Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

“Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Stase Keperawatan Jiwa”

Semester 2

Oleh:

RIZKY AYU RAHMATIKA

I4B020078

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM PROFESI NERS

PURWOKERTO

2021
DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)

A. PENGERTIAN
Menurut Nurjannah (2004, dalam Dermawan, 2013) Defisit perawatan
diri adalah gangguan kemampuan seseorang untuk melakukan aktifitas
perawatan diri seperti mandi, berhias/berdandan, makan dan toileting. Defisit
perwatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-
hari secara mandiri.

B. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI


Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013), penyebab defisit perawatan
diri adalah:
1. Faktor predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang

Profesi Ners Angkatan ke-27 Universitas Jenderal Soedirman | 2


mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000, dalam
Dermawan, 2013), faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
menderita diabetes melitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

C. PROSES TERJADINYA RESIKO PERILAKU KEKERASAN


Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa
terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk
melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri

Profesi Ners Angkatan ke-27 Universitas Jenderal Soedirman | 3


tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara
mandiri,berhias diri secara mandiri, dan toileting ( buang air besar (BAB)
atau buang air kecil (BAK) secara mandiri (Yusuf, Rizky & Hanik 2015).
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan
menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti
orang lain akan memberikan kelegaan pada individu. Apabila perasaan marah
diekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan
karena ia merasa kuat. Cara ini menimbulkan masalah yang berkepanjangan
dan dapat menimbulkan tingkah laku yang destruktif dan amuk.

D. RENTANG RESPON NEUROLOGI


Menurut Dermawan (2013), adapun rentang respon defisit perawatan diri
sebagai berikut :
Respon asertif Respon maladaptive

Pola perawatan diri Kadang perawatan diri Tidak melakukan


seimbang kadang tidak perawatan diri pada saat
stress

a. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan


mampuuntuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang
dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan
stresor kadang – kadang klien tidak memperhatikan perawatan
dirinya,
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak
peduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013) tanda dan gejala klien
dengan defisit perawatan diri adalah :
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor.
Profesi Ners Angkatan ke-27 Universitas Jenderal Soedirman | 4
2) Rambut dan kulit kotor.
3) Kuku panjang dan kotor.
4) Gigi kotor disertai mulut bau.
5) Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif.
2) Menarik diri, isolasi diri.
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang.
2) Kegiataan kurang.
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
4) Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembaraang
tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah :
a. Data subyektif
1) Pasien merasa lemah.
2) Malas untuk beraktivitas.
3) Merasa tidak berdaya.
b. Data obyektif
1) Rambut kotor, acak-acakan.
2) Badan dan pakaian kotor dan bau.
3) Mulut dan gigi bau.
4) Kulit kusam dan kotor.
5) Kuku panjang dan tidak terawat.

F. PENATALAKSANAAN
1. Farmakoterapi
Menurut Yosep (2010) obat-obatan yang biasa diberikan pada pasien
dengan marah atau perilaku kekerasan adalah :
a. Antianxiety dan sedative hipnotics

Profesi Ners Angkatan ke-27 Universitas Jenderal Soedirman | 5


Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut.
Benzodiazepine seperti Lorazepam dan Clonazepam, sering
digunakan dalam kedaruratan psikiatrik untuk menenangkan
perlawanan klien. Tapi obat ini tidak direkomendasikan untuk
penggunaan dalam waktu lama karena dapat menyebabkan
kebingungan dan ketergantungan, juga bisa memperburuk simptom
depresi.
b. Buspirone obat antianxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku
kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi.
c. Antidepressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif
dan perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood.
Amitriptyline danTrazodone, menghilangkan agresifitas yang
berhubungan dengan cedera kepala dan gangguan mental organik.
d. Lithium, efektif untuk agresif karena manik.
2. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja terapi ini buka
pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan
kegiatan dan mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu
dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk
kegiatan seperti membaca koran, main catur dapat pula dijadikan media
yang penting setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak berdialog
atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan uityu bagi dirinya.
Terapi ni merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh petugas
terhadap rehabilitasi setelah dilakukannya seleksi dan ditentukan
program kegiatannya (Prabowo 2014).
3. Terapi Somatik
Menurut depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi
somatic terapi yang diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa
dengan tujuan mengubah perilaku yang mal adaftif menjadi perilaku
adaftif dengan melakukan tindakan yang ditunjukkan pada kondisi fisik
pasien,terapi adalah perilaku pasien (Prabowo 2014)
4. Peran Keluarga

