terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan yaitu Kecamatan Bukit sebagai kecamatan yang
paling tua dengan ibu kota Redelong, yang saat ini ditabalkan menjadi ibukota
Kabupaten Bener Meriah. Luas wilayah 1.454,09 KM², yang terdiri dari :
52
dengan Kecamatan Syiah Utama sebagai kecamatan yang terluas yaitu 560
KM² (38,51 %) dari luas wilayah dan Kecamatan Wih Pesam merupakan kecamatan
yang terkecil, dengan luas wilayah 48,14 KM² (3.31%). Kabupaten Bener Meriah
merupakan daerah yang sangat subur dan memiliki potensi untuk menjadi daerah
Keadaan ini didukung oleh iklim tropis dengan suhu udara bervariasi antara 32 –
20 0C dengan curah hujan setiap tahun berkisar 1.000 mm-2.500 mm yang berada
pada ketinggian 100 – 2600 m diatas permukaan laut. Disamping itu, Kabupaten
Bener Meriah juga memiliki potensi ekonomi lainnya yang menjanjikan, seperti
Air, serta potensi budaya yang beragam seperti didong dan tradisi pacuan kuda yang
1. Sawah : 21.234.00 Ha
2. Pekarangan/Bangunan : 3.172,80 Ha
3. Kebun/Ladang : 50.384,00 Ha
6. Lain-lain : 12.567,22 Ha
53
3.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Bener Meriah
Tabel.3
jumlah penduduk di kabupaten Bener Meriah
Nama Laki- Jumlah Luas Kepadatan
No Perempuan
Kecamatan[2] Laki Penduduk Wilayah Penduduk
Pintu Rime 223,56 59,73
1 6.902 6.451 13.353
Gayo km² jiwa/km²
159,66 114,43
2 Permata 9.440 8.830 18.270
km² jiwa/km²
792,71 4,21
3 Syiah Utama 1.710 1.627 3.337
km² jiwa/km²
88,10 289,55
4 Bandar 12.859 12.650 25.509
km² jiwa/km²
110,95 228,37
5 Bukit 12.802 12.536 25.338
km² jiwa/km²
66,28 352,72
6 Wih Pesam 11.951 11.427 23.378
km² jiwa/km²
98,28 204,78
7 Timang Gajah 10.264 9.862 20.126
km² jiwa/km²
Bener 19,75 236,15
8 2.379 2.285 4.664
Kelipah km² jiwa/km²
286,83 18,25
9 Mesidah 2.802 2.435 5.237
km² jiwa/km²
73,57 127,82
10 Gajah Putih 4.849 4.555 9.404
km² jiwa/km²
Bener Meriah Provinsi Aceh, dengan luas Wilayah 88,10 km². Kecamatan Bandar
Meriah yaitu sebesar 289,55% , dengan jumlah keseluruhan penduduk 25.509 jiwa,
yang terdiri dari 12.859 jiwa laki-laki dan 12650 jiwa perempuan dan terdiri dari
54
Tabel. 4
Daftar Desa di Kecamatan Bandar
55
37 Desa Simpang Utama 3
38 Desa Suku Bener 3
39 Desa Suku Wih ilang 3
40 Desa Tanjung Pura 3
41 Desa Tansaran Bidin 4
42 Desa Tawar Sedenge 5
43 Desa Wonosari 3
44 Desa Blang Pulo 3
kabupaten Bener Meriah yaitu dengan jumlah sebesar 289,55% , dengan jumlah
penduduk 25.509 jiwa, yang terdiri dari 12.859 jiwa laki-laki dan 12650 jiwa
perempuan.
