Anda di halaman 1dari 7

Seminar Nasional II USM 2017

Eksplorasi Kekayaan Maritim Aceh di Era Globalisasi dalam Mewujudkan Indonesia


sebagai Poros Maritim Dunia
Vol. 1, Oktober 2017, 411-417

PENGARUH PRAKTIK ILLEGAL FISHING TERHADAP KESEJAHTERAAN


EKONOMI NELAYAN DI PROVINSI ACEH

Wahyuddin1, Muksal2, Nirzalin3dan Zulfikar4


1
Program Studi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah, Universitas Serambi Mekkah
Jln. Tgk Imum Lueng Bata, Banda Aceh 23245
2
Program Studi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah, Universitas Serambi Mekkah
Jln. Tgk Imum Lueng Bata, Banda Aceh 23245
3
Program Studi Sosiologi, FISIP, Universitas Malikussaleh
Kampus Bukit Indah Jl Sumatera, Blang Pulo, Lhokseumawe
4
Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Malikussaleh
Kampus Bukit Indah Jl Sumatera, Blang Pulo, Lhokseumawe
Email: wahyuddin@serambimekkah.ac.id1),muksal@serambimekkah.ac.id2), nirzasaja@gmail.com3),
zulsaidy@gmail.com4)

ABSTRAK
Tujuan pelitian ini adalah untuk melihat praktik dan pengaruh Illegal Fishing terhadap
peningkatan ekonomi masyarakat nelayan di provinsi Aceh. Penelitian ini dilaksanakan di empat
lokasi inti kelautan di Aceh, diantaranya Nagan raya, Pidie Jaya, Kota Lhoksemawe, Aceh Timur.
Penelitian ini menggunakan metode Analisis Kualitatif, dengan pendekatan Sociological History
dan Fenomenalogy. Data penelitian bersumber primer dan data sukunder. Data primer
menggunakan teknik wawancara (deeply interview) dan obsevasi (direct observation). Data
sukunder melalui pengkajian literatur-literatur yang terkait dengan penelitian seperti buku-buku,
jurnal, dokumentasi, laporan dinas terkait tentang penangkapan ikan dan kesejahteraan
nelaya,dari sekretariat panglima laot disetiap kabupaten yang menjadi objek penelitian ini.
Pengumpulan data juga dilakukan dengan diskusi beberapa tokoh terkait dari kalangan akademisi
dan non akademisi. Hasil Penelitian menunjukan bahwa Ilegal Fishing merupakan salah satu
faktor utama penyebab hasil tangkap ikan di pesisir Aceh menurun derastis, sehingga mata rantai
kemiskinan Nelayan tidak pernah terputuskan. Hasil penilitian ini sangat bermanfaat dan dapat
direkomendasikan kepada pihak pemangku kebijakan khususnya pemerintah Aceh, untuk
menanggapi masalah Illegal Fishing dengan maksimal sehingga pendapatan Nelayan Aceh akan
kembali meningkat, pemerintah dituntut untuk merealisasikan program peningkatan ekonomi
berbasis komunitas nelayan sehingga mata rantai kemiskinan di kawalan nalayan akan
terputuskan.

Kata kunci:Illegal Fishing, Ekonomi Nelayan, Kemiskinan, Peningkatan Ekonomi Nelayan.

1. PENDAHULUAN penggunaan alat tangkap dari UU Perikanan


Saat ini Illegal Fishing di Indonesia seperti pasal 85 dan 100. Pasal 29 dan 30
masih belum bisa 100% diberantas. Meskipun tentang Perikanan kurang memperhatikan nasib
sudah ada Undang-Undang yang mengatur nelayan dan kepentingan nasional terhadap
tentang perikanan dan segala tindak pidananya pengelolaan sumber daya laut.
bagi yang melanggar, para pelaku Illegal Aceh merupakan daerah yang rawan
Fishing masih terus melanjukan aksinya. Jika terjadi praktek Illegal Fishing Karena wilayah
ditinjau kembali, ada banyak faktor yang laut Aceh sangat strategis dan meliki protensi
menyebabkan hal itu tejadi. Salah satu laut yang cukup besar dengan kekayaan sumber
diantaranya adalah kurang jelas dan tegasnya isi alam laut di bawahya baik sumber daya alam
dari UU nomor 31 Tahun 2004 yang mengatur hayati dan non hayati. Menurut data luas
tentang Perikanan. Dapat dilihat pada Pasal 8 daratan Aceh 57.365,65 KM persegi, dikelilingi
dan 9 dimana pelanggaran alat tangkap dan samudra hindia diwilayah barat – selatan Aceh,
fishing ground hanya dimasukkan dalam dan selat malaka serta perairan andama
kategori pelanggaran dengan denda hanya Rp diwilayah utara-timur Aceh, dengan panjang
250 juta. Beberapa pasal yang dianggap “abu- garis pantai 2.666,27 KM. sedangkan luas
abu” menyangkut pidana dan pelanggaran pada perairannya mencapai 295.370 Km persegi,

