KELOMPOK 1 GOLONGAN 1
ANGGOTA:
2. Dasar Teori
2.1. Model Molekul
Model molekul dapat didefinisikan sebagai gambaran ideal dari suatu sistem
atau proses, seringkali dalam bentuk persamaan matematika, atau perencanaan
yang digunakan untuk memfasilitasi perhitungan dan prediksi. Pemodelan
molekul terkait dengan cara untuk meniru perilaku molekul dan sistem
molekul. Molekul berukuran sangat kecil sehingga sulit diamati. Untuk
memvisualisasikan bentuk molekul dibutuhkan model molekul. Kini
pemodelan molekul terkait erat dengan pemodelan komputer, karena
komputasi telah mengevolusi pemodelan molekul menjadi lebih luas lagi
(Prianto, 2010).
Bentuk molekul merupakan konsep dasar dalam kimia organik. Molekul ini
berbentuk tiga dimensi dan interaksi ruang dari suatu bagian molekul dengan
bagian molekul lainnya sangat penting dalam menentukan sifat fisik dan kimia
dari molekul-molekul tersebut. Hubungan penataan atom-atom dalam ruang
3D dan sifat-sifat yang diakibatkannya, secara khusus dibahas pada topik
stereokimia (Petrucci,1982).
2.2. Streokimia
Stereokimia merupakan studi mengenai molekul-molekul dalam ruang tiga
dimensi yakni bagaimana atom-atom dalam sebuah molekul ditata dalam
ruangan satu relatif terhadap yang lain, terdapat tiga aspek kajian dalam
pembahasan topik stereokimia, yaitu isomer geometri, konformasi, dan
kiralitas. Tiga aspek tersebut merupakan landasan untuk memahami struktur
dan reaktivitas senyawa. Penggabungan aspek geometri, topologi dan struktur
kimia dalam studi bentuk tiga dimensi molekul dapat menjadikan pembelajaran
1
streokimia menjadi lebih menarik. Bahan kajian tersebut juga menjadi penting
karena makhluk hidup dibentuk dari unit-unit kiral, seperti asam amino,
nukleotida, dan gula, yang secara alami ada dalam bentuk enamtiomer murni.
Kiralitas molekul menjadi penting dalam kaitan dengan pemanfaatan senyawa
organik, yang menjadi target transformasi dan sintesis senyawa-senyawa bahan
obat (Fessenden, 1982) (Suja, 2015).
2.3. Isomer Geometri
Isomer geometri merupakan isomer yang terjadi akibat perbedaan lokasi atom-
atom atau gugus atom dalam ruang tiga dimensi, sedangkan rumus molekul dan
gugus terikatnya sama. Isomer geometri sering ditemukan pada senyawa
alkena. Sebagai contoh, pada senyawa 2-butena terdapat 2 isomer geometri,
yaitu senyawa trans-2-butena dan cis-2-butena. Perbedaan titik didih antara
senyawa cis-2-butena dan trans-2-butena lihat gambar dibawah ini yang
menunjukan bahwa kedua senyawa tersebut benar-benar ada dan berbeda,
walaupun keduanya memiliki rumus molekul yang sama (Sunarya, 2007).
2
2.5. Kiralitas
Kiralitas adalah suatu keadaan yang menyebabkan dua molekul dengan
struktur yang sama tetapi berbeda susunan ruang dan konfigurasinya. Atom
yang menjadi pusat kiralitas dikenal dengan istilah atom krial. Penyebab
adanya kiralitas diantaranya adalah senyawa karbon yang tidak simetris
(Wahyudi dkk, 2020)
2.6. Gugus Fungsi
Gugus fungsi adalah kedudukan kereaktifan kimia dalam molekul. Ikatan phi
atau suatu atom elektronegatif atau elektropositif dalam molekul organik dapat
menuju ke suatu reaksi kimia, salah satu dari ini dianggap sebagai gugus fungsi
atau bagian dari gugus fungsi. Senyawa akan cendrung mengalami reaksi kimia
yang sama apabila senyawa tersebut memiliki gugus fungsi yang sama.
Contohnya adalah senyawa CH3CH2OH dan (CH3)3COH, masing-masing
mengandung gugus hidroksil (-OH) sehingga senyawa-senyawa tersebut
termasuk dalam senyawa golongan alkohol dan semua mengalami reaksi yang
sama (Fessenden, 1982).
Penggunaan gambar statis, gambar dinamis ball-and-stick, dan model molekul
sederhana yang dibuat dari jarum pentul memiliki kemampuan dalam
menampilkan jumlah atom-atom penyusun molekul, menampilakan sudut
ikatan, dan jumlah ikatan yang tampak (Ardiansyah, 2013).
3
2. Bola hijau (klor)
5. Batang valensi
3.2. Bahan
-
4. Prosedur Kerja
4.1 Konformasi pada propana
4
4.2 Konformasi pada sikloheksana dan sikloheksana bersubstitusi
a. Sikloheksana
b. Metil sikloheksana
5
c. 1,2-dimetil sikloheksana
Cincin sikloheksana
d. 1,3-dimetil sikloheksana
Cincin sikloheksana
e. 1,4-dimetil sikloheksana
Cincin sikloheksana
6
Membuat konformasinya
7
b. Asam etilen dikarboksilat
4.5 Enantiomer
a. Pusat Kiral
Terbentuk Enantiomer
8
b. Reaksi yang menghasilkan pusat kiral
5. Skema kerja
5.1 Skema kerja konformasi pada propana
9
5.2 Konformasi pada sikloheksana dan sikloheksana bersubstitusi
a. Sikloheksana
b. Metil sikloheksana
c. 1,2-dimetil sikloheksana
Dibuat model molekul cincin sikloheksana
10
Konformasi dibuat, sehingga terbentuklah struktur cis-1,2-
dimetilsikloheksana dan trans-1,2-dimetilsikloheksana
d. 1,3-dimetil sikloheksana
e. 1,4-dimetil sikloheksana
11
struktur benzene dan siklohekasana dibandingkan
b. Asam etilendikarboksilat
12
5.5 Enantiomer
a. Pusat kiral
13
DAFTAR PUSTAKA
Budiati, Tutuk. (2006): Kimia Organik Sebagai Dasar Pemahaman Senyawa Obat.
Pidato Guru Besar. Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Surabaya
Fessenden, R.J dan J.S Fessenden. (1982): Kimia Organik Dasar. Edisi Ketiga. Jilid
1 . Jakarta. Erlangga.
Morrison, R.T. & Boyd, R. N. (2002): Organic Chemistry. Sixth Edition . New
Delhi, Prentice-Hall of India.
Sabarni. (2014): Atom dan Molekul Berdasarkan Ilmu Kimia dan Perspektif Al-
Quran. Lantanida Journal. 2(2): 123-136.
Suja, I. W. (2015): Model Mental Mahasiswa Calon Guru Kimia Dalam Memahami
Bahan Kajian Stereokimia. JPI (Jurnal Pendidikan Indonesia). 4(2): 623-
624.
Sunarya dan Setiabudi. (2007): Mudan dan Aktif Belajar Kimia 1. PT. Setia Purna.
Bandung. 154.
Wahyudi, dkk. (2020): Biomolekul dalam Konteks Kentang: Bahan Ajar Biokimia.
Media Sains Indonesia. Bandung. 41.
14