masjid yang digunakan untuk segala kegiatan ibadah dan keagamaan, untuk semua
Tabel.5
Daftar Masjid/Sarana Peribadatan di Kecamatan Bandar
Tahun
NO Nama Masjid Alamat Status
Berdiri
Masjid
1 1980 Puja Mulia Wakaf
Al-Falah
Masjid Bener Kelipah
2 1975 Wakaf
Ruhul Islam Utara
Masjid
3 2010 Keramat Jaya Wakaf
An-Nur
Masjid
4 1978 Gajah Putih Wakaf
Nurul Yakin
Masjid
5 2012 Batin Bandar Jaya Wakaf
Al-Mukmin
56
Masjid
6 2010 Bahgie Bertona Wakaf
Nurul Jannah
Masjid
7 1999 Pakat Jeroh Wakaf
Miftahul Jannah
Masjid
8 1989 Mangku Wakaf
Al-Munawarah
Masjid
9 1987 Baten Baru Wakaf
Al-Mubarak
Masjid
10 1984 Belang Jorong Wakaf
Abdul Rauf
Masjid
11 2001 Lewa Jadi Wakaf
Al-Hidayah
Masjid
12 2010 Bukit wih Ilang Wakaf
An-Nur
Masjid
13 1989 Pondok keramat Wakaf
Baitul Rahman
Masjid
14 2005 Sidodadi Wakaf
Babul Jannah
Masjid
15 1983 Selamt Rejo Wakaf
Darur Makmur
Masjid
16 1996 Blang Pulo Wakaf
Baitul Makmur
Masjid
17 1994 Hakim Wih Ilang Wakaf
Baitul Haq
Masjid
18 1996 Suku Wih Ilang Wakaf
Nurul Yaqin
Masjid
19 1970 Pondok Gajah Wakaf
Al-Muttaqin
Masjid
20 1990 Wonosari Wakaf
Ar-Rahman
Masjid
21 1980 Lewa Jadi Wakaf
Al-Huda
Desa sidodadi adalah salah satu desa yang berada di dataran tinggi gayo
Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah, dengan luas wilayah 1200 km² dan
ketinggian 1300 mdpl ,Terletak 1,5 km dari ibu kota Kecamatan Bandar, 15 km d
dari ibu kota Kabupaten Bener Meriah dan 201 km dari ibu kota Provinsi Aceh.
57
Desa ini berdampingan dengan desa-desa lain yang berada pada kecamatan Bandar.
Tepatnya terletak pada tepi jalan lintas di antara Kecamatan Bandar menuju
Kecamatan bukit, Kecamatan wih pesam dan Kecamatan Pintu rime gayo.
wilayah yaitu :
Letak dan bentuk desa sidodadi tidak jauh berbeda dengan desa-desa
tetangga yang berbatasan dengan desa sidodadi, terutama untuk desa jadi sepakat,
kesamaan letak dan bentuk sangat jelas terlihat dimana bila kita mengunjungi desa
jadi sepakat ataupun desa sidodadi ini dengan sekali lintas saja kita sudah bisa
melihat seluruh bagian desa. Karena hampir keseluruhan bangunan rumah terletak
Wilayah Desa Sidodadi pada asal mulanya merupakan hutan belantara yang
berada diwilayah kecamatan Bandar. Seirining berjalannya waktu pada daerah ini
dijadikan sebagai pemukiman warga karena masih banyak lahan kosong yang
Aceh kemudian pada tahun 1937 daerah wilayah ini diresmikan menjadi sebuah
desa yang di beri nama desa sidodadi, sebuah nama pemberian dari Almarhum
58
Bapak Kromo Wijoyo, karena beliau adalah
dengan pesat hal itu ditandai dengan banyaknya penduduk Aceh berdatangan untuk
Dari mulai sejak berdirinya Desa sidodadi yaitu tahun 1937 sampai saat ini telah
dipimpin oleh 9 orang Kepala Desa. Berturut Jabatan Kepala Desa Di Desa
Tabel. 6
Urutan Jabatan Kepala Desa Sidodadi
59
3.5.3 Jumlah Penduduk Masyarakat Desa Sidodadi
Hingga Bulan Maret 2017, jumlah penduduk di Desa Sidodadi adalah 515
Jiwa, yang terdiri dari 170 Kepala Keluarga dengan klasifikasi sebagai berikut :
Tabel.7
Jumlah penduduk menurut Jenis Kelamin
NO Uraian Laki-laki Perempuan Jumlah
1 WNI Pribumi 259 256 515
2 WNI. KA - - -
3 WNA - - -
Jumlah 259 256 515
Melalui tabel diatas dapat diambil suatu fakta bahwa, 100% warga Desa
Sidodadi adalah mayoritas Warga Indoenesia Asli yaitu sejumlah 515 jiwa. Warga
Negara Keturunan Asing dan Warga Negara Asing dipastikan tidak ada.
Tabel.8
Jumlah Penduduk Menurut Agama
No Agama Jumlah
1 Islam 515
2 Kristen -
3 Hindu -
4 Budha -
4 Katolik -
Jumlah 515
Dari data diatas, dapat diambil suatu kenyataan bahwa agama yang dianut
oleh masyarakat Desa Sidodadi adalah 100% agama Islam yaitu sebanyak 515
60
jiwa. Sementara untuk agama Kristen, Hindu, Budha dan Katolik dipastikan tidak
ada.
