Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia

Vol. 12 No. 1, Juli 2011: 31-38


ISSN 1411-5212

Konsumsi Energi dan Pembangunan Ekonomi di Asia Tenggara


Energy Consumption and Economic Development in South East Asia

Jahen Fachrul Rezkia,∗


a
Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Abstract
Economic development in the SouthEast Asia, which is at the stage of industrialization, has high dependency
on energy consumption. This paper examines the relationship between energy consumption and economic de-
velopment in the region. Using cross-sectional data, this study find the relationship between energy demand
and per capita GDP, population and industrial share of output. Oil contributes 80% to energy consumption
followed by electricity and natural gas. The result also shows no evidence of relationship between economic
crisis and energy consumption. It suggest diversification of energy use and promoting more efficient alterna-
tive energy source to increase economic growth.
Keywords: Energy Consumption, Economic Development, SouthEast Asia, Industrialization

Abstrak
Perekonomian Asia Tenggara yang berada pada tahap industrialisasi memiliki tingkat ketergantungan
yang tinggi terhadap konsumsi energi. Studi ini ingin mempelajari hubungan antara konsumsi energi dan
pembangunan ekonomi di Asia Tenggara. Dengan menggunakan model data panel, ditemukan bahwa
permintaan energi mempunyai hubungan dengan PDB per kapita, populasi, dan kontribusi industri. Minyak
bumi berkontribusi sebesar 80% untuk konsumsi energi dan diikuti oleh listrik dan gas bumi. Studi ini juga
menunjukkan tidak adanya hubungan antara krisis ekonomi dengan konsumsi energi. Berdasarkan temuan
ini, diperlukan kegiatan diversifikasi penggunaan energi dan mempromosikan sumber energi baru yang lebih
efisien guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Kata kunci: Konsumsi Energi, Pembangunan Ekonomi, Asia Tenggara, Industrialisasi

JEL classifications: O14, Q32, Q40, Q41

Pendahuluan energi adalah the better off you are, the more
energy you use.
Energi merupakan bagian integral dari pening-
katan pembangunan ekonomi. Ekonom neo- Kawasan yang dianggap sebagai daerah yang
klasik berpendapat bahwa peningkatan kon- memiliki prospek perekonomian yang baik ada-
sumsi energi mencerminkan peningkatan pere- lah Asia Pasifik, karena kawasan ini menjadi
konomian (Kraft dan Kraft, 1978). Tertzakian daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi
dan Hollihan (2009) pernah menyatakan bah- terbesar kedua di dunia (United Nation Eco-
wa prinsip utama dan pertama dalam konsumsi nomic and Social Commission for Asia and the
Pacific (UNESCAP), 2009). Dari sisi ekonomi

dan demografi, Association of South East Asi-
Alamat Korespondensi: Gedung Departemen Ilmu
Ekonomi Lantai 1, Fakultas Ekonomi Universitas In-
an Nations (ASEAN) menjadi kawasan dengan
donesia. Kampus Universitas Indonesia Depok 16424. tingkat pertumbuhan paling pesat, serta ting-
Email: jahenfr@gmail.com kat pertumbuhan konsumsi energi yang menca-
Jahen F./Konsumsi Energi ... 32

