Rantai Nilai
Tentang penulis
Ruth Campbell (“Kerangka Kerja Sebuah Rantai Nilai”) adalah seorang Managing Director dari Enterprise Development and Com-
petitiveness Portfolio di ACDI/VOCA (Agricultural Cooperative Development International/Volunteers in Overseas Cooperative As-
sistance). • Ben Otto (“Meninggalkan Ketergantungan pada Komoditi” dan “Di Balik yang Kasat Mata”) adalah seorang ilmuwan
Amerika dari Fulbright yang menulis sebuah buku mengenai mahasiswa yang baru lulus perguruan tinggi di Jawa. Beliau juga
telah sering menyumbangkan tulisannya bagi Competitiveness at the Frontier. • Baari La Inggi (“Rantai Nilai Telah Berubah”)
sering menyumbangkan karya tulisnya bagi berbagai publikasi internasional terkemuka mengenai tekstil dan pakaian, serta
merupakan mantan konsultan bagi Menko Perekonomian Republik Indonesia.
Forum bulanan ini merupakan kerja sama antara Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan SENADA, sebuah proyek empat
tahun dengan dana USAID untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja terserap di Indonesia melalui peningkatan daya saing industri manu-
faktur ringan yang signifikan. Pandangan yang dimuat dalam forum ini tidak mencerminkan pandangan the United States Agency for International Development
(USAID) maupun pemerintah Amerika Serikat.
Competitiveness at the Frontier menyambut surat-surat Anda serta memegang hak penyuntingan berdasarkan ukuran dan kejelasan isi tulisan. Kami membe-rikan
imbalan yang pantas untuk artikel-artikel yang diterbitkan dan mengundang para penulis yang tertarik untuk menghubungi kami tentang kesempatan menulis.
Hubungi Tim Komunikasi, SENADA – Tel: (62-21) 5793 2577; Fax: (62-21) 5793 2578; e-mail: senada@dai.com. Website: www.senada.or.id
3
capai tingkat efisiensi lebih tinggi, meningkatkan ragam akses ke pemasok dan para pedagang dunia dalam suatu ran-
produk atau menjangkau pasar baru, menghasilkan man- tai yang mampu mengendalikan informasi seringkali memper-
faat lebih besar. Faktor-faktor yang mempermudah proses oleh manfaat lebih banyak dari para produsen dan pemasok.
ini meliputi peluang pasar yang jelas, lingkungan penun-
jang yang mendukung, dan ketersediaan jasa-jasa penting Kerjasama dan persaingan antar perusahaan: sejauh mana
seperti keuangan, teknologi dan informasi. perusahaan bekerjasama demi meningkatkan daya saing in-
dustri dan manfaat lebih banyak dan pada saat bersamaan ber-
Pengaturan rantai nilai: menggambarkan pihak dalam ran- saing memperoleh pasokan dan pangsa pasar. Strategi daya
tai nilai yang memiliki kemampuan mengatur syarat dan saing industri beragam tergantung pada tingkatan kerjasama
ketentuan dari transaksi-transaksi. Ada empat jenis hubun- dan persaingan antar perusahaan. Apabila kerjasama bersifat
gan pengaturan dalam rantai nilai: terbatas, strategi cenderung terfokus pada kegiatan jangka
• Market-based (berbasis pasar): hubungan antar perusa- pendek dengan dampak besar yang menimbulkan insentif
haan dalam transaksi-transaksi lugas berbasis harga bagi para partisipan untuk meningkatkan kerjasama. Apabila
• Balanced (seimbang): kerjasama antar perusahaan dan persaingan antar perusahaan bersifat terbatas menghambat
memiliki kompetensi saling melengkapi inovasi, strategi cenderung membantu masing-masing perusa-
• Directed (terarah): perusahaan terdepan menyusun pa- haan untuk merealisasikan manfaat-manfaat dari peningkatan.
