“RESEP 6”
DOSEN PENGAMPU :
KELOMPOK 1
GOLONGAN 1
CLEASING CREAM
KRIM PEMBERSIH
(30)
Asam Steat 145
Trietanolamin 15
Lemak Bulu 30
Parafin Cair 250
Air Suling 550
Nipagin Secukupnya
Campur dan buat krim
IV. PERMASALAHAN
1) Bahan obat dalam resep memiliki kelarutan yang berbeda-beda pada
minyak dan juga air, sementara dalam resep diminta sediaan krim.
2) Pada resep standar diminta sediaan 990 gram, sedangkan pada salinan
resep diminta 70 gram dan diberikan setengahnya.
3) Trietanolamin, profin, dan lemak bulu merupakan bahan dengan
pemerian kental, higroskopik, dan lemak bulu serupa lemak dan lekat.
4) Trietanolamin adalah bahan yang mudah menyerap gas karbondioksida
atau bersifat higroskopik (Depkes RI, 1979).
5) Jumlah Nipagin yang akan digunakan belum diketahui secara pasti.
V. PENGATASAN
1) Untuk melarutkan bahan-bahannya, dilakukan dalam mortar panas.
Bahan diaduk-aduk hingga dingin.
2) Bahan dikonversi kembali agar diperoleh takaran yang tepat.
3) Lemak bulu dilebur di atas tangas air kemudian ditambahkan bagian
airnya dengan zat pengemulsi, aduk sampai tercampur dan bebentuk
krim (Syamsuni, 2006).
4) Trietanolamin ditimbang dalam timbangan botol, dikarenakan mudah
menyerap karbondioksida. Trietanolamin dilarutkan dengan air hangat.
5) Jumlah Nipagin yang digunakan mencapai 0,02-0,3% dari total berat
krim (HOPE, hal 442).
VI. PEMERIAN BAHAN
1. Asam Stearat (Acidum Stearicum)
− Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan
hablur, putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin.
− Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian
etanol 95% P, dalam 2 bagian kloroforom P dan dalam 3 bagian eter
P.
− Suhu lebur : Tidak kurang dari 54o.
− Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
− Khasiat : Zat tambahan
(Farmakope Indonesia III, hal. 57 & 58).
2. Trietanolamin (TEA)
− Pemerian : Cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat,
bau lemah, mirip amoniak, higroskopik.
− Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P,
larut dalam kloroform P.
− Bobot jenis : 1,120 sampai 1,128.
− Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
− Khasiat : Zat tambahan.
(Farmakope Indonesia III, hal. 612 & 613).
3. Adeps Lanae (Lemak Bulu Domba)
− Pemerian : Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau
khas.
− Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air
lebih kurang 2 kali beratnya. Agak sukar larut dalam etanol dingin,
lebih mudah larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter dan
kloroform.
− Titik lebur : 38o sampai 44o.
− Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, sebaiknya pada suhu
ruang terkendali .
− Khasiat : Zat tambahan (Farmakope Indonesia III, hal. 475).
(Farmakope Indonesia V, hal. 761 & 762).
4. Paraffinum Liquidum (Parafin Cair)
− Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi,
tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak berasa.
− Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)
P, larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
− Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
− Khasiat : Laksativum.
(Farmakope Indonesia III, hal. 474 & 475).
5. Aqua Destilata (Air Suling)
− Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
− Klearutan :-
− Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
− Khasiat :-
(Farmakope Indonesia III, hal. 96).
6. Nipagin (Methyl Paraben)
− Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur,
putih tidak berbau atau berbau khas lemah, sedikit rasa terbakar.
− Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzen dan dalam
karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan eter.
− Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, tidak tembus cahaya.
(Farmakope Indonesia V, hal. 856).
− Khasiat : Zat tambahan (pengawet) (Farmakope Indonesia
III, hal. 378).
