Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah alergi digunakan pertama kali oleh Clemens von Pirquet tahun 1906 yang
diartikan sebagai reaksi pejamu yang berubah bila terpajan dengan bahan yang sama untuk
kedua kalinya atau lebih. Alergi adalah reaksi hipersensitivitas yang diinisiasi oleh
mekanisme imunologis spesifik yang diperantarai oleh immunoglobulin E (IgE). Alergi
merupakan kepekaan tubuh yang berlebihan terhadap benda asing (allergen) di dalam tubuh.
Reaksi setiap individu terhadap allergen berbeda-beda, sehingga individu yang satu bisa lebih
peka daripada individu yang lain.
Alergi merupakan salah satu jenis penyakit yang banyak dijumpai di masyarakat dan
menjadi permasalahan kesehatan penting pada usia anak. Umumnya masyarakat menganggap
bahwa penyakit alergi hanya terbatas pada gatal-gatal di kulit. Alergi sebenarnya dapat terjadi
pada semua bagian tubuh, tergantung pada tempat terjadinya reaksi alergi tersebut. Alergi
merupakan manifestasi hiperresponsif dari organ yang terkena, seperti kulit, hidung, telinga,
paru, atau saluran pencernaan.
Pada studi populasi, penyakit alergi dapat timbul pada usia yang berbeda-beda, seperti
alergi makanan dan eksim terutama pada anak-anak, asma didapatkan pada anak dan pada
usia dewasa, dan rinitis alergika didapatkan pada dekade kedua dan ketiga. Alergi memiliki
prevalensi tertinggi pada bayi dan anak. Sebanyak 6-8% bayi dan anak dilaporkan memiliki
alergi (Luccioli, 2008). Angka kejadian alergi pada anak ini semakin bertambah pada setiap
dekade. Di Indonesia, kejadian alergi pada anak sebesar 5-11% (Chandra, 2011) dengan
prevalensi di kota Yogyakarta sebesar 3,7-6,4% (Departemen Menteri Kesehatan, 2008).
Alergi merupakan penyakit urutan ke tujuh dalam sepuluh besar penyakit rawat jalan
Puskesmas untuk anak usia 1-4 tahun yaitu sebanyak 1690 kasus (Dinas Kesehatan
Kabupaten Sleman, 2010).
Alergi dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius dan mempengaruhi
kualitas hidup seseorang. Alergi pada anak dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Dampak
buruk dari alergi dapat mengganggu proses tumbuh kembang anak. Alergi terjadi karena
didahului dengan respon imun berupa sekresi imunoglobulin E (IgE). Sekresi IgE

1
menyebabkan terjadinya anafilaksis dan dapat berakibat fatal bahkan dapat menyebabkan
kematian. Alergi makanan juga dapat menjadi pencetus terjadinya rhinitis alergi dan asthma
pada anak-anak. Reaksi dari alergi tersebut juga dapat mempengaruhi sistem organ lain
seperti kulit, saluran pencernaan dan pernafasan.
Alergi terjadi karena beberapa faktor. Penyebab utama terjadinya alergi karena ada
paparan terhadap alergen. Faktor-faktor risiko lain yang menjadi penyebab terjadinya alergi
adalah adanya mikrobia, lama pemberian ASI, pengenalan dini pada makanan padat,
pembatasan makanan mengandung alergen pada ibu hamil dan bayi, kandungan probiotik
dalam makanan, suplemen, vitamin, makanan organik, dan gaya hidup (merokok, lingkungan
yang terpapar racun atau polusi, dan obat-obatan). Alergi dapat dipengaruhi secara genetik.
Seorang ibu yang memiliki riwayat alergi akan mewariskan alergi kepada anaknya. Seorang
anak berisiko tujuh kali lebih mudah terkena alergi dari pada anak normal apabila memiliki
orang tua atau saudara kandung yang memiliki riwayat alergi. Menurut Halken (2004),
persentase anak dengan alergi yang memiliki kedua orang tua dengan riwayat alergi sebanyak
40-50%. Persentase anak dengan alergi yang memiliki salah satu orang tua atau saudara
dengan riwayat alergi sebanyak 20-30%.
Terjadinya penyakit alergi pada anak dapat disebabkan oleh perilaku orang tua dalam
memilihkan makanan untuk anak. Penyakit alergi akan sering timbul apabila anak diberikan
bahan makanan yang diduga menjadi penyebab alergennya. Timbulnya penyakit alergi pada
anak dapat dihindari dengan cara mengeliminasi makanan pencetus alergi. Maka dari itu,
peran ibu sangat berpengaruh terhadap kejadian alergi makanan pada anak.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah ada hubungan status gizi dengan alergi makanan?
1.2.2 Apa peranan ibu terhadap penentuan status gizi anak dan kejadian alergi makanan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum makalah ini adalah mengetahui apakah ada hubungan antara status gizi
dengan kejadian alergi makanan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus makalah ini adalah mengetahui apa peranan ibu terhadap penentuan
status gizi anak dan kejadian alergi makanan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Alergi   

Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan
system tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan.  Alergi makanan terjadi ketika
sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap komponen dalam makanan, sering terhadap
protein. Antibodi yang dirancang untuk melindungi kita dari penyakit bereaksi berlebihan
terhadap protein makanan penyebab alergi dan menyebabkan gejala seperti kembung, sakit
kepala, gatal-gatal, atau diare. Dalam kasus yang lebih parah, alergi dapat mengganggu
kemampuan Anda untuk bernapas dan bahkan mengancam nyawa. Diperkirakan 2 – 8 %
anak-anak dan 2% orang dewasa memiliki satu atau lebih alergi makanan.

Tidak semua reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan merupakan reaksi
alergi murni, tetapi banyak dokter atau masyarakat awam menggunakan istilah alergi
makanan untuk semua reaksi yang tidak diinginkan dari makanan, baik yang imunologik atau
non imunologik. Batasan lebih jelas dibuat oleh American Academy of Allergy and
immunology,The National Institute of Allergy and infections disease  yaitu :

1. Reaksi simpang makanan (Adverse food reactions) Istilah umum untuk reaksi yang
tidak diinginkan terhadap makanan yang ditelan. Reaksi ini dapat merupakan reaksi
sekunder terhadap alergi makanan (hipersensitifitas) atau intoleransi makanan.

3
2. Allergy makanan (Food Allergy) Alergi makanan adalah reaksi imunologik yang
menyimpang. Sebagian besar reaksi ini melalui reaksi hipersensitifitas tipe 1.
3. Intoleransi Makanan (Food intolerance) Intoleransi makanan adalah reaksi
makanan non-imunologik dan merupakan sebagian besar penyebab reaksi yang tidak
diinginkan terhadap makanan. Reaksi ini dapat disebabkan oleh zat yang terkandung
dalam makanan karena kontaminasi toksik (misalnya toksin yang disekresi oleh
Salmonella, Campylobacter dan Shigella, histamine pada keracunan ikan), zat
farmakologik yang terkandung dalam makanan misalnya tiramin pada keju, kafein
pada kopi atau kelainan pada pejamu sendiri seperti defisiensi lactase, maltase  atau
respon idiosinkrasi pada pejamu
2.2 Patofisiologi

Alergi adalah suatu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi cepat dan
lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis yang kompleks  dipengaruhi faktor
genetik, lingkungan dan pengontrol internal. Berbagai sel mast, basofil, eosinofil, limfosit
dan molekul seperti IgE, mediator sitokin, kemokin merupakan komponen yang berperanan
inflamasi. Alergen di dalam makanan adalah protein, glikoprotein atau polipeptida dengan
berat molekul lebih dari 18.000 dalton, tahan panas dan tahan ensim proteolitik. Alergen
makanan dapat menimbulkan reaksi alergi.

