2) Karakteristik Perilaku
Menggosok mata secara berlebihan.
Menutup atau melindungi mata sebelah, memiringkan kepala
atau mencondongkan kepala ke depan.
Sukar membaca atau dalam mengerjakan pekerjaan lain yang
sangat memerlukan penggunaan mata.
Berkedip lebih banyak daripada biasanya atau lekas marah
apabila mengerjakan suatu pekerjaan.
Membawa bukunya ke dekat mata.
Tidak dapat melihat benda-benda yang agak jauh.
Menyipitkan mata atau mengkerutkan dahi.
Tidak tertarik perhatiannya pada objek penglihatan atau pada
tugas-tugas yang memerlukan
penglihatan seperti melihat gambar atau membaca.
Janggal dalam bermain yang memerlukan kerjasama tangan dan
mata.
Menghindar dari tugas-tugas yang memerlukan penglihatan atau
memerlukan penglihatan jarak jauh.
i
Penjelasan lainnya berdasarkan adanya beberapa keluhan seperti :
Mata gatal, panas atau merasa ingin menggaruk karena gatal.
Banyak mengeluh tentang ketidakmampuan dalam melihat.
Merasa pusing atau sakit kepala.
Kabur atau penglihatan ganda.
ii
b) Karakteristik anak Autisme
1) Kesulitan dalam Komunikasi
Masalah komunikasi yang kerap dialami anak penderita
autisme, antara lain :
Sulit bicara
Menulis
Membaca, dan
Memahami bahasa isyarat, seperti menunjuk dan melambai.
Hal ini kemudian membuatnya sulit untuk memulai
percakapan dan memahami maksud dari suatu perkataan atau
petunjuk yang diberikan orang lain.
Tak jarang anak dengan autisme mengucapkan satu kata
secara berulang atau yang beberapa waktu lalu didengarnya,
mengucapkan sesuatu dengan nada tertentu atau seperti sedang
bersenandung, atau sering tantrum.
Tantrum adalah keadaan ketika anak meluapkan emosinya
dengan cara menangis kencang, berguling-guling di lantai, hingga
melempar barang.
iii
3) Gangguan Perilaku
Berikut ini adalah beberapa pola perilaku khas yang
biasanya ditunjukkan oleh anak dengan autisme:
Marah, menangis, atau tertawa tanpa alasan yang jelas
Hanya menyukai atau mengonsumsi makanan tertentu
Melakukan tindakan atau gerakan tertentu dilakukan secara
berulang, seperti mengayun tangan atau memutar-mutarkan
badan.
Hanya menyukai objek atau topik tertentu
Melakukan aktivitas yang membahayakan dirinya sendiri,
seperti menggigit tangan dengan kencang atau
membenturkan kepala ke dinding.
Memiliki bahasa atau gerakan tubuh yang cenderung kaku
Sulit tidur
iv
B. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut Pada ABK
a) Upaya Kesehatan Gigi dan mulut pada anak Tuna Netra
Upaya Kesehatan Gigi dan mulut pada anak tuna netra dapat dilakukan
dengan cara memaksimalkan pemberian edukasi melalui indra yang lain
selain indra penglihatan.
Anak tunanetra memiliki kepekaan indra pendengaran dan perabaan yang
lebih baik dibandingkan dengan anak normal. Macam-macam metode
edukasi khusus yang dapat diberikan kepada anak-anak tunanetra antara lain
audio yang mengguna kan indra pendengaran dan taktil yang menggunakan
indra peraba seperti huruf braille, gambar timbul, dan model peraga 3
dimensi atau benda nyata Setiap metode memiliki kelemahan dan
kelebihannya sehingga penggabungan dua atau lebih metode diharapkan
dapat meningkatkan efektivitas penerimaan pengetahuan kesehatan gigi dan
mulut dan membantu meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut anak
berkebutuhan khusus tuna netra menjadi lebih baik.
v
Jika perlu, iringi kata yang kita ucapkan dengan gerakan tubuh yang
sederhana.
Panggil anak selalu dengan namanya.
Biasakan Rutin diperiksa ke pelayanan kesehatan gigi dan mulut
supaya dipantau kondisi kesehatan gigi dan gusi untuk upaya
pencegahan
Melatih ABK untuk bisa menjaga dan merawat kebersihan gigi dan
mulutnya. Seperti membantu menyikat gigi yang baik dan benar
pada anak ABK
Memperhatikan konsumsi makanan pada ABK terutama makanan
yang manis dan melekat.
Pengunaan dental floss atau sering disebut benang gigi untuk
membersihkan sisa makanan yang terselip sehabis makan sangat
dianjurkan.
Jika perlu pengunaan obat kumur juga bisa untuk menjaga
perkembangan bakteri mulut, tapi sebaiknya dikonsultasikan
sebelumnya ke dokter spesialis anak.
vi
DAFTAR PUSTAKA