pai 4% per tahun, dibandingkan dengan dunia tentunya akan menjadi salah satu masalah ba-
yang hanya 1,8% (International Energy Agency ru bagi kawasan ini untuk terus membangun
(IEA), 2010). perekonomiannya.
Tingginya pertumbuhan ekonomi dan kon- Studi ini bertujuan mempelajari hubungan
sumsi energi di kawasan ini membuat banyak antara konsumsi energi dan pembangunan eko-
pihak mulai memperhitungkan ASEAN sebagai nomi di kawasan Asia Tenggara. Studi ini juga
salah satu kekuatan ekonomi dunia. Daerah ini ingin melihat apakah Asia Tenggara telah ber-
telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang ada pada tahap industrialisasi.
sangat signifikan pada lebih dari dua setengah
dekade yang lalu, dengan pertumbuhan Produk
Domestik Bruto (PDB) rata-rata 5,5% dari ta- Tinjauan Referensi
hun 1980 hingga 2005. Nilai PDB ASEAN pada
tahun 2010 mencapai US$1.442,56 miliar atau Hingga saat ini, belum banyak studi tentang
sama dengan 2,87% PDB dunia. Pertumbuh- konsumsi energi dan hubungannya dengan per-
an PDB ASEAN pada tahun 2010 mencapai ekonomian di kawasan ASEAN. Di kawasan la-
18,78% lebih besar dibandingkan pertumbuhan in, studi serupa telah dilakukan oleh Kebede et
PDB dunia yang hanya sebesar 3,74%. Tingkat al. (2010) yang membahas konsumsi energi di
populasi pun terus meningkat 1,7% tiap tahun- kawasan Sub-Sahara Afrika. Studi energi di ka-
nya. Jumlah populasi ASEAN mencapai 10% wasan Asia baru dilakukan oleh Lee dan Chang
dari jumlah populasi dunia dengan tingkat per- (2008) di mana kawasan yang diteliti pun lebih
tumbuhan penduduk pada tahun 2010 sebesar banyak membahas daerah Asia secara luas.
2,26% (Economic Research Service/United Sta- Studi sebelumnya menunjukkan bahwa per-
tes Department of Agriculture (ERS/USDA), tumbuhan ekonomi dan konsumsi energi mem-
2010). punyai hubungan dan terdapat indikasi hu-
bungan yang bersifat kausalitas (Kraft dan
Konsumsi energi yang besar di ASEAN di- Kraft, 1978; Zilberfarb dan Adams, 1981; To-
awali dari kemampuan kawasan ini untuk me- man dan Jemelkova, 2003; Stern, 2004; Soytas
menuhi kebutuhan dunia dan menjadi ekspor- dan Sari, 2006; Chontanawat et al., 2008; Lee
tir neto. Namun, semenjak tahun 1995 ASEAN dan Chang, 2008; Apergis dan James, 2009;
telah menjadi importir neto energi, dan pada Narayan dan Wong, 2009; Kebede et al., 2010,
tahun 2005, sebesar 30% konsumsi energi ASE- serta Stern, 2010).
AN berasal dari impor. Meskipun demikian di-
Kraft dan Kraft (1978) dan Zilberfarb dan
perkirakan pada tahun 2035 konsumsi energi
Adams (1981) mengemukakan bahwa negara
di kawasan ini akan terus meningkat sebesar
yang memiliki tingkat konsumsi energi per ka-
5,8% tiap tahunnya (IEA World Energy Out-
pita dan besaran penggunaan energi dalam in-
look, 2010).
dustri yang tinggi akan cenderung berada pada
Kenyataan ini sebenarnya menjadi salah sa- tahap industrialisasi.
tu dilema dalam proses perekonomian ASEAN,
karena saat tingkat konsumsi energi yang tiap
tahunnya terus meningkat, ketersediaan ener- Metode
gi di kawasan ini terus mengalami penurunan.
Jika ASEAN memiliki tingkat ketergantungan Model yang dibangun akan digunakan un-
yang sangat tinggi terhadap energi, maka hal tuk mengestimasi permintaan energi di kawa-
ini akan berdampak buruk bagi prospek pere- san Asia Tenggara. Permintaan energi dibatasi
konomian kawasan ini ke depannya. Ditambah menjadi tiga komponen energi, yaitu: minyak
lagi harga minyak dunia yang terus meningkat bumi, gas bumi, dan listrik. Data berasal dari
Jahen F./Konsumsi Energi ... 33

5 negara, dengan kurun waktu 15 tahun, dari lnpopit = jumlah penduduk untuk negara i
tahun 1990–2004. pada tahun t dalam bentuk logaritma natural
Persamaan yang akan digunakan dalam stu- lndit = rasio nilai tambah sektor industri ter-
di ini didasarkan pada model permintaan yang hadap PDB untuk negara i pada tahun t
dikembangkan Kebede et al. (2010), seperti ter-
lihat pada Persamaan (1). Dkrisisit = variabel dummy krisis ekonomi
untuk negara i pada tahun t, bernilai 1 jika
P ET = f (P DBkap, HM B, (1) terjadi krisis dan bernilai 0 jika lainnya
pop, pert, ind) εit = galat i pada tahun ke t