Menurut cepat timbulnya reaksi maka alergi terhadap makanan dapat berupa reaksi
cepat (Immediate Hipersensitivity/rapid onset reaction) dan reaksi lambat (delayed onset
reaction). Immediate Hipersensitivity atau reaksi cepat terjadi berdasarkan reaksi
hipersensitifitas tipe I (Gell& Coombs). Terjadi beberapa menit sampai beberapa jam setelah
makan atau terhirup pajanan alergi. Delayed Hipersensitivity atau reaksi lambat terdapat 3
kemungkinan, yaitu terjadi berdasarkan reaksi hipersensitifitas tipe I fase lambat, reaksi
hipersensitifitas  tipe III dan reaksi hipersensitifitas tipe  IV.  Terjadi lebih dari 8 jam setelah
terpapar allergen. Reaksi tipe III dihubungkan dengan bukti ditemukannya IgG terhadap susu
dalam sirkulasi anak yang alergi susu. Sedangkan reaksi tipe IV secara invitro terbukti
dengan reaksi selular terhadap fraksi protein susu melalui uji stimulasi limfosit, uji
tranformasi blast dan uji hambatan migrasi leukosit.

Gejala klinis terjadi karena reaksi imunologik melalui pengeluaran mediator  yang
mengganggu organ tertentu yang disebut organ sasaran. Organ sasaran tersebut misalnya
paru-paru maka manifestasi klinisnya adalah batuk atau asma bronchial, bila sasarannya kulit

4
akan terlihat sebagai urtikaria, bila organ sasarannya saluran pencernaan maka gejalanya
adalah diare dan sebagainya.

2.3 Penegakan Diagnosis Penyakit Alergi

Bila seorang pasien datang dengan kecurigaan menderita penyakit alergi, langkah
pertama yang harus dilakukan adalah memastikan terlebih dahulu apakah pasien benar-benar
menderita penyakit alergi. Selanjutnya baru dilakukan pemeriksaan untuk mencari alergen
penyebab, selain juga faktor-faktor non alergik yang mempengaruhi timbulnya gejala.

Prosedur penegakan diagnosis pada penyakit alergi meliputi beberapa tahapan


berikut.

1) Riwayat Penyakit. Didapat melalui anamnesis, sebagai dugaan awal adanya


keterkaitan penyakit dengan alergi.
2) Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan fisik yang lengkap harus dibuat, dengan perhatian
ditujukan terhadap penyakit alergi bermanifestasi kulit, konjungtiva, nasofaring, dan
paru. Pemeriksaan difokuskan pada manifestasi yang timbul.
3) Pemeriksaan Laboratorium. Dapat memperkuat dugaan adanya penyakit alergi,
namun tidak untuk menetapkan diagnosis. Pemeriksaan laboaratorium dapat berupa
hitung jumlah leukosit dan hitung jenis sel, serta penghitungan serum IgE total dan
IgE spesifik.
4) Tes Kulit. Tes kulit berupa skin prick test (tes tusuk) dan patch test (tes tempel) hanya
dilakukan terhadap alergen atau alergen lain yang dicurigai menjadi penyebab
keluhan pasien.
5) Tes Provokasi. Adalah tes alergi dengan cara memberikan alergen secara langsung
kepada pasien sehingga timbul gejala. Tes ini hanya dilakukan jika terdapat kesulitan
diagnosis dan ketidakcocokan antara gambaran klinis dengan tes lainnya. Tes
provokasi dapat berupa tes provokasi nasal dan tes provokasi bronkial (Tanjung dan
Yunihastuti, 2007).

2.4 Alergi pada Anak

Seperti yang telah kita bahas sebelumnya alergi ialah kegagalan kekebalan tubuh di
mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-
bahan yang umumnya imunogenik (antigenik) atau dikatakan orang yang bersangkutan

5
bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia berkasi berlebihan terhadap lingkungan atau
bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk
orang-orang yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas
tersebut disebut alergen. (Judarwanto, 2009). Alergi dapat terjadi pada setiap orang di
berbagai usia mulai dari anak-anak hingga dewasa.

2.5 Penyebab Alergi pada Anak

Gejala dan tanda alergi pada anak dapat ditimbulkan oleh adanya alergen sebagai
penyebab yang diterima. Beberapa makanan yang berbeda kadang menimbulkan gejala alergi
yang berbeda pula, misalnya pada alergi ikan laut menimbulkan gangguan kulit berupa
urtikaria, kacang tanah menimbulkan gangguan kulit berupa papula atau furunkel. Sedangkan
buah-buahan menimbulkan gangguan batuk atau pencernaan. Meskipun demikian ada
beberapa pakar alergi makanan yang berpendapat bahwa jenis makanan tidak spesifik
menimbulkan gejala tertentu.

