Anda di halaman 1dari 12

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONVERSI PADA

PENDERITA TUBERCULOSIS PARU

Nowirta Lasalutu1Irwan2
Jurusan Kesehatan Masyarakat, FOK UNG, Gorontalo
e-mail: *lasalutun@gmail.com

ABSTRAK
Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
tuberculosis (Mycobacterium Tuberculosis). Diperkirakan sepertiga dari populasi dunia sudah tertular
Tuberculosis Paru, yang mana sebagian besar penderita penderita TB Paru adala usia produktif dan
kebanyakan berasal dari kelompok sosial ekonomi rendah serta tingkat pendidikan yang rendah.
Penyakit TB Paru masih merupakan masalah kesehatan di dunia terutama pada negara-negara
berkembang. Oleh karena itu kajian literatur diperlukan untuk menggali faktor yang hubungan dengan
konversi pada penderita TB Paru. Tujuan penulisan ini untuk mengidentifikasi faktor yang
berhubungan dengan konversi pada penderita TB Paru. Metode Penelitian ini digunakan dalam
membuat artikel ini adalah cirtical review. Proquest (tahun 2010-2021) dan Google Scholar (tahun
2010-2021) merupakan database yang digunakan dalam review ini. Key word yang digunakan adalah
Tuberculosis, konversi, faktor penderita. Didapatkan 6 artikel penelitian yang sesuai dengan tujuan dan
kriteria review. Dari 6 artikel, didapatkan hasil mengenai faktor yang berhubungan dengan konversi
pada penderita TB Paru yang meliputi pengetahuan, pengawasan minum obat, kepatuhan berobat,
dukungan keluarga. Semua jurnal ini terbukti menunjukkan ke arah adanya faktor yang berhubungan
dengan konversi pada penderita TB Paru. Review ini menyimpulkan bahwa pengetahuan, pengawasan
minum obat, kepatuahn berobata, dan dukungan keluarga berhubungan dengan konversi pada penderita
TB Paru.

Kata Kunci: Faktor Penderita, Konversi, Tuberculosis Paru

ABSTRACT
Pulmonary Tuberculosis (pulmonary TB) is an infectious disease caused by the bacteria
tuberculosis (Mycobacterium Tuberculosis). It is estimated that one-third of the world's population has
been infected with Pulmonary Tuberculosis, of which the majority of patients with Pulmonary TB are
of productive age and mostly come from low socioeconomic groups and low levels of education.
Pulmonary TB is still a health problem in the world, especially in developing countries. Therefore, a
literature review is needed to explore the factors associated with conversion in patients with pulmonary
TB. The purpose of this paper is to identify factors associated with conversion in patients with
pulmonary TB. The research method used in making this article is a critical review. Proquest (2010-
2021) and Google Scholar (2010-2021) are the databases used in this review. Key words used are
Tuberculosis, conversion, patient factor. There were 6 research articles that matched the objectives and
criteria of the review. From 6 articles, the results obtained regarding factors related to conversion in
patients with pulmonary TB which include knowledge, supervision of taking medication, medication
adherence, family support. All of these journals are proven to point towards the existence of factors
related to conversion in patients with pulmonary TB. This review concludes that knowledge,
medication monitoring, medication adherence, and family support are associated with conversion in
patients with pulmonary TB.