rameter-parameter sebagai acuan bekerja bagi perusahaan
lain dalam rantai tersebut Alih informasi dan hasil pembelajaran antar perusahaan: meru-
• Hierarchy (hierarki): perusahaan-perusahaan yang ter- pakan kunci daya saing karena peningkatan tergantung pada
integrasi secara vertikal; perusahaan induk mengendalikan pengetahuan tentang yang dibutuhkan pasar dan hasil yang
anak perusahaannya mungkin dicapai dari investasi pada peningkatan. Hasil pembe-
lajaran dan inovasi erat hubungannya dengan insentif yang men-
Berbagai jenis pengaturan mungkin sesuai untuk suatu dorong atau menghambat pemberian dan penyerapan penge-
rantai dalam waktu berbeda yang memiliki kelebihan dan tahuan atau keterampilam baru, dan jenis mekanisme untuk
kekurangannya. Pemahaman tentang pengaturan merupa- mempengaruhi pengalihannya. Industri yang mampu bersaing
kan hal penting untuk mengidentifikasi di mana intervensi adalah industri yang melembagakan mekanisme pembelajaran.
dilakukan dalam suatu rantai.
HASIL RANTAI NILAI
Kekuasaan yang digunakan oleh perusahaan dalam hubungan Unsur dinamis rantai nilai berperan dalam menentukan
antar mereka: hal ini membentuk insentif yang mendorong kinerja rantai nilai, berdasarkan dua hasil penting dari daya
perilaku dan menentukan perusahaan mana yang memper- saing rantai nilai dan manfaat UMK. Kedua hasil tersebut
oleh manfaat dari partisipasi dalam suatu industri dan besar saling bergantung dalam rantai nilai yang didominasi UMK:
manfaatnya. Dalam industri manapun, beragam hubungan jika rantai tersebut tidak mampu bersaing, manfaat UMK
dari saling menjaga atau saling menguntungkan hingga saling akan menurun seiring waktu; dan tanpa manfaat yang cuk-
memangsa, dan berubah tergantung pada permintaan pasar up, UMK tidak akan memiliki insentif untuk mengubah pola
yang bergeser atau perubahan dalam lingkungan penunjang perilaku dan mengambil risiko-risiko baru—penting bagi
usaha. Kekuasaan dalam rantai nilai umumnya sinonim dengan upaya mempertahankan daya saing.
manfaat. Perusahaan yang memiliki kuasa melalui merek atau — Ruth Campbell
Aktor-aktor dinamis seperti ASMINDO menjadi saksi tentang potensi penuh asosiasi sebagai “pembela” reformasi regulasi yang belum tersen-
tuh. Berbagai upaya asosiasi mendorong reformasi regulasi harus diakui dan digabungkan. Suatu cara dibutuhkan untuk mengokohkan peran
berkelanjutan berbagai asosiasi dan kamar dagang dalam meninjau ulang regulasi bisnis – idealnya, tidak hanya pada satu program atau sebuah
wilayah. Inilah titik masuk bagi berbagai organisasi internasional untuk memberikan pelatihan yang diperlukan sehingga asosiasi bisnis bisa efek-
tif terlibat sebagai mitra lobi jangka panjang.
— Dr. Alfred Hannig
Program Director
Regional Economic Development (RED) Program
Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH
Competitiveness at the Frontier mengundang tulisan dan surat pembaca (melalui email: senada@dai com) dan memiliki hak untuk menyunting guna
pengaturan letak dan kejelasan isi
5
Rendahnya tingkat teknologi dari beberapa industri di Indonesia Analisis rantai nilai dapat digunakan untuk mempertimbang-
mencerminkan tiadanya perhatian serius seperti selama dekade kan besarnya kekuasaan berbagai pelaku—serta berbagai nilai
1970-an dan 1980-an ketika hanya dengan mengekspor minyak tambah—di sepanjang suatu rantai. Dengan mengendalikan
roda perekonomian Indonesia sudah cukup berputar. Pengala- lebih banyak sambungan dalam suatu rantai nilai, atau memiliki
man Indonesia yang tidak berusaha keras untuk mengembang- suatu sistem penambah nilai dengan berbagai cara, memberi-
kan industri- lainnya merupakan hal lazim dan patut disayang- kan produsen pengaruh lebih kuat—terkadang disebut kendali
kan, karena saat ini (kecuali bagi beberapa negara pengekspor lebih besar—atas sang pembeli. Hal ini diistilahkan “upgrading
minyak), tidak ada negara kaya yang tergantung pada ekspor atau peningkatan,” yakni menambah nilai pada suatu produk
komoditas primer. Umumnya, negara-negara yang mengacu dan menggeser kekuasaan dari pembeli ke penjual.
