Anda di halaman 1dari 21

JURNAL AWAL

PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


PENCUCIAN DAN STERILISASI ALAT

OLEH :
Kelompok 3
Golongan I & II

Dewi Purwani Caya Ningsih (2008551001)


Armida Asya Farhani (2008551002)
Gusti Ayu Putu Windu Lestari (2008551007)
Dewa Julio Angga Purnama (2008551019)
Ni Komang Asri Widayanti (2008551026)
Amalia Ayu Khamidah (2008551028)
Aisah Dwi Agus Rahma Putri (2008551031)
Dewa Ayu Trisna Damayanti (2008551042)
Anak Agung Made Ari Suryawati (2008551047)

ASISTEN DOSEN
Luh Ayu Putri Saraswati (1908551043)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
PENCUCIAN DAN STERILISASI ALAT

I. TUJUAN
A. Memahami dan melakukan pencucian alat dan wadah untuk pembuatan sediaan steril.
B. Sterilisasi Panas Basah
1. Memahami cara sterilisasi panas basah
2. Melakukan sterilisasi alat dengan autoklaf
C. Sterilisasi Panas Kering
1. Memahami cara sterilisasi panas kering
2. Melakukan sterilisasi alat dengan oven
II. DASAR TEORI
A. Sterilisasi
Sterilisasi berasal dari kata steril yang bermakna suatu proses untuk menjadi
steril. Steril merupakan keadaan atau kondisi bebas dari mikroorganisme vegetatif
dan spora, sedangkan sterilisasi merupakan suatu proses dalam metode tertentu yang
ditujukan untuk memperoleh keadaan steril atau kondisi yang bebas secara
sempurna dari semua mikroorganisme hidup (Darmadi, 2008). Terdapat beberapa
cara sterilisasi, yakni:
1) Sterilisasi Fisika
Sterilisasi fisika/fisik contohnya seperti pemanasan, pengeringan, penyinaran,
listrik, radiasi, getaran suara. Sterilisasi ini dapat dilakukan dengan
menggunakan panas seperti pada autoklaf dengan suhu 120oC dengan tekanan 1
atmosfer. Umumnya alat-alat maupun bahan yang disterilisasi dengan cara fisika
ini adalah yang memiliki ketahanan yang kuat terhadap suhu tinggi.
2) Sterilisasi Kimiawi
Sterilisasi ini merupakan sterilisasi dengan menggunakan bahan-bahan kimia
seperti alkohol, fenol maupun HgCl2. Sterilisasi ini umumnya dilakukan dengan
cara menyemprotkan langsung alat-alat dan bahan yang hendak disterilkan.
3) Sterilisasi Mekanik
Sterilisasi dengan metode ini contohnya yakni dengan penyaringan atau
filtrasi. Cara sterilisasi penyaringan (filtrasi) ini biasanya digunakan untuk
sterilisasi bahan yang berupa cairan, seperti protein, serum, dan sebagainya.
(Ihsan, 2021)
Cara sterilisasi yang biasa digunakan adalah dengan cara fisik, yakni
menggunakan pemanasan, karena lebih sederhana dan efektif. Sterilisasi penting
untuk dilakukan karena sterilisasi instrumen medis tidak dapat dijamin jika
instrumen tersebut tidak memasuki proses sterilisasi setelah pembersihan
sebelumnya (Acosta-Gnass, 2009).
B. Metode Sterilisasi
a. Metode Sterilisasi Secara Fisika
● Sterilisasi dengan Pemanasan
1) Sterilisasi Panas Basah
Sterilisasi panas basah merupakan sebuah metode sterilisasi yang
membutuhkan waktu lebih singkat yang bekerja dengan mekanisme
membunuh mikroorganisme melalui proses denaturasi dan koagulasi dari
protein sehingga ikatan hidrogen akan terlepas dan merusak bentuk tiga
dimensi dari protein tersebut. Metode ini akan memberikan hasil yang
baik jika dilakukan pada suhu di atas suhu air mendidih (Murwani,
2015). Berikut merupakan beberapa teknik metode sterilisasi panas
basah.
- Pemanasan pada Air Mendidih (Boiling)
Prinsip sterilisasi dengan teknik pemanasan pada air mendidih
atau yang disebut juga dengan boiling dilakukan dengan cara
merebus bahan atau alat yang akan disterilkan dalam jangka waktu
tertentu yang terhitung sejak air mulai mendidih (Ma’at, 2009).
Umumnya sterilisasi teknik ini dilakukan dalam air mendidih
(100oC) selama 15 hingga 20 menit (Mulyanti dan Putri, 2019). Cara
ini merupakan teknik yang paling sederhana, murah dan relatif
sangat mudah untuk dilakukan karena tidak diperlukan persiapan
dan alat yang canggih (Fathurrohim dkk., 2022). Meskipun