Keywords: Suffering Factors, Conversion, Pulmonary Tuberculosis

PENDAHULUAN Secara global, pada tahun 2019


Tuberkulosis (TB) paru terdapat insiden pasien TBC 245 per
merupakan salah satu diantara dua 100.000 penduduk. Negara dengan
penyakit (tuberkulosis ekstra paru) insiden pasien TBC tertinggi yaitu
yang disebabkan mycobacterial yang India (27%), China (9%), Indonesia
paling menonjol yang dikenal oleh (8%), Filipina (6%), Pakistan (6%),
masyarakat (Kurniawan et al., 2015). Nigeria (4%), Bangladesh (4%) and
Sampai saat ini Tuberkulosis Afrika Selatan (3%)(1) (Revi et al.,
masih menjadi masalah kesehatan 2020)
utama di dunia. Sekitar 10 juta orang Menurut data Kementrian
jatuh sakit dengan TBC setiap tahun. Kesehatan Indonesia, pada tahun 2019
Penyakit ini sebagai salah satu dari 10 Indonesia menempati urutan ke-3
penyebab utama kematian di dunia. dengan kejadian tuberkulosis tertinggi
Hampir 90 % kasus di 30 negara setiap di dunia. Terdapat 842.000 kejadian
tahunnya meningkat (Revi et al., dengan 569.899 kasus ternotifikasi dan
2020). Penyakit ini bila tidak diobati sekitar 85 % pengobatan TB berhasil.
atau pengobatannya tidak tuntas dapat Jumlah kasus baru TB di Indonesia
menimbulkan komplikasi berbahaya 420.994 kasus pada tahun 2017,
hingga kematian. Tuberkulosis sudah berdasarkan jenis kelamin sekitar 1,4
ada di dunia sejak 5000 tahun sebelum kali lebih banyak kejadian TB pada
masehi, namun kemajuan dalam laki-laki. Hal ini kemungkinan karena
penemuan dan pengendalian penyakit adanya faktor-faktor resiko seperti
TB baru terjadi dalam dua abad merokok dan kepatuhan dalam minum
terakhir (Pebriyani et al., 2019) obat. Prevalensi TBC tahun 2013-2014
dengan konfirmasi bakteriologis di bahwa pasien akan terus menambah
Indonesia sebesar 759 per 100.000 penyebarluasan penyakit TB,
penduduk berumur 15 tahun ke atas meningkatkan kesakitan dan bahkan
dan prevalensi TBC BTA positif kematian (Purba, 2018).
sebesar 257 per 100.000 penduduk Berdasarkan fenomena-fenomena
(Revi et al., 2020) tersebut peneliti tertarik untuk
Penyakit TB Paru banyak melakukan penelitian mengenai faktor-
menyerang kelompok usia produktif faktor yang berhubungan dengan
dan kebanyakan berasal dari kelompok angka kesembuhan tuberkulosis.
sosial ekonomi rendah serta tingkat Adapun tujuan penelitian mengetahui
pendidikan yang rendah. Menurut faktor yang berhubungan dengan
penelitian Chan Yeung faktor risiko Konversi Pada Penderita Tuberculosis
utama tidak patuh berobat adalah Paru (TB Paru).
riwayat putus obat sebelumnya, METODE
sementara dari jenis kelamin, laki-laki Artikel ini merupakan sebuah
kebanyakan lebih tidak patuh literature review dari beberapa
dibandingkan perempuan dalam penelitian original article. Literature
berobat (Kondoy et al., 2014) review merupakan suatu bentuk telaah
Konversi dahak dari positif ke formal terhadap artikel penelitian
negatif merupakan hal yang paling dengan menggunakan tehnik berfikir
penting dari kemanjuran pengobatan kritis meliputi peggunaan logika,
TB. Keterlambatan waktu ringkasan akurat, analisis, argument
konversi/gagal setelah 2 bulan dan evaluasi informasi. Penelitian
pengobatan menunjukkan respons yang dimasukkan adalah penelitian
pengobatan yang buruk yang akan yang menjelaskan tentang faktor yang
berkontribusi terhadap kasus kebal berhubungan dengan konversi pada
terhadap obat TB atau Multidrugs penderita tuberculosis paru. ProQuest
Resistant Tuberculosis (MDR) dan dan Google Scholar merupakan
dapat meningkatkan 5 kemungkinan database yang digunakan dalam review
ini. Kata kunci yang digunakan Pencarian dilakukan pada bulan
Tuberculosis, konversi, faktor Desember 2021 dengan batasan
penderita. Kata kunci tersebut saling publikasi artikel mulai tahun 2010-
dikombinasikan agar tercapai hasil 2021.
pencarian yang lebih spesifik.
HASIL
JURNAL HASIL
Faktor-faktor yang berhubungan Tidak ada hubungan yang signifikan
dengan kesembuhan penyakit antara dukungan keluarga terhadap
Tuberculosis (TBC) Paru di Wilayah kesembuhan pada penderita TBC di
Kerja Puskesmas Mangkang wilayah kerja Puskesmas Mangkang
Semarang Barat dengan p value 0,073 (p > 0,05), ada
hubungan yang signifikan kepatuhan
