OLEH :
Kelompok 3
Golongan I & II
ASISTEN DOSEN
Luh Ayu Putri Saraswati (1908551043)
I. TUJUAN
A. Memahami dan melakukan pencucian alat dan wadah untuk pembuatan sediaan steril.
B. Sterilisasi Panas Basah
1. Memahami cara sterilisasi panas basah
2. Melakukan sterilisasi alat dengan autoklaf
C. Sterilisasi Panas Kering
1. Memahami cara sterilisasi panas kering
2. Melakukan sterilisasi alat dengan oven
II. DASAR TEORI
A. Sterilisasi
Sterilisasi berasal dari kata steril yang bermakna suatu proses untuk menjadi
steril. Steril merupakan keadaan atau kondisi bebas dari mikroorganisme vegetatif
dan spora, sedangkan sterilisasi merupakan suatu proses dalam metode tertentu yang
ditujukan untuk memperoleh keadaan steril atau kondisi yang bebas secara
sempurna dari semua mikroorganisme hidup (Darmadi, 2008). Terdapat beberapa
cara sterilisasi, yakni:
1) Sterilisasi Fisika
Sterilisasi fisika/fisik contohnya seperti pemanasan, pengeringan, penyinaran,
listrik, radiasi, getaran suara. Sterilisasi ini dapat dilakukan dengan
menggunakan panas seperti pada autoklaf dengan suhu 120oC dengan tekanan 1
atmosfer. Umumnya alat-alat maupun bahan yang disterilisasi dengan cara fisika
ini adalah yang memiliki ketahanan yang kuat terhadap suhu tinggi.
2) Sterilisasi Kimiawi
Sterilisasi ini merupakan sterilisasi dengan menggunakan bahan-bahan kimia
seperti alkohol, fenol maupun HgCl2. Sterilisasi ini umumnya dilakukan dengan
cara menyemprotkan langsung alat-alat dan bahan yang hendak disterilkan.
3) Sterilisasi Mekanik
Sterilisasi dengan metode ini contohnya yakni dengan penyaringan atau
filtrasi. Cara sterilisasi penyaringan (filtrasi) ini biasanya digunakan untuk
sterilisasi bahan yang berupa cairan, seperti protein, serum, dan sebagainya.
(Ihsan, 2021)
Cara sterilisasi yang biasa digunakan adalah dengan cara fisik, yakni
menggunakan pemanasan, karena lebih sederhana dan efektif. Sterilisasi penting
untuk dilakukan karena sterilisasi instrumen medis tidak dapat dijamin jika
instrumen tersebut tidak memasuki proses sterilisasi setelah pembersihan
sebelumnya (Acosta-Gnass, 2009).
B. Metode Sterilisasi
a. Metode Sterilisasi Secara Fisika
● Sterilisasi dengan Pemanasan
1) Sterilisasi Panas Basah
Sterilisasi panas basah merupakan sebuah metode sterilisasi yang
membutuhkan waktu lebih singkat yang bekerja dengan mekanisme
membunuh mikroorganisme melalui proses denaturasi dan koagulasi dari
protein sehingga ikatan hidrogen akan terlepas dan merusak bentuk tiga
dimensi dari protein tersebut. Metode ini akan memberikan hasil yang
baik jika dilakukan pada suhu di atas suhu air mendidih (Murwani,
2015). Berikut merupakan beberapa teknik metode sterilisasi panas
basah.
- Pemanasan pada Air Mendidih (Boiling)
Prinsip sterilisasi dengan teknik pemanasan pada air mendidih
atau yang disebut juga dengan boiling dilakukan dengan cara
merebus bahan atau alat yang akan disterilkan dalam jangka waktu
tertentu yang terhitung sejak air mulai mendidih (Ma’at, 2009).
Umumnya sterilisasi teknik ini dilakukan dalam air mendidih
(100oC) selama 15 hingga 20 menit (Mulyanti dan Putri, 2019). Cara
ini merupakan teknik yang paling sederhana, murah dan relatif
sangat mudah untuk dilakukan karena tidak diperlukan persiapan
dan alat yang canggih (Fathurrohim dkk., 2022). Meskipun
demikian, teknik sterilisasi ini juga memiliki beberapa kekurangan
yakni alat-alat yang hendak disterilkan tidak dapat dibungkus
sehingga memungkinkan untuk mengalami kontaminasi kembali
oleh mikroorganisme dari luar setelah selesai disterilisasi. Selain itu,
metode ini tidak dapat mematikan mikroorganisme yang memiliki
daya tahan tinggi dan tidak dapat digunakan untuk sterilisasi bahan
kimia dan obat (Ma’at, 2009).