demikian, teknik sterilisasi ini juga memiliki beberapa kekurangan
yakni alat-alat yang hendak disterilkan tidak dapat dibungkus
sehingga memungkinkan untuk mengalami kontaminasi kembali
oleh mikroorganisme dari luar setelah selesai disterilisasi. Selain itu,
metode ini tidak dapat mematikan mikroorganisme yang memiliki
daya tahan tinggi dan tidak dapat digunakan untuk sterilisasi bahan
kimia dan obat (Ma’at, 2009).
Penggunaan tambahan bahan-bahan antimikroba seperti natrium
karbonat, desogen, merfen, fenol dan lisol ke dalam air dapat
memperpendek waktu sterilisasi. Namun, alat-alat yang telah
disterilkan dengan penambahan bahan antimikroba ini harus dibilas
dengan aquades steril kembali (Ma’at, 2009). Adapun bahan-bahan
yang dapat disterilkan dengan teknik ini adalah alat penyuntik dari
polystyrene, forcep, gunting, alat-alat logam lain, karet penutup
botol, spatula, cawan porselin, kaca arloji, mortir dan stamper serta
botol-botol kemasan obat dan sebagainya (Lazuardi, 2020).
- Uap Mengalir (Sterilisasi Bertingkat/Tyndalisasi)
Konsep kerja metode ini dilakukan secara bertahap dengan cara
diuapkan (mengukus bahan) (Alfiah dkk., 2016). Bahan yang
mengandung air dan tidak tahan tekanan atau suhu tinggi lebih tepat
disterilkan dengan metode ini, misalnya susu yang disterilkan
dengan suhu tinggi akan mengalami koagulasi dan bahan yang
berpati disterilkan pada suhu bertekanan pada kondisi pH asam akan
terhidrolisis. Proses sterilisasi dilakukan pada suhu 100oC selama 30
menit dengan keadaan tutup jar rapat dan dilakukan sebanyak tiga
kali berturut-turut selang waktu 24 jam (Bilang dkk., 2018).
- Pemanasan dengan Uap Air (Free Flowing Steam)
Prinsip pada teknik sterilisasi dengan pemanasan uap air
dilakukan dengan cara mengukus dimana bahan yang memiliki
kandungan air lebih baik disterilisasi dengan teknik ini untuk
menghindari terjadinya dehidrasi (Ramadhani dan Wahyuni, 2020).
Sterilisasi dengan teknik ini menggunakan alat berupa dandang yang
mana alat ataupun bahan yang hendak disterilkan akan diletakan di
atas lempengan logam yang berlubang. Suhu yang digunakan dalam
sterilisasi dengan teknik ini adalah berkisar 98oC. Cara sterilisasi ini
merupakan teknik yang paling efektif tetapi belum menjamin
sterilitasnya terhadap mikroorganisme yang memiliki daya tahan
tinggi. Teknik sterilisasi ini juga memiliki beberapa keuntungan
dibanding dengan teknik lainnya yakni uap air memiliki daya
bakterisida yang lebih tinggi dibandingkan dengan udara kering
sehingga dapat mempersingkat waktu sterilisasi dan uap air ini pula
dapat menempati seluruh ruangan sterilisasi dengan merata sehingga
proses sterilisasi akan terjadi secara merata (Ma’at, 2009).
Adapun bahan-bahan yang dapat disterilkan dengan teknik ini
adalah peralatan yang terbuat dari logam, porselen, kaca, plastik
atau polystyrene, karet dan kain atau kapas (Lazuardi, 2020).
- Pemanasan Kombinasi Uap Air dan Tekanan atau Autoklaf
Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk
mensterilkan suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan
tinggi 121˚C, 15 lbs selama kurang lebih 15 menit. Penurunan
tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh
mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf.
Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh mikroorganisme
(Rizal dkk., 2016). Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam
autoklaf akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara
yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti
dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara
dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang
sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung
waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas
dimatikan dan tekanan dibiarkan turun. (Kurniawan, 2014).
Kelebihan metode ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk
proses sterilisasi sedikit karena ada bantuan panas dan uap serta