minum Obat terhadap kesembuhan pada
penderita TBC di wilayah kerja
Puskesmas Mangkang dengan p value
0,001 (p < 0,05), ada hubungan yang
signifikan Pengawas Minum Obat
terhadap kesembuhan pada penderita TBC
di wilayah kerja Puskesmas Mangkang
dengan p value 0,002 (p < 0,05), ada
hubungan yang signifikan perilaku buang
dahak terhadap kesembuhan pada
penderita TBC di wilayah kerja
Puskesmas Mangkang dengan p value
0,007 (p < 0,05).
Faktor penderita yang berhubunga Terdapat hubungan antara status gizi,
dengan kesembuhan penderita yang kepatuhan berobat, komplikasi penyakit
berhubungan dengan kesembuhan lain, pengetahuan, dan sikap dengan
penyakit TUberculosis (TBC) Paru di kesembuhan penderita TB (p>0,05).
Wilayah Kerja di Kecamatan Natar Pengetahuan merupakan variabel paling
Lampung Selatang tahun 2018 dominan terkait dengan kesembuhan
pengobatan pada penderita TB.
Analisis faktor yang berpengaruh Terjadinya konversi sputum BTA menjadi
terhadap konversi sputum basil tahan negatif pada akhir pengobatan fase
asam pada penderita Tuberculosis intensif dipengaruhi oleh beberapa faktor
internal seperti tingkat pendidikan dan
pendapatan, jenis kelamin, kepatuhan,
status gizi pasien, status merokok, dan
penyakit penyerta. Kemudian faktor
eksternal juga dapat berpengaruh terhadap
konversi sputum BTA pada pengobatan
anti tuberkulosis seperti kondisi
lingkungan, tingkat kepositifan BTA,
pengawas minum obat (PMO), dan
ketersediaan obat di fasilitas kesehatan
Faktor-Faktor yang Berhubungan Hasil analisis data menunjukkam bahwa
dengan Kesembuhan Penderita TB kesembuhan penderita berhubungan
Paru di Puskesmas Piru dengan tingkat pendidikan penderita,
pengetahuan penderita, sikap petugas,
pengawas minum obat, dan dukungan
keluarga.
Gambaran pengetahuan, sikap, Adanya hubungan bermakna antara
perilaku dan konversi penderita perilaku dengan kejadian konversi BTA
Tuberculosis Paru bakteri tahan asam pada penderita TB paru BTA positif
(BTA) Positif d Kota Denpasar tahun (p=0.004, CI 95%=1.548–12.761)
2012
Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
keberhasilan pengobatan Tuberculosis hubungan yang signifikan antara usia
Paru dengan BTA negatif untuk tuberkulosis,
jenis kelamin dan BTA negatif untuk
tuberkulosis, jenis kelamin dan jenis
pengobatan, dan kepatuhan taraf dengan
jenis perlakuan (nilai 0,656 > 0,05, nilai
0,237 > 0,05, nilai 0,086 > 0,05, dan nilai
1.000 >0,05)
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Dengan Kepatuhan Berobat Pasien variabel yang ada hubungan dengan
Tuberkulosis Paru di Lima Puskesmas kepatuhan berobat pasien TB Paru adalah
di Kota Manado pendidikan (p=0,000) dan pengetahuan
(p=0,000). Variabel yang tidak ada
hubungan dengan kepatuhan berobat
pasien TB Paru adalah umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, tingkat
pendapatan, dan efek samping OAT
(p=0,05).
Faktor yang berhubungan dengan non- Faktor-faktor yang berhubungan dengan
konversi BTA positif pada pengobatan non-konversi BTA positif di pengobatan
tuberkulosis paru di kota Semarang tuberkulosis paru kasus baru adalah umur,
jenis kelamin, efek samping obat, penyakit
penyerta dan gradasi hasil BTA. Ada tiga
variabel yang terbukti bersama-sama
memengaruhi kejadian non-konversi BTA
positif pada pengobatan tuberkulosis paru
kasus baru adalah gradasi hasil BTA,
penyakit penyerta dan jenis kelamin
Faktor-faktor yang berhubungan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dengan pasien Tuberculosis dengan terdapat hubungan antara kepatuhan
status kesembuhan pasien berobat (p=0,000), OR=74,18, 95% CI
Tuberculosis Paru di Wilayah Kerja (8,969-613,557), dan kinerja PMO
Puskesmas Tamako, Puskesmas (p=0,000), OR= 42,66, 95%CI (10,064-
Manganitu dan Puskesmas Tahuna 180,891) dengan status kesembuhan
Timur di Kabupaten Kepulauan pasien Tuberkulosis Paru.
Sangihe
Faktor-faktor yang berhubungan Hasil menunjukkan bahwa faktor yang
dengan kesembuhan penderita berhubungan dengan kesembuhan
Tuberculosis Paru penderita TB paru yaitu status gizi,
pendapatan, keteraturan berobat dan faktor
yang tidak berhubungan yaitu penyuluhan
oleh petugas kesehatan, jenis kelamin,
pendidikan dan dukungan PM.