Tabel. 9
Jumlah Penduduk Menurut Klasifikasi Umur
NO UMUR JUMLAH
1 0-12 Bulan 58
2 1-5 Tahun 63
3 6-16 Tahun 75
4 17-24 Tahun 39
5 25-30 Tahun 54
6 31-40 Tahun 91
7 >40 Tahun 135
Jumlah 515 Jiwa
diatas 41 tahun merupakan kelompok umur yang sangat dominan di Desa Sidodaadi
dengan jumlah 135 jiwa. Kemudian diikuti oleh kelompok umur 31-40 tahun
sebagai kelompok umur yang juga dominan di Desa Sidodadi dengan Jumlah 91
Jiwa, sementara dengan jumlah yang paling sedikit berada pada kelompok umur
17-24 Tahun
bahasa gayo, gayo adalah subuah nama salah satu suku yang ada di Aceh. Bahasa
gayo sendiri memiliki dua jenis bahasa yaitu bahasa halus dan kasar , karena
kemajuan zaman dan perubahan yang silih berganti saat ini masyarakat desa
sidodadi cenderung memakai bahasa gayo kasar. Dalam tutur berkeluarga di dalam
61
suku gayo panggilan ayah di sebut dengan ama, panggilan ibu disebut dengan ine,
panggilan kakak disebut dengan aka, dan panggilan adik disebut dengan engi,
Dalam bahasa gayo, suku gayo juga mengenal tingkat kesopanan dalam
berbicara dan di tunjukan dengan istilah “tutur” (cara memanggil orang) dengan
panggilan yang sopan dan berbeda, hal tersebut menunjukan tata krama, sopan
santun, rasa hormat dan penghargaan untuk orang yang lebih tua misalnya
pemakaian panggilan ko dan kam, yang kedua kata tersebut memiliki arti yang sama
yaitu “anda” biasanya panggilan ko digunakan orang tua kepada orang yang lebih
muda dan panggilan kam digunakan orang yang lebih muda kepada orang tua.
cenderung berkembang. Budaya gayo memang sudah ada dari zaman nenek
moyang saat raja linge ada budaya itu mengalami turun menurun sampai
dengan sekarang dan menjadi ciri khas sendiri dari masyarakat suku gayo.
terkenal antara lain adalah tari saman dan seni bertutur yang disebut didong
1. Didong niet
2. Tuak kukur
3. Melengkah
4. Dabus
62
5. Tari bines
6. Tari guel
7. Tari munalo
8. Tari sining
interaksi sosial antara orang yang lebih tua dengan orang yang lebih muda
yaitu :
Masyarakat desa sidodadi hidup dalam komuniti kecil yang di sebut dengan
kampung, setiap kampung dikepalai oleh seorang gecik (reje kampung), kemudian
di bawahi oleh sekretaris dan kepala dusun. Ada beberapa unsur yang membedakan
nasional yaitu pada pemerintahan desa di kabupaten bener meriah tidak mengenal
adanya sistem RT/RW yang ada hanya satu bagian saja yang disebut sebagai
“dusun” yang dipimpin oleh kepala dusun. Untuk desa sidoadi memiliki 3(tiga)
63
BADAN PEMERIKSA KEPALA DESA/
KEUANGAN GECIK
ISWADI GIMUN
SEKRETARIS
MULIA SASTRA
KAUR PEMERINTAHAN
NAZARUDDIN
64
Aceh adalah salah satu provinsi di Indonesia yang sangat menjunjung tinggi
adat istiadat dalam masyarakatnya. Hal ini terlihat dengan masih berfungsinya
di Aceh masih tetap diakui dan berjalan. Hukum adat di Aceh tetap masih
adat di tingkat gampong dan mukim, Institusi ini juga merupakan lembaga
masyarakatnya. Pengelolaan sumber daya alam pun di atur oleh lembaga adat yang
sudah terbentuk.1
Keujruen Blang, Haria Pekan, Petua Sineubok. Semua lembaga ini berperan di
terpelihara. Misalnya Panglima Laot yang bertugas mengelola segala hal berkaitan
dengan laut dan hasilnya. Tentunya semua hal berkaitan dengan laut diatur oleh
seperti terlihat di Gampong Baro. Kampung yang dulunya berada di pinggir pantai,
namun seiring berjalannya waktu, tsunami telah menelan kampung mereka. Berkat
1
. http://knowledgeisfreee.blogspot.co.id/2015/10/makalah-sistem-kehidupan-
masyarakat.html diakses pada tanggal 24 april 2017 pukul 09:57 WIB
65
masyarakat Gampong Baro sekarang sudah memiliki perkampungan yang baru,
yaitu di kaki bukit desa Durung, Aceh Besar. Tak pernah terjadi kericuhan dalam
masyarakatnya, sebab segala macam kejadian, sampai pada pembagian bantuan pun
masyarakat percaya penuh kepada lembaga adat yang sudah terbentuk. Nilai
pengambilan keputusan.