411 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)
Seminar Nasional II USM 2017
Eksplorasi Kekayaan Maritim Aceh di Era Globalisasi dalam Mewujudkan Indonesia
sebagai Poros Maritim Dunia
Vol. 1, Oktober 2017, 411-417

yang terdiri dari perairan teritorial dan kepulau pendekatan analisis, diantaranya sebagai
56.563 KM persegi, serta perairan Zona berikut:
Ekonommi Ekslusif (ZEE) 238.807 Km 1. Sociological History, yaitu suatuupaya
persegi. Potensi lestari diperkirakan mencapai melihat secara langsung keberadaan pola
272,7 ribu ton/ tahun, jumlah kapal penangkap kehidupan masyarakat nelayan di
ikan 16.701 unit jumlah nelayan 64.466 orang. kabupaten Nagan Raya, kabupaten Pidie
Melihat luasnya wilayah dan potensi laut Jaya, Kota Lhokseumawe, dan kabupaten
diprovinsi Aceh, maka tidak heran paktik Aceh Timur, Aceh.
Illegal Fishing di Aceh kerap terjadi, seperti 2. Metode Fenomenalogi, yaitu suatu upaya
kasus yang terjadi di Aceh timur pada tanggal menelaah berbagai fenomena yang dapat
23 Maret 2015 tertangkap lima kapal nelayan diamati berdasarkan realita yang terjadi
yang menggunakan pukat harimau (trawl) asal pada masyarakat nelayan di desa nelayan di
Thailand ditangkap oleh petugas TNI angkatan kabupaten Nagan Raya, kabupaten Pidie
laut dalam patroli di perairan selat malaka, Jaya, Kota Lhokseumawe,dan kabupaten
Aceh. Aceh Timur di Provinsi Aceh, kemudian
Adapun kasus-kasus yang terjadi di Aceh membangun pengertian-pengertian yang
yaitu tahun 2011 dengan 6 kasus di singkil, menyangkut dengan metode pemahaman
pada tahun 2012 dengan 15 kasus di daerah fenomenologi mengacu kepada metode
perairan Aceh, pada tahun 2013 sebanyak 4 fenomenologi Husserl dimana menurutnya
kasus di wilayah perairan Aceh, pada tahun pengetahuan semakin lama semakin
2014 dengan 6 kasus,dan pada tahun 2015 sempurna jika mampu mengungkapakan
sebanyak 3 kasus dengan sisi yang tersembunyi dari realitas dan
bermacamjenispelanggaranseperti kasus fenomena tersebut, oleh sebab itu
melanggarwilayahpenangkapan, melanggar UU pengamatan terhadap realitas ini akan
RI no 45 tahun 2009 pasal 7 ayat 100c, kasus dilakukan secara terus menerus dengan
menggunakan alat tangkap yang dilarang pendekatan Interpretative hermeneutik
(trawl), Kasus tidak ada SOL, kasus tidak ada sampai kebenaran terhadap konsep sosio-
lengkap dokumen, kasus kelaikan kapal mati, cultural yang dijelaskan tentang efek Illegal
serta skk nakoda tidak ada. Disamping kasus Fishingguna meningkatkan kesejahteraan
pencurian ikan oleh nelayan Negara asing, ekonomi nelayan di Aceh.
nelayan Aceh sendiri pun ikut terlibat dalam
praktek Illegal Fishing seperti kasus di Aceh 2.1. Populasi dan Sampel
Barat, polisi air dan polres menangkap tujuh Populasi dalam penelitian ini
boat yang menggunakan alat tangkap masyarakat nelayan di kabupaten Nagan Raya,
Unregulated fishing (trawl). kabupaten Pidie Jaya, Kota Lhokseumawe,
Dari uraian masalah di atas, tampak dan kabupaten Aceh TimurProvinsi
bahwa kasus illegal fishing di Aceh masih Aceh,sedangkan sampel masyarakat Nelayan
banyak dan tidak ada ketegasan dari pemerintah Aktif yang berada di bawah pengawasan dinas
untuk menyelesaikannya secara tuntas, oleh Perikanan dan Panglima Laot.
karena ini diperlukan penelitan ilmiah tetang Sampel penelitian ini juga dari data
pangaruh praktik Illegal Fishing terhadap pemerintah yang bertanggung jawab dalam
Kesejahteraan ekonominelayan di Provinsi pemberdayaan peran Panglima Laot atau dinas
Aceh. tekait dengan pemberdayaan ekonomi nelaya,
para toke yang menjadi toke bangku di pasar-
2. METODE PENELITIAN pasar ikan, juga tokoh tokoh nelayan yang
Penelitan ini akan membahas sejauh dipercaya memiliki keahliah khusus dibidang
mana pangaruh praktik Illegal Fishingterhadap kelautan.
kesejahteraan ekonominelayan di provinsi
Aceh. yaitu nelayan di Kabupaten Nagan Raya, 2.2. Teknik Pengumpulan Data
Kabupaten Pidie Jaya, Kota Lhokseumawe, dan Data dalam penelitian ini terdiri dari
Kabupaten Aceh Timur di Provinsi Aceh. data primer dan data sukunder. Data
Sesuai dengan maksud yang ingin primerakan dikumpulkan dengan meng-
diperoleh dalam penelitian ini, maka metode gunakan teknik wawancara (deeply interview)
penelitian mengacu kepada beberapa dan obsevasi (direct observation). Bentuk