PEMBAHASAN pengawasan minum obat, kepatuhan


Berdasarkan jurnal yang di berobat, dan dukungan keluarga.
dapatkan dari 10 jurnal 7 diantaranya Menurut (Muniroh et al., 2013) ,
menjelaskan bahwa terdapat hubungan ada hubungan antara kepatuhan minum
yang signifikan antara konversi dengan obat dengan kesembuhan TBC paru.
penderita Tuberculosis Paru. Faktor Kepatuhan memiliki pengaruh yang
yang paling banyak yang besar terhadap kesembuhan.
mempengaruhi konversi pada Kepatuhan minum obat di wilayah
penderita TB Paru yaitu pengetahuan, puskesmas Mangkang sudah sangat
baik, hal ini dikarenakan petugas
puskesmas selalu memberikan tingkat pendidikan akan berkorelasi
penyuluhan mengenai keteraturan dengan rendahnya sikap responden
minum Obat Anti Tuberkulosis karena berkaitan dengan rendahnya
(OAT). Kemudian ada hubungan juga kemampuan responden dan
antara pengawas minum obat dengan mempengaruhi kesembuhan TB. Hal
kesembuhan pada penderita TBC paru. ini menyebabkan responden yang
Peran PMO yang sudah baik maka kurang memiliki sikap yang baik
akan berpengaruh terhadap tentang penyakit TB akan
meningkatnya kepatuhan berobat mempengaruhi pola pikir responden
sehingga penderita akan cenderung yang dimanifestasikan kedalam
mengkonsumsi obat secara teratur tindakan untuk melakukan dengan
sehingga mendorong kesembuhan baik, seperti mencegah penularan
penderita TBC paru. dengan cara tidak membuang dahak
Menurut (Pebriyani et al., 2019), sembarangan.
ada hubungan kesembuhan pasien TB Menurut (Rumaolat & Lihi,
paru dengan kepatuhan berobat. 2021), ada hubungan antara tingkat
Kepatuhan memiliki pengaruh yang pengetahuan penderita TB paru dengan
besar terhadap kesembuhan. kesembuhan berobat. Pengetahuan
Kepatuhan minum obat di wilayah yang cukup tentang penyakitnya serta
Puskesmas Mangkang sudah sangat tentang arti kesehatan dan pentingnya
baik, hal ini dikarenakan petugas teratur berobat, maka mereka akan
puskesmas selalu memberikan terdorong untuk datang berobat secara
penyuluhan mengenai keteraturan teratur. Sebaliknya penderita TB Paru
minum Obat Anti Tuberkulosis yang berpengetahuan kurang, akan
(OAT). Kemudian ada hubungan juga berobat tidak teratur. Hal ini dapat
kesembuhan dengan pengetahuan. dipahami karena dengan pengetahuan
Faktor risiko yang mempengaruhi yang kurang itu, maka dengan
keberhasilan pengobatan TB salah sendirinya mereka cenderung malas
satunya yaitu pengetahuan. Rendahnya berobat dan hanya akan mencari
pengobatan bilamana penyakitnya sendiri tidak mempunyai kesadaran
sudah parah. Hasil penelitian untuk berobat, maka keberhasilan
menunjukkan bahwa ada hubungan berobat sulit dipastikan terutama
antara peran PMO dengan kesembuhan karena sistem pengobatan TB Paru
berobat pasien TB paru. Berdasarkan membutuhkan jangka waktu yang
hasil penelitian (Wiwi Rumaolat, 2021) cukup lama dan keteraturan berobat.
