Anda di halaman 1dari 7

BUDIDAYA PERIKANAN LAUT DAN PANTAI SEBAGAI ALTERNATIF

PEMENUHAN KEBUTUHAN PRODUKSI IKAN NASIONAL

( Dosen Pengampu : Prof. Pardjono, M.Sc.,Ph.D )

Oleh :

GUNAWAN HIDAYAT

NIM : 09702251016

DINAS PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2010
Pendahuluan

Pertambahan penduduk dan perubahan konsumi masyarakat ke arah protein


hewani yang lebih sehat adalah salah satu penyebab meningkatnya kebutuhan
produk perikanan nasional. Sementara pasokan ikan dari hasil penangkapan
cenderung semakin berkurang dan juga menurunnya kualitas lingkungan, terutama
wilayah perairan tempat ikan memijah, mengasuh dan membesarkan anak adalah
menjadi dasar utama untuk lebih meningkatkan produksi perikanan, baik melalui
budidaya perairan darat maupun budidaya perairan laut dan pantai. Berbagai
kendala yang dihadapi seperti penurunan mutu lingkungan, sosial ekonomi,
kelembagaan dan sumberdaya manusia menjadi pendorong untuk lebih
meningkatkan pasokan ikan dari berbagai sector. Guna mengatasi keadaan ini,
maka pengembangan budidaya laut merupakan alternatif yang cukup memberikan
harapan. Hal ini didukung oleh potensi alam Indonesia yang memiliki 81.000 km
garis pantai dan penduduk yang telah terbiasa dengan budaya pantai dengan
segala pernik-perniknya. Kegiatan budidaya laut dan pantai berpeluang besar
menjadi tumpuan bagi sumber pangan hewani di masa depan,

Untuk membantu peningkatan produksi perikanan nasional, Menteri Kelautan dan


Perikanan Fadel Muhammad mencanangkan gerakan peningkatan produksi
perikanan, khususnya perikanan budidaya, Pada tahun 2009, produksi perikanan
mencapai 10,065 juta ton. Tahun depan, Pemerintah menargetkan produksi ini
tumbuh menjadi 10,76 juta ton. Dan pada 2014, diperkirakan produksi perikanan
menjadi 22,39 juta ton.

Sebagian besar peningkatan produksi perikanan pada 2014 nanti akan ditopang
oleh kenaikan produksi perikanan budidaya. Fadel memprediksi produksi
perikanan budidaya pada 2010 itu baru 5,38 juta ton. Dan pada tahun 2014,
pemerintah menginginkan pertumbuhan produksi perikanan budidaya hingga
353% atau 16,89 juta ton.

Adapun jenis perikanan laut dan pantai yang menjadi unggulan adalah udang
(windu dan putih)), kerapu (tikus, macan dan lumpur), Nila, Kakap, (merah dan
puti) Rajungan (swimming Crabs), bandeng dan artemia. Sedangkan pangsa pasar
hasil produksi perikanan meliputi Negara : Jepang, Amerika Serikat, Korea,Cina,
Taiwan, Thailan, Singapura, Malaysia dan beberapa Negara di Eropa.

(http://www.kontan.co.id/index.php/bisnis/news/30464/Fadel-Ingin-Produksi-
Perikanan-Tahun-2014-itu-2239-Juta-Ton)

Permasalahan

Budidaya laut dan pantai dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : budidaya di tambak
atau bak beton, budidaya dalam karamba jaring apung dan budidaya di dalam
teluk atau perairan semi tertutup. Budidaya ikan dalam karamba dibagi lagi atas
budidaya ikan dengan pemberian pakan dan tanpa pemberian pakan. Diantara
ketiga jenis budidaya laut dan pantai tersebut, budidaya yang telah berkembang
dengan baik adalah budidaya ikan di tambak dan jaring. Budidaya ikan yang
dilakukan di teluk atau perairan semi tertutup belum dapat dilakukan, dan masih
dalam tahap penelitian dan pengembangan, antara lain karena terhambat oleh
konflik kepemilikan lahan dan penguasaan teknologinya, disamping terkait
dengan kebutuhan investasi yang sangat besar.

Pada dasarnya peermasalahan yang sering timbul pada budidaya perikanan laut
dan pantai dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :

1. Lingkungan

Kendala lingkungan yang dimaksud disini meliputi : (1) sumberdaya lahan yang
terbatas atau sulit dikembangkan untuk budidaya, (2) terbatasnya jumlah serta
kualitas air yang tersedia dan (3) bencana alam seperti banjir dan tsunami. Tidak
semua lahan yang terdapat di laut dan pantai dapat dimanfaatkan untuk
budidaya.Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi guna budi daya
perikanan laut dan pantai yaitu :

 Perairan harus tenang dan terlindung dari arus / gelombang


 Kedalaman perairan 5 -15 meter
 Dasar perairan sebaiknya sesuai dengan habitat asal ikan yang akan
dibudidayakan
 Bebas dari bahan cemaran
 Tidak menimbulkan gangguan terhadap alur pelayaran
 Mudah dicapai dari darat
 Lokasi budidaya aman dari tindak pencurian dan penjarahan
 Memenuhi syarat dari segi fisik-kimia kualitas air yaitu ;

 Kecepatan arus 15 – 20 cm/detik


 Suhu : 27 – 29 derajat Celcius
 Keasaman air > 7 (basa)
 Oksigen terlarut . > 5 ppm

