Anda di halaman 1dari 23

AKUNTABILITAS DAN STAKEHOLDERS

BIMBINGAN DAN KONSELING

Disajikan guna memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi dan Supervisi BK


Dosen pengampu :

Dr. Awalya, M. Pd., Kons.

Oleh:

Vip Brilliant Stoic 1301419027


Indah Apriliyani 1301419090

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
BIMBINGAN DAN KONSELING
2021
2

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini sesuai dangan apa yang kami harapkan.
Adapun maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi apa yang
menjadi tugas kami sebagai mahasiswa Bimbingan & Konseling dalam mata kuliah
Evaluasi dan Supervisi BK yang membahas tentang “Akuntabilitas dan
Stakeholders dalam BK”.
Atas terselesainya makalah ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bu
Dr. Awalya, M. Pd., Kons. selaku dosen mata kuliah Evaluasi dan Supervisi BK
yang telah membimbing kami. Dan semua pihak yang telah membantu kami dalam
penyusunan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami pribadi
khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dan pengetahuan kita tentang Akuntabilitas dab Supervisi
dalam BK. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan maka kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Akhir kata kami mohon
maaf apabila ada kesalahan penulisan atau kata yang kurang berkenan.
3

DAFTAR ISI

JUDUL COVER .................................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan Masalah ............................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 6
A. Pengertian Akuntabilitas dalam BK ............................................................. 6
B. Tujuan Akuntabilitas dalam BK................................................................... 7
C. Jenis Data Akuntabilitas BK ........................................................................ 8
D. Bentuk Akuntabilitas dalam BK ................................................................ 11
E. Kriteria Akuntabilitas dalam BK ............................................................... 12
F. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Akuntabilitas BK ......... 12
G. Proses Akuntabilitas dalam BK ................................................................. 13
H. Masalah dan Solusi Pelaksanaan Akuntabilitas BK................................... 14
I. Pengertian Stakeholders ............................................................................. 15
J. Peran dan Fungsi Stakeholders dalam BK ................................................. 16
K. Klasifikasi Stakeholders dalam BK ........................................................... 19
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 22
A. Kesimpulan ................................................................................................ 22
B. Saran........................................................................................................... 22
C. Penutup....................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTKA ............................................................................................. 23
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling (BK) diselenggarakan di sekolah adalah sebagai
bagian-bagian integral dari proses pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Bimbingan dan konseling memiliki konsep dan peran yang ideal,
karena pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan usaha
membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan
sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir.
Berfungsinya bimbingan dan konseling secara optimal maka semua kebutuhan
dan permasalahan siswa di sekolah akan dapat ditangani dengan baik.
Guru BK/konselor sekolah sebagai pendidik di sekolah memiliki kinerja yang
menunjang pencapaian tujuan yang dicanangkan oleh sekolah (Dahir & Stone,
2009). Sebagai sebuah profesi, BK menyadari bahwa profesionalisme adalah
cara agar masyarakat memiliki kepercayaan dalam menggunakan jasa profesi
BK (Badrujaman, Furqon, Yusuf, & Suherman, 2017). Efektivitas program dan
intervensi konseling sekolah yang digunakan untuk memenuhi tujuan program
harus didokumentasikan melalui kegiatan akuntabilitas yang sistematis dan
berkelanjutan. Oleh karena itu, guru BK/konselor sekolah harus melakukan
akuntabilitas dengan menunjukkan data sebagai bukti yang mendukung
efektivitas program BK.
Akuntabilitas sebagai bentuk pertanggungjawaban konselor sebagai profesi
telah menjadi tuntutan dan kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan dari
pelaksanaan program BK. Jadi dapat dikatakan akuntabilitas BK merupakan satu
kegiatan yang sangat penting untuk menyoroti kebutuhan dan efektivitas
program BK, yang juga merupakan personil instrumental dalam pencapaian
kompetensi optimal siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah sumbangan
pemikiran dalam rangka menambah khasanah ilmu pengetahuan dan selanjutnya
supaya guru BK/konselor sekolah untuk terlibat dalam upaya akuntabilitas untuk
meningkatkan layanan, untuk memberikan bukti efektivitas, dan untuk
meningkatkan citra profesional
5

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimkasud dengan akuntabilitas dalam BK?
2. Apa tujuan dari akuntabilitas BK?
3. Apa saja jenis data Akuntabilitas?
4. Apa saja bentuk akuntabilitas BK?
5. Apa saja kriteria akuntabilitas BK?
6. Faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan akuntabilitas BK?
7. Bagaimana proses akuntabilitas?
8. Apa saja masalah dan solusi pelaksanaan akuntabilitas BK?
9. Pengertian Stakeholders dalam BK?
10. Apa saja peran dan fungsi dalam stakeholders?
11. Bagaimana klasifikasi dari stakeholders?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian akuntabilitas
2. Untuk mengetahui tujuan akuntabilitas
3. Untuk mengetahui jenis data akuntabilitas
4. Untuk mengetahui bentuk akuntabilitas
5. Untuk mengetahui kriteria akuntabilitas
6. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat akuntabilitas
7. Untuk mengetahui proses akuntabilitas dalam BK
8. Untuk mengetahui masalah dan solusi pelaksanaan akuntabilitas
9. Untuk mengetahui pengertian stakeholders
10. Untuk mengetahui peran dan fungsi stakeholders
11. Untuk mengetahui klasifikasi dari stakeholders
6

