Anda di halaman 1dari 16

Etika Profesi Hukum

Pertemuan 3: Etika dan Filsafat

Oleh:
B. Hariyanto, S.H., M.H.I.
Disiapkan untuk Fakultas Syariah/Fakultas Hukum – Tahun 2022
A. Filsafat
Pada pertemuan yang lalu, kita sudah mempelajari tentang
definisi etika, moral, dan akhlak. Pada kesempatan ini,
pembelajaran akan difokuskan kepada etika sebagai bagian dari
filsafat.
Apa yang dimaksud dengan filsafat? Filsafat berasal dari kata
“philosophy” (Inggris) atau “philoshopia” (Yunani).
Ada dua term yang menjadi penyusun kata “filsafat” yaitu “philo”
dan “shopia” atau “philos” dan “sophos”.
Philo (Cinta) Sophia
(Kebijaksanaan)
Term Term
Philos (Pencinta)
Pertama Kedua
Sophos
Philein (Mencintai) (Bijaksana/hikmah)

(Bobby Hariyanto, S. H., M. H. I.)


B. Pengertian Filsafat (Etimologi & Terminologi)
Secara Etimologis, Filsafat berarti:
“Mencintai kebijaksanaan” atau “Cinta akan hakikat kebenaran”.
Secara Terminologis, Filsafat berarti: “Filsafat merupakan usaha
mencari sebab sedalam-dalamnya, sehingga filsafat merupakan
satu proses kontemplasi/perenungan untuk menemukan hakikat
kebenaran.
Socrates (470-399 SM) dan Phytagoras (572-497 SM) adalah dua
orang yang pertama-tama menggunakan istilah filsafat.

Obyek Segala sesuatu baik material konkrit


Material Misal: Manusia, alam, benda (konkrit)
Lingkup Filsafat Ideologi, moral , dll (Abstrak)
Pengertian
Cara pandang seseorang terhadap
Filsafat Obyek
obyek formil filsafat.
Formal Misal: Filsafat Hukum, Filsafat Sosial,
Filsafat Filsafat Agama, dll.

(Bobby Hariyanto, S. H., M. H. I.)


Berikut beberapa definisi beberapa tokoh mengenai filsafat:
Nama Tokoh Definisi mengenai Filsafat
Plato Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu
(427-347 SM) pengetahuan yang berusaha mencapai kebenaran asli/hakiki).
Aristoteles Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, di
(384-322 SM) dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas
segala benda.
Cicero Filsafat adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang Maha
(106-43 SM) Agung dan usaha untuk mencapainya.
Al-Farabi Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan
(w. 950 M) bertujuan untuk menyelidiki hakikat sebenarnya.
Immanuel Kant Filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang
(1724-1804 M) mencakup di dalamnya empat persoalan:
Apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika);
Apakah yang boleh kita kerjakan? (dijawab oleh etika);
Sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh agama);
Apakah yang dinamakan manusia? (dijawab oleh antropologi).
Nama Tokoh Definisi mengenai Filsafat
Sutan Takdir Filsafat berarti alam berpikir, dan berfilsafat adalah berpikir. Tetapi
Alisyahbana tidak semua kegiatan bisa disebut berfilsafat. Berpikir yang disebut
berfilsafat adalah berpikir dengan insyaf, yaitu teliti dan menurut
suatu aturan yang pasti.
Harun Intisari filsafat adalah berpikir menurut tata tertib (logika) dengan
Nasution bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma, dan agama) dan sedalam-
dalamnya sehingga sampai ke dasar persoalannya. Ini sesuai dengan
tugas filsafat, yaitu mengetahui sebab sesuatu, menjawab
pertanyaan-pertanyaan fundamental, dan pokok serta bertanggung
jawab, sehingga dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
Hasbullah Ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu mendalam
Bakry mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia, sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh
dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia
seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.

