Anda di halaman 1dari 7

REVIEW

PENGUKURAN KINERJA VALUE FOR MONEY


Dilaksanakan guna memenuhi tugas mata kuliah pelayanan publik
Dosen Pengampu : Dr. Rahmawati Sururama, S.STP., M.Si

Oleh
SAPRIJAL PUTRA
NPP: 30.0062
KELAS: D5
ABSEN: 25

ISNTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH
TAHUN
2021
PENGUKURAN KINERJA VALUE FOR MONEY

Menurut Mahsun (2007: 157), kinerja (performance) adalah gambaran mengenai

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan

sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu

organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat

keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu

atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah diterapkan.

Menurut Bastian (2006: 275), pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan

mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi (mission

accomplishment) melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa, ataupun suatu

proses. Ada beberapa cara pengukuran kinerja yang bisa digunakan, antara lain metode

balance score card dan metode value for money. Dalam metode balance score card

terdapat empat perspektif yang dinilai yaitu perspektif keuangan (financial), perspektif

konsumen (customer), perspektif proses bisnis/intern (internal), dan perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan (growth and learn), sedangkan metode value for money

terdapat tiga elemen utama yang dinilai yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektifitas.

Tujuan Pengukuran Kinerja

Menurut Mardiasmo (2002: 122), tujuan sistem pengukuran kinerja adalah:

a. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan

bottom up);
b. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehingga dapat

ditelusur perkembangan pencapaian strategi;

c. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah

serta memotivasi untuk mencapai keselarasan


antara tindakan dengan tujuan yang ingin dicapai (goal congruence); dan

d. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual

dan kemampuan kolektif yang rasional.

VALUE FOR MONEY

Menurut Mardiasmo (2002: 4), value for money merupakan konsep pengelolaan

organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yakni ekonomi,

efisiensi, dan efektifitas.

e. Ekonomi

Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir

input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros

dan tidak produktif.

f. Efisiensi

Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja

atau target yang telah ditetapkan.

g. Efektivitas

Efektivitas merupakan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan.

Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.

Manfaat Value for Money

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diambil dengan adanya implementasi Value for

Money yang benar Menurut Halim (2002: 14) adalah:

a) Meningkatkan efektifitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang

diberikan tepat sasaran,


b) Meningkatnya mutu pelayanan publik,

c) Menurunnya biaya pelayanan publik karena hilangnya inefesiensi dan

terjadinya pengehematan dalam penggunaan input,

d) Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik; dan

e) Meningkatkan kesadaran akan uang publik (public costs awareness)

sebagai akar pelaksanaan akuntabilitas publik.

Indikator Value for Money

Menurut Mardiasmo (2009: 130), tuntutan masyarakat dalam value for money adalah

ekonomis (hemat) dalam pengadaan dan alokasi sumber daya, efisiensi dalam arti bahwa

penggunaan/pengorbanannya diminimalan dan hasilnya dimaksimalkan, serta efektif (berhasil

guna) dalam arti pencapaian tujuan dan sasaran. Peranan indikatro kinerja pada value for

money adalah untuk menyediakan informasi sebagai pertimbangan untuk pembuatan

keputusan.

Indikator value for money dibagi menjadi dua, yaitu:


Indikator alokasi biaya (ekonomis dan efisiensi)

a. Ekonomis artinya pembelian barang dan jasa dengan tingkat kualitas tertentu pada

harga terbaik (spending les). Efisiensi artinya output tertentu dapat dicapai dengan

sumber daya yang serendah-rendahnya (spending well).

b. Indikator kualitas pelayanan (efektivitas)

Efektivitas artinya kontribusi output terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang

ditetapkan (spending wisely).


