Anda di halaman 1dari 14

Etika Profesi Hukum

Pertemuan 1: Pengantar Etika Profesi Hukum

Oleh:
B. Hariyanto, S.H., M.H.I.
Disiapkan untuk Fakultas Syariah/Fakultas Hukum – Tahun 2022
A. Etika dan Profesi
Kata “etika” berasal dari kata “ethos”
dalam bahasa Yunani yang berarti
“kebiasaan” (jamaknya ta etha).
Secara bahasa, etika adalah perilaku yang
dilakukan terus-menerus kemudian
diberi nilai baik-buruk, boleh-tidak boleh,
maupun pantas-tidak pantas.

Berbicara mengenai etika, tentunya ia berkaitan erat dengan


norma dan moral. Sebagai suatu sistem nilai dan ilmu, etika
masuk ke dalam ranah ilmu filsafat (yaitu filsafat praktis) yang
mempertanyakan bagaimana manusia bersikap terhadap apa
yang ada atau kondisi yang telah/sedang/akan terjadi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan etika
menjadi tiga pengertian, yaitu:
1. Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
perilakunya, misalnya etika agama;
2. Kumpulan asas atau nilai moral, misalnya: Kode etik profesi;
3. Ilmu pengetahuan tentang yang baik dan yang buruk (etika
sebagai cabang filsafat).
Berikut adalah bagan pembagian etika dalam perspektif filsafati:

Etika Deskriptif Etika Individual


(Psikologi Moral) Etika Umum
Etika Sosial
ETIKA Etika Normatif
(Ajaran Kesusilaan) Etika Khusus

Etika Metaetika (Teori etika tentang moral)


Adapun kata “profesi” didefinisikan sebagai suatu pekerjaan yang
memerlukan atau menuntut keahlian (expertise), menggunakan
teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi.

Keahlian yang dimaksud diperoleh dari lembaga pendidikan


khusus dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan.
Suatu profesi dicirikan dengan adanya keterampilan berdasar
teori-teori, ada asosiasi profesional, ada pendidikan yang
ekstensif, ada ujian kompetensi, ada pelatihan institusional, ada
lisensi, ada kode etik, status dan imbalan yang tinggi, dst.
Menurut tujuannya, profesi dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:

Berorientasi pada keahlian yang dapat


Profesi Umum menghasilkan kemakmuran dalam hidup
PROFESI
Berorientasi pada keahlian yang merupakan
Profesi Luhur
pengabdian disamping tujuan kemakmuran
B. Etika Profesi
Etika profesi dapat didefinisikan sebagai suatu sikap hidup
berupa keadilan untuk memberikan pelayanan profesional
kepada masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian
sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa
kewajiban kepada masyarakat.

Ketika membicarakan etika profesi, tentunya uraian akan


berfokus pada seperangkat sistem nilai yang menjadi pegangan
suatu kelompok profesi, serta mengenai apa yang baik dan yang
buruk menurut nilai-nilai profesi tersebut.

Umumnya nilai-nilai yang dimaksud


dirumuskan ke dalam suatu norma
tertulis, yang kemudian disebut
dengan kode etik.
Etika Profesi dan Kode Etik
Etika profesi merupakan bagian dari etika sosial, yaitu filsafat
atau pemikiran kritis rasional tentang kewajiban dan tanggung
jawab manusia sebagai anggota umat manusia.

Etika profesi dapat tegak dengan


didukung moralitas yang tinggi
dengan ciri: Berani berbuat dan
bertekad untuk bertindak sesuai
dengan tuntutan, sadar akan
kewajiban, dan memiliki idealisme
yang tinggi.
Ketentuan-ketentuan etika profesi tertuang di dalam kode etik.
Kode etik didefinisikan sebagai sistem norma, nilai, dan aturan
profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar
dan baik, serta apa yang tidak benar dan tidak baik bagi seorang
profesional.
C. Sifat dari Etika
Etika memiliki 2 (dua) macam sifat: Non empiris dan Praktis

Sifat Non Empiris


Etika digolongkan sebagai ilmu non empiris/filsafati. Apabila ilmu
empiris didasarkan pada konkritisasi faktual, maka filsafat
berupaya melampaui yang konkret itu dengan mempertanyakan
apa yang ada di balik gejala-gejala yang konkrit. Sehingga etika
tidak berhenti pada apa yang nyata terjadi, tetapi mengenai apa
yang seharusnya dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