20 ml
0,3
f. Nipagin = 990 x 35 gram = 0,105 gram = 105 mg
2. TABEL PENIMBANGAN
NO. NAMA PENIMBANGAN PARAF
BAHAN (Kondisional)
1. Asam Stearat 5,126 gram
2. Trietanolamin 530 mg
4. Parafin Cair 10 mL
5. Aquadest 20 mL
6. Nipagin 105 mg
X. PEMBAHASAN
Pada resep No.6 diminta untuk membuat sediaan berupa krim
(creamores). Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi
yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam
bahan dasar yang sesuai (mengandung air tidak kurang dari 60%)
(Syamsuni, 2006). Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim merupakan
bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi. Sedangkan emulsi itu sendiri
adalah suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara termodinamika, yang
terdiri dari paling sedikit dua fase cairan yang tidak bercampur, dimana
salah satunya terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan–tetesan
kecil, yang berukuran 0,1-100 mm, yang distabilkan dengan
emulgator/surfaktan yang cocok.
Cleansing cream merupakan sediaan kosmetika yang digunakan untuk
maksud membersihkan dam melembabkan wajah. Cleansing cream ini
termasuk krim tipe m/a (minyak terdispersi dalam air). Karena krim ini
merupakan emulsi dari minyak dan air, maka digunakan bahan baku yang
bersifat minyak dan air. Formula minyak menggunakan asam stearate, dan
formula air menggunakan triethanol amine dan aquades (air suling).
Asam stearate adalah jenis lemak dengan rantai hidrokarbon yang
panjang, yang merupakan asam lemak jenuh karena tidak memiliki ikatan
rangkap dalam diantara karbonnya. Asam stearate sering digunakan dalam
dasar pembuatan krim dan sabun, merupakan pelembab alami sehingga
membantu dalam menjaga kelembaban dan melembabkan kulit. (Ansel,
1989). Lemak bulu merupakan zat tambahan yang mengandung air antara
25-30% dan dapat meningkatkan penyerapan air.
Triethaaolamine dalam pembuatan cleansing cream berufungsi
sebagai pelembut dan menjaga kehalusan kulit. Selain itu trietanolamin juga
digunakan sebagai emulgulator, yaitu bahan yang membuat campuran
kosmetik bercampur dengan rata dan homogen. Selain itu juga merupakan
bahan yang bersifat basa yang menetralkan sifat asam dari asam stearate.
Pencampuran antara asam stearate dengan triethanolamine akan bereaksi
secara in situ dan akan menghasilkan suatu emulsi m/a yang stabil. Asam
stearate dalam krim akan membuat krim tampak kaku, sedangkan
triethanolamine akan menurunkan konsentasi krim sehingga krim menjadi
encer (Rowe, dkk,, 2009). Aquades dalam cleansing cream berfungsi
sebagai pelarut.
Permasalahan pada resep No.6 yaitu Trietanolamin yang merupakan
bahan mudah menyerap gas karbondioksida maupun bersifat higroskopik
(Depkes, 1979). Sehingga pengatasannya harus ditimbang dengan botol
timbang dan dilarutkan dengan air hangat. Jumlah nipagin yang digunakan
belum diketahui, maka ditentukan dalam rentang 0,02-0,3% (HOPE, hal
442), sehingga setelah dihitung bobotnya adalah 105 mg ditimbang di atas
kertas perkamen. Bahan obat dalam resep memiliki kelarutan yang berbeda
pada minyak dan air, sementara dalam resep diminta membuat sediaan krim.
Sehingga pada pembuatan krim bagian lemak dilebur di atas penangas,
kemudian ditambahkan bagian airnya dengan zat pengelmusi (Syamsuni,
2006). Permasalahan berikutnya pada resep standar diminta sediaan 990
gram, sedangkan pada salinan resep diminta 70 gram dan diberikan
setengahnya. Maka dilakukan konversi bahan-bahan yang digunakan.
