Anda di halaman 1dari 8

RESUME PRAKTIK PELAYANAN ASKEPGILUT PADA

KELOMPOK BERKEBUTUHAN KHUSUS


MAHASISWA PRODI TERAPI GIGI PROGRAM SARJANA
TERAPAN TINGKAT IV

Dosen Pembimbing : drg. Karin Tika F, Bio Med


Nama : Yusri Mahendra
Nim : PO.71.25.1.18.0043

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI PROGRAM
STUDI TERAPI GIGI PROGRAM SARJANA TERAPAN
2021
A. Karakteristik ABK
a) Karakteristik pada anak Tuna Netra
1) Karakteristik Fisik
Gejala tunanetra yang dapat diamati dari segi fifisik diantaranya :
 Mata juling
 Sering berkedip
 Menyipitkan mata (kelopak) mata merah
 Mata infeksi
 Gerakan mata tak beraturan dan cepat
 Mata selalu berair (mengeluarkan air mata)
 Pembengkakan pada kulit tempat tumbuh bulu mata.

2) Karakteristik Perilaku
 Menggosok mata secara berlebihan.
 Menutup atau melindungi mata sebelah, memiringkan kepala
atau mencondongkan kepala ke depan.
 Sukar membaca atau dalam mengerjakan pekerjaan lain yang
sangat memerlukan penggunaan mata.
 Berkedip lebih banyak daripada biasanya atau lekas marah
apabila mengerjakan suatu pekerjaan.
 Membawa bukunya ke dekat mata.
 Tidak dapat melihat benda-benda yang agak jauh.
 Menyipitkan mata atau mengkerutkan dahi.
 Tidak tertarik perhatiannya pada objek penglihatan atau pada
tugas-tugas yang memerlukan
 penglihatan seperti melihat gambar atau membaca.
 Janggal dalam bermain yang memerlukan kerjasama tangan dan
mata.
 Menghindar dari tugas-tugas yang memerlukan penglihatan atau
memerlukan penglihatan jarak jauh.

i
Penjelasan lainnya berdasarkan adanya beberapa keluhan seperti :
 Mata gatal, panas atau merasa ingin menggaruk karena gatal.
 Banyak mengeluh tentang ketidakmampuan dalam melihat.
 Merasa pusing atau sakit kepala.
 Kabur atau penglihatan ganda.

3) Karakteristik Mental Intelektual


 Intelektual atau kecerdasan anak tunanetra umumnya tidak ber-
beda jauh dengan anak normal/awas.
 Kecenderungan IQ anak tunanetra ada pada batas atas sampai
batas bawah, jadi ada anak yang sangat pintar, cukup pintar dan
ada yang kurang pintar.
 Intelegensi mereka lengkap yakni memiliki kemampuan dedik-
asi, analogi, asosiasi dan sebagainya.
 Mereka juga punya emosi negatif dan positif, seperti sedih,
gembira, punya rasa benci, kecewa, gelisah, bahagia dan
sebagainya.

4) Karakteristik Sosial Kepribadian


Hubungan sosial yang pertama terjadi dengan anak adalah
hubungan dengan ibu, ayah, dan anggota keluarga lain yang ada di
lingkungan keluarga. Kadang kala ada orang tua dan anggota
keluarga yang tidak siap menerima kehadiran anak tunanetra,
sehingga muncul ketegangan, gelisah di antara keluarga.
Akibat dari keterbatasan rangsangan visual untuk menerima
perlakuan orang lain terhadap dirinya, tunanetra mengalami
hambatan dalam perkembangan kepribadian dengan timbulnya
beberapa masalah antara lain:
1. Curiga terhadap orang lain
2. Perasaan mudah tersinggung
3. Ketergantungan yang berlebihan

ii
b) Karakteristik anak Autisme
1) Kesulitan dalam Komunikasi
Masalah komunikasi yang kerap dialami anak penderita
autisme, antara lain :
 Sulit bicara
 Menulis
 Membaca, dan
 Memahami bahasa isyarat, seperti menunjuk dan melambai.
Hal ini kemudian membuatnya sulit untuk memulai
percakapan dan memahami maksud dari suatu perkataan atau
petunjuk yang diberikan orang lain.
Tak jarang anak dengan autisme mengucapkan satu kata
secara berulang atau yang beberapa waktu lalu didengarnya,
mengucapkan sesuatu dengan nada tertentu atau seperti sedang
bersenandung, atau sering tantrum.
Tantrum adalah keadaan ketika anak meluapkan emosinya
dengan cara menangis kencang, berguling-guling di lantai, hingga
melempar barang.