412 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)
Seminar Nasional II USM 2017
Eksplorasi Kekayaan Maritim Aceh di Era Globalisasi dalam Mewujudkan Indonesia
sebagai Poros Maritim Dunia
Vol. 1, Oktober 2017, 411-417

wawancara yang akan digunakan telah yang tinggi secara ekonomi, strategi dan
terstruktur. Dimana peneliti terlebih dahulu politik (Ayu, 2009).
mempersiapkan pedoman wawancara sebagai Menurut data badan pangan dunia atau
landasan melakukan wawancara, sehingga FOA mencatat kerugian Indonesia per tahun
wawancara lebih tepat dan terarah sesuai akibat Illegal Fishing sebesar Rp 30 triliun,
dengan tujuan penelitian secara namun data itu dinilai menteri kelautan dan
mendalam.Observasi dilakukan secara perikanan Susi Pudjiastuti cukup kecil.
langsung kepada seluruh masyarakat nelayan Menurut hitung-hitungannya, akibat Illegal
yang menjadi objek penelitiansecara lebih Fishing, kerugian negara per tahun mencapai
teliti sehingga setiap fenomena yang terkait US $ 20 miliar atau Rp 240 triliun.
dengan permasalahan dapat terekam secara
terperinci dan mendetil. 3.1. Pengertian Illegal Fishing
Disampingwawancaradan observasi, Illegal Fishing merupakan kegiatan
pengumpulan data telah dilakukan dengan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan
diskusi. Diskusi dilakukan untuk tidak bertanggung jawab dan bertentangan
memperdalam dan mempertajam data, hal ini oleh kode etik penangkapan bertanggung
akan dilakukan dengan mengundang beberapa jawab. Illegal Fishingtermasuk kegiatan
tokoh-tokoh terkait akademisi dan non malpraktek dalam pemanfaatan sumber daya
akademisi. perikanan yang merupakan kegiatan
Data sekunder akan diperoleh melalui pelanggaran hukum. Tindakan Illegal Fishing
pengkajian literatur-literatur yang terkait umumnya bersifat merugikan bagi sumber
dengan penelitian seperti buku-buku, jurnal, daya perairan yang ada. Tindakan ini semata-
dokumentasi, laporan dinas terkait tentang mata hanya akan memberikan dampak yang
penangkapan ikan dan kesejahteraan kurang baik bagi ekosistem perairan, akan
nelaya,dari sekretariat Panglima Laot disetiap tetapi memberikan keuntungan yang besar
kabupaten yang menjadi objek penelitian ini, bagi nelayan. Kegiatan yang umumnya
serta berbagai hasil penelitian terdahulu yang dilakukan nelayan dalam melakukan
ada relevansinya, sehingga memperjelas setiap penangkapan dan termasuk ke dalam tindakan
jawaban permasalahan ini. Illegal Fishing adalah penggunaan alat
tangkap yang dapat merusak ekosistem seperti
3. HASIL DAN PEMBAHASAN penangkapandenganpemboman, penangkapan
Dalam peta kelautan dunia, Indonesia dengan racun, serta penggunaan alat tangkap
masih memiliki berbagai kelamahan dalam hal trawl pada daerah karang.
tapal batas, pemetaan teritorial garis pantai Dalam The Contemporary English
sampai penamaan pulau-pulau dan kalkulasi Indonesian Dictionary, "Illegal" artinya tidak
jumlah pasti sebaran pulau Indonesia. Kondisi sah, dilarang atau bertentangan dengan hukum.
ini sudah menjadi masalah sejak masa awal "Fish" artinya ikan atau daging ikan dan
kemerdekaan Indonesia sampai dengan saat "Fishing" artinya penangkapan ikan sebagai
ini. Sehingga friksi perbatasan laut menjadi mata pencaharian atau tempat menangkap
rawan konflik dan sengketa dengan negara- ikan. Berdasarkan pengertian secara harafiah
negara tetangga yang berbatas laut langsung tersebut dapat dikatakan bahwa "Illegal
dengan Indonesia (Malaysia, Singapura, dan Fishing" menurut bahasa Indonesia berarti
Australia). Hal ini juga bersinggungan dengan menangkap ikan atau kegiatan perikanan yang
faktor keamanan laut, Illegal Fishing dilakukan secara tidak sah. Menurut Divera
(pencurian ikan), pelanggaran batas, dan Wicaksono sebagaimana dikutip Lambok
tindak kriminalitas kelautan lainnya. Silalahi bahwa Illegal Fishing adalah
Data statistik menunjukan kerugian "memakai Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI)
sekitar 1/2 (setengah) milyar dollar sampai 4 palsu, tidak dilengkapi dengan SIPI, isi
(empat) milyar dollar per tahun akibat dokumen izin tidak sesuai dengan kapal dan
pencurian ikan oleh orang asing. Persoalan ini jenis alat tangkapnya, menangkap ikan dengan
masih ditambah dengan aspek lingkungan jenis dan ukuran yang dilarang".
hidup kelautan kita yang jauh dari kategori Selain itu, pengertian Illegal
ideal. Padahal Indonesia punya potensi Fishingmerujuk kepada pengertian yang
kelautan yang luar biasa besar dan posisi tawar dikeluarkan oleh International Plan of