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akuntabilitas dalam BK


Akuntabilitas berasal dari bahasa inggris “ Accountability “ artinya keadaan
untuk dipertanggung jawabkan. Akuntabilitas merupakan tanggung jawab moral
para pengelola, pelaksana kegiatan BK dalam suatu unit atau organisasi terhadap
semua stakeholders dan/atau pengguna jasa BK. Shertze & Stone (1989)
mengemukakan bahwa akuntabilitas BK pertanggungjawaban guru BK/konselor
terhadap kegiatan yang dilakukan kepada orangorang yang dilayani dan
membiayai pekerjaan dalam mencapai tujuan program BK.
Menurut Astramovich & Coker (2007) akuntabilitas mempersyaratkan
adanya evaluasi program karena melalui evaluasi program guru BK/konselor
dapat melakukan perencanaan dan pelaksanaan program yang lebih baik serta
memperbaiki praktik BK. Akuntabilitas adalah cara dalam memberikan
informasi kepada pihak-pihak lain di sekolah serta masyarakat tentang efektifitas
pelayanan.
Myrick (2011) mengemukakan bahwa akuntabilitas BK adalah bentuk
pertanggungjawaban guru BK/konselor sekolah terutama terhadap tujuan,
prosedur, dan hasil dari layanan/program yang telah dilakukan. Hal ini berkaitan
tentang apa yang telah dilakukan termasuk informasi dan data yang dibuat.
Akuntabilitas merupakan bentuk pertanggungjawaban terhadap diri sendiri atau
orang lain. Kedua aspek tersebut relevan dengan program BK. Setiap konselor
perlu mengajukan pertanyaan dasar: "apa tujuan saya? apakah saya efektif?
apakah ada cara yang lebih baik untuk menyelesaikan hal yang sama?"
Badrujaman, Furqon, Yusuf, & Suherman (2017) menjelaskan akuntabilitas
BK adalah sebagai suatu keadaan dimana guru BK/konselor mampu menerima
tanggungjawab, melakukan komunikasi, menjelaskan, menetapkan mekanisme
umpan balik, serta melakukan perbaikan program bagi stakeholders.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas BK
adalah pertanggungjawaban guru BK/konselor kepada stakeholders dan/atau
pengguna jasa BK untuk menunjukkan efektivitas program BK sekolah yang
memberikan dampak positif bagi kehidupan siswa berdasarkan data.
7

Akuntabilitas diintegrasikan ke dalam model untuk mendorong konselor


menggunakan data untuk menunjukkan bagaimana siswa berkembang dan
mendapat manfaat sebagai hasil dari program konseling sekolah. Sistem
Akuntabilitas berfokus pada analisis data. Memiliki data sangat penting bagi
konselor sekolah, karena mereka berkewajiban untuk menunjukkan efektivitas
mereka dan menunjukkan bahwa layanan mereka memberikan hasil yang positif
bagi siswa (ASCA, dalam Paolini & Topdemir, 2013)
Akuntabilitas tidak hanya melaporkan tentang pekerjaan-pekerjaan apa yang
telah guru BK/konselor lakukan, tapi juga mengenai bagaimana pekerjaan
tersebut memberikan dampak positif terhadap penerima layanan, baik terhadap
siswa secara langsung maupun terhadap seluruh pihak yang bekerja dalam
pencapaian kompetensi optimal siswa. Untuk itu sebelum bekerja guru
BK/konselor harus terlebih dahulu dapat mendefinisikan tentang pekerjaan yang
akan dilakukan, apa tujuannya, dengan cara apa dan bagaimana tujuan itu akan
dicapai, apa tolak ukur pencapaiannya serta bagaimana mengukurnya

B. Tujuan Akuntabilitas dalam BK


Akuntabilitas adalah salah satu alat terbesar yang digunakan konselor untuk
memperjelas peran profesional mereka. Melalui langkah-langkah akuntabilitas,
guru BK/konselor akan mampu menunjukkan signifikansi mereka dalam
membantu siswa untuk mencapai tujuan akademis, pribadi / sosial, dan karir
(Paolini, 2015).
Menggunakan praktik akuntabilitas dapat menghubungkan program konselor
sekolah dengan pencapaian akademik semua siswa. Strategi akuntabilitas
memiliki tiga tujuan, yaitu:
1. Untuk memantau perkembangan siswa dan menutup kesenjangan prestasi.
2. Untuk menilai dan mengevaluasi program.
3. Untuk menunjukkan efektivitas program konseling sekolah (Young &
Kaffenberger, dalam Paolini, 2015).
Pine (Shertze & Stone, 1989) menambahkan bahwa akuntabilitas membantu
guru BK/konselor memperoleh wawasan dan meningkatkan keterampilan
konseling. Dengan melaksanakan akuntabilitas program, Pine percaya bahwa
guru BK/konselor akan meningkatkan kompetensi dan akan mendapatkan bukti
8

untuk mengetahui teknik konseling mana yang bemberikan hasil yang


bermanfaat. Selanjutnya, Gysbers (dalam Paolini, 2015) mengemukakan
akuntabilitas adalah cara untuk meningkatkan kredibilitas guru BK/konselor
sekolah dan sarana untuk menunjukkan efektivitas program BK sekolah.