Penggunaan tambahan bahan-bahan antimikroba seperti natrium
karbonat, desogen, merfen, fenol dan lisol ke dalam air dapat
memperpendek waktu sterilisasi. Namun, alat-alat yang telah
disterilkan dengan penambahan bahan antimikroba ini harus dibilas
dengan aquades steril kembali (Ma’at, 2009). Adapun bahan-bahan
yang dapat disterilkan dengan teknik ini adalah alat penyuntik dari
polystyrene, forcep, gunting, alat-alat logam lain, karet penutup
botol, spatula, cawan porselin, kaca arloji, mortir dan stamper serta
botol-botol kemasan obat dan sebagainya (Lazuardi, 2020).
- Uap Mengalir (Sterilisasi Bertingkat/Tyndalisasi)
Konsep kerja metode ini dilakukan secara bertahap dengan cara
diuapkan (mengukus bahan) (Alfiah dkk., 2016). Bahan yang
mengandung air dan tidak tahan tekanan atau suhu tinggi lebih tepat
disterilkan dengan metode ini, misalnya susu yang disterilkan
dengan suhu tinggi akan mengalami koagulasi dan bahan yang
berpati disterilkan pada suhu bertekanan pada kondisi pH asam akan
terhidrolisis. Proses sterilisasi dilakukan pada suhu 100oC selama 30
menit dengan keadaan tutup jar rapat dan dilakukan sebanyak tiga
kali berturut-turut selang waktu 24 jam (Bilang dkk., 2018).
- Pemanasan dengan Uap Air (Free Flowing Steam)
Prinsip pada teknik sterilisasi dengan pemanasan uap air
dilakukan dengan cara mengukus dimana bahan yang memiliki
kandungan air lebih baik disterilisasi dengan teknik ini untuk
menghindari terjadinya dehidrasi (Ramadhani dan Wahyuni, 2020).
Sterilisasi dengan teknik ini menggunakan alat berupa dandang yang
mana alat ataupun bahan yang hendak disterilkan akan diletakan di
atas lempengan logam yang berlubang. Suhu yang digunakan dalam
sterilisasi dengan teknik ini adalah berkisar 98oC. Cara sterilisasi ini
merupakan teknik yang paling efektif tetapi belum menjamin
sterilitasnya terhadap mikroorganisme yang memiliki daya tahan
tinggi. Teknik sterilisasi ini juga memiliki beberapa keuntungan
dibanding dengan teknik lainnya yakni uap air memiliki daya
bakterisida yang lebih tinggi dibandingkan dengan udara kering
sehingga dapat mempersingkat waktu sterilisasi dan uap air ini pula
dapat menempati seluruh ruangan sterilisasi dengan merata sehingga
proses sterilisasi akan terjadi secara merata (Ma’at, 2009).
Adapun bahan-bahan yang dapat disterilkan dengan teknik ini
adalah peralatan yang terbuat dari logam, porselen, kaca, plastik
atau polystyrene, karet dan kain atau kapas (Lazuardi, 2020).
- Pemanasan Kombinasi Uap Air dan Tekanan atau Autoklaf
Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk
mensterilkan suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan
tinggi 121˚C, 15 lbs selama kurang lebih 15 menit. Penurunan
tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh
mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf.
Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh mikroorganisme
(Rizal dkk., 2016). Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam
autoklaf akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara
yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti
dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara
dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang
sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung
waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas
dimatikan dan tekanan dibiarkan turun. (Kurniawan, 2014).
Kelebihan metode ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk
proses sterilisasi sedikit karena ada bantuan panas dan uap serta
dapat digunakan untuk sterilisasi hampir semua alat, termasuk alat
ukur. Di satu sisi, metode ini memiliki kekurangan sebagai berikut:
terdapat tetesan uap air pada alat dan bahan yang disterilkan, sangat
bergantung pada adanya kelembaban dan temperatur yang
ditingkatkan, uap air yang menetes dapat merusak media-media
tertentu, serta alat yang digunakan harganya relatif lebih mahal.