413 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)
Seminar Nasional II USM 2017
Eksplorasi Kekayaan Maritim Aceh di Era Globalisasi dalam Mewujudkan Indonesia
sebagai Poros Maritim Dunia
Vol. 1, Oktober 2017, 411-417

Action(IPOA) 2001 yang diprakarsai oleh sebagai salah satu kejahatan terorganisasi yang
Food Agriculture Organization(FAO) dalam merugikan negara dan mengancam
konteks implementasi Code of Conduct for keberlangsungan sumber daya perikanan. Oleh
Responsible Fisheries (CCRF). karena itu diperlukan suatu pengaturan khusus
dalam rangka menanggulangi tindakan illegal
3.2 Sosial Ekonomi Nelayan ini. Salah satu organisasi internasional yang
Penduduk komunitas pantai yang mengatur isu ini adalah Food and Agriculture
hampir sebagian besar bekerja sebagai nelayan Organization (FAO). FAO telah menempatkan
tradisional, umumnya mempunyai ciri yang dan memformulasikan tindakan Illegal
sama yaitu kurang berpendidikan. Dari 50 Fishingke dalam ketentuan-ketentuan Code of
nelayan tradisional yang diteliti, sebagian Conduct for Responsible Fisheries (Code of
besar nelayan tradisional hanya berpendidikan Conduct). Ketentuan tersebut memperhatikan
SD (55%), dan bahkan 35% responden aspek keberlangsungan ekosistem dan sumber
mengaku sama sekali tidak pernah mengenal daya perikanan yang terkandung didalamnya.
bangku sekolah. Untuk bekal bekerja mencari Selain itu terdapat juga aspek ekonomi yang
ikan di laut, latar belakang pendidikan menjadi perhatian dalam tindakan Illegal
seseorang memang tidak penting. Artinya, Fishing.Menurut Nikijuluw "tindakan Illegal
karena pekerjaan sebagai nelayan sedikit- Fishing memiliki pengaruh cost-benefit
banyak merupakan pekerjaan kasar yang lebih paralysis (kelumpuhan ekonomi akibat
banyak mengandalkan otot dan pengalaman, tindakan kriminal) yang dianggap besar".
maka setinggi apa pun tingkat pendidikan Hal ini sangat sulit untuk diketahui
nelayan itu tidaklah akan mempengaruhi besaran ekonominya secara akurat. Menurut
kecakapan mereka melaut. Pekerjaan Melaut Gianni dan Simpson, salah satu kesulitan
bagi Masyarkat pesisir adalah pekerjaan turun untuk mencari data dan informasi yang akurat
temurun yang diwariskan oleh keadaaann adalah fakta bahwa tindakan Illegal Fishing
sekirat dan juga dari orang tua masing masing dikelola dan dijalankan dengan struktur
nelayan dengan semboyan “anak nelayan akan korporasi yang tinggi tingkat kerahasiannya