Catatan:
Menyeluruh, mendasar, dan spekulatif merupakan tiga karakteristik berpikir filsafat.
Sistematis, konseptual, koheren, rasional, sinoptik, dan harus mengarah pada pandangan dunia
merupakan enam cara berpikir filsafat.
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai filsafat tadi, maka
dapat disimpulkan, secara terminologi bahwa:

Filsafat adalah “ilmu istimewa” mencoba menjawab


masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu
pengetahuan biasa, karena masalah tersebut
termaksud di luar atau di atas jangkauan;

Filsafat merupakan hasil daya upaya manusia dengan


akal budinya untuk memahami (mendalami dan
menyelami) secara radikal dan integral serta
sistematis hakikat yang ada sikap manusia termaksud
sebagai konsekuensi dari pemahaman tersebut.
Hakikat yang dimaksud terdiri atas hakikat Tuhan,
hakikat alam semesta, dan hakikat manusia.
C. Etika sebagai Bagian dari Filsafat
Terdapat empat bukti bahwa etika merupakan bagian dari
filsafat:
1. Etika adalah studi tentang perbuatan baik dan buruk, terkait
dengan “benar dan salah” dalam perspektif moral yang
berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan dalam
kehendaknya.
Sehingga, etika berusaha menemukan prinsip-prinsip yang
paling tepat dalam bersikap dan berbuat, yang diperlukan
manusia supaya hidup bahagia secara keseluruhan.
Beberapa prinsip yang dimaksud yaitu:
 Berpakaian yang baik dan indah;
 Menghormati orang tua dan guru;
 Bergaul dan berbicara sopan;
 Berkata dan berbuat jujur;
 Menghargai orang lain.
2. Etika adalah studi tentang kehendak manusia dalam
mengambil keputusan untuk berbuat, yang mendasari nilai-
nilai hubungan antara sesama manusia.
Etika berusaha menjelaskan duduk persoalannya mengapa
yang satu dinilai baik dan yang lain dinilai tidak baik.
Misalnya: Mengapa hadiah itu dinilai baik, dan gratifikasi
dinilai tidak baik.
Berikut beberapa penjelasannya:
 Hadiah adalah nilai yang diperoleh oleh penerima;
 Nilai itu diputuskan oleh pemberi;
 Kebebasan berkehendak terwujud karena kesadaran diri
pemberi hadiah;
 Kesadaran diri pemberi adalah suara hati nuraninya;
 Hati nurani adalah anugerah Allah Swt. kepada manusia
supaya berbuat baik dan benar;
 Gratifikasi berdasar motif tentu berbeda dengan hadiah.
3. Etika adalah studi tentang pengembangan nilai moral untuk
memungkinkan terciptanya kebebasan berkehendak karena
kesadaran, tanpa paksaan.
Kebebasan berkehendak berdasarkan nilai moral diwujudkan
secara nyata dalam hubungan sesama manusia, misalnya:
 Perjanjian yang dibuat oleh para pihak;
 Peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh
penguasa;
 Kaidah-kaidah sosial (misalnya: gotong royong, santunan
terhadap anak yatim, gerakan orang tua asuh, dsb.)
4. Etika adalah studi tentang nilai-nilai kemanusiaan.
Etika berupaya menunjukkan nilai-nilai kehidupan yang baik
dan layak secara manusiawi melalui pertanyaan:
 Nilai-nilai manakah yang pantas diperhatikan?
 Mengapa seseorang berbuat lebih baik daripada yang
lainnya?
C. Etika Tujuan
Setiap perbuatan manusia mengandung dua hal: Sumber
perbuatan dan tujuan perbuatan.
Sumber perbuatan adalah kecenderungan batin (baik atau
buruk). Adapun serangkaian perbuatan adalah sesuatu yang
diharapkan terjadi setelah dilakukannya perbuatan itu.
Etika tujuan adalah etika yang memandang obyek pertimbangan
moral bukan sebagai sumber perbuatan melainkan tujuan
perbuatan. Etika tujuan ini banyak dianut dalam berbagai bentuk.
Setiap manusia tentu pernah bertanya kepada diri sendiri
tentang tujuan hidupnya.
Manusia mempertanyakan makna hidup sekaligus tujuan hidup.
Hasrat ini didasarkan pada kenyataan mendasar, yaitu manusia
yang dalam kebulatannya merupakan obyek pertimbangan sosial
sebagai makhluk yang melakukan perbuatan.
Sifat tujuan menentukan sifat usaha, yang akhirnya dapat
menyingkapkan sifat manusia.
Contoh aplikasi etika tujuan:

Ahmad mengikuti pendidikan di


Fakultas Hukum Perguruan Tinggi
ABC.
Tujuannya adalah menguasai keahlian
beracara dalam bidang hukum.