Penimbangan dilakukan satu persatu, Asam stearate 5,126 gram
ditimbang di atas perkamen, Trietanolamin karena bersifat higroskopis
maka ditimbang dalam botol timbang sebanyak 530 mg, lemak bulu di atas
perkamen yang telah diolesi gliserin dan ditara sebelumnya, lalu parafin cair
diukur sebanyak 10 ml digelas ukur berukuran 10 ml, aquadest sebanyak 20
ml diukur pada gelas ukur berukuran 25 ml dan nipagin 105 mg di atas
perkamen. Sebelum melakukan pencampuran, dilakukan pemanasan fase
minyak dan air secara terpisah.
Fase minyak dilebur dalam cawan porselen hingga homogen dan fase
air yaitu aquadest, parafin cair dan nipagin dicampur lalu dipanaskan di atas
penangas menggunakan gelas beaker. Setelah terlihat homogen maka buat
mortir hangat menggunakan alkohol 95% lalu diaduk hingga hangatnya
merata. Lap mortir dengan tissue untuk menghilangkan bekas alkohol.
Ambil campuran minyak dan air dari penangas lalu masukkan fase minyak
terlebih dahulu dan disusul masukkan fase air, lalu digerus dengan tepat
untuk membantu tersedianya minyak dalam air (penggerusan dilakukan
dengan mortir ukuran besar).
Setelah terlihat homogen maka rapikan krim yang ada dalam mortir
menggunakan sudip agar memudahkan untuk memindahkan ke dalam pot
salep. Sedikit demi sedikit krim dimasukkan ke dalam pot salep agar tidak
menempel pada mulut pot salep sehingga terlihat lebih rapi, lalu dilengkapi
dengan etiket biru bertuliskan “Obat Luar” dan labeling “Tidak Boleh Untuk
Luka Terbuka”.
Resep yang dibuat kali ini merupakan krim pembersih atau cleansing
cream. Asam stearat yang berfungsi sebagai pembersih pada resep ini
mampu mengangkat kotoran dan minyak pada kulit. Dalam menghantarkan
sediaan ini ke pasien, seorang apoteker harus melakukan KIE. Apoteker
harus menyampaikan bahwa pemakaian obat ini tidak boleh pada luka yang
terbuka. Apoteker juga perlu menyampaikan cara pemakaian dari sediaan
yakni pastikan kulit wajah bersih dan kering sebelum menggunakan krim
pembersih. Keluarkan produk di telapak tangan secukupnya kemudian
usapkan pada kulit wajah dan daerah sekitar leher menggunakan jari tangan.
Oleskan hingga merata dan usap dengan lembut. Beberapa bahan aktif yang
digunakan pada resep ini juga memicu reaksi alergi, seperti TEA sehingga
diingatkan kepada pasien apabila terjadi reaksi yang tidak normal selama
pemakaian krim tersebut dianjurkan untuk berkonsultasi kepada dokter
terkait.
XI. PENANDAAN
A. ETIKET
OBAT LUAR
B. LABELING
XII. COPY RESEP
SALINAN RESEP
Resep dari : dr. Budi
No. Resep :6
Tanggal Resep : 14-02-2017
Tanggal Pembuatan : 15-02-2017
Resep Untuk : Krisnawan Putra
Umur : 30 Tahun
Alamat :-
R/ CTM tablet 10
5 3dd I
det
R/ Cleansing cream 70
s.u.e did
det
pcc
Anief, M. 2015. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ansel. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Universitas Indonesia.
Jakarta
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Haley, S., Methylparabens, dalam Rowe, R. C., Sheskey P. J., dan Quinn M. E.,
Edisi 6. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 441-598,
Pharmaceutical Press: London.
Rowe, R.C. et Al. (2006). Handbook Of Pharmaceutical Excipients. 5th Ed. The
Pharmaceutical Press, London.
Syamsuni, H. A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.