menjadi nelayan, jadi untuk apa sekolah”. serta jaringan bisnis yang kompleks yang
Sehingga semangat untuk melanjutkan sengaja menutup realitas sebenarnya yang
pendidikan ke tahap lebih tinggi tidak pernah terjadi.
ada disamping masalah ekonomi selalu Samadengan tindakan Illegal Fishing
menjadi pondasi dari semua masalah. yang terjadi di kawasan dan negara lain di
dunia, Indonesia pun tidak memiliki data dan
3.3 Pengaruh Illegal Fishing Terhadap angka yang pasti mengenai Illegal Fishing
Ekonomi Masyarakat yang terjadi di perairannya. Namun, beberapa
Tindakan Illegal Fishing terjadi hampir peneliti dan lembaga di Indonesia telah
di seluruh belahan dunia. Illegal Fishing melakukan estimasi nilai kerugian tindakan
merupakan kejahatan perikanan yang sudah Illegal Fishing yang terjadi berdasarkan
terorganisasi secara matang, mulai di tingkat asumsi dan temuan di lapangan. Menurut
nasional sampai internasional. Dewasa ini, Rokhmin Dahuri, sampai tahun 2002 nilai
tindakan Illegal Fishing telah berubah cara kerugian negara akibat tindakan Illegal
beroperasinya bila dibandingkan dengan cara Fishing mencapai angka US$1.362 miliar per
beroperasi pada pertengahan tahun 1990-an. tahun.
Tindakan Illegal Fishing telah menjadi “a Tingginya angka tindakan Illegal
highly sophisticated form of transnational Fishing di perairan Asia Tenggara dan Pasifik
organized crime”, dengan ciri-ciri antara lain serta kondisi overfishing yang mengancam
kontrol pergerakan kapal yang modern dan keberlangsungan sumber daya perikanan dan
peralatan yang modern, termasuk tangki untuk kelautan, membuat negara-negara di sekitar
mengisi bahan bakar di tengah laut. kawasan tersebut saling berkerja sama untuk
Tindakan Illegal Fishing belum menjadi melakukan penanggulangan Illegal Fishing
isu transnasional yang diformulasikan oleh dengan membentuk rezim seperti International
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Namun Plan of Action to Prevent, Deter, and
secara defacto, isu ini telah menjadi perhatian Eliminate Illegal, Unreported and
organisasi-organisasi dunia dan regional Unregulated Fishing (the IPOA IUU Fishing)

414 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)
Seminar Nasional II USM 2017
Eksplorasi Kekayaan Maritim Aceh di Era Globalisasi dalam Mewujudkan Indonesia
sebagai Poros Maritim Dunia
Vol. 1, Oktober 2017, 411-417