dengan: Data yang digunakan dalam studi ini melipu-


ti lima negara ASEAN, yang terdiri atas Indo-
P ET = permintaan energi total
nesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Mya-
P DBkap = PDB riil per kapita nmar, selama kurun waktu 1990–2004. Kelima
HM B = harga minyak bumi negara ini dipilih karena alasan kelengkapan
data serta untuk menghindari pemencilan.
pop = jumlah penduduk Data yang digunakan diperoleh dari berba-
pert = rasio nilai tambah pertanian terhadap gai sumber. Data permintaan energi total dipe-
PDB roleh dari Energy Information Administration
(EIA), sementara itu data harga minyak bumi
ind = rasio nilai tambah industri terhadap
diperoleh dari Platts 1 dan EIA. Data PDB ri-
PDB
il per kapita dan jumlah penduduk diperoleh
dari Economic Research Service (ERS)/United
Modifikasi atas Persamaan (1) dilakukan de-
States Department of Agriculture (USDA), se-
ngan mengubah beberapa variabel sehingga le-
mentara rasio nilai tambah sektor industri ter-
bih sesuai dengan karakteristik ASEAN. De-
hadap PDB diperoleh dari World Bank, dan
ngan modifikasi tersebut, Persamaan (1) dapat
data tahun terjadinya krisis ekonomi diperoleh
dituliskan kembali sebagai Persamaan (2).
dari World Bank dan International Monetary
lnP ETit = β0 + β1 lnP DBkapi,t−1 (2) Fund (IMF).
+ β2 lnHM Bit + β3 lnpopit
+ β4 indit + β5 Dkrisisit Hasil dan Analisis
+ β6 lnpopit DKrisisit
Hasil
+ εit
Bagian ini menjelaskan hasil dan analisis dari
dengan: estimasi model data panel. Terdapat dua pen-
dekatan untuk mengestimasi data panel, yai-
lnP ETit = permintaan energi total untuk ne-
tu fixed effect (FE) atau random effect (RE).
gara i pada tahun t dalam bentuk logaritma
Kedua pendekatan ini harus ditentukan berda-
natural
sarkan ketentuan yang berlaku dan sesuai de-
lnP DBkapit1 = PDB riil per kapita untuk ne- ngan kerangka teori yang ada. Untuk mempe-
gara i pada tahun t − 1 dalam bentuk logarit- roleh pendekatan mana yang lebih cocok bi-
ma natural sa menggunakan Uji Hausman. Uji Hausman
lnHM Bit = harga minyak bumi untuk negara berfungsi untuk melihat manakah metode yang
i pada tahun t dalam bentuk logaritma natu-
1
ral http://www.platts.com/
Jahen F./Konsumsi Energi ... 34