C. Jenis Data Akuntabilitas BK


Asosiasi konselor sekolah Amerika Serikat (ASCA) menempatkan program
bimbingan sebagai salah satu program bimbingan dan konseling yang memiliki
peran penting dalam model BK yang direkomendasikan pada seluruh Negara
Bagian di Amerika Serikat. Menurut Model ASCA Nasional (ASCA, 2005)
bahwa data akuntabilitas yang harus ada adalah kinerja guru BK/konselor
sekolah dan efektivitas program.
1. Evaluasi kinerja guru BK/konselor sekolah, khususnya dalam hal
implementasi dan manajemen program, adalah penting karena berfungsi
sebagai dasar untuk kegiatan program BK sekolah yang disusun selanjutnya
sehingga lebih sukses.
2. Evaluasi program BK sekolah sangat penting karena menentukan apakah
kegiatan yang disusun bermanfaat bagi siswa.
Erford (2007) menambahkan dan menekankan needs assessment sebagai
domain penting untuk akuntabilitas BK sekolah. Data needs assessment
digunakan untuk menentukan tujuan dan sasaran program, yang pada akhirnya
memandu dan membentuk fungsi dan kinerja konselor sekolah, dan menunjuk
pada kriteria yang menjadi dasar program konseling sekolah.
Fezler & Brown (2011) bahwa data yang harus dikumpulkan untuk
menunjukkan akutabilitas program BK di sekolah adalah:
1. Hasil Laporan
Hasil laporan memastikan bahwa program yang diterapkan dan
mengevaluasi efektivitas pelaksanaan BK yang dilakukan guru BK/konselor.
Data yang dikumpulkan menunjukkan program dan kegiatan pekerjaan dan
apa yang perlu ditingkatkan. Data hasil laporan yang harus dikumpulkan
adalah:
a. Tingkat kelas dilayani.
b. Bidang pengembangan
9

c. Bahan/sumber yang digunakan


d. Mengolah data seperti materi/topik yang disampaikan dan subjek ruangan
kelas
e. Mengolah data seperti jumlah siswa yang dilayani
f. Data persepsi jangka pendek seperti pra-post test pengetahuan
g. Hasil laporan jangka menengah dan jangka panjang seperti seperti
kehadiran, nilai tes, tingkat kelulusan atau ukuran lain dari perilaku
h. Implikasi dari hasil program konseling.
Selain itu, dampak dari hasil upaya tersebut akan dilacak dari waktu ke
waktu dan dikompilasi untuk presentasi administrasi. Dalam laporan ini,
demografi, tingkat kelulusan, disiplin dan kehadiran data, skor tes, dan data
lainnya yang digunakan untuk mendokumentasikan kemajuan siswa dalam
setiap domain konseling sekolah dan "analisis dalam kaitannya dengan
kemajuan yang dibuat menuju misi sekolah dan tujuan pencapaian". Sebagai
dokumen ringkasan, dampak selama waktu laporan berisi:
a. Demografi Siswa, seperti data pendaftaran, jenis kelamin, etnis, tingkatan
kelas, bahasa
b. Data prestasi akademik, seperti nilai tes, rata-rata kelas, dan putus sekolah
dan tingkat kelulusan
c. Data pengembangan karir, seperti cita-cita, dan mentoring pekerjaan, atau
jumlah siswa yang telah mengidentifikasi arah karir
d. Data perkembangan pribadi/sosial, seperti data penggunaan narkoba, dan
data kejahatan sekolah/kekerasan
e. Induk dan keterlibatan wali: jumlah orang tua dikonferensi, lokakarya, dan
acara
2. Standar kinerja konselor sekolah
Standar kinerja konselor sekolah berisi standar dasar praktik yang
diharapkan dari guru BK/konselor. Guru BK/konselor dievaluasi dalam
implementasi program, evaluasi program, dan profesionalisme. Meskipun
digunakan untuk evaluasi kinerja, standar juga merupakan instrumen penting
dalam evaluasi diri guru BK/konselor sekolah dan akan membantu dalam
10