dapat digunakan untuk sterilisasi hampir semua alat, termasuk alat
ukur. Di satu sisi, metode ini memiliki kekurangan sebagai berikut:
terdapat tetesan uap air pada alat dan bahan yang disterilkan, sangat
bergantung pada adanya kelembaban dan temperatur yang
ditingkatkan, uap air yang menetes dapat merusak media-media
tertentu, serta alat yang digunakan harganya relatif lebih mahal.
2) Sterilisasi Panas Kering
Metode sterilisasi panas kering merupakan suatu metode sterilisasi
dengan menggunakan udara panas yang bebas dari uap air atau memiliki
sangat sedikit uap air. Prinsip dari metode ini yaitu melalui mekanisme
konduksi, panas akan diabsorpsi oleh permukaan luar dari peralatan yang
akan disterilkan, lalu merambat pada bagian yang lebih dalam dari
peralatan (Ani dkk., 2021). Metode sterilisasi panas kering merupakan
suatu metode sterilisasi dengan menggunakan udara panas yang bebas
dari uap air atau memiliki sangat sedikit uap air. Prinsip dari metode ini
yaitu melalui mekanisme konduksi, panas akan diabsorpsi oleh
permukaan luar dari peralatan yang akan disterilkan, lalu merambat pada
bagian yang lebih dalam dari peralatan (Ani dkk., 2021).
Sterilisasi panas kering dapat menghancurkan mikroorganisme
dengan menyebabkan denaturasi protein, selain itu panas kering dapat
melisiskan protein dalam organisme apapun menyebabkan kerusakan
radikal bebas oksidatif, menyebabkan pengeringan sel, dan bahkan dapat
membakarnya menjadi abu, seperti dalam pembakaran. Perbedaan
sterilisasi panas kering dengan pemanasan basah yaitu pada pemanasan
kering memerlukan waktu yang lebih lama dengan suhu yang lebih
tinggi karena pemanasan udara dan transfer energi panas dari udara ke
alat (Muhdar dkk., 2021).
Sterilisasi panas kering memiliki beberapa kelebihan serta
kekurangan, diantaranya sebagai berikut.
Kelebihan metode sterilisasi panas kering yaitu:
a. Mampu mensterilkan peralatan dalam wadah tertutup atau tidak
berpori
b. Mensterilkan peralatan yang tidak mungkin dilakukan sterilisasi
kering dengan uap atau pada peralatan yang mungkin rusak oleh
kelembaban sterilisasi uap
c. Mampu mensterilkan beberapa jenis bahan yang tidak dapat
ditembus steam seperti serbuk kering dan bahan minyak
d. Efektif dan aman untuk sterilisasi instrumen logam dengan biaya
yang rendah per siklus
e. Tidak menyebabkan alat yang tajam menjadi tumpul
f. Tidak menyebabkan karat dan korosi
g. Tidak beracun atau tidak menggunakan bahan kimia
Kekurangan metode sterilisasi panas kering yaitu:
a. Waktu yang lama, mulai pemanasan, proses sterilisasi dan sampai
pendinginan peralatan yang disterilkan.
b. Kemungkinan terjadinya kerusakan bahan kemasan atau beberapa
item itu sendiri sebagai akibat dari suhu tinggi yang digunakan,
pemantauan dan pengendalian kondisi sterilisasi dalam kemasan
yang disterilkan bisa sangat memakan waktu.
c. Dikarenakan suhu tinggi, sterilisasi panas kering memberikan
potensi terbesar untuk cedera personel setelah kontak dengan
bagian sterilisasi atau alat yang sedang diproses, dibandingkan
dengan fasilitas proses sterilisasi yang lain.
d. Penetrasi terhadap bahan yang berjalan sangat lambat dan tidak
merata
e. Dapat mengubah warna dan merusak kain
f. Merusak benda-benda yang peka terhadap panas, dan tidak dapat
digunakan dengan bahan plastik, karet dan kain.
(Muhdar dkk., 2021).
Sterilisasi panas kering digunakan untuk mensterilisasi
bahan-bahan tabung reaksi, cawan petri dari kaca, juga peralatan seperti
jarum suntik dan bahan-bahan yang tidak tembus uap seperti gliserin,
minyak, vaselin dan bahan-bahan berupa bubuk (Lestari dan Hartati,
2017).
Pada sterilisasi panas kering, terdapat hubungan antara suhu
dengan lama waktu yang diperlukan untuk sterilisasi. Hubungan antara
suhu dengan waktu sterilisasi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hubungan antara suhu dan waktu pada sterilisasi panas kering