Sifat Praktis
Jika cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu “yang ada”,
(misalnya filsafat hukum yang mempelajari apa itu hukum); lebih
jauh lagi etika mempertanyakan “apa yang harus dilakukan”. Etika
merupakan cabang dari filsafat praktis karena ia langsung
berhubungan dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan
oleh manusia. Hati nurani, kebebasan, hak, kewajiban, dll
merupakan tema-tema pokok etika sembari mencermati teori-
teori yang sudah ada di masa lampau.
C. Obyek Kajian Etika
Obyek kajian etika adalah nilai. Nilai adalah suatu kualitas atau
penghargaan terhadap sesuatu, yang menjadi dasar penentu
tingkah laku seseorang; atau suatu kualitas dari hal yang
bermanfaat sesuai dengan kebutuhan atau kepentingan manusia.
Nilai dapat diwujudkan dalam bentuk harga (taksiran), angka,
kadar/mutu, dan sifat-sifat penting bagi kemanusiaan.
Pada hakikatnya, subyeklah yang menentukan keputusan tentang
suatu nilai, berdasarkan kelengkapan analisis berupa: Indra, rasio
(akal), rasa etis (kelayakan), rasa estetis (keindahan), dan iman.
Berikut pembagian nilai Kattsoff dan Scheller:
Nilai kenikmatan
Nilai intrinsik Nilai kehidupan
NILAI
Nilai kejiwaan
Nilai instrumental
Teori Nilai Teori Nilai Nilai kerohanian
Louis K. Kattsoff Max Scheler
D. Etika Profesi Hukum
Profesi hukum merupakan officium nobile (profesi yang luhur) di
mana proses pelayanan kepada masyarakat bukan semata-mata
ditujukan untuk mencari nafkah, melainkan motivasi utamanya
adalah untuk melayani manusia.
Untuk menjamin pelayanan terhadap masyarakat oleh profesi
tertentu, maka dibutuhkan kode etik yang merupakan prinsip-
prinsip yang wajib ditegakkan oleh setiap anggota komunitas
profesi tertentu. Kode etik ini dibentuk oleh wakil-wakil
komunitas yang duduk di dalam asosiasi profesi tertentu.

Sehingga etika profesi hukum dapat


didefinisikan sebagai suatu aturan
yang dibuat sebagai pedoman nilai
baik-buruk, boleh-tidak boleh,
pantas-tidak pantas yang dilakukan
dalam bidang profesi hukum.
Berikut adalah kriteria profesi hukum menurut Piagam
Baturaden 1971:
1. Harus ada ilmu (hukum) yang diolah di dalamnya;
2. Harus ada kebebasan, tidak boleh ada dicust verhouding
(hubungan kedinasan) hierarkis;
3. Mengabdi pada kepentingan umum, mencari nafkah tidak boleh
menjadi tujuan;
4. Ada clienten verhouding, yaitu hubungan kepercayaan (misalnya di
antara advokat dan klien);
5. Ada kewajiban merahasiakan informasi dan perlindungan dengan
hak merahasiakan berdasarkan undang-undang;
6. Ada immuniteit terhadap penuntutan tentang hak yang dilakukan
dalam tugas pembelaan (misalnya advokat);
7. Ada kode etik dan peradilan kode etik (tuchrectspraak);
8. Ada honorarium yang tidak perlu seimbang dengan hasil pekerjaan
atau banyaknya usaha/pekerjaan yang dicurahkan (orang yang
tidak mampu harus ditolong tanpa biaya dan dengan usaha yang
sama).
Selanjutnya pada tahun 1977 Peradin menerbitkan ketentuan
batasan profesi yang dapat berlaku pada profesi hukum pada
umumnya, yaitu:
1. Dasar ilmiah, berupa keterampilan untuk merumuskan sesuatu
berdasarkan teori akademi dan memerlukan suatu dasar
pendidikan yang baik dan diakhiri dengan suatu sistem ujian;
2. Praktik sesuatu, adanya suatu bentuk perusahaan yang berdiri
sehingga memungkinkan dipupuknya hubungan pribadi dalam
memecahkan kebutuhan para klien yang bersifat pribadi pula
(person by person basis) diiringi dengan sistem pembayaran
honorarium;
3. Fungsi penasihat, diiringi dengan fungsi pelaksanaan dari
penasihatan yang diberikan;
4. Fungsi mengabdi, adanya pandangan hidup yang obyekti dalam
menghadapi persoalan, tidak mementingkan diri sendiri, dan
mengutamakan motif-motif materil;
5. Adanya suatu kode yang mengendalikan sikap dari para anggota.
E. Manfaat Etika Profesi Hukum
Norma etik/moral adalah aturan, patokan, ukuran manusiawi
untuk mempertimbangkan perbuatan benar-salah, baik-buruk,
bermanfaat atau merugikan orang lain.
Etika profesi hukum berhubungan dengan
manusia sebagai insan hukum (pelaku
hukum), dalam seluruh kehidupannya.
Etika profesi membenahi manusia dengan
kewajiban-kewajiban dan ditunjukkan agar
terbentuk kebaikan akhlak pribadi, guna
penyempurnaan manusia itu sendiri serta
melarangnya dari berbuat jahat.
Etika profesi hukum atau moralitas hukum inilah yang menjadi
pedoman insan hukum dalam berperilaku. Dengan adanya etika
profesi hukum, insan hukum mampu membedakan mana yang
baik atau yang buruk sesuai dengan norma yang berlaku.
Kesimpulan #1

1. Etika adalah perilaku yang dilakukan terus-menerus


kemudian diberi nilai baik-buruk, boleh-tidak boleh,
maupun pantas-tidak pantas;
2. Etika profesi adalah sebagai suatu sikap hidup berupa
keadilan untuk memberikan pelayanan profesional kepada
masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai
pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa
kewajiban kepada masyarakat;
3. Obyek kajian etika profesi adalah nilai;
4. Etika profesi hukum adalah suatu ketentuan nilai baik-
buruk, boleh-tidak boleh, pantas-tidak pantas yang
dilakukan dalam bidang profesi hukum;
5. Profesi hukum merupakan officium nobile (profesi luhur)
yang motivasi utamanya adalah untuk melayani manusia.
Hary Akademisi

PPT Etika Profesi Hukum #1 – B. Hariyanto, S.H., M.H.I. – untuk Fakultas Syariah/Fakultas Hukum

Anda mungkin juga menyukai