paling baik antara RE atau FE (Gujarati dan Uji Wald dilakukan untuk melihat masalah
Porter, 2009; Pindyck dan Rubinfeld, 1997; heteroskedastisitas pada model. Dari pengujian
Greene, 2011). yang telah dilakukan, terlihat adanya masalah
Selain menggunakan pendekatan yang tepat heteroskedastisitas pada taraf signifikansi 5%.
dan sesuai, digunakan pula metode yang co- Uji Wooldridge dilakukan untuk melihat
cok untuk melakukan estimasi terhadap data adanya masalah otokorelasi. Dari uji yang telah
panel. Metode estimasi Ordinary Least Squa- dilakukan, terlihat adanya masalah otokorelasi
re (OLS) dapat digunakan jika masalah hete- pada persamaan ini karena H0 secara signifi-
roskedastisitas yang umumnya terdapat dalam kan ditolak pada taraf 5%. Uji Wooldridge ter-
data panel tidak ditemukan. sebut signfikan menolak H0 yang menjelaskan
Sementara itu, jika model yang diguna- bahwa model yang digunakan memiliki masa-
kan memiliki masalah heteroskedastisitas, ma- lah otokorelasi.
ka metode estimasi yang digunakan adalah Ge- Masalah otokorelasi dan heteroskedastisitas
neralized Least Square (GLS) (Gujarati dan yang terdapat seperti pada persamaan sebe-
Porter, 2009; Pindyck dan Rubinfeld, 1997; lumnya dapat diselesaikan dengan mengguna-
Greene, 2011). Pemilihan kedua estimasi ini kan robust standard error. Setelah mengguna-
bergantung pada hasil uji masalah dan pelang- kan robust standard error, maka masalah hete-
garan asumsi yang terjadi pada model yang di- roskedastisitas dan otokorelasi pada persama-
gunakan. an ini bisa diselesai- kan sehingga model ini
akhirnya bisa kita jelaskan.
Pada uji estimasi yang dilampirkan pada ba-
Berdasarkan Tabel 1, kita dapat menyim-
gian ini, semua hasil estimasi telah mengguna-
pulkan hasil uji estimasi yang telah dilakukan
kan robust standar error untuk menghilang-
pada model yang dibahas.
kan masalah otokorelasi yang terjadi pada per-
samaan yang diujikan (Gujarati dan Porter,
2009; Pindyck dan Rubinfeld, 1997; Greene, Analisis
2011).
Hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat
Dengan menggunakan kedua pendekatan di PDB per kapita (lnP DBkap) suatu negara di
atas, nantinya akan diperoleh model yang pa- kawasan Asia Tenggara mempunyai hubungan
ling baik untuk menjelaskan pertanyaan pene- yang positif dengan tingkat konsumsi energi
litian yang telah diajukan sebelumnya. Hasil (lnET ) negara di kawasan tersebut. Dan ke-
pengolahan model tersaji pada Tabel 1. naikan 1% dari PDB per kapita suatu negara
Hasil uji Hausman memperlihatkan bahwa di kawasan Asia Tenggara akan meningkatkan
model RE tidak konsisten sehingga metode konsumsi energi sebesar 1,05%.
yang baik untuk digunakan pada model ini ada- Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang me-
lah FE. Ternyata model di atas mampu di- nyatakan bahwa tingkat PDB per kapita mem-
jelaskan oleh variabel-variabel bebas sebesar punyai hubungan positif terhadap tingkat kon-
87,78%. Hal ini terlihat dari nilai Adjusted R2 sumsi energi. Temuan ini juga sesuai dengan
yang mencapai 0,8778. teori yang digunakan bahwa ketika terjadi ke-
Tidak ditemukan gejala multikolinieritas pa- naikan pendapatan pada suatu negara atau in-
da persamaan ini. Walaupun terlihat ada mul- dividu akan meningkatkan konsumsi individu
tikolinieritas antara lnpop ∗ DKrisis dengan terhadap suatu barang (Pindyck dan Rubin-
DKrisis, namun hal ini kami abaikan karena feld, 2009), sehingga terjadi hubungan elastis
memang ada interaksi antara kedua variabel antara tingkat PDB per kapita dengan tingkat
bebas tersebut sehingga masalah multikolini- konsumsi energi.
eritas tidak bisa dihindarkan. Jika digunakan pada teori konsumsi energi,
Jahen F./Konsumsi Energi ... 35
Tabel 1: Hasil Estimasi Model

Variabel Hipotesis arah FE RE


lnPDBkap (+) 1,100795** 1,76928*
lnHMB (-) -0,0649823 -0,0030216
lnpop (+) 1,10939** 1,382844*
ind (+) 0,0046309** -0,0078414
Dkrisis (-) 0,703593 0,1691275
lnpop*Dkrisis (-) -0,0405028 -0,015675
Adjusted R2 - 0,8778 0,9770
Keterangan: * signifikan pada taraf 10%
Keterangan: ** signifikan pada taraf 5%
Keterangan: *** signifikan pada taraf 1%