Beberapa hal yang menyulut atau mencetuskan timbulnya alergi disebut faktor
pencetus. Faktor pencetus tersebut dapat berupa faktor fisik seperti dingin, panas atau hujan,
kelelahan, aktifitas berlebihan tertawa, menangis, berlari, olahraga. Faktor psikis berupa
kecemasan, sedih, stress atau ketakutan.

Faktor pencetus sebetulnya bukan penyebab serangan alergi, tetapi menyulut


terjadinya serangan alergi. Bila terdapat pencetus alergi disertai terpapar penyebab alergi
maka keluhan atau gejala alergi yang timbul jadi lebih berat. Tetapi bila tidak terkena
penyebab alergi meskipun terdapat pencetus, keluhan alergi tidak akan muncul. Hal ini yang
dapat menjelaskan kenapa suatu ketika meskipun dingin, kehujanan atau kelahan seorang
penderita asma tidak kambuh. Berarti saat itu penderita tersebut sementara terhindar dari
penyebab alergi seperti makanan, debu dan sebagainya.

Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau kakek/nenek pada penderita . Bila ada
orang tua, keluarga atau kakek/nenek yang menderita alergi kita harus mewaspadai tanda
alergi pada anak sejak dini. Bila ada salah satu orang tua yang menderita gejala alergi maka
dapat menurunkan resiko pada anak sekitar 17 – 40%,. Bila ke dua orang tua alergi maka
resiko pada anak meningkat menjadi 53 - 70%.

6
2.6 Gejala-gejala Alergi pada Anak

Gejala awal dari alergi makanan dapat berupa rasa gatal pada mulut, kesulitan
menelan dan bernafas. Saat makanan sudah mencapai lambung dan usus halus, gejala yang
timbul berupa rasa mual, muntah, diare, dan nyeri perut. Gejala inilah yang sering
membingungkan dan mengacaukan dengan gejala intoleransi makanan.

Seperti disebutkan diatas, alergen akan menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran
darah. Saat mereka mencapai kulit, alergen akan menyebabkan terjadinya eksim. Pada saat
mereka mencapai paru paru, alergen dapat mencetuskan terjadinya asma. Gejala alergi yang
paling ditakutkan dikenal dengan nama anafilaktik syok. Gejala ini ditandai dengan tekanan
darah yang menurun, kesadaran menurun, dan bila tidak ditangani segera dapat menyebabkan
kematian.

2.7 Komplikasi

Komplikasi yang dapat ditimbulkan adalah terjadinya gangguan pertumbuhan :


malnutrisi, berat badan sulit naik, kesulitan makan berulang dan lama. Kadangkala juga bisa
terjadi sebaliknya yaitu menimbulkan kegemukan. Sedangkan komplikasi yang cukup
mengganggu adalah adanya gangguan perkembangan berupa gangguan belajar, gangguan
pemusatan perhatian, gangguan emosi, agresif, keterlambatan bicara, keterlambatan bicara,
bahkan dapat memicu atau memperberat gejala autisme.

2.8 Penatalaksanaan Gizi pada anak penderita alergi


a) Penilaian kondisi pasien.

Status gizi : penilaian status gizi Penderita alergi sangat dianjurkan untuk
menjalankan diet sesuai yang dianjurkan harus mentaati diet terus menerus baik
dalam memperhatikan makanan yang kita mau makan, komposisi dan waktu makan
harus diatur.

b) Komplikasi lain.

Pemeriksaan klinis dan laboratorium lebih lanjut perlu dilakukan bila untuk
mengetahui apakah sudah ada komplikasi baik akut atau kronik.