2. Sosial Ekonomi dan Budaya


Kendala yang tergolong dalam masalah sosial ekonomi dan budaya
meliputi (1) terbatasnya sarana dan prasarana produksi, (2) fluktuasi harga
produk perikanan yang dihasilkan, sehingga menyulitkan perencanaan
bisnis, khususnya dalam membuat prediksi biaya hasil (out put) produksi
serta (3) masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia perikanan
3. Kelembagaan
Permasalahan kelembagaan meliputi (1) keterbatasan pelayanan
penyuluhan oleh pemerintah, (2) organisasi petani ikan belum berkembang
dengan baik oleh karena kualitas SDM masih sangat rendah dan (3) masih
lemahnya dukungan dari lembaga keuangan bank dan non-bank dalam hal
dukungan permodalan dan pengembalian usaha.
4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Prinsip dasar dari ilmu pengetahuan dan teknologi budidaya peairan adalah
bagaimana manusia dapat meningkatkan laju pertumbuhan dari organisme
akuatik (sumberdaya perairan hayati) yang bermanfaat bagi manusia, agar
diperoleh hasil produksi yang lebih meningkat pada periode/ waktu
tertentu (bila dibandingkan dengan pertumbuhannya di alam) dan
mempunyai sifat tambah yang optimal melalui masukan teknologi dan
energi yang efektif dan efisien.

Pembahasan

Ada beberapa hal yang dapat diupayakan untuk lebih mendukung dan
meningkatkan produksi perikanan laut dan pantai yaitu :

1. Kebijaksanaan Pemerintah

Berbagai kebijakan yang dapat ditempuh untuk merubah struktur produksi adalah
(1) pengadaan sarana dan prasarana penunjang budidaya laut dan pantai, seperti
pembangunan jalan baru, fasilitas komunikasi, air dan penerangan. (2)
pembangunan kawasan budidaya terpadu, yang terdiri dari unit pembenihan,
pembesaran, pasca panen dan industri pendukung terutama pakan. (3)
pengembangan sistem pemantauan dini untuk mengantisipasi terjadinya bencana
terhadap usaha budidaya yang dilakukan, baik yang disebabkan oleh aktifitas alam
(banjir, tsunami, angin topan dan penyebaran penyakit) maupun oleh karena
aktifitas manusia (penyebaran limbah sebagai akibat terjadinya kecelakaan di
darat maupun di laut).

2. Penciptaan Pasar Yang Bersaing

Pada komoditas budidaya yang bersifat musiman, pengelolaan pasar sangat


penting. Pada saat panen dilakukan produksi biasanya melimpah, sehingga harga
ikan yang dihasilkan turun drastis. Bilamana penurunan harga itu terjadi hingga
dibawah biaya produksi, maka dapat dipastikan bahwa petani ikan mengalami
kerugian. Keadaan ini dapat dicegah dan diperbaiki dengan melakukan
pengelolaan pasar yang lebih baik, dengan tujuan meningkatkan pendapatan
petani, sehingga petani tetap bergairah untuk melakukan usaha budidaya ikan.
Pengelolaan pasar antara lain dapat dilakukan dengan memperpendek rantai tata
niaga dari produsen ke konsumen, sehingga petani memperoleh keuntungan yang
lebih besar.

3. Rasionalisasi Iptek

Pengembangan penelitian harus diarahkan untuk mendapatkan teknologi yang


utuh, efisien dan tepat guna khususnya teknologi pemuliaan, pembenihan,
pembesaran dan manajemen kesehatan ikan. IPTEK yang digunakan dalam
perakitan teknologi diutamakan yang mengarah kepada teknologi bangsa sendiri
dan berbasis sumberdaya lokal.

4. Pemberdayaan Kelembagaan

Kelembagaan perlu direvitalisasi untuk menunjang pengembangan budidaya laut


dan pantai meliputi kelembagaan penyuluhan, kelompok tani dan keuangan.
Revitalisasi lembaga penyuluhan dilakukan untuk meningkatkan kesempatan
petani memperoleh layanan penyuluhan sesuai dengan kebutuhannya. Revitalisasi
kelompok tani dilakukan untuk mendorong petani membentuk kelompok dan
meningkatkan kualitas kelompok melalui pemberdayaan anggota kelompok.

Penataan kelembagaan dan koordinasi antar lembaga yang terkait dalam


pengembangan IPTEK perlu dilakukan. Di tingkat petani dan nelayan,
pembentukan koperasi dan kelompok tani terbukti banyak membantu proses
peningkatan produksi.

Disamping itu ditingkat kelembagaan pendidikan formal ataupun non formal


seperti STP, APP, Akademi Perikanan, SPP Perikanan, BIPP, BPP perlu disusun
kurikulum dan muatan budidaya laut secara proporsional .

Lembaga-lembaga yang mempunyai tugas dan fungsi diseminasi seperti Balai-


balai Pengembangan, BPTP, BIPP, BPP maupun penyuluh dan kelompok tani -
nelayan perlu lebih diberdayakan karena selain menjadi pemegang peranan
penting dalam percepatan transfer teknologi dan informasi, mereka juga
mengidentifikasi kebutuhan serta merakit paket teknologi spesifik lokasi berdasar
sumberdaya yang tersedia untuk mendukung pembangunan wilayah.

5. Pengembangan Sumberdaya Manusia


Sumberdaya manusia merupakan unsur utama pembangunan yang perlu
diperhatikan dalam kegiatan budidaya perikanan laut dan pantai, disamping dua
unsur lainnya, yaitu teknologi dan sumberdaya alam. Termasuk kedalam
sumberdaya manusia ini adalah sumberdaya manusia sebagai penghasil teknologi
maupun sumberdaya pengguna teknologi.

Anda mungkin juga menyukai