agamanya . Aceh juga di kenal dengan sebutan Serambi Mekkah yang sangat kaya
dengan mesjid-masjid yang megah. Bagi masyarakat Aceh agama sangat berperan
kehilangan arah. Dengan demikian , agama memiliki daya konstruktif, regulatif dan
Bagi orang Aceh agama itu telah di jadikan indikator yang mampu
membentuk satu kesatuan sosial yang kuat di dalam masyarakat, terutama bagi yang
perintah Allah dan Rasul-nya. Mereka meyakini bahwa ajaran Islam akan
Aceh adalah sebagai tempat duek pakat (Musyawarah), melaksanakan ibadah dan
tempat membangun jati diri masyarakat yang sesuai dengan ajaran islam, integrasi
tersebut melahirkan sebuah adagium (hadiah maja) dalam masyarakat Aceh adat
ngon agama lagee zat ngon sifeuet (adat dan agama seperti zat dan sifat). Oleh
karena itu adat dan agama tidak bisa di pisahkan dalam kehidupan masyarakat
Aceh. Aceh sebagai negeri yang penduduknya mayoritas beragama Islam sangat
66
kental dengan adat istiadatnya. Ini terlihat dari masyarakat Aceh yang hampir tidak
mampu membedakan antara hukum dan adat. Dalam masyarakat Aceh juga
terdapat teori yang sangat melekat dalam kehidupan masyrakat Aceh sendiri, “adat
bak Po Teumeureuhom hukom bak Syiah Kuala: Hukom Ngon Agama lagee zat
ngon sifeuet.” (Sumber : Muliadi Kurdi, 2009, Aceh dimata sejarawan). Teori
dalam provinsi Aceh yang terdiri atas gabungan beberapa gampong yang memiliki
batas wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri, serta berkedudukan langsung di
Sistem sosial ini telah menjadi adat turun temurun dalam masyarakat Aceh
dan telah digunakan mulai dari masa kerajaan Aceh berdaulat dulunya. Saat itu
Aceh sangat dikenal dimata dunia. Nama Aceh seolah melambung, apalagi di saat
Aceh kedalam masa kejayaan dan menjadikan Aceh sebagai kerajaan islam
terbesar di Asia Tenggara pada masa itu. kerajaan Aceh saat itu meliputi dua pertiga
pulau Sumatra dan semenanjung melayu. Aceh dengan hasil alam yang melimpah
Perdagangan cengkeh, lada dan hasil komoditi lainnya menyebabkan Aceh menjadi
67
incaran Negara-negara eropa. Setelah Sultan Iskandar Muda mangkat Aceh seakan
kerajaan Aceh, nama Aceh sedikit demi sedikit mulai buram. Akhirnya kerajaan
Aceh menemui masa kelamnya setelah sultan terakhir Aceh Sultan Daud Syah
berdaulat menyerah kepada belanda. Aceh pada masa itu seakan menjadi daerah
tanpa penguasa. Pada saat itu tamping kekuasaan secara sengaja dirampas oleh
belanda. Pada masa itu Aceh di pimpin oleh seorang gobernur yang bernama van
swithen.
Namun ini semua tidak berarti memutuskan garis perjuangan rakyat Aceh.
Bahkan Belanda mencatat bahwa perang melawan Aceh adalah perang yang paling
kesultanan Aceh pada masa itu, namun perjuangan di kalangan rakyat masih tetap
di kobarkan. Aceh hari ini bukanlah aceh yang diharapkan oleh para leluhur, karena
Aceh saat ini cenderung menjadi Aceh yang lemah sekaligus Aceh yang
kehilangan arah. Seharusnya saat ini Aceh harus melawan globalisasi untuk mampu
sendiri melalui apa yang telah diriwayatkan dari dulu oleh para Endatu. Saatnya
68