7
c) Perencanaan diet dan mendidik pasien alergi

Mendidik pasien alergi bertujuan agar pasien tersebut dapat mengontrol


makanan yang dapat menyebabkan alergi, mengurangi komplikasi dan meningkatkan
kemampuan untuk merawat diri sendiri. Perencanaan diit bertujuan agar cukup asupan
kalori, protein, lemak, asam mineral dan serat serta air dengan frekuensi makanan
sepanjang hari disesuaikan dengan pemberian obat anti antihistamin, ketotifen dan
kortikosteroid serta imunoterapi. Selain itu kebutuhan kalori dan serat gizi lain
disesuaikan dengan status gizi dan kondisi kesehatan penderita alergi. Perencanaan
diit dapat menggunakan daftar penukar bahan makanan, sehingga penderita alergi
dapat menggunakan daftar itu sendiri.

d) Pemberian ASI

Pemberian ASI eksklusif mungkin bisa menjadi salah satu alternatif, karena
dilaporkan dapat mencegah penyakit atopik serta alergi makanan. Kalangan para
peneliti alergi sendiri masih berdebat mengenai efektifitasnya. Tapi sebagian besar
peneliti berpendapat, menghindari makanan alergen pada ibu hamil dan menyusui,
dan pada bayi usia dini, dapat mencegah terjadinya alergi makanan atau penyakit
atopik di kemudian hari.

Alergi makanan adalah karena makanan penyebab alergi pada umumnya


bergizi tinggi, maka sebaiknya harus dicari makanan pengganti yang relatif aman
yang nilai gizinya tidak kalah bagusnya. Misalnya, ayam dan telor diganti daging
sapi, tahu dan tempe atau mentega diganti margarine dan seterusnya.

Sebagian besar penderita alergi dengan gangguan pencernaan akan mengalami


kesulitan kenaikkan berat badan atau malnutrisi. Perlu dilakukan penanganan
pemberian diet yang teliti dan cermat di bawah pengawasan dokter alergi.
Perencanaan menu makanan untuk harian dan mingguan harus dilakukan dengan baik.

Terapi diet adalah penatalaksanaan gizi paling penting pada penderita alergi.
Orang tua sering mengalami kebingungan karena merasa menu makan pada penderita
alergi sangat terbatas sehingga sering timbul kebosanan. Bila kita cermat dalam
menyusun menu makanan maka masalah pemberian makan pada anak-anak alergi
dapat diatasi tanpa harus mengurangi nilai gizi dan rasa masakan.

8
Syarat – syarat diet alergi pada anak:

1. Energi diberikan sesuai dengan kondisi tubuh anak yang terkena alergi
2. Proporsi hidrat arang terhadap energi tidak banyak berbeda dengan makanan
anak sehat
3. Proporsi protein terhadap energi adalah 15 – 20%
4. Proporsi lemak terhadap energi adalah 20 – 25%
5. Cukup mineral dan vitamin
6. Cukup serat untuk memberikan rasa kenyang.

Pemberian makanan disesuaikan dengan macam obat yang diberikan


Memberikan motivasi dan penyembuhan kepada anak dan orang tua
Semua bahan makanan boleh diberikan dalam jumlah yang telah ditentukan, kecuali
makanan seperti yang terdapat pada :

 Susu sapi diganti dengan susu yang dipakai bisa berupa susu soya (kedelai), susu
sapi formula hipo alergi, atau susu sapi formula lainnya.,
 Ikan laut seperti tongkol, kepiting dan udang sering menyebabkan alergi pada
anak diganti dengan ikan tuna dan salmon.
 Ikan air tawar seperti gabus harus dihindari oleh anak.

2.9 Bahaya pada anak penderita alergi

Penyakit alergi dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang membahayakan jiwa


maupun mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Alergi juga bisa menyerang semua organ
tubuh, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Yang ditimbulkan pun tak hanya sakit
'ringan', namun bisa juga gangguan intelegensia dan perilaku. Misalnya sulit konsentrasi,
hilang memori sesaat, gagap, impulsif, hiperaktif, lemas kronis. Bahkan alergi bisa
menyebabkan kematian jika menimbulkan syok anafilaktik, yakni menyempitnya saluran
nafas di paru-paru, menurunnya tekanan darah, dan tercekiknya tenggorokan.

Alergi juga dapat menggangu perkembangan otak anak sehingga mempengaruhi


tingkat kecerdasan anak. Karena fungsi otaknya terganggu, pada anak akan timbul gangguan
perkembangan perilaku seperti sulit konsentrasi, gangguan emosi, hingga autisme.