Suhu Waktu

170℃ (340°F) 60 menit

160℃ (320°F) 120 menit

150℃ (300°F) 150 menit

140℃ (385°F) 180 menit

121℃ (250°F) semalaman


(Murwani, 2015)
Metode sterilisasi panas kering dapat menggunakan oven atau
pemijaran secara langsung. Metode-metode tersebut yaitu sebagai
berikut.
- Oven
Prinsip dari sterilisasi dengan oven yaitu berdasarkan oksidasi
dan pelaksanaan sterilisasi ini menggunakan udara panas sebuah alat
yang disebut oven, sebuah bejana yang udara didalamnya harus
dipanaskan dengan cara yaitu pemanasan udara di dalam oven
dengan memanfaatkan gas atau arus listrik, suhunya dapat mencapai
160-180°C. Durasi untuk proses sterilisasi berlangsung 1-2 jam,
metode ini lebih lama daripada menggunakan autoclave karena daya
penetrasinya tidak sebaik uap panas (Darmadi, 2008).
Metode ini digunakan untuk mensterilkan bahan atau alat yang
tidak dapat disterilkan dengan cara pemijaran atau karena sifat
fisiknya tidak dapat disterilkan dengan uap air yang diakibatkan
oleh sukarnya ditembus oleh uap air. Metode ini dapat digunakan
untuk sterilisasi alat-alat dari gelas, seperti tabung, labu, cawan
petri, beaker glass, spuit injeksi, botol vial, mortir dan stamper,
batang pengaduk, sendok tanduk dan sebagainya. Selama
pengeringan oven tidak boleh dibuka, karena apabila dibuka dalam
waktu beberapa detik saja dapat menurunkan suhu hingga 70°C
yang akan membutuhkan waktu 1 jam bagi oven untuk mencapai
suhu awal. Hal ini akan menimbulkan risiko tidak terjadinya
sterilisasi (Arthur dkk., 2022; Darmadi 2008).
Metode sterilisasi panas kering dengan oven ini memiliki
keuntungan diantaranya sebagai berikut:
a. Bahan atau alat yang disterilkan tetap dalam keadaan kering
b. Baik terhadap bahan dari logam dan instrumen yang tajam
(udara kering tidak sekorosif uap air dan udara kering tidak
mengikis permukaan gelas)
c. Dapat membunuh semua mikroorganisme, termasuk spora.
(Murwani, 2015).
Metode sterilisasi panas kering dengan oven ini memiliki
kerugian diantaranya sebagai berikut:
a. Difusi dan penetrasi udara kering lambat sehingga memerlukan
waktu sterilisasi yang relatif lama
b. Memerlukan waktu sterilisasi lama karena derajat mematikan
dan penyerapan panas dari udara kering juga lambat
c. Dikarenakan sterilisasi udara kering bekerja melalui proses
oksidasi, maka dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan dari
bahan yang disterilkan.
d. Memerlukan suhu tinggi sehingga dapat menambah kerusakan
bahan yang disterilkan.
(Ma'at, 2009)
- Pemijaran
Salah satu metode sterilisasi panas kering yang paling
sederhana adalah pemijaran (Murwani, 2015). Metode pemijaran
merupakan metode yang cepat dan menjamin sterilitas dari bahan
yang disterilkan. Namun, penggunaannya sangat terbatas hanya
pada beberapa alat saja. Alat-alat yang dapat disterilkan dengan
metode ini adalah yang terbuat dari logam, seperti pinset, jarum
Ose, ujung spatula, alat gelas, batang pengaduk, mulut wadah
(botol, erlenmeyer, tabung reaksi), mortir dan stamper dengan
catatan pembakaran dilakukan hanya berlangsung 3-5 detik atau
paling lama 10 menit pada api biru. Metode ini menerapkan
pemijaran atau penyalaan api gas tidak berwarna atau pembakaran
spiritus (Kristiandi dkk., 2021; Lazuardi, 2020; Ma’at, 2009). Pada
metode sterilisasi dengan pemijaran alat yang dibakar harus dalam
keadaan bersih dan kering. Wadah yang digunakan sebaiknya
menggunakan aluminium atau yang terbuat dari logam tahan karat
(stainless steel).
Metode sterilisasi panas kering dengan pemijaran ini memiliki
keuntungan diantaranya sebagai berikut:
a. Cepat dan cocok dalam keadaan darurat
b. Tidak membutuhkan alat khusus
c. Sederhana dan mudah dilakukan
Metode sterilisasi panas kering dengan pemijaran ini memiliki
kerugian diantaranya sebagai berikut
a. Alat yang terbuat dari logam akan berubah warna dan akan
mengalami kerusakan
b. Gunting dan pisau mudah tumpul
c. Memiliki resiko besar untuk terjadi kontaminasi.
(Soeselo dan Theresia, 2021)