Profesi Ners Angkatan ke-27 Universitas Jenderal Soedirman | 6


Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan
perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) pasien. Perawat
membantu keluarga agar dapat melakukan lima tugas kesehatan, yaitu
mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan,
memberi perawatan pada anggota keluarga, menciptakan lingkungan
keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada pada
masyarakat. Keluarga yang mempunyai kemampuan mengtasi masalah
akan dapat mencegah perilaku maladaptif (pencegahan primer),
menanggulangi perilaku maladaptif (pencegahan skunder) dan
memulihkan perilaku maladaptif ke perilakuadaptif (pencegahan tersier)
sehinnga derajat kesehatan pasien dan keluarga dapat ditingkatkan secara
optimal (Prabowo 2014).
5. Terapi aktivitas kelompok
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi adalah
terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan
pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok.
Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau
alternatif. 
G. POHON MASALAH

Resiko Mencederai Diri, Orang Lain, dan Lingkungan


Effect

Penurunan kemampuan dan motivasimotivasi merawat


diri Core

Isolasi sosial Causa

Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Difisit Perawatan Diri

Profesi Ners Angkatan ke-27 Universitas Jenderal Soedirman | 7


2. Harga Diri Rendah

Profesi Ners Angkatan ke-27 Universitas Jenderal Soedirman | 8


I. RENCANA INTERVENSI

Diagnosa Rencana Keperawatan


No. Intervensi
Keperawatan TUM TUK

1. Difisit Pasien tidak 1. Klien mampu melakukan kebersihan diri 1. Melatih pasien cara-cara
Perawatan mengalami defisit secara mandiri perawatan kebersihan diri
Diri perawatan diri 2. Klien mampu melakukan a. Menjelasan pentingnya
berhias/berdandan secara baik menjaga kebersihan diri
3. Klien mampu melakukan makan dengan b. Menjelaskan alat-alat untuk
baik menjaga kebersihan diri
4. Klien mampu BAB/BAK secara mandiri c. Menjelaskan cara-cara
melakukan kebersihan diri
Kriteria Hasil d. Melatih pasien
1) Pasien mampu melakukan kebersihan mempraktekkan cara menjaga
diri secara mandiri kebersihan diri
2) Pasien mampu melakukan 2. Melatih pasien berdandan/berhias
berhias/berdandan secara baik a. Berpakaian
3) Pasien mampu melakukan makan b. Menyisir rambut
dengan baik. c. Berhias
4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK 3. Melatih pasien makan secara mandiri
secara mandiri a. Menjelaskan cara
mempersiapkan makan
b. Menjelaskan cara makan
yang tertib
c. Menjelaskan cara
merapihkan peralatan makan

Profesi Ners Angkatan ke-27 Universitas Jenderal Soedirman | 9


setelah makan
d. Praktek makan sesuai
dengan tahapan makan yang
baik
4. Mengajarkan pasien melakukan
BAB/BAK secara mandiri
a. Menjelaskan tempat
BAB/BAK yang sesuai
b. Menjelaskan cara
membersihkan diri setelah
BAB dan BAK
c. Menjelaskan cara
membersihkan tempat BAB
dan BAK

2. Harga diri Pasien dapat 1. Pasien dapat dapat mengidentifikasi 1. Diskusikan kemampuan dan aspek
rendah dapat melakukan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki positif yang dimiliki klien dan beri
hubungan sosial 2. Pasien dapat menetapkan dan merencanakan pujian /reinforcement atas
secara bertahap kegiatan sesuai dengan kemampuan yang kemampuan mengungkapkan
dimiliki perasaannya
3. Pasien dapat memanfaatkan sistem 2. Diskusikan kemampuan klien yang
pendukung yang ada masih dapat digunakan selama sakit
kemudian rencanakan aktivitas yang
Kriteria hasil : dapat dilakukan pasien setia hari
1) Pasien mampu mempertahankan aspek sesuai kemampuan
positif yang dimiliki 3. Beri pendidikan kesehatan pada
2) Pasien dapat menjalankan aktifitas keluarga klien tentang cara merawat
sesuai kemmapuan dan mengikuti terapi klien harga diri rendah dan bantu
aktivitas kelompok

Profesi Ners Angkatan ke-27 Universitas Jenderal Soedirman | 10


3) Pasien mau melkaukan apa yang keluarga memberi dukungan selama
dianjurkan dan mau memberikan klien dirawat
dukungan.

Profesi Ners Angkatan ke-27 Universitas Jenderal Soedirman | 11


DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Kperawatan Jiwa. Yogyakarta, Gosyan Publishing
Prabowo, E. 2014. Konsep & aplikasi asuhan keperawatan jiwa. Nuha Medika,
Yogyakarta
Stuart.Gail.W 2016, Keperawatan kesehatan jiwa : Indonesia: Elsever.

Sutejo. 2017. Keperawatan kesehatan jiwa, Pustaka Baru Perss, Yogyakarta


Yosep, Iyus, 2010, Keperawatan jiwa, Refika Aditama, Bandung
Yusuf, Rizky, & Hanik. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Salemba
Medika, Jakarta

Profesi Ners Angkatan ke-27 Universitas Jenderal Soedirman | 12

Anda mungkin juga menyukai