memfokuskan rencana untuk pengembangan diri dan profesional. Ada 13


standar kinerja guru BK/konselor sekolah yaitu:
a. Konselor sekolah profesional melakukan perencanaan, mengatur dan
melaksanakan program konseling sekolah
b. Konselor sekolah profesional menerapkan kurikulum BK melalui metode
pembelajaran yang efektif dan perencanaan yang cermat
c. Konselor sekolah profesional mengimplementasikan komponen
perencanaan individual dengan membimbing siswa secara individu
maupun kelompok dan orang tua atau wali siswa melalui pengembangan
rencana pendidikan dan karir.
d. Konselor sekolah profesional menyediakan layanan responsif melalui
konseling individu dan kelompok kecil, konsultasi dan alih tangan kasus.
e. Konselor sekolah profesional memberikan dukungan sistem melalui
manajemen program konseling sekolah yang efektif dan dukungan untuk
program-program pendidikan lainnya
f. Konselor sekolah profesional bekerja sama dengan administrator sekolah
untuk membahas sistem manajemen program BK.
g. Konselor sekolah profesional bertanggung jawab untuk membentuk
dewan penasehat untuk program konseling sekolah.
h. Konselor sekolah profesional mengumpulkan dan menganalisis data untuk
menyusun program BK.
i. Konselor sekolah profesional memperhatikan secara kontiniu kemajuan
siswa di sekolah.
j. Konselor sekolah profesional menggunakan waktu dan kalender akademik
untuk melaksanakan program yang efisien.
k. Konselor sekolah profesional mengembangkan evaluasi hasil untuk
program tersebut.
l. Konselor sekolah profesional melakukan audit program tahunan.
m. Konselor sekolah profesional adalah pendukung siswa, pemimpin,
kolaborator dan agen perubahan sistem.
11

3. Audit Program
Audit program ini dirancang untuk digunakan dalam pengembangan
pedoman yang komprehensif dan program konseling serta setiap tahun
setelah program ini dilaksanakan. Tujuan penggunaan alat ini adalah untuk
mendokumentasikan untuk evaluasi program dan perbaikan yaitu:
menentukan kekuatan dan kelemahan program, dan merencanakan tujuan
yang dibuat untuk tahun ajaran berikutnya.

D. Bentuk Akuntabilitas dalam BK


Menurut A. Muri Yusuf dalam Amirah Diniaty mengemukakan ada beberapa
bentuk akuntabilitas dalam bimbingan konseling antara lain adalah akuntabilitas
program dan akuntabilitas manajemen.
1. Akuntabilitas program mengacu pada pertanggungjawaban hasil dari
kegiatan-kegiatan bimbingan konseling yang telah dilaksanakan. Hal ini akan
bersinggungan kuat dengan rencana program yang disusun sebelumnya dan
juga akan menampilkan akuntabilitas proses yang berhubungan dengan
proses pelaksanaan kegiatan.
2. Akuntabilitas manajemen, akuntabilitas ini menampilkan peranan manajer
bukan hanya dalam menerapkan peraturan yang ada, tetapi juga untuk
menerapkan proses berkelanjutan, sehingga memungkinkan untuk
memberikan pelayanan yang terbaik.
Selanjutnya A. Muri Yusuf dalam Amirah Diniaty juga menguraikan
akuntabilitas dapat dilihat dari sisi dalam organisasi dan diluar organisasi yang
dikenal dengan akuntabilitas internal dan akuntabilitas eksternal.
1. Akuntabilitas internal, artinya pada setiap tingkatan atau hirarkhi, setiap
petugas bertanggungjawab kepada mereka yang mengawasi dan
mengendalikan pekerjaan. Di sekolah, guru pembimbing atau konselor
sekolah mempertanggungjawabkan kerjanya kepada sekolah.
2. Akuntabilitas eksternal, pertanggungjawaban disampaikan kepada unit yang
relevan diluar organisasinya. Misalnya pertanggung- jawaban kerjanya
kepada masyarakat pemakai jasa layanan konseling.
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami jenis akuntabilitas dan bentuknya
dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling.
12

E. Kriteria Akuntabilitas dalam BK


Kriteria adalah ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu.
Agar sistem akuntabilitas bimbingan membawa hasil yang di kehendaki ada
tujuh kriteria yang harus dipenuhi (Krumboltz, dalam Gibson & Mitchell 1981)
dalam Eryzal Novrialdy. 14 Hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dalam rangka untuk menentukan domain tanggung jawab konselor, tujuan
umum konseling harus disetujui oleh semua pihak.
2. Prestasi konselor harus dinyatakan dalam hal penting yaitu perubahan
perilaku yang diamati dan dirasakan oleh klien.
3. Kegiatan konselor harus dinyatakan sebagai biaya, bukan prestasi.
4. Sistem akuntabilitas harus dibangun untuk mempromosikan pelayanan yang
efektif profesional dan pengembangan diri, bukan untuk melemparkan dan
menyalahkan atau menghukum kinerja yang buruk.
5. Dalam rangka mempromosikan pelaporan yang akurat, laporan kegagalan
dan hasil yang tidak diketahui harus diizinkan dan tidak pernah dihukum.
6. Semua pengguna dari sistem akuntabilitas harus terwakili dalam
perancangan.
7. Sistem akuntabilitas itu sendiri harus dilakukan evaluasi dan modifikasi.

F. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Akuntabilitas BK


Dalam pelaksanaan akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling sangat
tergantung pada faktor-faktor dari luar yang akan menghambat ataupun
mendukung pelaksanaan akuntabilitas tersebut. Menurut A Muri Yusuf (dalam
Amirah Diniaty, 2012) faktor tersebut antara lain:
1. Faktor Pendukung
a. Kepemimpinan yang memberi teladan.
b. Mendiskusikan program-program yang akan dilaksanakan dengan benar
dan tuntas. Sehingga dapat ditentukan dengan jelas apa tujuan yang akan
dicapai dan apa pula indikator kinerjanya.
1) Ciptakan koordinasi yang baik inter dan antar unit terkait.
2) Rumuskan standar kerja yang jelas.
3) Komunikasikan pada semua pihak tujuan dan makna akuntabilitas.
13

Akuntabilitas adalah evaluasi terhadap proses pelaksanaan kegiatan atau


kinerja organisasi untuk dapat dipertanggungjawabkan serta sebagai umpan
balik pimpinan organisasi pada masa yang akan datang
2. Faktor Penghambat.
Akuntabilitas atau pertanggungjawaban seringkali gagal atau tidak
berjalan. Kegagalan implementasi akuntabilitas banyak ditentukan oleh:
1. Rendahnya kesadaran tentang akuntabilitas.
2. Kurangnya kemauan untuk menerapkan akuntabilitas
3. Penurunan nilai-nilai normal.
4. Faktor budaya.
5. Rendahnya kualitas petugas/pejabat.
6. Krisis lingkungan.
7. Kelemahan hukum tentang akuntabilitas.
8. Usangnya teknologi. Rendahnya standar hidup masyarakat
Berdasarkan faktor penghambat di atas, akuntabilitas dalam bimbingan
konseling akan dapat di implementasikan dengan baik jika faktor-faktor
penghambat tersebut diminimalkan. Kerjasama sebagai pihak terutama
pimpinan perlu digalakkan dalam hal ini.

G. Proses Akuntabilitas dalam BK


Stone dan Dahir (2016) mengembangkan program MEASURE sebagai
proses akuntabilitas enam langkah supaya guru BK/konselor sekolah dapat
mengimplementasikan komponen akuntabilitas ke dalam program BK.
MEASURE membantu guru BK/konselor untuk menetapkan tujuan pada awal
tahun ajaran baru sekolah dan memungkinkan untuk menilai efektivitas
kemampuan untuk mencapai tujuan ini pada akhir tahun ajaran, serta membuat
guru BK/konselor tetap fokus dan di jalur. MEASURE adalah singkatan
Mission, Elements, Analyze, Stakeholders, Unite, Reanalyze, and Educate.
Langkah-langkahnya dijelaskan sebagai berikut.
1. Mission. Guru BK/konselor sekolah menyelaraskan program BK dengan misi
sekolah dan tujuan dalam rencana perbaikan sekolah. Langkah ini akan
membantu guru BK/konselor sekolah bisa dilihat sebagai bagian integral dari
tim kepemimpinan sekolah.
14

2. Elements. Guru BK/konselor sekolah mengidentifikasi data mana yang


relevan dan dikumpulkan. Guru BK/konselor sekolah dapat menggunakan
data sekolah yang ada atau mengumpulkan data sendiri.
3. Analyze. Setelah elemen data terpilah, data harus dianalisis yaitu memeriksa
data dengan cara yang berbeda, termasuk memilah data di seluruh elemen dan
dengan karakteristik dan/atau situasi siswa.
4. Stakeholders. Guru BK/konselor sekolah harus mengidentifikasi stakeholders
untuk membantu. Stakeholders yang bisa membantu dalam
mengimplementasikan program BK adalah konselor sekolah, guru,
administrator, psikolog sekolah, pekerja sosial sekolah, staf administrasi,
orang tua, atau anggota masyarakat.
5. Unite. Langkah ini sebagai bersatu untuk menyusun strategi. Ini adalah
langkah di mana rencana aksi dikembangkan. Rencana aksi harus mencakup
hasil yang diinginkan, informasi apa yang diperlukan, strategi yang
diperlukan, sumber daya yang dibutuhkan, siapa yang akan
mengimplementasikan program BK.
6. Reanalyze. Langkah reanalyze memungkinkan guru BK/konselor sekolah
untuk memeriksa apa yang berhasil dan apa yang perlu diubah atau
dimodifikasi. Langkah ini juga memungkinkan guru BK/konselor sekolah
untuk memfokuskan kembali pada program dan tujuan yang akan dicapai.
7. Educate. Guru BK/konselor sekolah mempublikasikan hasil dari program BK
yang merupakan langkah penting dalam proses akuntabilitas. guru
BK/konselor sekolah menginformasikan kepada stakeholders, termasuk
siswa, tentang apa yang ditemukan dan apa yang akan dilakukan selanjutnya
dalam program.

H. Masalah dan Solusi Pelaksanaan Akuntabilitas BK


1. Masalah
Schmidt, J. J. (2003) mengemukakan bahwa adapun masalah akuntabilitas
berawal dari keengganan beberapa konselor untuk menjelaskan akuntabilitas
itu sendiri karena:
a. Kekurangan perencanaan waktu untuk melakukan assessment program
yang mereka telah programkan
15