● Sterilisasi dengan Penyinaran (Radiasi)
Metode sterilisasi dengan cara penyinaran atau disebut juga dengan
sterilisasi radiasi merupakan teknik sterilisasi yang termasuk dalam sterilisasi
dingin. Sterilisasi radiasi umumnya diterapkan untuk item dalam keadaan
kering, instrumen bedah, jahitan, prosthesis, salep dosis unit, jarum suntik
plastik, dan produksi farmasi kering (Sultana et al., 2007). Sterilisasi radiasi
dibagi menjadi dua yakni sterilisasi dengan menggunakan sinar Gamma dan
sinar Ultraviolet. Sterilisasi dengan sinar Gamma akan menyebabkan ionisasi
dan produksi radikal bebas, sedangkan sterilisasi dengan sinar Ultraviolet
akan menyebabkan terjadinya eksitasi. Sterilisasi radiasi dengan sinar
Gamma menggunakan panjang gelombang dengan energi yang lebih rendah
dan daya tembus yang buruk sehingga tidak sesuai bila digunakan untuk
sterilisasi bentuk sediaan farmasi (Wardani dkk., 2022).
b. Metode Sterilisasi Secara Kimia
● Sterilisasi Gas
Sterilisasi gas adalah sterilisasi dengan zat kimia bentuk gas. Gas-gas
kimia reaktif seperti formaldehida, metanol dan etilen oksida mempunyai
aktivitas biosidal. Mekanisme kerja antimikroba dari dua gas diasumsikan
melalui alkylations dari sulphydryl, amino, hidroksil dan gugus karboksil
pada protein dan gugus amino dari asam nukleat. Rentang konsentrasi
(berat gas per satuan volume ruang) biasanya di kisaran 800 1200 mg/L
untuk etilen oksida dengan suhu operasi 45-63°C dan 15-100 mg/L untuk
formaldehida dengan suhu operasi 70-75°C. Dari kedua gas tersebut
menjadi agen alkylating yang memiliki potensi mutagenik dan
karsinogenik, lalu gas tersebut juga memproduksi toksisitas akut termasuk
iritasi kulit, konjungtiva, dan mukosa hidung (Sultana et al., 2007).
● Sterilisasi Cairan
Sterilisasi cairan merupakan sterilisasi yang menggunakan larutan
kimia sebagai bahan perendam alat (Siregar dan Ekoningtyas, 2017).
Sterilisasi dengan menggunakan cairan kimia berpotensi terjadi adanya
kontaminasi oleh kuman-kuman yang sifatnya dapat membahayakan
kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pencegahan dengan menggunakan bahan-bahan
kimia berupa cairan desinfektan (Leksanawati dkk., 2020).
c. Metode Sterilisasi Secara Mekanik
● Sterilisasi Penyaringan (Filtrasi)
Metode sterilisasi ini menggunakan cara melewatkan sejumlah cairan
atau gas melalui bahan berpori kecil untuk dilewatkan dalam sejumlah
volume tertentu (Harti, 2015). Metode ini berbeda dengan metode
pemanasan, jadi bakteri akan tetap hidup tetapi telah terpisahkan dari
materialnya (Gabriel, 1996). Metode sterilisasi ini digunakan untuk sterilisasi
bahan termolabil, beberapa culture, enzim, vaksin, dan cairan antibiotik.
Digunakan HEPA (High Efficiency Air) untuk menghilangkan semua
mikroorganisme diameter lebih besar dari 0,3 µm. Membran filter tersusun
dari substansi ester selulosa atau polimer plastik, dengan ketebalan 0,1 µm
dan ukuran pori-pori membran 0,22 µm dan 0,45 µm (Harti, 2015).
Sterilisasi filtrasi dibagi menjadi dua jenis yakni depth filter yang terdiri
dari bahan berserat (granular) dan membrane filter yang merupakan
membran berpori setebal sekitar 0,1 mm yang dapat terbuat dari polivinil
fluorida, polikarbonat, selulosa asetat, selulosa nitrat dan beberapa bahan
sintetis lainnya (Wardani dkk., 2022).
III. BAHAN
a. Aquadest
b. Alkohol 70%
c. Sabun/detergent
d. Larutan HCl 2%
e. Larutan teepol 1%
f. Na karbonat 0,5%
g. Na karbonat 5%
h. Asam kromat
i. Air keran
IV. ALAT
a. Beaker glass 250 mL dan 500 mL m. Batang pengaduk
b. Pipet tetes n. Sendok tanduk
c. Corong gelas o. Autoklaf
d. Spuit injeksi 10 mL p. Oven
e. Kertas saring q. Alas lempeng gelas
f. Botol vial + tutp karet (10 mL dan 100 mL) r. Aluminium foil
g. Tube salep + tutup (10 gram) s. Kertas coklat
h. Mortir dan stamper t. Kertas perkamen
i. Sudip u. Plastik wrapping
j. Spatula logam v. Gunting
k. Pinset w. Sikat botol
l. Ose x. Plastik bening
V. CARA KERJA
A. Pembuatan Larutan Teepol 1%