kenaikan pada PDB suatu negara akan mening- dak berpengaruh terhadap konsumsi energi
katkan kecenderungan negara tersebut untuk (lnET ), hal ini dapat dilihat dari nilai statisti-
meningkatkan konsumsi energi mereka. Sema- ka t yang tidak signifikan untuk semua negara.
kin kaya suatu negara, maka semakin besar Justifikasi terhadap hal ini adalah karena mi-
pula kemampuan mereka untuk memenuhi ke- nyak mentah merupakan sumber energi primer
butuhan mereka akan energi. Hal ini beraki- yang sangat dibutuhkan dalam menggerakk-
bat pada meningkatnya konsumsi energi pada an perekonomian, atau dapat dikatakan kurva
negara-negara kaya. permintaannya bersifat inelastis.
Penjelasan ini juga sesuai dengan prinsip da- Kenaikan harga hanya berpengaruh terha-
sar dalam konsumsi energi bahwa semakin kaya dap inflasi, dan bukan permintaan akan mi-
suatu pihak atau negara, maka semakin besar nyak itu sendiri. Kemungkinan lainnya meng-
pula tingkat konsumsi mereka terhadap energi apa harga minyak mentah tidak memengaruhi
(Tertzakian dan Hollihan, 2009). Nilai koefisi- konsumsi energi adalah karena sektor energi di
en PDB per kapita yang bernilai lebih dari satu kawasan ini cenderung diatur oleh pemerintah
menunjukkan bahwa Asia Tenggara masih ber- sehingga terjadi distorsi pada penggunaannya.
ada pada kelompok negara berkembang. Hal ini Hal serupa terjadi di Australia. Studi yang
berdasarkan studi Zilberfarb dan Adam (1981) dilakukan Narayan dan Wong (2009) juga me-
yang mengatakan bahwa jika suatu negara ma- nemukan bahwa kenaikan harga minyak tidak
sih berada pada tahap berkembang, maka koe- berpengaruh secara signifikan terhadap kon-
fisien PDB terhadap negara tersebut berada di sumsi energi, dalam hal ini minyak bumi. Ke-
atas satu. naikan harga minyak hanya akan berpengaruh
Sementara itu, untuk negara maju, nilai ko- terhadap nilai inflasi.
efisien tersebut akan berada di bawah angka Hasil estimasi menunjukkan bahwa jumlah
satu. Temuan mengenai hubungan positif an- penduduk (lnpop) suatu negara di kawasan
tara PDB dan konsumsi enrgi juga sesuai de- Asia Tenggara mempunyai hubungan yang po-
ngan studi-studi sebelumnya yang dilakukan sitif terhadap tingkat konsumsi energi (lnET )
oleh Kraft dan Kraft (1978), Toman dan Je- negara tersebut. Berdasarkan hasil estimasi ini
melkova (2003), Stern (2004), Soytas dan Sari juga menunjukkan bahwa elastisitas dari jum-
(2006), Chontanawat et al. (2008), Apergis dan lah penduduk mempunyai pengaruh yang pa-
James (2009), Kebede et al. (2010), dan Stern ling besar dibandingkan variabel bebas lain-
(2010). nya yang digunakan dalam studi ini. Elastisitas
Hasil estimasi menunjukkan bahwa harga pertumbuhan penduduk signifikan pada taraf
minyak mentah di tiap negara (lnHM B) ti- 95% dan menjelaskan bahwa kenaikan jumlah
Jahen F./Konsumsi Energi ... 36