Profesi hukum memerlukan pengetahuan yang luas mengenai


perundang-undangan dan seluk-beluk di bidang hukum. Untuk
itu, Ahmad harus berusaha aktif dan rajin.
Agar tujuannya tercapai, Ahmad harus berkemauan keras,
berorientasi pada masa depan, dan tekun belajar tentang hukum.
Dengan demikian perbuatan (usaha) adalah mengikuti
pendidikan, sifat usaha adalah aktif dan rajin, sifat Ahmad adalah
kemauan keras, berorentasi masa depan, dan tekun.
Gambaran moral Ahmad adalah baik,
karena Ahmad adalah manusia yang aktif,
rajin, pandai, dan berorientasi pada masa
depan.
Inilah gambaran mengenai keadaan
moral seseorang berdasarkan tujuan
yang ingin dicapainya.

Perlu diketahui bahwa hubungan yang erat antara tujuan dengan


kecenderungan batin yang harus diperhatikan oleh pertimbangan
moral. Tujuan terjadi karena kecenderungan batin, bukan
sebaliknya: tujuan menentukan kecenderungan batin.
Kecenderungan batin merupakan aspek yang harus tetap
diutamakan, asalkan dipahami secara luas.
Tujuan yang ingin dicapai memang harus baik, namun norma-
norma moral lah yang menentukan tujuan yang baik itu
D. Etika dan Tujuan Hidup
Semua orang tentu ingin hidup bahagia. Untuk mencapai
kebahagiannya manusia bekerja keras dengan menggunakan
segala kemampuan dan sarana yang dimiliki.
Konsekuensinya adalah ukuran kebahagiaan itu tidak sama
antara manusia yang satu dengan manusia yang lain.
Berikut beberapa parameter kebahagiaan seseorang:
Cukup sandang, pangan, rumah;
Cukup sandang, pangan, rumah, dan pendidikan;
Cukup sandang, pangan, rumah, pendidikan, dan memiliki pekerjaan;
Cukup sandang, pangan, rumah, pendidikan, memiliki pekerjaan, dan
hiburan;
Cukup sandang, pangan, rumah, pendidikan, memiliki pekerjaan,
hiburan, dan kepuasan seksual;
Cukup sandang, pangan, rumah, pendidikan, memiliki pekerjaan,
hiburan, kepuasan seksual, keberhasilan karir.
Berdasarkan uraian kebahagiaan tadi, maka dapat disimpulkan
bahwa yang paling ideal adalah apabila kebahagiaan jasmani dan
rohani tercapai secara berimbang, baik dilihat dari subyeknya
(manusia) maupun obyeknya (kebutuhan).
Namun demikian, kebahagiaan yang diperoleh manusia semacam
ini merupakan kebahagiaan semu (relatif), bukan kebahagiaan
sempurna.

Kebahagiaan Sempurna: Kebahagiaan yang dapat


memuaskan manusia umumnya, semua pihak atau anggota
dalam kelompok masyarakat, baik jasmani maupun rohani
dari dunia sampai ke akhirat.

Kebahagiaan Relatif: Kebahagiaan yang hanya dapat


memuaskan manusia secara individual dengan segala
kelemahannya.
Kesimpulan #3

1. Secara bahasa, filsafat merupakan usaha mencari sebab


sedalam-dalamnya, sehingga filsafat merupakan satu proses
kontemplasi/perenungan untuk menemukan hakikat
kebenaran.
2. Etika adalah filsafat moral, sebab etika berstatus sebagai
cabang dari filsafat mengenai moral;
3. Terdapat hubungan yang erat antara tujuan dengan
kecenderungan batin yang harus diperhatikan oleh
pertimbangan moral;
4. Etika menelaah kebahagiaan sebagai tujuan hidup manusia.
Kebahagiaan yang dimaksud adalah kebahagiaan yang
sempurna sebagai tujuan akhir manusia.
Hary Akademisi

PPT Etika Profesi Hukum #2 – B. Hariyanto, S.H., M.H.I. – untuk Fakultas Syariah/Fakultas Hukum

Anda mungkin juga menyukai