhlas maka surga akan kita gapai di dunia ini” dan juga bagi
Chairul, pertemanan yang baik akan membantu proses berkembang bisnis yang dikerjakan.
Chairul bersama tiga rekannya mendirikan PT Pariarti Shindutama pada tahun 1987 yaitu
perusahaan yang kegiatannya memproduksi sepatu anak-anak untuk ekspor. Karena Kerja
keras yang luar biasa perusahaan tersebut mendapat pesanan 160 ribu pasang sepatu dari
Italia. Akan tetapi, karena ada masalah internal dalam perusahaan (perbedaan visi tentang
ekspansi usaha). Chairul pun memilih pisah dari PT Pariarti Shindutama dan mendirikan
usaha sendiri.
Beliau sangatlah piawai dalam membangun jaringan dan berorganisasi hal inilah
yang membuat bisnisnya semakin berkembang. Setelah keluar dari PT Pariarti Shindutama
Chairul mereposisikan dirinya ke tiga bisnis inti: yaitu keuangan, properti, dan multimedia.
Beliau pun mendirikan sebuah kelompok perusahaan dengan nama Para Group. Perusahaan
Konglomerasi ini mempunyai Para Inti Holdindo sebagai fatherholding company, yang
membawahkan beberapa subholding, yakni Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para
Inti Investindo(media dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti). Menurut Chairul,
modal memang penting dalam membangun dan mengembangkan bisnis. Baginya, kemauan
dan kerja keras harus dimiliki seseorang yang ingin sukses berbisnis. Dalam bisnis, Chairul
menyatakan bahwa generasi muda yang memulai bisnis sudah seharusnya sabar, dan mau
menapaki tangga usaha satu persatu.
Bekerja detail
Salah satu kunci keberhasilan Chairul dalam berbisnis adalah bekerja dengan detail.
Setiap pekerjaan membutuhkan keseriusan, bukan dikerjakan secara asal-asalan. Ia belajar
dari setiap kegagalan, dan dapat menemukan bagian mana yang harus diperbaiki atau diatasi.
Ia menganggap setiap bagian pekerjaan sama pentingnya dalam mendorong keberhasilan.
3.I KESIMPULAN
DAFTAR
PUSTAKA
Diredja, Tjahja Gunawan. 2012. Chairul Tanjung Si Anak Singkong. Jakarta: PT.
Kompas Media Nusantara.
Sonia F. Pencitraan Diri Chairul Tannjung dalam Buku “Si Anak Singkong.” Pap
Knowl Towar a Media Hist Doc. 2014;1–8.