dan Regional Plan of Action to Promote kabupaten Nagan Raya, penggunakan alat
Responsible Fishing Practices including tangkap yang dilarang penggunaanya masih
Combating Illegal, Unreported and diperdebatkan, sehingga nelayan belum
Unregulated (RPOA IUU) Fishing in the memahami secara sempurna tentang Illegal
Region. Fishing. Pukat draw dan pukat tarik
Kerjasama yang terjalin antara negara- tradisional masih digunakan oleh nelayan di
negara tersebut merupakan kerja sama yang kabupaten Nagan Raya, yang pada dasarnya
menarik bila dicermati. Dalam rezim RPOA komponen pukat draw dan pukat tarik
terdapat 2 (dua) kepentingan besar dari tradisional adalah yang dilarang secara
negara-negarayang bersepakat. Di satu sisi, peraturan pemerintah. Salah satu narasumber
negara-negara menghendaki agar tindakan menyatakan peran pemerintah terhadap
penangkapan ikan dapat berjalan dengan tidak mensosialisasikan alat tangkap yang tidak
melanggar ketentuan-ketentuan dan peraturan- dibolehkan.
peraturan yang telah disepakati secara Masyarakat menyadari kasus Illegal
internasional maupun yang telah ditetapkan Fising yang terjadi di aceh sangat
negara pantai. Namun di sisi lain kebutuhan mempengaruhi hasil tangkat mereka, hal ini
akan sumber daya ikan sangat besar, membuat ditambahkan dengan sikap premanisme kapal
berbagai pihak berupaya memenuhi kebutuhan kapal asing yang masuk ke ranah Indonesia,
tersebut walaupun cara yang dipergunakan sehingga nelayan tidak bisa menghalau mereka
ternyata illegal.Cara yang illegal tersebut dan mereka dengan bebas bisa mencuri ikan di
kemudian ternyata disadari tidak daerah Indonesia.
membutuhkan biaya operasional yang besar,
maka semakin melanggengkan tindakan 3.4 Solusi Peningkatan Ekonomi
Illegal Fishing. Koperasi nelayan menjadi salah satu
Hal yang serupa terjadi di Provinsi Aceh solusi, sebagai salah satu sistem kelembagaan
yang sangat rawan dan banyak terjadi kasus ekonomi lokal masyarakat pesisir, dapat
Illegal Fising. keberadaan provinsi Aceh berperan sebagai wadah bersama dalam
terletak diujung barat Indonesia yang secara mendukung pengembangan usaha para
geografis dikelilingi olehl aut yaitu Selat nelayan. Koperasi nelayan dapat berperan
Malaka, Samudera Hindia dan pantai utaranya sebagai pendukung agar struktur pasar
berbatasan dengan Selat Benggala. Kondisi ini mengarah ke pasar kompetitif, karena koperasi
sangat strategis untuk usaha perikanan, dapat dijadikan sebagai tempat pelelangan
khususnya penangkapan ikan dilaut dan ikan sampai jual beli bagi para nelayan sampai
budidaya tambak. Sehingga menjadikan penyediaan sarana dan prasaran bagi para
provinsi ini sebagai salah satu wilayah yang nelayan untuk melaut. Jika koperasi dapat
memiliki potensi besar di sekitar kelautan dan berjalan dengan baik maka nelayan tidak lagi
perikanan dan mempunyai peluang besar tergantung kepada para tengkulak atau
menjadi sektor dominan dan andalan yang juragan-juragan dan mereka dapat dengan
dapat mengangkat serta meningkatkan bebas menentukan kesepatakan dengan para
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat juragan tentang bagaimana mekanisme
Aceh. pengadaan barang-barang untuk kebutuhan
Dari uraian kasus Illegal Fishing di atas, melaut. Dalam pengadaan Bahan Bakar
penulis juga didapati dari hasil wawancara Minyak (BBM) bagi Kapal juga dapat
dengan salah salah satu nelayan di wilayah dikontrol agar tidak terjadinya disparitas harga
penelitian, bahwa data yang tersebut diatas antara harga pasar dengan harga yang biasanya
merupakan data yang jelas, namun banyak dijual oleh para juragan. Keuntungan yang
nelayan juga mendapatkan kasus Illegal didapatkan oleh para nelayan melalui koperasi
Fishing yang tidak terdeteksi dengan seperti juga dapat dipakai sebagai dana yang
banyaknya nelayan lokal yang menggunakan diperuntukkan bagi nelayan misalnya dana
alat tangkap larangan(pukat draw), sesuai paceklik, dana sosial dan asuransi nelayan.
dengan peraturan alat tangkat yang boleh Ada beberapa faktor yang dapat
digunakan, Pukat Draw tergolong alat tangkat mempengaruhi berhasil tidaknya koperasi
yang tidak dilegalkan oleh pemerintah. nelayan diantaranya ialah idealism pengurus
Berbeda halnya yang terjadi di atau pengelola koperasi, dimana

415 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)
Seminar Nasional II USM 2017
Eksplorasi Kekayaan Maritim Aceh di Era Globalisasi dalam Mewujudkan Indonesia
sebagai Poros Maritim Dunia
Vol. 1, Oktober 2017, 411-417