Diambil 20 mL teepol.

Dimasukkan teepol ke dalam wadah plastik.

Diencerkan 20 mL teepol dengan 2 L aquades.

Diberi label larutan teepol 1% dan ditempatkan di area terpisah.

B. Pencucian
1. Pencucian alat gelas
a. Menurut Cooper & Gunn’s

Direndam alat/wadah gelas dalam larutan teepol panas, sebaiknya semalam.

Disikat menggunakan sikat yang keras hingga bersih.


Dibilas dengan air kran (panas/dingin) pada bagian luar dan dalam.

Dibilas dengan aquades bebas pirogen yang baru dibuat (dibilas sebanyak tiga kali).

(Tim Pengampu Praktikum Sediaan Steril, 2022)


b. Menurut Huizinga

Disikat alat/wadah gelas dengan menggunakan larutan teepol.

Dibilas dengan air kran.

Disemprot dengan uap.

Ditiriskan alat/wadah gelas yang telah disemprot dengan uap.

Dibilas dengan aqua demineralisata.

Dibilas dengan air suling yang baru dibuat.

(Tim Pengampu Praktikum Sediaan Steril, 2022)


2. Pencucian karet

Direndam dalam larutan HCl 2% selama 2 hari.

Direndam dalam (larutan teepol 1% dan Na karbonat 0,5%) satu hari.

Dididihkan dalam larutan dengan larutan tersebut diatas selama 15 menit.

Diulang sampai didapat larutan yang jernih.


Direndam dalam aquades, autoklaf 110℃ 20 menit (1 kali atau 2 kali).
Hingga air rendaman jernih.

Dibilas dengan spiritus kemudian dilutus dengan air hingga jernih.

Langkah 1 dan 2 tidak dilakukan untuk karet dengan kualitas baik.

(Tim Pengampu Praktikum Sediaan Steril, 2022)


3. Pencucian aluminum

Didihkan 10 menit dalam detergen.

Bila perlu direndam dalam larutan Natrium Karbonat (Na2CO3) 5% selama 5 menit
(tidak boleh lebih dari 5 menit agar aluminium tidak melarut).

Dibilas dengan air panas mengalir dan didihkan kembali dengan air selama 15 menit
kemudian dibilas kembali.

Didihkan dengan aquades selama 15 menit dan dibilas dengan aquades sebanyak tiga
kali.

Dikeringkan terbalik dengan alas lempeng gelas dalam oven.

(Tim Pengampu Praktikum Sediaan Steril, 2022)

C. Pengeringan dan Pembungkusan


1. Pengeringan

Dimasukkan alat-alat ke dalam oven (lemari pengering) dalam keadaan terbalik atau
diposisikan miring.


Disusun alat-alat pada posisi renggang di dalam oven.

Dikeringkan alat dengan suhu 100-105℃ dalam 10 menit.

Dikeluarkan alat dari oven.

Diperiksa apakah terdapat noda pada alat-alat tersebut. Jika terdapat noda, dapat
diberikan asam kromat.

Jika terdapat kerusakan atau keretakan maka alat-alat tersebut dapat disingkirkan.

(Tim Pengampu Praktikum Sediaan Steril, 2022)


2. Pembungkusan

Dibungkus alat-alat yang telah dikeringkan dengan pembungkus yang sesuai. Minimal
alat-alat dibungkus dengan 2 lapis pembungkus.

Peralatan yang akan disterilkan dengan metode panas kering dibungkus menggunakan
aluminium foil sebanyak 2 lapis.

Peralatan yang akan disterilkan dengan metode panas basah dibungkus menggunakan
kertas coklat sebanyak 2 lapis.

(Wulandari , et.al., 2021)

D. Sterilisasi Alat
1. Sterilisasi Panas Basah

Dikumpulkan terlebih dahulu alat-alat yang akan disterilisasi dengan metode panas
basah menggunakan autoklaf


Dicuci terlebih dahulu semua alat yang akan disterilisasi dengan bersih dan kemudian
dikeringkan serta dibungkus sesuai dengan prosedur steril

Disiapkan alat autoklaf

Dimasukkan air sampai tanda batas yang ditentukan atau 2/3 chamber autoklaf. Air
yang digunakan adalah air hasil destilasi untuk menghindari terbentuknya kerak dan
karat

Ditata alat-alat yang telah dibungkus tersebut ke dalam keranjang autoklaf untuk
menyediakan ruang pergerakan uap air

Dimasukkan alat yang sudah ditata ke dalam bejana autoklaf, lalu ditutup dengan
mempertemukan lubang baut dan diputar agar penutupan lebih rapat

Dibuka klep pengaman kemudian dinyalakan autoklaf

Dilakukan proses pengusiran air yakni dengan menunggu sampai air mendidih
sehingga uap memenuhi kompartemen autoklaf dan terdesak keluar dari klep
pengaman, ditandai dengan adanya tetes air melalui klep

Kemudian klep pengaman ditutup dengan kencang, lalu pemanasan dilanjutkan hingga
mencapai suhu 121oC selama 15 menit.