yang menyatakan bahwa sebagian Dukungan dan dorongan keluarga serta
besar PMO tidak mendapatkan faktor emosional penderita TB Paru
penjelasan yang cukup mengenai tugas terhadap keluarganya mempunyai efek
sebagai PMO. Petugas kesehatan terutama kepada kepatuhan penderita
hanya menanyakan nama orang untuk berobat.
terdekat pasien yang dapat mengambil Menurut (Ni Luh, et al., 2013),
obat jika pasien tersebut tidak bisa Pada penelitian ini, pengetahuan
mengambil obatnya sendiri sehingga penderita TB paru sebagian besar baik
PMO yang ditunjukan oleh petugas yaitu 89%. Tingginya tingkat
kesehatan untuk mengawasi penderita pengetahuan responden kemungkinan
TB paru menelan obat tidak disebabkan karena penderita TB telah
menjalakan tugasnya secara optimal. menjalani pengobatan sebelum
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diwawancarai sehingga penderita TB
ada hubungan antara dukungan telah mendapat informasi dari petugas
keluarga dengan kesembuhan berobat kesehatan. Pemberian informasi (KIE)
pasien TB paru. Pada dasarnya yang baik mengenai penyakit TB oleh
dukungan keluarga dibutuhkan dalam petugas kesehatan dapat memberikan
pengobatan dan penyembuhan pengertian kepada penderita sehingga
penderita, namun dalam hal ini penderita dapat menjalani pengobatan
kesadaran pribadi untuk berobat lebih dengan baik.
memegang peranan penting. Walaupun Menurut (Saharieng et al., 2019),
keluarga memberikan dukungan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepada penderita, namun penderita terdapat hubungan antara kepatuhan
berobat dengan status kesembuhan MDR-TB dibandingkan yang
pasien tuberkulosis paru. Hal ini mengkonsumsi obat secara teratur.
dibenarkan dengan adanya teori yang Menurut (Murtantiningsih &
dikemukakan oleh H.L Blum bahwa Wahyono, 2010) ada hubungan
perilaku juga dapat mempengaruhi kesembuhan penderita TB Paru dengan
status kesehatan, maka kepatuhan keteraturan minum obat. Hal ini sesuai
sangat berpengaruh terhadap dengan teori yang dikemukakan oleh
keberhasilan pengobatan. Kepatuhan Danusantoso (2000) yang menyatakan
berobat sangat diperlukan untuk bahwa saat ini semua penderita secara
menunjang proses kesembuhan. teoritis harus dapat disembuhkan, asal
Pengetahuan seorang penderita saja yang bersangkutan rajin berobat
Tuberkulsosis tentang proses sampai dinyatakan selesai, terkecuali
pengobatannya akan membantu bila dari awal basil TBC yang dihadapi
penderita tersebut untuk lebih patuh sudah resisten terhadap berbagai
dalam berobat. Hasil penelitian tuberkulostika yang lazim dipakai. Hal
menunjukkan bahwa terdapat ini mudah dimengerti karena kalau
hubungan antara kinerja Pengawas penderita tidak tekun meminum
Menelan Obat (PMO) dengan status obatnya, hasil akhirnya adalah
kesembuhan pasien Tuberkulosis. kegagalan penyembuhan ditambah
DIperlukan berbagai dukungan dengan timbulnya basil TB