kepada kegiatan berbasis keahlian dan pengetahuan, yang
menggunakan proses penambah nilai dan layanan dalam sektor Bagaimanakah suatu industri meningkatkan kekuasaanya
utama dan manufakturing, mampu menghasilkan perkemban- untuk menentukan pasar, harga, dan produknya? Cara biasa
gan. Sisanya beresiko terpaku dalam “perangkap komoditas.” antara lain adalah membuat produk dengan teknologi lebih
canggih, meningkatkan efisiensi, atau menawarkan layanan
Perangkap ini berakibat pada lambatnya industrialisasi, pemba- “paket lengkap satu atap” yang menawarkan pembeli suatu
ngunan, dan kedewasaan dalam mengambil manfaat dari pasar produk yang lebih rumit dibandingkan komoditas sederhana
global. Dan ini pada akhirnya menurunkan produsen ke dalam atau bahan mentah yang sedikit diolah. Dengan memikirkan
hubungan kekuatan asimetris dengan para pembeli. Mengacu konsumen akhir—mengidentifikasi apa yang diinginkan oleh
pada sejarah, dengan memiliki posisi akhir demikian dalam seseorang dan menyesuaikan kualitas atau pengolahan atau
jaringan produksi, perkembangan Anda dikendalikan sekehendak pasokan sesuai keinginan— perusahaan dapat meningkat-
pembeli yang memiliki banyak pilihan. Jurang antara teknologi, kan kekuasaan mereka dalam mengambil keputusan.
pengetahuan, dan kekayaan antar negara semakin melebar.
Perhatikan pembudidayaan kopi di Ethiopia. Sebagai tempat
Rantai nilai merupakan sebuah sistem dari langkah-langkah asal biji kopi Arabika, Ethiopia diberkahi dengan suatu komodi-
saling terkait penting untuk mengubah bahan mentah men- tas yang tidak dapat ditemukan di tempat lain di dunia—dan
jadi produk jadi untuk konsumen akhir, dimana setiap langkah meskipun ditemukan di bagian lain penghasil kopi, hasilnya
tersebut menambah nilai produk. Ini sangat mirip dengan masih berbeda. Tanah dan matahari dan udara zona khatu-
suatu rantai pasokan, namun lebih terfokus pada bagaimana listiwa Afrika memberikan pengaruh khusus, yang ketika
nilai ditambahkan bukan bagaimana bahan mentah berpin- digabungkan memberikan Ethiopia suatu ptoduk yang telah
dah dari satu tempat ke tempat lain. Dalam beberapa cara, berbeda secara alami, memberikan suatu posisi tawar baik
nilai tambah terlihat jelas, namun dalam cara lainnya terlihat bagi para penjual terhadap konsumen yang membutuhkan kopi
lebih samar. Dalam contoh dari kopi rantai nilai dimulai den- khusus di sekitar khatulistiwa di Ethiopia. Banyak koperasi bah-
gan menyiapkan lahan (membersihkannya, membiayainya) kan berupaya mendapatkan sertifikasi pasar produk organik
lalu berlanjut ke penanaman, perawatan, panen, pengeringan, (organic markets) dan perdagangan adil (fair trade), sehingga
pengemasan, pemeriksaan, pengiriman, pemasaran dan pen- semakin membedakan produk mereka. Selain itu, teknologi
6
baru diterapkan dalam proses pengeringan, yang mengubah erat dan mampu berkomunikasi secara efektif sebagai suatu
rasanya dan membuat para penjual kopi negara tersebut pihak kepada para pembeli—berupaya untuk mencari sumber
mendapatkan nilai-nilai unggul dalam persaingan rasa kopi bahan, merancang kain, menjahitnya, dan mengangkutnya.
internasional. Dengan demikian, Ethiopia merupakan sebuah
kasus keunggulan komparatif (comparative advantage) (berkah Industri garmen Indonesia telah memiliki sebagian besar
alamiah berupa biji kopi yang baik dan unik) digabungkan den- komponen yang dibutuhkan, dengan industri pabrik kain dan
gan kekhususan tambahan (perdagangan bebas dan sertifikasi garmen yang terintegrasi baik secara vertikal serta tenaga kerja
produk organik) dan inovasi. Ketika semua hal digabungkan yang murah (meskipun tidak selalu yang paling efisien). In-
hasilnya kopi Ethiopia yang lebih dari sekedar kopi biasa. dustri tersebut juga mampu menghasilkan tekstil dan garmen
tingkat menengah hingga tingkat atas untuk keperluan ekspor.