2) Sterilisasi Panas Kering
Metode sterilisasi panas kering merupakan suatu metode sterilisasi
dengan menggunakan udara panas yang bebas dari uap air atau memiliki
sangat sedikit uap air. Prinsip dari metode ini yaitu melalui mekanisme
konduksi, panas akan diabsorpsi oleh permukaan luar dari peralatan yang
akan disterilkan, lalu merambat pada bagian yang lebih dalam dari
peralatan (Ani dkk., 2021). Metode sterilisasi panas kering merupakan
suatu metode sterilisasi dengan menggunakan udara panas yang bebas
dari uap air atau memiliki sangat sedikit uap air. Prinsip dari metode ini
yaitu melalui mekanisme konduksi, panas akan diabsorpsi oleh
permukaan luar dari peralatan yang akan disterilkan, lalu merambat pada
bagian yang lebih dalam dari peralatan (Ani dkk., 2021).
Sterilisasi panas kering dapat menghancurkan mikroorganisme
dengan menyebabkan denaturasi protein, selain itu panas kering dapat
melisiskan protein dalam organisme apapun menyebabkan kerusakan
radikal bebas oksidatif, menyebabkan pengeringan sel, dan bahkan dapat
membakarnya menjadi abu, seperti dalam pembakaran. Perbedaan
sterilisasi panas kering dengan pemanasan basah yaitu pada pemanasan
kering memerlukan waktu yang lebih lama dengan suhu yang lebih
tinggi karena pemanasan udara dan transfer energi panas dari udara ke
alat (Muhdar dkk., 2021).
Sterilisasi panas kering memiliki beberapa kelebihan serta
kekurangan, diantaranya sebagai berikut.
Kelebihan metode sterilisasi panas kering yaitu:
a. Mampu mensterilkan peralatan dalam wadah tertutup atau tidak
berpori
b. Mensterilkan peralatan yang tidak mungkin dilakukan sterilisasi
kering dengan uap atau pada peralatan yang mungkin rusak oleh
kelembaban sterilisasi uap
c. Mampu mensterilkan beberapa jenis bahan yang tidak dapat
ditembus steam seperti serbuk kering dan bahan minyak
d. Efektif dan aman untuk sterilisasi instrumen logam dengan biaya
yang rendah per siklus
e. Tidak menyebabkan alat yang tajam menjadi tumpul
f. Tidak menyebabkan karat dan korosi
g. Tidak beracun atau tidak menggunakan bahan kimia
Kekurangan metode sterilisasi panas kering yaitu:
a. Waktu yang lama, mulai pemanasan, proses sterilisasi dan sampai
pendinginan peralatan yang disterilkan.
b. Kemungkinan terjadinya kerusakan bahan kemasan atau beberapa
item itu sendiri sebagai akibat dari suhu tinggi yang digunakan,
pemantauan dan pengendalian kondisi sterilisasi dalam kemasan
yang disterilkan bisa sangat memakan waktu.
c. Dikarenakan suhu tinggi, sterilisasi panas kering memberikan
potensi terbesar untuk cedera personel setelah kontak dengan
bagian sterilisasi atau alat yang sedang diproses, dibandingkan
dengan fasilitas proses sterilisasi yang lain.
d. Penetrasi terhadap bahan yang berjalan sangat lambat dan tidak
merata
e. Dapat mengubah warna dan merusak kain
f. Merusak benda-benda yang peka terhadap panas, dan tidak dapat
digunakan dengan bahan plastik, karet dan kain.
(Muhdar dkk., 2021).
Sterilisasi panas kering digunakan untuk mensterilisasi
bahan-bahan tabung reaksi, cawan petri dari kaca, juga peralatan seperti
jarum suntik dan bahan-bahan yang tidak tembus uap seperti gliserin,
minyak, vaselin dan bahan-bahan berupa bubuk (Lestari dan Hartati,
2017).