khususnya yang berasal dari keluarga multiresisten. Pada umumnya
dan lingkungan pasien agar dapat kegagalan pengobatan disebabkan oleh
memotivasi penderita Tuberkulosis karena pengobatan yang terlalu
Paru bahwa penyakitnya dapat singkat, pengobatan yang tidak teratur
disembuhkan dan melakukan dan obat kombinasi yang jelek.
pengobatan dengan teratur karena KESIMPULAN
penderita yang tidak teratur berobat Berdasarkan hasil penelitian
akan berisiko 2 kali untuk menderita yang didapatkan, maka kesimpulan
yang diperoleh dari beberapa artikel di
atas bahwa faktor yang banyak Faktor yang Berhubungan
mempengaruhi konversi pada dengan Kesembuhan Penyakit
penderita Tuberkulosis Paru (TB Paru) Tuberculosis (TBC) Paru di
yaitu pengetahuan penderita, Wilayah Kerja Puskesmas
pengawasan minum obat, kepatuhan Mangkang Semarang Barat.
berobat, dan dukungan keluarga. Jurnal Keperawatan Komunitas,
UCAPAN TERIMA KASIH 1, 33–42.
Terima kasih yang tak terhingga Murtantiningsih, & Wahyono, B.
kepada pengampuh mata kuliah Bapak (2010). Faktor-Faktor yang
Dr. Irwan, S.KM., M.Kes yang dengan Berhubungan dengan
ikhlas berbagi ilmu dan selalu sabar Kesembuhan Penderita
dalam memberikan bimbingan dan Tuberculosis Paru. Jurnal
arahan dalam menyelesaikan artikel Kesehatan Masyarakat, 6(1), 30–
ini. 39.
Pebriyani, U., Kurniati, M., & Hasbie,
DAFTAR PUSTAKA
N. (2019). Faktor Penderita Yang
Kondoy, P., Rombot, D., Palandeng,
Berhubungan Dengan
H., & Pakasi, T. (2014). Faktor-
Kesembuhan Penyakit
Faktor Yang Berhubungan
Tuberculosis (Tbc) Paru Di
Dengan Kepatuhan Berobat
Wilayah Kerja Di Kecamatan
Pasien Tuberkulosis Paru di Lima
Natar Lampung Selatan. Jurnal
Puskesmas di Kota Manado.
Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan,
Jurnal Kedokteran Komunitas
6(1), 29–37.
Dan Tropik, 2(1), 1–8.
Purba, Y. W. (2018). Faktor Yang
Kurniawan, Nurmasadi, HD, S. R., &
Indriati, G. (2015). Faktor- Berhubungan Dengan Konversi
Faktor yang Mempengaruhi BTA Positif Penderita
Kesembuhan Tuberkulosis. Jurnal
Online Mahasiswa, 2(1). Tuberkulosis Paru Di Puskesmas
Muniroh, N., Aisah, S., & Padang Bulan Tahun 2017-2018.
Mifbakhuddin. (2013). Faktor- Revi, C., Mahendrani, M., Subkhan,
M., Nurida, A., Prahasanti, K., TRIK: Tunas-Tunas Riset
Levani, Y., & Surabaya, U. M. Kesehatan, 11, 96–98.
(2020). Analisis Faktor yang Saharieng, Kepel, & Ratag. (2019).
Berpengaruh terhadap KonversiS Faktor-Faktor Yang
Sputum Basil Tahan Asam pada Berhubungan dengan Status
Penderita Tuberkulosis. Al-Iqra kesembuhan pasien Tuberkulosis
Medical Journal : Jurnal Berkala Paru di Wilayah Kerja
Ilmiah Kedokteran, 3(1), 1–9. Puskesmas Tamako, Puskesmas
Rumaolat, W., & Lihi, M. (2021). Manganitu dan Puskesmas
Faktor-Faktor yang Berhubungan Tahuna Timur di Kabupaten
dengan Kesembuhan Penderita kepulauan Sangihe. Jurnal
TB Paru di Puskesmas Piru. 2- Kesehatan Masyarakat, 1(1), 1–6.

Anda mungkin juga menyukai