Tindakan setara dengan kasus kopi Arabika dari Ethiopia bagi Meskipun Cina semakin hari semakin produktif, integrasi adalah
Indonesia mungkin berupa, sebagai contoh, agresif memasar- salah satu alasan para pembeli masih berminat pada Indonesia.
kan suatu keunggulan komparatif tertentu di salah satu sumber (Lihat “The Value Chain is Changing” atau “Rantai Nilai sedang
daya alam Indonesia, seperti kayu olahan jati Jawa, atau rancan- Berubah” di halaman 6 edisi ini untuk pandangan lebih meda-
gan perlengkapan rumah dari Bali terinspirasi kisah Ramayana. lam tentang sifat rantai nilai tekstil dan garmen Indonesia.)
Jika faktor lain dapat melengkapi budaya dari perabotan rumah
Bali—melancarkan rantai pasokan, sebuah reputasi karena Tetapi masih ada ruang untuk perbaikan. Sebagian besar
pekerjaan-pekerjaan khusus sesuai pesanan dan/atau desain pabrik tingkat atas menggunakan bahan yang tidak bersumber
inovatif—dan kayu jati Jawa—ramah lingkungan, kekuatan usia di Indonesia namun dari Amerika Serikat dan Eropa, meskipun
pohon yang tua, ditambah dengan nilai sejarah—pembeli dapat bahan-bahan tersebut dapat saja diproduksi di Indonesia.
bersedia membayar lebih tinggi untuk produk–produk yang han- Suatu pendekatan rantai nilai melihat apakah Indoensia merugi
ya dapat diproduksi di Indonesia. Tiadanya nilai tambah seperti dengan tidak menawarkan bahan-bahan khususnya yang jelas
ini memungkinkan pembeli pergi kemana saja untuk mendapat- berbeda yang dapat memberikan kendali lebih besar kepada
kan kayu tropis, karena produknya sama saja, dan semua akan Indonesia atas mata rantai tersebut dalam rantai nilainya.
terpaksa menjualnya dengan harga murah.
Pesan keseluruhannya sebagai berikut: Pertimbangkan
Kecenderungan yang terjadi dalam industri garmen adalah produk akhir dan nilai khusus yang diinginkan konsumen
menawarkan “paket lengkap,” atau layanan yang meng- dari produk tersebut, dan berupayalah memberikan nilai-nilai
gabungkan berbagai bagian berbeda dari rantai nilai untuk tersebut. Hasilnya berupa pergeseran dari kekuatan-kekuatan
memodifikasi dan menambah nilai produk. Tidak hanya meng- relatif, dan perkembangan yang akan dicatat dengan baik
hasilkan tekstil dan mengirimkannya ke tukang jahit, suatu dalam sejarah perkembangan.
perusahaan—atau beberapa perusahaan yang berhubungan — Ben Otto
INOVASI:
SEKILAS:
Portal Baru Menyediakan Informasi Vital Bagi Pengekspor Tekstil
Dalam rangka membantu perusahaan tekstil untuk mendapatkan informasi
bisnis berharga, SENADA membantu pengembangan sebuah portal online yang
diluncurkan pada 3 Juni di Jakarta. Diciptakan oleh CV Gaindo Pratama, situs
ini menyediakan informasi dan data tentang industri tekstil dan kini memiliki
636 anggota. Situs yang memiliki sebuah database mengenai informasi 1.300
perusahaan di seluruh Indonesia memungkinkan perusahaan tekstil mitra untuk
menjalankan promosi online yang lebih intensif, efisien dan efektif juga online
sourcing cepat dan tepat.