Pada sterilisasi panas kering, terdapat hubungan antara suhu
dengan lama waktu yang diperlukan untuk sterilisasi. Hubungan antara
suhu dengan waktu sterilisasi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hubungan antara suhu dan waktu pada sterilisasi panas kering
Suhu Waktu
Diambil 20 mL teepol.
B. Pencucian
1. Pencucian alat gelas
a. Menurut Cooper & Gunn’s
↓
Dibilas dengan air kran (panas/dingin) pada bagian luar dan dalam.
Dibilas dengan aquades bebas pirogen yang baru dibuat (dibilas sebanyak tiga kali).
↓
Direndam dalam aquades, autoklaf 110℃ 20 menit (1 kali atau 2 kali).
Hingga air rendaman jernih.
Bila perlu direndam dalam larutan Natrium Karbonat (Na2CO3) 5% selama 5 menit
(tidak boleh lebih dari 5 menit agar aluminium tidak melarut).
Dibilas dengan air panas mengalir dan didihkan kembali dengan air selama 15 menit
kemudian dibilas kembali.
Didihkan dengan aquades selama 15 menit dan dibilas dengan aquades sebanyak tiga
kali.
Dimasukkan alat-alat ke dalam oven (lemari pengering) dalam keadaan terbalik atau
diposisikan miring.
↓
Disusun alat-alat pada posisi renggang di dalam oven.
Diperiksa apakah terdapat noda pada alat-alat tersebut. Jika terdapat noda, dapat
diberikan asam kromat.
Jika terdapat kerusakan atau keretakan maka alat-alat tersebut dapat disingkirkan.
Dibungkus alat-alat yang telah dikeringkan dengan pembungkus yang sesuai. Minimal
alat-alat dibungkus dengan 2 lapis pembungkus.
Peralatan yang akan disterilkan dengan metode panas kering dibungkus menggunakan
aluminium foil sebanyak 2 lapis.
Peralatan yang akan disterilkan dengan metode panas basah dibungkus menggunakan
kertas coklat sebanyak 2 lapis.
D. Sterilisasi Alat
1. Sterilisasi Panas Basah
Dikumpulkan terlebih dahulu alat-alat yang akan disterilisasi dengan metode panas
basah menggunakan autoklaf
↓
Dicuci terlebih dahulu semua alat yang akan disterilisasi dengan bersih dan kemudian
dikeringkan serta dibungkus sesuai dengan prosedur steril
Dimasukkan air sampai tanda batas yang ditentukan atau 2/3 chamber autoklaf. Air
yang digunakan adalah air hasil destilasi untuk menghindari terbentuknya kerak dan
karat
Ditata alat-alat yang telah dibungkus tersebut ke dalam keranjang autoklaf untuk
menyediakan ruang pergerakan uap air
Dimasukkan alat yang sudah ditata ke dalam bejana autoklaf, lalu ditutup dengan
mempertemukan lubang baut dan diputar agar penutupan lebih rapat
Dilakukan proses pengusiran air yakni dengan menunggu sampai air mendidih
sehingga uap memenuhi kompartemen autoklaf dan terdesak keluar dari klep
pengaman, ditandai dengan adanya tetes air melalui klep
Kemudian klep pengaman ditutup dengan kencang, lalu pemanasan dilanjutkan hingga
mencapai suhu 121oC selama 15 menit.
Proses sterilisasi dimulai ketika tercapai tekanan dan suhu yang sesuai
pada autoklaf, yaitu pada suhu 121oC selama 15 menit dan tekanan 1 atm kemudian
ditunggu proses sterilisasi hingga selesai.
↓
Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan ditunggu dahulu tekanan
dalam kompartemen menurun hingga nol atau jarum pada pressure gauge menunjuk ke
angka nol dan suhu dibawah 100oC.
Dikeluarkan alat-alat dari autoklaf dan dimasukkan ke dalam box isolator steril.
Dikumpulkan terlebih dahulu alat-alat yang akan disterilisasi dengan metode panas
kering menggunakan oven
Disiapkan oven untuk sterilisasi, lalu ditata alat yang akan disterilisasi di
dalam oven, dipastikan tidak ada air.
Setelah sterilisasi selesai dilakukan, suhu oven dapat diturunkan dan alat dapat
dikeluarkan dari oven dengan hati-hati.