penduduk sebesar 1% akan menyebabkan ke- ra berada pada posisi kedua terbesar sete-
naikan konsumsi energi sebesar 1,15%. lah transportasi, dimana pertumbuhan kon-
Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian sumsi energi pada bidang industri yang menca-
yang menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan pai 4,6% dibawah konsumsi sektor transportasi
penduduk di kawasan Asia Tenggara mempu- terhadap energi yang mencapai 5,1%.
nyai hubungan positif terhadap konsumsi ener- Sebagaimana telah dijelaskan dalam pene-
gi. Semakin banyak penduduk suatu negara, litian sebelumnya bahwa ketika pertumbuhan
maka semakin besar pula energi yang dibu- sektor industri suatu negara berhubungan po-
tuhkan oleh negara tersebut untuk memenuhi sitif dengan konsumsi energi negara tersebut,
kebutuhan rakyatnya. berarti negara ini telah berada pada tahap ber-
Negara-negara yang mempunyai jumlah pen- kembang dan sedang dalam proses industriali-
duduk tinggi dan tingkat konsumsi yang ting- sasi (Zilberfarb dan Adams, 1981).
gi secara agregat antara lain Indonesia, Myan- Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai
mar, dan Filipina. Hasil ini juga sesuai dengan dummy statistika t krisis ekonomi (Dkrisis)
studi yang dilakukan oleh Kebede et al. (2010) tidak signifikan. Angka ini menjelaskan bah-
yang menemukan bahwa semakin besar jumlah wa krisis ekonomi tidak berpengaruh terhadap
penduduk suatu negara, maka semakin tinggi tingkat konsumsi energi (lnET ). Hal ini karena
kebutuhan energi di kawasan tersebut. Ini ber- energi merupakan salah satu kebutuhan yang
arti jumlah penduduk menjadi salah satu kom- harus selalu dipenuhi sehingga meskipun terja-
ponen yang penting untuk menentukan kebu- di krisis, konsumsi terhadap energi tidak akan
tuhan energi. jauh berubah. Temuan ini sejalan dengan studi
Hasil estimasi menunjukkan bahwa pertum- Lee dan Chang (2008) yang meneliti konsum-
buhan industri (ind) mempunyai hubungan si energi di kawasan Asia di mana kondisi kri-
yang positif terhadap tingkat konsumsi energi sis yang terjadi tidak terlalu berpengaruh se-
(lnET ) negara tersebut. cara signifikan terhadap konsumsi dari energi.
Pertumbuhan sektor industri yang signifi- Penurunan konsumsi energi justru akan berim-
kan terhadap konsumsi energi memperlihat- plikasi pada penurunan ekonomi negara-negara
kan bahwa kenaikan sektor industri sebesar 1% tersebut.
akan menyebabkan kenaikan konsumsi energi Hasil estimasi menunjukkan bahwa interaksi
sebesar 0,004%. tingkat jumlah penduduk dengan krisis ekono-
Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian mi (lnpop ∗ Dkrisis) tidak berpengaruh ter-
yang menyatakan bahwa pertumbuhan sektor hadap tingkat konsumsi energi (lnET ) dan ini
industri mempunyai hubungan yang positif ter- terlihat dari nilai statistika t variabel interaksi
hadap tingkat konsumsi energi di kawasan Asia tingkat jumlah penduduk dengan dummy krisis
Tenggara. Hal ini mengindikasikan bahwa per- ekonomi yang tidak signifikan. Kemungkinan
tumbuhan nilai tambah bidang industri mem- besar penyebab tidak terjadinya pengaruh an-
punyai hubungan yang elastis dengan konsumsi tara interaksi populasi dengan krisis terhadap
energi. Penjelasan dari estimasi ini menunjuk- konsumsi energi adalah faktor jumlah pendu-
kan bahwa di kawasan Asia Tenggara, bidang duk.
industri sangat tergantung pada sumber energi Ketika jumlah penduduk di kawasan Asia
dari minyak bumi, LNG, dan listrik. Tenggara semakin tinggi, dan krisis ekono-
Berdasarkan laporan The 2nd ASEAN Ener- mi terjadi, jumlah konsumsi masyarakat akan
gy Demand Outlook (2009), pertumbuhan kon- energi tidak akan berkurang. Hal ini bisa dika-
sumsi energi dari minyak bumi, LNG dan lis- renakan energi telah menjadi kebutuhan dasar
trik untuk industri di kawasan Asia Tengga- bagi masyarakat Asia Tenggara.
Jahen F./Konsumsi Energi ... 37