b. Adanya pertentangan antara bagaimana melakukan pengukuran dan apa


yang harus dilakukan oleh konselor
c. Keragu-raguan tentang perbedaan antara research dan akuntabilitas
d. Belum maksimalnya pelaksanaan akuntabilitas dari personil BK terhadap
atasannya hingga atasan belum melihat keuntungan dan manfaat dari
pelayanan BK yang diberikan terhadap siswa.
e. Adanya ketakutan mengenai hasil assessment (yang buruk) dilakukan oleh
konselor.
2. Solusi
Berhubung masalah terbesar terletak pada sumber daya manusia
(bimbingan dan konseling) itu sendiri, maka solusi yang ditawarkan juga
adalah terfokus kepada peningkatan kualitas kinerja sumber daya manusia
(bimbingan dan konseling) melalui serangkaian pelatihan dan pendidikan
lanjutan yang berbasis profesi. Hal ini juga sejalan dengan apa yang
diungkapkan Schmidt, J. J. (2003) yaitu maksud dari tujuan dari pelatihan
mengenai evaluasi yang berkaitan dengan akuntabilitas adalah:
a. Membantu konselor mendapatkan data yang dapat bermanfaat dalam
perencanaan pengembangan profesi
b. Membantu konselor untuk membuat laporan yang sebenarnya dengan nilai
yang seimbang di sekolah
c. Meningkatkan kesadaran personil BK untuk melakukan akuntabilitas
terhadap kinerja yang telah dilakukannya, agar pihak sekolah dapat
mengetahui manfaat pelayanan yang diberikan.
d. Mempersilahkan konselor untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan
meminjamkan standar baku (kredibilitas) dan validitas untuk bekerja di
sekolah.

I. Pengertian Stakeholders
Stakeholder adalah semua pihak, baik internal maupun eksternal yang
memiliki hubungan baik yang bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi,
bersifat langsung maupun tidak langsung pada komunitas. Dengan demikian,
stakeholder merupakan pihak internal maupun eksternal, seperti pemerintah,
masyarakat sekitar, lingkungan sekitar, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
16

dan sejenisnya, lembaga pemerhati lingkungan, kaum minoritas dan lain


sebagainya yang keberadaannya sangat menpengaruhi dan dipengaruhi oleh
komunitas. Stakeholder diterjemahkan ke dalam istilah sifat-sifat, perilaku
pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan kerja sama
antar peran, kedudukan dari satu jabatan administrasi, dan persepsi dari lain-lain
tentang legitimasi pengaruh.
Batasan stakeholder tersebut di atas mengisyaratkan bahwa komunitas
hendaknya memperhatikan stakeholder, karena stakeholder adalah pihak yang
mempengaruhi dan dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung
atas aktivitas serta kebijakan yang diambil dan dilakukan komunitas. Jika
komunitas tidak memperhatikan stakeholder bukan tidak mungkin akan menuai
protes dan dapat mengeliminasi legitimasi stakeholder. Di dalam satu fenomena
kelompok melibatkan interaksi antara dua orang atau lebih.
Berdasarkan pada asumsi dasar teori stakeholder tersebut, komunitas tidak
dapat melepaskan diri dengan lingkungan sosial sekitarnya. Komunitas perlu
menjaga legitimasi stakeholder serta mendudukkannya dalam kerangka
kebijakan dan pengambilan keputusan, sehingga dapat mendukung dalam
pencapaian tujuan komunitas, yaitu usaha dan mutu kinerja dalam sebuah
komunitas. Para peneliti biasanya mendefinisikan kepemimpinan menurut
pandangan pribadi mereka, serta aspek-aspek fenomena dari kepentingan yang
paling baik bagi para pakar yang bersangkutan.
Esensi teori stakeholder tersebut jika ditarik interkoneksi dengan teori
legitimasi yang mengisyaratkan bahwa komunitas hendaknya mengurangi
ekspetasi dengan masyarakat sekitar guna untuk meningkatkan pengakuan
masyarakat di sekitar, ternyata terdapat benang merah dari permasalahan
tersebut. Untuk itu, komunitas hendaknya menjaga reputasinya, yaitu dengan
menggeser pola orientasi yang semula semata-mata dapat ukur dengan kinerja
yang cenderung negatif, kearah memperhitungkan faktor sosial sebagai wujud
kepedulian dan keberpihakkan terhadap masalah sosial kemasyarakatan.

J. Peran dan Fungsi Stakeholders dalam BK


Stakeholder yang pada mulanya, sebagai pimpinan komunitas dipandang
sebagai satu-satunya stakeholder dalam satu kelompok atau komunitas. Seiring
17