2) Gangguan dalam Berhubungan Sosial


Salah satu ciri-ciri anak autis adalah sulit bersosialisasi.
Anak dengan autisme sering kali terlihat asyik dengan dunianya
sendiri, sehingga sulit terhubung dengan orang-orang di sekitarnya.
anak autis biasanya tidak mudah berteman, bermain dan
berbagi mainan dengan teman, atau fokus terhadap suatu objek atau
mata pelajaran di sekolah.

iii
3) Gangguan Perilaku
Berikut ini adalah beberapa pola perilaku khas yang
biasanya ditunjukkan oleh anak dengan autisme:
 Marah, menangis, atau tertawa tanpa alasan yang jelas
 Hanya menyukai atau mengonsumsi makanan tertentu
 Melakukan tindakan atau gerakan tertentu dilakukan secara
berulang, seperti mengayun tangan atau memutar-mutarkan
badan.
 Hanya menyukai objek atau topik tertentu
 Melakukan aktivitas yang membahayakan dirinya sendiri,
seperti menggigit tangan dengan kencang atau
membenturkan kepala ke dinding.
 Memiliki bahasa atau gerakan tubuh yang cenderung kaku
 Sulit tidur

iv
B. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut Pada ABK
a) Upaya Kesehatan Gigi dan mulut pada anak Tuna Netra
Upaya Kesehatan Gigi dan mulut pada anak tuna netra dapat dilakukan
dengan cara memaksimalkan pemberian edukasi melalui indra yang lain
selain indra penglihatan.
Anak tunanetra memiliki kepekaan indra pendengaran dan perabaan yang
lebih baik dibandingkan dengan anak normal. Macam-macam metode
edukasi khusus yang dapat diberikan kepada anak-anak tunanetra antara lain
audio yang mengguna kan indra pendengaran dan taktil yang menggunakan
indra peraba seperti huruf braille, gambar timbul, dan model peraga 3
dimensi atau benda nyata Setiap metode memiliki kelemahan dan
kelebihannya sehingga penggabungan dua atau lebih metode diharapkan
dapat meningkatkan efektivitas penerimaan pengetahuan kesehatan gigi dan
mulut dan membantu meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut anak
berkebutuhan khusus tuna netra menjadi lebih baik.

b) Upaya Kesehatan Gigi dan mulut pada anak Autisme


 Lakukan Pendekatan terlebih dahulu pada anak ,dengan bantuan
orang tua atau pengasuh sebelum dilakukan penyuluhan
 Cari tahu apa kemauan anak agar mereka Kooperatif,seperti mainan
atau nonton video terlebih dahulu, sebelum dilakukan penyuluhan
kesehatan gigi dan mulut
 Memang tidak mudah berkomunikasi apa lagi pendekatan dengan
anak yang menderita autisme. Namun, dukungan orang-orang di
lingkungan sekitar seperti orang tua dan Pengasuh tentu sangat
berarti baginya
 Biasakan berbicara dengan kalimat singkat dan jelas, atau berbicara
secara perlahan mengenai Cara Menjaga Kesehatan Gigi dan mulut
dengan jeda di antara kata.
 Berikan waktu kepada anak untuk memahami perkataan kita.

v
 Jika perlu, iringi kata yang kita ucapkan dengan gerakan tubuh yang
sederhana.
 Panggil anak selalu dengan namanya.
 Biasakan Rutin diperiksa ke pelayanan kesehatan gigi dan mulut
supaya dipantau kondisi kesehatan gigi dan gusi untuk upaya
pencegahan
 Melatih ABK untuk bisa menjaga dan merawat kebersihan gigi dan
mulutnya. Seperti membantu menyikat gigi yang baik dan benar
pada anak ABK
 Memperhatikan konsumsi makanan pada ABK terutama makanan
yang manis dan melekat.
 Pengunaan dental floss atau sering disebut benang gigi untuk
membersihkan sisa makanan yang terselip sehabis makan sangat
dianjurkan.
 Jika perlu pengunaan obat kumur juga bisa untuk menjaga
perkembangan bakteri mulut, tapi sebaiknya dikonsultasikan
sebelumnya ke dokter spesialis anak.

vi
DAFTAR PUSTAKA

Anisyah, I. (2014). Perawatan gigi anak” Spesial” Media clipping.


Green, L et. al (2007)” Perencanaan pendidikan kesehatan sebuah pendekatan
diagnostik” diterjemahkan oleh Mamdy, Zulazmy ; Tafal, Zarfiel ; Kresno,
Sudarti. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Jakarta.
Putri, M. H. (2014)” Pengaruh pendidikan penyikatan gigi dengan Menggunakan
model rahang dibandingkan dengan metode pendampingan terhadap
tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa-siswi tunanetra SLB-A Bandung”
Majalah Kedokteran Bandung, volume 46 no. 3 September 2014.
Kemenkes RI. (2010). Pedoman pelayanan kesehatan anak di sekolah luar
biasa (SLB) bagi petugas kesehatan” Jakarta : Dirjen Bina kesmas
Kemenkes, 2010
Kemenkes RI. ( 2013). Riset kesehatan dasar tahun 2013.
Kent,G.G., & Blinkhorn, A.S. (2005). Pengelolaan tingkah laku pasien pada
praktik dokter gigi. Jakarta : EGC
Kresno, S. dkk (2000). Aplikasi metode kualitatif dalam penelitian kesehatan .
Depok.
Mahfoedz & Zein (2005). Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada balita
dan ibu hamil.
Megawati, J. (2013). Perawatan gigi anak autis. http ://joglosemar.co
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi kesehatan : teori dan aplikasi . Edisi revisi.
Yogyakarta : Rineka Cipta.
Sengkey, M. dkk. (2015). Status kebersihan gigi dan mulut pada anak autis di kota
Manado. Jurnal E-Gigi vol. 3 Nomor 2, Juli – Desember 2015
Tugalow, dkk. (2016). Gambaran status karies pada anak berkebutuhan khusus di
SLB YPAC Manado. Jurnal E-Gigi Vol. 3, Nomor 2 Juli-Desember 2015.

Anda mungkin juga menyukai