Proses sterilisasi dimulai ketika tercapai tekanan dan suhu yang sesuai
pada autoklaf, yaitu pada suhu 121oC selama 15 menit dan tekanan 1 atm kemudian
ditunggu proses sterilisasi hingga selesai.


Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan ditunggu dahulu tekanan
dalam kompartemen menurun hingga nol atau jarum pada pressure gauge menunjuk ke
angka nol dan suhu dibawah 100oC.

Dikeluarkan alat-alat dari autoklaf dan dimasukkan ke dalam box isolator steril.

Kemudian dimasukkan ke dalam lemari penyimpanan steril.

(Kurniawansyah, 2016; Sesilia, 2016; Suharti & Rahmayati, 2019)


2. Sterilisasi Panas Kering

Dikumpulkan terlebih dahulu alat-alat yang akan disterilisasi dengan metode panas
kering menggunakan oven

Dilakukan prosedur pencucian, pengeringan, dan pembungkusan sesuai dengan


prosedur steril terlebih dahulu.

Disiapkan oven untuk sterilisasi, lalu ditata alat yang akan disterilisasi di
dalam oven, dipastikan tidak ada air.

Diatur suhu pemanasan oven pada suhu 170oC.

Dilakukan sterilisasi pada suhu 170oC dengan waktu selama 1 jam

Setelah sterilisasi selesai dilakukan, suhu oven dapat diturunkan dan alat dapat
dikeluarkan dari oven dengan hati-hati.

Alat siap digunakan

(Dunders dkk., 2020; Permenkes RI, 2017; Sesilia, 2016)