berjalannya waktu, pandangan akan stakeholder berubah dengan memperluas


definisi, tidak hanya kelompok utama saja yang dipandang sebagai stakeholder
dari komunitas tersebut, kelompok stakeholder inilah yang menjadi bahan
pertimbangan bagi manajemen dalam sebuah komunitas dalam mengungkap
atau tidak suatu informasi di dalam laporan komunitas tersebut. Tujuan utama
dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajemen komunitas dalam
meningkatkan penciptaan nilai sebagai dampak dari aktivitas yang dilakukan
dan meminimalkan dampak negatif yang mungkin muncul.
Strategi komunitas untuk memuaskan keinginan para stakeholder, makin baik
pengungkapan yang dilakukan komunitas maka stakeholder akan makin
terpuaskan dan akan memberikan dukungan penuh kepada komunitas tersebut
atas segala aktivitasnya yang bertujuan untuk menaikan kinerja dan mencapai
hasil yangh maksimal. Teori stakeholder menyatakan bahwa komunitas
bukanlah identitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, namun
harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Mempergunakan konsepsi
kepemimpinan berbeda-beda pada saat ini adalah lebih baik, sebagai sumber
pandangan masa depan yang berlain-lainan tentang fenomena yang kompleks
dan multifaset.
Komunitas tidak hanya sekedar bertanggung jawab terhadap para pemilik
sebagaimana terjadi selama ini, namun bergeser menjadi lebih luas, yaitu pada
ranah sosial kemasyarakatan, selanjutnya disebut tanggung jawab sosial.
Fenomena seperti ini terjadi karena adanya tuntutan dari masyarakat akibat sikap
yang negatif yang timbul serta kesenjangan sosial yang terjadi. Untuk itu,
tanggung jawab sebuah komunitas yang semula hanya dapat diukur sebatas pada
indikator dalam laporan, sekarang harus bergeser dengan memperhitungkan
faktor-faktor sosial terhadap stakeholder, baik dari faktor internal maupun faktor
eksternal.
Sekolah merupakan lembaga formal tempat seorang siswa menimba ilmu
dalam mengembangkan bakat, minat, dan kemampuannya. Untuk mencapai
keberhasilan di masa depan, pendidikan merupakan hal yang sangat penting.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
18

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,


kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu komponen dari sekolah
adalah stakeholder. Sekolah memiliki peran dalam mewujudkan pendidikan
yang lebih baik lagi, kualitas stakeholder juga memiliki peran besar dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
Masalah yang sering muncul di sekolah adalah minimnya stakeholder dalam
suatu lembaga pendidikan yang memberikan celah stakeholder untuk melakukan
bimbingan yang tidak sesuai dengan keahliannya, sehingga yang menjadi
imbasnya adalah siswa sebagai anak didik yang tidak mendapatkan solusi yang
maksimal. Padahal siswa adalah sasaran pendidikan yang dibentuk melalui
bimbingan, keteladanan, bantuan, latihan, pengetahuan yang maksimal,
kecakapan, keterampilan, nilai, sikap yang baik dari stakeholder. Maka hanya
dengan stakeholder hal tersebut dapat terwujud secara utuh, sehingga akan
menciptakan kondisi yang menimbulkan kesadaran dan keseriusan dalam
memecahkan semua masalah yang timbul dari siswa. Kegiatan bimbingan di
sekolah dalam proses pendidikan dan pengajaran membantu siswa dalam
menyelesaikan permasalahan siswa. Bimbingan diperuntukkan bagi semua
individu yang membutuhkannya. Dalam memberikan bimbingan, pembimbing
harus selalu mengikuti perkembangan situasi di masyarakat dalam arti yang luas,
yaitu perkembangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
Menurut Hamdani, bimbingan adalah proses bantuan sistematis yang
diberikan oleh konselor/pembimbing kepada klien agar klien dapat:
1. Memahami dirinya
2. Mengarahkan dirinya
3. Memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya
4. Menyesuaikan diri dengan lingkungan (keluarga, sekolah, dan masyarakat
5. Mengambil manfaat dari peluang-peluang yang dimilikinya dalam rangka
mengembangkan diri sesuai dengan potensi-potensinya sehingga berguna
bagi dirinya dan masyarakat.
Peran stakeholder dalam bimbingan dengan melaksanakan program
bimbingan belajar berfungsi untuk membantu siswa dalam mencapai
19

perkembangan siswa secara optimal dalam proses pembelajaran, baik dalam hal
mencerna materi pelajaran maupun dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar
yang dialami oleh siswa. Fungsi seorang pembimbing di sekolah adalah
membantu stakeholder beserta stafnya di dalam menyelenggarakan sekolah.
Proses bimbingan belajar yang diterapkan stakeholder dapat dilakukan dengan
melakukan proses membantu individu agar siswa dapat membantu dirinya
sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Stakeholder memiliki peran penting dalam melaksanakan peran BK, maka
dari iu stakeholder dengan BK memiliki hubungan yang begitu erat, karena BK
tidak akan berjalan sendiri tanpa adanya sosok stakeholder. Peran stakeholder
memilki pengaruh yang cukup besar terhadap lancarnya pelayanan BK. Berikut
ini akan saya akan menyebutkan beberapa peran dan fungsi Stakeholder dalam
Bimbingan dan Konseling (BK).
1. Sebagai Policy Creator
Policy Creator merupakan stakeholder yang berperan sebagai penentu
kebijakan serta pengambil keputusan.
2. Koordinator
Koordinator dapat diartikan sebagai stakeholder yang memiliki peran
mengkoordinasikan stakeholder lain yang terlibat.
3. Fasitator
Ialah stakeholder yang berperan memfasilitasi dan mencukupi kebutuhan
apa yang dibutuhkan oleh sekelompok sasaran.
4. Implementer
Implementer yaitu stakeholder yang berperan sebagai pelaksana
kebijakan yang di dalamnya termasuk sekelompok sasaran.
5. Akseletator
merupakan stakeholder yang mempunyai peran untuk mempercepat atau
memberikan kontribusi agar program minapolitan dapat berjalan sesuai
sasaran atau bahkan lebih cepat waktu pencapaiannya.