Secara etimologis, pelayanan berasal dari kata layan yang berarti membantu
menyiapkan atau mengurus keperluan seseorang (Hardiyansyah, 2011 : 10). Sinambela
mengemukakan bahwa pelayanan merupakan aktivitas yang diberikan untuk membantu,
menyiapkan dan mengurus baik itu berupa barang/jasa dari satu pihak kepada pihak lain.
Pelayanan publik menurut Hidayaningrat dikutip oleh Suwondo (2001, h.29)
menjabarkan pelayanan publik sebagai aktivitas yang dilakukan untuk memberikan jasajasa
dan kemudahan bagi masyarakat untuk memegang teguh syarat-syarat efisiensi, efektivitas,
dan penghematan. Sedangkan seperti yang dikemukakan Siagian (1992, h.131) berpendapat
bahwa pelayanan publik adalah aktivitas yang dilakukan untuk memberikan jasa-jasa dan
kemudahan kepada masyarakat dengan mempertimbangkan aspek-aspek sebagai berikut:
 Pelayanan publik berhubungan dengan kegiatan memberikan pelayanan kepada
masyarakat sesuai dengan haknya,
 Adanya prinsipprinsip efisiensi, efektivitas dan penghematan dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat serta pelayanan yang diberikan berupa barang dan jasa
yang vital.

Asas-Asas Pelaynan Publik


Asas-asas pelayanan publik menurut UU No. 25 tahun 2009 pada pasal 4 bahwa
penyelenggaraam pelayanan publik berdasarkan :
 Kepentingan umum
 Kepastian hukum
 Kesamaan hak
 Keseimbangan hak dan kewajiban
 Keprofesionalan
 Partisipatif
 Persamaan perlakuan/tidak diskrimantif
 Keterbukaan
 Akuntabilitas
 Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan
 Ketepatan waktu
 Kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan
Kualitas Pelayanan Publik
Menurut Sinambela (2008 : 6), ada beberapa indikator yang harus dipenuhi agar suatu
pelayanan dapat dikatakan sebagai pelayanan prima. Indikator tersebut adalah :
a. Transparansi, yaitu pelayanan bersifat terbuka, mudah dan dapatdiakses oleh semua
pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.
Penyelenggara pelayanan harus bisa mengakomodasi setiap kebutuhan publik akan
pelayanan. Institusi pemerintah wajib memberikan kemudahan masyarakat untuk dapat
mengakses pelayanan dan juga menyediakan segala fasilitas yang dapat memudahkan
masyarakat dalam memperoleh pelayanan yang baik.
b. Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan. Dalam penelitian ini, akuntabilitas dilihat dari
kekonsistenan penyelenggara pelayan publik dalam menjalankan pelayanan sesuai
dengan standar pelayanan yang sudah ditetapkan.
c. Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan
penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.
d. Dalam hal ini, pemberian pelayanan harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat
maupun pelayan publik dimana nantinya setiap orang yang hendak mengakses pelayanan
publik bisa mendapatkan pelayanan yang baik tanpa memberatkan kedua belah pihak,
seperti biaya yang memberatkan atau waktu yang tidak sesuai jadwal sehingga
memberatkan penyedia pelayanan publik.mendapatkan pelayanan yang baik tanpa
memberatkan kedua belah pihak, seperti biaya yang memberatkan atau waktu yang tidak
sesuai jadwal sehingga memberatkan penyedia pelayanan publik.
e. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan
harapan masyarakat.
f. Kesamaan hak, yakni pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek
apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial dan lain-lain.
Penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan di Kantor Pelayanan Perizinan
tidak boleh melakukan diskriminasi atau membeda-bedakan penerima pelayanan.
Keseimbangan hak dan kewajiban, yakni pelayanan yang mempertimbangkan aspek
keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik. Dalam penyelenggaraan pelayanan
publik, tentunya tidak hanya berpihak kepada salah satu pihak apakah pemberi atau penerima
pelayanan.Hal ini dapat dilihat apakah dalam memberikan pelayanan sudah sesuai dengan
standar pelayanan yang sudah ditetapkan sehingga menunjukkan adanya kewajiban yang
sudah dipenuhi pemberi pelayanan dan hak yang diterima oleh penerima
pelayanan.Sebaliknya, maka penerima layanan juga harus melaksanakan kewajiban apakah
dengan membayar biaya pelayanan dan sebagai pemberi pelayanan apakah telah
mendapatkan haknya seperti mendapat jam istirahat ataupun balas jasa yang dilakukan dari
pemerintah berupa gaji secara tepat.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pengukuran kinerja value for money
terhadap pelayanan publik maka tingkat kepuasan masyarakat dan tolak ukur masyarakat
terhadap pelayanan yang diberikkan akan semakin bertambah dan tentunya tingkat
kepercayaan masyarakat kepada pemerintah juga akan bertambah.

Anda mungkin juga menyukai