kepemimpinan yang dimiliki oleh pengelola penyalurannya. bantuan harus tepat sasaran.
sangat mempengaruhi keberhasilan bagi Harus benar-benar untuk para nelayan. Bukan
sebuah koperasi nelayan. Pemimpin dapat kepada orang yang hanya mengaku sebagai
membimbing para anggota koperasi agar nelayan pada hal bukan nelayan hal ini dpaat
berbuat yang terbaik bagi kepentingan dibuktikan dengan adanya kartu tanda nelayan
koperasi nelayan. Para pengelola harus sehingga dipastikan bisa lebih tepat sasaran.
memiliki idealism untuk membangun sistem
ekonomi pasar yang berkeadilan. Selanjutnya 4.KESIMPULAN DAN SARAN
faktor yang menentukan ialah adanya 4.1 Kesimpulan
dukungan pemerintah daerah, perhatian dan Masalah Illegal Fishing yang mengangu
dukungan pemda sangat dibutuhkan. Faktor perairan di Aceh sangat berdampak negatif
selanjutnya ialah fasilitas usaha yang bagi penghasilan nelayan, sudah semestinya
mendukung dimana jika didukung dengan pemerintah memberikan edukasi kepada
fasilitas yang memadai akan mendukung nelayan terkait Illegal Fishing, pemerintah
keseuksesan koperasi nelayan yang dibangun. selain bertugas melakukanpatroli untuk
Ada beberapa program kementrian yang mengawasi perairan yang dianggap rawan
di ciptakan sebagai peningkatan ekonomi terjadinya tindak kejahatan Illegal Fishing
berbasis nelayan, program ini dimaksudkan yang harus ditindaklanjuti dengan serius
dapat membangun bangsa yang berdaulat dan dimana pencegahan Illegal Fishing dapat
mandiri. Salah satu program pemerintah yang menyelamatkan kekayaan bawah laut yang
telah diluncurkan ialah pemberdayaan nelayan kelestariannya mulai terancam, dimana
melaui desa inovasi. Desa Inovasi Nelayan karang-karang lautakan ikut rusak sehingga
pernah menjadi program di Kementerian Riset, rumah bagi ikan-ikan akan terancam ikut rusak
Teknologi dan Pendidikan Tinggi sehingga mengakibatkan pertumbuhan ikan
(Kemenristekdikti) yang bertujuan untuk terganggu. Akibat ulah oknum-oknum tersebut
meningkatkan ekonomi dan daya saing harus ditindak untuk diberikan efek jera.
nelayan melalui penguatan inovasi.Namun Sosialisasi undang-undang terkait Illegal
sekitar setahun berjalan, desa inovasi nelayan Fishing ditengah-tengah masyarakat nelayan
seakan tertelan bumi, yaitu tepatnya ketika untuk membeberkan acaman atau hukuman
prioritas perhatian pemerintah tertuju pada yang dijatuhkan kepada mereka mengerus
penyelesaian masalah sangat mendesak seperti kekayaan bawah laut dengan cara illegal.
struktur organisasi dan tatalaksana Dengan adanya sosialisasi tersebut output
kementerian, infrastruktur serta pembangunan yang diharapkan melalui kegiatan ini mampu
fasilitas-fasilitas strategis nasional lainnya. menekan angka penangkapan ikan secara
Nampaknya akhir-akhir ini angin segar mulai illegal di Aceh, masyarakat harus patut
berhembus, dimana perhatian pemerintah bersyukur diberkahi kekayaan alam yang
terhadap masyarakat nelayan mulai terlihat, melimpah. Sebagai bentuk kesyukuran itu,
khususnya Kementerian Kelautan dan warga yang menggantungkan kebutuhannya
Perikanan (KKP), yaitu setelah dengan kekayaan bawah laut, nelayan patut
penenggelaman kapal ilegal fishing. Tentu hal menjaga kelestariannya dan kekayaan bawah
itu akan diikuti oleh program-program laut di perairan di Aceh. Salah satunya,
pendukung sinergis dari kementerian terkait mengambilnya bukan dengam cara ilegal
lainnya. Jika ini terjadi maka desa Inovasi hanya untuk kepentingan sesaat dengan jumlah
Nelayan akan tumbuh seperti jamur di besar. Namun, imbasnya tak bisa dinikmati
berbagai kota nelayan di seluruh Indonesia, generasi selanjutnya. Masyarakat nelayan
dan nelayan akan sejahtera baik secara harus paham betul menangkap ikan punya
ekonomi maupun sosial. aturan. Dengan adanya perairan yang
Yang terakhir yang paling penting terbentang luas milik semua masyarakat.
adalah perlunya bantuanbagi nelayan yang Siapapun, ujarnya berhak mengambil
tepat sasaran, dimana nelayan miskin yang kekayaan di bawah laut untuk memenuhi
membutuhkan dapat menerima manfaatnya. kebutuhannya.
Angota Dewan dapat melakukan fungsi Pemerintah harus membekali nelayan-
pengawasan kepada pemerintah apakah nelayan lokal dengan edukasi dan alat
bantuan yang diberikan telah sesuai dalah komunikasi untuk melaporkan apabila