Seperti yang telah dijelaskan oleh Kebede et an dalam analisis mengenai konsumsi energi
al. (2010) bahwa konsumsi energi sangat dipe- di Asia Tenggara ini. Rentang waktu obser-
ngaruhi oleh jumlah penduduk. Sehingga de- vasi yang digunakan dalam studi ini kurang
ngan demikian, ketika krisis dan di saat jum- panjang sehingga dalam studi selanjutnya di-
lah penduduk terus membesar, hasilnya adalah sarankan menambah data runtun waktu.
tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap per-
ubahan konsumsi energi di kawasan ini.
Konsumsi energi memiliki hubungan yang Simpulan
positif dengan PDB per kapita. Dari estima-
Studi ini hendak melihat faktor-faktor yang
si didapat nilai elastisitas yang lebih dari satu
memengaruhi konsumsi energi di kawasan Asia
yang menujukkan bahwa negara di Asia Teng-
Tenggara selama kurun waktu 1990–2004.
gara masih berada pada tahap berkembang, se-
Menggunakan data dari 5 negara, yaitu Indo-
suai dengan studi dari Zilberfarb dan Adams
nesia, Malaysia, Myanmar, Thailand dan Fili-
(1981).
pina, beberapa kesimpulan dapat ditarik dari
Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa har- studi ini.
ga minyak mentah tidak berpengaruh secara
Hasil estimasi menunjukkan bahwa PDB per
signifikan terhadap perubahan konsumsi mi-
kapita, jumlah penduduk, dan nilai tambah
nyak, dan ini relevan dengan studi Narayan dan
sektor industri terhadap PDB secara signifkan
Wong (2009). Perubahan harga hanya akan me-
berpengaruh positif terhadap perubahan kon-
miliki dampak bagi kenaikan harga.
sumsi energi. Sedangkan harga minyak mentah
Faktor lain yang berpengaruh terhadap kon- dan krisis ekonomi ternyata tidak berpengaruh
sumsi energi adalah jumlah penduduk. Hasil terhadap perubahan konsumsi energi.
estimasi sesuai dengan studi dari Kebede et al. Jumlah penduduk merupakan faktor yang
(2010) di mana semakin besar jumlah pendu- sangat berpengaruh terhadap tingkat konsumsi
duk akan menyebabkan peningkatan konsumsi energi di Asia Tenggara. Nilai elastisitas jum-
energi. Jumlah penduduk juga menjadi faktor lah populasi paling tinggi dibandingkan varia-
yang paling besar pengaruhnya terhadap pe- bel lainnya menunjukkan kepada kita kalau di
ningkatan konsumsi energi dibandingkan fak- kawasan Asia Tenggara. Pertumbuhan ekono-
tor lainnya. Hal ini terlihat dari pembahasan mi juga berhubungan positif dengan konsumsi
sebelumnya yang menunjukkan hubungan jum- energi. Dari hubungan ini dapat disimpulkan
lah penduduk dengan tingkat konsumsi memi- bahwa negara di Asia Tenggara berada pada
liki tingkat elastisitas yang paling besar. tahap industrialisasi.
Studi ini juga menunjukkan hubungan yang Dari hasil studi terlihat bahwa ketergan-
positif antara pertumbuhan sektor industri de- tungan perekonomian kawasan Asia Tengga-
ngan konsumsi energi, dan ini sejalan dengan ra terhadap konsumsi energi fosil sangat be-
studi Kebede et al. (2010). Sesuai apa yang di- sar. Dalam jangka pendek, perlu ada kebijakan
katakan Zilberfarb dan Adams (1981), jika nilai efisiensi akan penggunaan energi fosil. Dalam
tambah sektor industri berhubungan positif de- jangka panjang, dibutuhkan upaya untuk lebih
ngan konsumsi energi, ini menunjukkan bahwa memaksimalkan penggunaan energi terbarukan
negara tersebut berada pada tahap industriali- sehingga energi yang dinikmati oleh masyara-
sasi. Terkait dengan krisis ekonomi, hasil esti- kat generasi sekarang bisa dimanfaatkan pula
masi menunjukkan bahwa krisis ekonomi tidak oleh generasi yang akan datang.
berpengaruh terhadap konsumsi energi. Pemetaan dan pemberian skala prioritas ter-
Tidak masuknya negara Vietnam, Laos, Si- hadap penggunaan energi juga dibutuhkan,
ngapura, Brunei, dan Kamboja menjadi catat- mengingat jumlah penduduk menjadi faktor
Jahen F./Konsumsi Energi ... 38

