Oleh:
Yusi Afriani HTN 6B
NIM. 1911150054
Dosen Pengampu:
A.MAJID ALI,M.Si
Salah satu tujuan reformasi organisasi publik yang utama adalah untuk menciptakan
efisiensi dan efektivitas pemerintahan agae menjadi lebuh baik dari sebelumnya. Contoh kasus
perubahan kewenangan pemrintah dalam hubungan antarstrata pemerintahan dengan
memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah. Dengan perubahan itu
diharapkan proses pelayanan publik akan lebih baik kualitasnya. Dalam kondisi ligkungan yang
berubah itu organisasi pemerintah juga harus berubah kinerjanya tetap dapat dipelihara atau
ditingkatkan. Ini merupakan tugas pihak manajemen atau pengambil kebijakan di organisasi
yang bersangkutan.
Menurut Gibson kajian efektivitas organisasi harus dimulai dari yang paling mendasar terletak
pada:
Efektivitas individu yaitu tingkat pencapaian hasil pada kerja individu organisasi
Efektivitas kelompok yaitu tingkat pencapaian hasil kerja yang dilkukan oleh sekelompok
anggota organisasi
Efektivitas organisasi yaitu merupakan kontribusi hasil kerja dari tiap-tiap efektivitas
individu dan efektivitas kelompok atau tim yang saling sinergis.
Dalam konteks privat (profit oriented), bastian memberikan pengertian yangg
berbedamengenai apa yang disebut ekonomis, efisiensi, dan efektifitas, efisiensi, yaitu hubungan
anatara input dan output dimana penggunaan barang dan jasa yang dibesli organisasi untuk
mencapai output tertentu, efektivitas yaitu hubungan anatar uotput dan tujuan, dimana efektivitas
diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijkaan dan prosedur dari organisasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ekonomis, yaitu hubungan antara pasar dan input dimana
pembelian barangdan jasa pada kualitas yang diinginkan dan pada harga yang terbaik yang
dimungkinkan.
Dari sisi administratif pemerintahan , efisiensi dan efektivitas adalah acuan atau tolak
ukur terpenting untuk menilai kinerja pemerintahan. Ukuran efisiensi dan efektivitas menjadi
sangat oenting dalam peleksanaan otonomi daerah mengingat semakin besar dan luasnya
kewenangan pemerintah daerah dalam mengelola dana masyarakat (public money). Bagi sektor
publikatau pemerintahan, tolak ukur efektifitas dan efisiensi adalah berbeda dengan ektor swasta,
terutama jika dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai. tujuan termonologi sangat luas
cakupannya, sehinggga terminologiefektifitas dan efisiensi yang berlaku didunia prifat tentu
akan berbeda masukan dan parlementer yang akan digunakan untuk menilainya.
Adanya ukuran yang berbeda mengenai efisiensi dan efektivitas itu yang membedakan
antara organisasi sektor publik dan sektor privat. Kedua organisasi itu pada dasarnya
membutuhkan sebuah ukuran dan akan berusaha mencapai apa yang disebut efisiensi dan efektif,
hanya saja tolak ukur yang berbeda. Apa yang disebut efektif dan dan efisien disektor publik
itulah tolak ukurnya berebda dengan seektor privat.
F. Manajemen E-goverment
Dalam kasus perkembangan teknologi yang begitu pesat itu organisasi publik sering
dianggap tidak responsif sehingga tergagap-gagap jika berhadapan dengannya. Dalam bahasa
populer kondisi demikian sering dinamakan sebagai gagap teknologi (gaptek). Begitupun
terhadap fenomena serupa dalam konteks yang lebih menyeluruh yang sering disebut globalisasi.
Jika dicermatu leih seksama, seemua itu tidak lepas dari pesatnya perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang membuat hubungan antar organisasi dan antara manusia dan
antar negara seperti menyatu dan tidak terpisah-pisah lagi oleh sekat-sekat yang bersifat
alamaiah dan fisik sifatnya. Ketika pengaruh itu sudah demikian nyat atau tidak bisa dihindarkan
maka kurun waktu yang kemudian disebut sebagai era globalisasi.
Pihak manajemen harus responsif dengan perkembangan ini dengan melakukan sejumlah
penyesuaian, kemudian mengambil manfaat dan keuntungan dari sejumlah perubahan tersebut.
Misalnya dengan mengadopsi sistem apa yang sering disebut e-goverment. Jika tugas dan fungsi
manajemen itu meliputu fungsi, planning, organizing, actuanting, dan controlling atau
yangsering disingkat POAC. Maka jika disederhanakan kedalam perspekftif teknologi informasi
(IT), pada dasarnya tugas umum manajemen pemerintah adalah melayanai masyarakat yang
didalamnya berkaitan dengan pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan penyebaran data
maupun informasi yang penting bagi masyarakat.
Sudah pasti keempat fungsi (POAC) atau tugas umum pemeritah tersebut membutuhkan
sistem dan teknologi informasi yang handal salah satunya adalah dengan menerapkan secara
intensuf apa yang kini populer disebut e-goverment. Secara sederhana e-goverment dapat
dipahami sebagai upaya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
kualitas pelayana publik. Teknologi informasi berperan seebagai alat pendorong efisiensi dan
efektivitas pelayanan publik. Sama seperti dinyatakan surendo, penerapan e-goverment
merupakan upaya pemerintah mengaddopsi teknologi informasi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan publik. Dalam upaya tersebut teknologi berperan sebagai alat yang diyakini dapat
meningkatkan efisiesni dan efektivitas pelayanan.
World bank menjelaskan domain dan ruang lingkup e-goverment sebagai: (e-goverment
merupakan pengunaan teknologi informasi oleh pemerintah seperti wide area networks, internet,
dan computer mobileyang mempunyai kemampuan mentransformasikan hubungan dengan
rakyatm elompok bisnis, aparatur pemerintah). Diharapkan dengan menerpakan e-goverment
pemberian produk dan pelayanan harus berorientasi pada kekuasaan pelanggan (customer
satisfaction oriented). Melalui e-goverment itu aspek fleksibilitas dan akses terhadap pelayanan
pemerintahan akan semakin baik.
Khusus mengenai arti kata govermance ini Agus Dwiyanto secara konsepsional
merincinya kedalam tiga dimensi penting yaitu dimensi kelembagaan, dimensi nilai yang
menjadi dasar dalam penggunaan kekuasaan dan ketiga adalah dimensi proses . ketiga dimensi
dari govermance itu yang sejauh ini mencirikan apa yang disebut govarmace atau tata kelola
pemerintahan. Apa yang dimaksdu dimensi kelembagaan govarmence adalah sebuah sistem
administrasi yang banyak melibatkan pelaku (multi stakeholders) bak dari pemerintahan maupun
luar pemerintahan. Berikutnya adalah dimensi nilai yang menjadi dasar dalam pengunaan
kekuasaan yaitu nilai-nilai baru dalam tata kelola pemerintahan. Dalam govermance, pengunaan
kekuasaan harus didasarkan pada nilai yang jauh lebih kompleks daripada efisien dan efektivita,
Keadilan sosia, dan demokrasi hanyalah sebagian dari nilai-nilai yang biasanya digunakan untuk
menilai suatu praktik govermance yang baik. Ketiga adalah dimensi proses lembaga
memberikan respons terhadap berbagai masalah publik yang muncul dilingkungannya.