416 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)
Seminar Nasional II USM 2017
Eksplorasi Kekayaan Maritim Aceh di Era Globalisasi dalam Mewujudkan Indonesia
sebagai Poros Maritim Dunia
Vol. 1, Oktober 2017, 411-417

menemui praktik “illegal fishing“. Nelayan DAFTAR PUSTAKA


yang menemukan praktik penangkapan ikan Achmad Nasir Biasane, 2004.“Konstruksi
yang tidak sesuai ketentuan tersebut bisa Kearifan Lokal dalam Pengelolaan
melaporkan pada pos TNI Angkatan Laut Perikanan Berkelanjutan”, Makalah
setempat untuk melakukan pengejaran dan Pascasarjana IPB.
penindakan. Pemilihan nelayan lokal sebagai Alains AM, PutriSE, HaliawanP. 2009.
pengawas dinilai paling efektif karena Pengelolaan sumberdaya perikanan
aktivitas hariannya yang melaut mencari ikan. berbasis masyarakat (PSPBM) melalui
model co-management perikanan, Jurnal
4.2 Saran Ekonomi Pembangunan.
Upaya Pemerintah dalam menangani Endangr etnowati, 2011 “Nelayan Indonesia
Illegal Fishing: a.Menerapkan teknologi VMS Dalam Pusaran Kemiskinan Struktural,
(Vessel Monitoring System), yaitu sistem (Perspektif Sosial, Ekonomi dan
pengawasan kapal yang berbasis satelit. VMS Hukum)”,jurnal perspektif Volume XVI
digunakan untuk memonitor gerak kapal yang No.3 Edisi Mei.
menyangkut posisi kapal, kecepatan kapal, Kurniasari N,Nurlaili. 2012,“ Fungsi laut alam
jalur lintasan (tracking) kapal serta waktu menjaga harmonisasi hidup masyarakat
terjadinya pelanggaran. Untuk adat Lambada lhok, Aceh Besar”.Buletin
mengimplementasikan VMS telah dibangun Riset Sosek Kelautan dan Perikanan..
Fishing Monitoring Center (FMC) di kantor Sanusi M.Syaref, 2003.Leuen Pukatdan
pusat Departemen Kelautan dan Perikanan di Panglima Laot dalam Kehidupan
Jakarta dan Regional Monitoring Center Nelayan di Aceh, Yayasan Rumpun
(RMC) di daerah Ambon dan Bambu dan CSSP Jakarta.
Batam.b.Pengawasan perikanan dilaksanakan Sulaiman,S.H,2010.“Model Alternatif
oleh Pengawas Perikanan yang bertugas untuk Pengelolaan Perikanan Berbasis Hukum
mengawasi tertib pelaksanaan peraturan Adat Laot di Kabupaten Aceh Jaya
perundang-undangan di bidang perikanan. Menuju Keberkelanjutan Lingkungan
Pengawas Perikanan terdiri atas Penyidik Yang Berorientasi Kesejahteraan
Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Perikanan dan Masyarakat, Tesis Program Magister
non PPNS Perikanan. Adapun yang dimaksud Ilmu Hukum Program Pascasarjana
dengan non PPNS Perikanan adalah Pegawai Universitas Diponegoro Semarang.
Negeri Sipil lainnya di bidang perikanan yang Suryabrata, Sumardi 2008.
bukan penyidik, tetapi diberi kewenangan “ MetodologiPenelitian”PT. Raja
untuk melakukan pengawasan. c.Untuk Grafindo Persada,Jakarta.
pengawasan langsung di lapangan terhadap SusantoMasita,
kapal-kapal yang melakukan kegiatan “Penegakanhukumterhadaptindak
penangkapan ikan dilakukan dengan pidana penangkapan ikansecarailegal
menggunakan kapal-kapal patroli, baik yang (illegalfishing)diperairanarafur”.
dimiliki oleh Departemen Kelautan dan Teguh, Muhammad. 2005. “Metodologi
Perikanan maupun bekerjasama dengan TNI Penelitian Ekonomi (Teoridan aplikasi)”,
Angkatan Laut, Polisi Air, dan TNI Angkatan PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Udara. Dengan membentuk Pokmawas WardahE.2004.“ Dampak keberadaan hokum
(Kelompok Masyarakat Pengawas), yaitu adat laot dalam kehidupan nelayan Aceh
pelaksana pengawas di tingkat lapangan yang kaitannya terhadap tingkat pendapatan
terdiri dari unsur tokoh masyarakat, tokoh nelayan”, Tesis.
agama, tokoh adat, LSM, nelayan-nelayan Kusnadi, “Akar Kemiskinan Nelayan”.
ikan, serta masyarakat kelautan dan perikanan Yogyakarta. LKIS. 2002
lainnya. Kinerja Pokmawas hanya sekadar Solihin, Akhmad. “Musim Paceklik Nelayan
melaporkan segala tindak pelanggaran yang dan Jaminan Sosial“.
dilakukan di perairan Indonesia. Sudrajat, Ihwan. “Membangkitkan Kekuatan
Ekonomi Nelayan”. Suara Merdeka, 13
Desember 2002.

417 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)

Anda mungkin juga menyukai