paling dominan terhadap penggunaan energi di nometric Models and Economic Forecasts, 4th ed.
kawasan ini. Singapore: McGraw-Hill/Irwin.
[13] Pindyck, R. S. & Rubinfeld, D. L. (2009). Micro-
economics, 7th ed. Pearson International Edition.
Singapore: Pearson-Prentice Hall.
Daftar Pustaka [14] Soytas, U. & Sari, R. (2006). Energy Consumption
and Income in G-7 Countries. Journal of Policy
[1] Apergis, N., & James, E. P. (2009). Energy Con-
Modeling, 28 (7), 739–750.
sumption and Economic Growth: Evidence from
[15] Stern, D. I. (2004). Energy and economic growth.
the Commonwealth of Independent States. Energy
In C. J. Cleveland (ed.) Encyclopedia of Energy.
Economics, 31 (5), 641–647.
San Diego: Academic Press.
[2] Chontanawat, J., Hunt, L. C., & Pierse, R. (2008).
[16] Stern, D. I. (2010). The Role of Energy in Eco-
Does Energy Consumption Cause Economic Grow-
nomic Growth. Centre for Climate Economics &
th?: Evidence from a Systematic Study of Over 100
Policy Working Paper, 3.10. Australia: The Aus-
Countries. Journal of Policy Modeling, 30 (2), 209–
tralia National University.
220.
[17] Tertzakian, P. & Hollihan, K. (2009). The End of
[3] Economic Research Service/U.S. Depar-
Energy Obesity. New Jersey: John Wiley & Sons,
tment of Agriculture (ERS/USDA). (2007).
Inc.
Historical Population Growth Rate in Po-
[18] Toman, M. T. & Jemelkova, B. (2003). Energy and
pulation for Baseline Countries/Region
Economic Development: An Assessment of the Sta-
1980–2005. Washington: ERS/USDA. http:
te of Knowledge. Center for Environmental Sci-
//www.ers.usda.gov/Data/macroeconomics/
ence and Policy Working Paper, 9. Stanford, CA:
Data/HistoricalPopulationValues.xls. (5
Stanford University.
Januari 2011).
[19] United Nation Economic and Social Commission
[4] Economic Research Service/U.S. Department
for Asia and the Pacific (UNESCAP). (2009). Sta-
of Agriculture (ERS/USDA). (2008). Real
tistical Yearbook for Asia and the Pacific. Thai-
Historical Gross Domestic Product (GDP)
land: UNESCAP.
and Growth Rate of GDP for Baseline Co-
[20] US Energy Information Administration (EIA).
untries/Regions (in Billions of 2005 Dollars),
(2005). Energy Balance for Asia, Statistics by
1980-2005. Washington: ERS/USDA. http:
Country/Region. Washington, DC: EIA. http://
//www.ers.usda.gov/Data/Macroeconomics/
www.eia.doe.gov/countries/data.cfm. (7 Janu-
Data/HistoricalRealGDPValues.xls. (5 Januari
ari 2011).
2011)
[21] US Energy Information Administration (EIA).
[5] Greene, W. H. (2011). Econometric Analysis, 7th
(2010). World Energy Outlook. Washington, DC:
ed. New York: Prentice Hall.
EIA.
[6] Gujarati, D. N., & Porter, D. C. (2009). Basic Eco-
[22] Zilberfarb, B. & Adams, F. G. (1981). The Energy-
nometrics, 5th ed. International Edition. Singapo-
GDP Relationship in Developing Countries: Empi-
re: McGraw-Hill.
rical Evidence and Stability Tests. Energy Econo-
[7] International Energy Agency (IEA). (2010). Wor-
mics, 3 (4), 244–248.
ld Energy Outlook. France: International Energy
Agency, Economic Analysis Division.
[8] Kraft, J., & Kraft, A. (1978). On the Relationship
Between Energy and GNP. Journal of Energy and
Development, 3 (2), 401–403.
[9] Kebede, E., Kagochi, J., & Jolly, Curtis M. (2010).
Energy Consumption and Economic Development
in Sub-Sahara Africa. Energy Economics, 32 (3),
532–537.
[10] Lee, C., & Chang, C. (2008). Energy Consump-
tion and Economic Growth in Asian Economies: A
More Comprehensive Analysis Using Panel Data.
Resource and Energy Economics, 30 (1), 50–65.
[11] Narayan, P. K., & Wong, P. (2009). A Panel Da-
ta Analysis of the Determinants of Oil Consump-
tion: The Case of Australia. Applied Energy, 86
(2), 2771–2775.
[12] Pindyck, R. S. & Rubinfeld, D. L. (1997). Eco-

Anda mungkin juga menyukai