Tabel 2. Sterilisasi Alat-Alat

No. Nama Alat Ukuran Jumlah Cara Sterilisasi Suhu Waktu

1 Beaker glass 250 mL 1 buah Oven 170°C 30 menit

2 Beaker glass 500 mL 1 buah Oven 170°C 30 menit

3 Pipet tetes Besar 10 buah Oven 170°C 30 menit

4 Pipet tetes Kecil 10 buah Oven 170°C 30 menit

5 Corong gelas Besar 1 buah Autoklaf 121°C 15 menit

6 Corong gelas Kecil 1 buah Autoklaf 121°C 15 menit

7 Spuit injeksi 10 mL 1 buah Oven 170°C 30 menit

8 Kertas saring Diameter - Oven 170°C 30 menit


10 cm

9 Botol vial 100 mL 4 buah Oven 170°C 30 menit

10 Botol vial 10 mL 2 buah Oven 170°C 30 menit

11 Tube salep + 10 gram 2 buah Autoklaf 121°C 15 menit


Tutup

13 Mortar dan - 1 buah Oven 170°C 30 menit


stamper

14 Sudip - 1 buah Autoklaf 121°C 15 menit

15 Spatula logam - 1 buah Oven 170°C 30 menit


16 Pinset - 1 buah Oven 170°C 30 menit

17 Ose - 1 buah Oven 170°C 30 menit

18 Batang pengaduk - 1 buah Oven 170°C 30 menit

19 Sendok tanduk - 1 buah Oven 170°C 30 menit

20 Tutup karet - 6 buah Autoklaf 121°C 15 menit

VI. DAFTAR PUSTAKA


Acosta-Gnass, S.I., Valeska D. E. S. 2009. Sterilization Manual for Health Centers.
Washington, D.C: Pan American Health Organization.
Alfiah, L. N., Zul. D., dan Nelvia. 2016. Pengaruh Inokulasi Campuran Isolat Bakteri
Pelarut Fosfat Indigenus Riau Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan
Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr). Jurnal Agroteknologi. 7(1): 7-14.
Ani, M., Astuti, E. D., Nardina, E. A., Azizah, N., Hutabarat, J., Sebtalesy, C. Y.,
Winarsih, W., Maryani, S., Yani, D. P., Argaheni, N. B., Jannah, R., Mahmud,
A. 2021. Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Arthur., Pinaria, G., dan A. H. Berty. 2022. Jamur Patogen Tanaman Terbawa Tanah.
Malang: Media Nusa Creative (MNC Publishing).
Ayuhastuti, A. 2016. Praktikum Teknologi Sediaan Steril. Jakarta Selatan: Pusdik SDM
Kesehatan.
Bilang, M., Dirpan, A., dan Sakinah, N. 2018. Pengaruh Pemanasan Berulang
(Tyndalisasi) Saus Spaghetti Ikan Tuna Terhadap Daya Terima dan Pendugaan
Umur Simpan Dengan Metode Akselerasi Model Persamaan Arrhenius.
CANREA Journal. 1(2): 98-106.
Choudhary, A. 2012. SOP for Preparation of Disinfectant Solutions. Diakses pada laman
https://www.pharmaguideline.com/2012/04/sop-for-preparation-of-disinfectant-so
lutions.html pada 18 Maret 2023
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendalian. Jakarta: Salemba
Medika.
Fathurrohim, M.F., Pratiwi, R.H., Setiawan, M.A. Asrianto, Yunus, R., Fusvita, A., Sari,
P., Syamsi, N., Idris, S.A. dan Bahar, M. 2022. Mikrobiologi Farmasi dan
Parasitologi. Jakarta: Global Eksekutif Teknologi.
Gabriel, J. F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC.
Harti, A.S. 2015. Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta: Andi.
Ihsan, B. 2021. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Yogyakarta: Insan Cendekia Mandiri.
Kristiandi, K., Lusiana, S. A., Ayunin, N. A. Q., Ramdhini, R. N., Marzuki,I., Rezeki, S.,
Erdiandini, I., Yunianto, A. E., Lestari, S. D., Ifadah, R. A., Kushargina, R.,
Yuniarti, T., Pasanda, O. 2021. Teknologi Fermentasi. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Kurniawan, I. S. 2014. Penentuan Tingkatan Jaminan Sterilitas Pada Autoklaf dengan
Indikator Biologi Spore Strip. Farmaka. 14(1): 59-69.
Lazuardi, M. 2020. Bagian Khusus Ilmu Farmasi Veteriner. Edisi I. Surabaya: Airlangga
University Press.
Leksanawati, I. F., Budiyono., dan Suhartono. 2020. Glutaraldehid Sebagai Alternatif
Untuk Bahan Sterilisasi Alat Medis di Rumah Sakit. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal). 8(6): 846-854.
Lestari, P. B. dan T. W. Hartati. 2017. Mikrobiologi Berbasis Inkuiry. Malang: Penerbit
Gunung Samudera.
Ma’at, S. 2009. Sterilisasi dan Infeksi. Surabaya: Airlangga University Press.
Muhdar., Darmin., Tukatman., Paryono., Anitasari, B., Bangu. 2021. Manajemen Patient
Safety. Jawa Tengah: Penerbit Tahta Media Group.
Mulyanti, S. dan Putri, M.H. 2019. Pengendalian Infeksi Silang di Klinik Gigi. Jakarta:
Penerbit EGC.
Murwani, S. 2015. Dasar-Dasar Mikrobiologi Veteriner. Malang: Universitas Brawijaya
Press.
Murtinus, W. S, 2018. Modul Praktek Dasar Mikrobiologi. Sumatra Barat: Universitas
Andalas Press.
Ramadhani, I. dan Wahyuni. 2020. Dasar-Dasar Praktikum Mikrobiologi. Jakarta: CV
Pena Persada.
Rizal, M. S. Sumaryati, E., dan Suprihana. 2016. Pengaruh Suhu dan Sterilisasi Terhadap
Susu Sapi Rasa Coklat. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian “AGRIKA”. 10(1): 20-30.
Sesilia, E. 2016. Praktikum Teknologi Sediaan Steril. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Siregar, I., dan Ekoningtyas, E. A. 2017. Efektivitas Sterilisasi Kimia Dengan Larutan
Daun Sukun Pada Alat Kedokteran Gigi. Jurnal Kesehatan Gigi. 4(2): 53-56.
Sultana, Y., J. Hamdard, dan H. Nagar. 2007. Pharmaceutical Microbiology and
Biotechnology Sterilization Methods and Principles. New Delhi: Department of
Pharmaceutics Faculty of Pharmacy.
Soeselo, D. A. dan S. Theresia. 2021. Keterampilan Bedah Sederhana di Fasilitas
Layanan Primer. Jakarta: Penerbit Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
Wardani, K.A., Kurniawan, Anita, Sakati, A.S., Rafika, Sulami, N., Nurdin, Syahrir, M.,
Mursalim dan Kanan, M. 2022. Teori Mikrobiologi. Jakarta: Yayasan Penerbit
Muhammad Zaini.

Anda mungkin juga menyukai