K. Klasifikasi Stakeholders dalam BK


Muhaimin, dkk (2010) membagi menjadi stakeholder primer, sekunder, dan
tersier.
1. Stakeholder pimer (utama) adalah stakeholder yang memiliki keterlibatan
secara langsung dengan suatu kebijakan pendidikan, penentu utama dalam
proses pengambilan keputusan , yaitu pemerintah.
20

2. Stakeholder sekunder (Pendukung), adalah stakeholder yang memiliki


keterkaitan langsung dalam pendidikan dan menjadi pelaku dalam
mengimplementasikan kebijakan dari stakeholder primer. Yang dimaksud
dalam pembagian stakeholder ini adalah kepala sekolah, pendidik dan tenaga
kependidikan, siswa, staf administrasi, yayasan dan komite sekolah.
3. Stakeholder tersier (pelengkap), merupakan stakeholder yang tidak memiliki
pengaruh dalam kebijakan pendidikan dan pelaksanaan atau implementasi
kebijakan pendidikan, namun memiliki hak untuk menentukan penilaian
terhadap kebijakan pendidikan dan memiliki hak untuk menggunakan lulusan
lembaga pendidikan. Stakeholder ini adalah masyarakat mitra penyedia
lapangan pekerjaan atau masyarakat pengguna lulusan lembaga pendidikan.

Selain primer, sekunder dan tersier. Stakeholders juga dibedakan menjadi 2


bagian, yaitu stakeholders internal dan stakeholders eksternal:
1. Stakeholders Internal, meliputi kepala sekolah, guru mata pelajaran, dan
guru bimbingan dan konseling
2. Stakeholders eksternal, meliputi siswa, orang tua dan masyarakat
Dari pengertian diatas dapatlah dipahami bahwa dalam konteks dunia
pendidikan dan lebih khusus lagi bimbingan dan konseling stakeholders yang
dimaksud adalah :
1. Siswa
2. Orangtua
3. Kepala Sekolah
4. Guru
5. Konselor
6. Personil Sekolah
7. Pemerintah
8. Masyarakat
Keseluruhan komponen stakeholders di ataslah yang secara langsung terlibat
dan terkait dalam rangka penyelenggaraan program bimbingan dan
konseling.Masing-masing komponen tersebut memiliki tugas pokok dan fungsi
yang berbeda-beda yang kesemuannya menjadi satu kesatuan yang utuh. Sebagai
konselor sekolah yang seyogya bekerja untuk menghasilkan dan
21

mempertahankan keprofesional dan kepercayaan publik, hasil yang mereka nilai


harus menonjol kepada konstituen yang mereka layani dalam hal ini stakeholders
(Perusse & Goodnough, 2004).
22

BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
1. Akuntabilitas BK adalah pertanggungjawaban guru BK/konselor kepada
stakeholders dan/atau pengguna jasa BK untuk menunjukkan efektivitas
program BK sekolah yang memberikan dampak positif bagi kehidupan siswa
berdasarkan data.
2. Tujuan akuntabilitas ada 3, yaitu untuk memantau perkembangan siswa dan
menutup kesenjangan prestasi, untuk menilai dan mengevaluasi program,
untuk menunjukkan efektivitas program konseling sekolah.
3. Menurut A. Muri Yusuf dalam Amirah Diniaty mengemukakan ada 2 bentuk
akuntabilitas yaitu akuntabilitas program dan akuntabilitas manajemen.
Disamping itu dilihat dari organisasinya ada akuntabilitas internal dan
eksternal.
4. Menurut Krumboltz kriteria akuntabilitas adalah ukuran yang menjadi dasar
penilaian atau penetapan sesuatu.
5. Stakeholder adalah semua pihak, baik internal maupun eksternal yang
memiliki hubungan baik yang bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi,
bersifat langsung maupun tidak langsung pada komunitas.
6. Komponen stakeholders yaitu siswa, orangtua, kepala sekolah, guru,
konselor, personil sekolah, pemerintah, masyarakat

B. Saran
Sebagai mahasiswa BK calon konselor muda seharusnya dapat mengerti
pelaksanaan akuntabilitas dalam Bimbingan dan Konseling dan memahami
komponen stakeholders. Agar konselor dapat menunjukkan keprofesionalannya
dalam melaksanakan pelayanan Bimbingan Konseling.
C. Penutup
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT karena kami mampu untuk
menyelesaikan makalah ini. semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pemakalah pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
23

DAFTAR PUSTKA
Ningsih, Wirda. (2017). Peran Stakeholder dalam mendukung Kesuksesan Guru
Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Unggul
Tapaktuan.
Yarliani,Ikta. (2013). Peran Guru Bimbingan dan Konseling Membantu
Mengatasi Masalah Hubungan Sosial Siswa di Madrasah Tsanawiyah
Negeri Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin. Jurnal: Guidance and
Counseling,volume 1 issue, 46-54. (Online)
Putri, MA. (2018). Accountability Of Guidance And Counseling In School.
Enlighten: Jurnal Bimbingan Konseling Islam. Padang: Enlighten, Vol.
1 No. 2
Novrialdy, Eryzal. Akuntabilitas dan Pengawasan dalam Bimbingan dan
Konseling. Padang

Anda mungkin juga menyukai