9
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Hubungan Status Gizi terhadap Alergi Makanan

Walaupun pada umumnya alergi makanan sulit didiagnosis atau tak dapat dipastikan
penyebabnya. Karena alergi makanan dapat menimbulkan gejala bervariasi. Namun, ada
beberapa hubungan antara status gizi dalam menyebabkan terjadinya alergi makanan
meskipun hal tersebut tidak serta-merta menyebabkan alergi.

Seperti yang telah kita ketahui, status gizi yang baik akan membuat imunitas mereka
baik. Dimana imunitas inilah yang dapat menentukan reaksi alergi yang ditimbulkan. Status
gizi yang buruk pun juga dapat menimbulkan alergi dimana penderitanya pun harus benar-
benar memperhatikan asupan gizinya agar tidak mengkonsumsi zat alergen yang dapat
menimbulkan alergi dalam tubuhnya dan untuk menghindari masuknya alergen dengan
mudah ke dalam tubuh akibat imunitas yang tidak baik. Sehingga penilaian status gizi
penderita alergi sangat dianjurkan untuk menjalankan diet sesuai yang dianjurkan harus
mentaati diet terus menerus baik dalam memperhatikan makanan yang kita ingin makan,
komposisi dan waktu makan harus diatur.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan antara status gizi dalam menyebabkan
terjadinya alergi makanan adalah hubungan timbal balik dimana status gizi yang kurang baik
dapat menyebabkan terjadinya penurunan imunitas yang nantinya akan mengakibatkan alergi.
Begitu pula sebaliknya alergi makanan yang terjadi pada seseorang dapat berpengaruh
terhadap status gizinya karena penderita alergi harus benar-benar memperhatikan asupan
gizinya terlebih bagi penderita yang tidak terlalu memahami penyebab terjadinya alergi
dalam tubuhnya.

3.2 Peran ibu terhadap penentuan status gizi anak dan kejadian alergi makanan

Alergi pada anak tidak sesederhana seperti yang pernah diketahui. Sebelumnya kita
sering mendengar dari dokter spesialis penyakit dalam, dokter anak, dokter spesialis yang lain
bahwa alergi itu gejala adalah batuk, pilek, sesak dan gatal. Padahal alergi dapat menyerang
semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan berbagai

10
bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Alergi pada anak sangat beresiko untuk
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Penyakit alergi ini dapat disembuhkan,
tetapi dengan kemauan keras penyakit ini dapat dikendalikan dan dengan pengetahuan yang
cukup dan keinginan yang kuat. Oleh karena itu penderita alergi harus melakukan diet untuk
mengatur makanan yang dikonsumsi (diet) disertai perubahan gaya hidup.

Dalam hal ini, peran orang tua terutama ibu, sangat diperlukan dalam
penatalaksanaan asupan gizi anaknya. Karena ibulah yang selama seharian penuh mengurus
anaknya dan ibulah yang memperhatikan dan mengetahui kebutuhan gizi anaknya. Untuk itu
sangat diperlukan pengetahuan ibu dalam mengetahui penyebab alergi pada anaknya.
Sehingga ibu dapat memantau makanan yang dikonsumsi anaknya dan dapat menghindari
makanan penyebab alergi serta ibu juga harus tahu pengganti makanan penyebab alergi
sehingga pemenuhan kebutuhan gizi anak tetap dapat terpenuhi tanpa menyebabkan
timbulnya alergi.

11
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan
system tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan. Alergi makanan terjadi ketika
sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap komponen dalam makanan, sering terhadap
protein. Antibodi yang dirancang untuk melindungi kita dari penyakit bereaksi terhadap
protein makanan penyebab alergi dan menyebabkan gejala seperti kembung, sakit kepala,
gatal-gatal, atau diare.

Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara status gizi dalam menyebabkan


terjadinya alergi makanan adalah hubungan timbal balik dimana status gizi yang kurang baik
dapat menyebabkan terjadinya penurunan imunitas yang nantinya akan mengakibatkan alergi.
Begitu pula sebaliknya alergi makanan yang terjadi pada seseorang dapat berpengaruh
terhadap status gizinya karena penderita alergi harus benar-benar memperhatikan asupan
gizinya terlebih bagi penderita yang tidak terlalu memahami penyebab terjadinya alergi
dalam tubuhnya.

4.2 Pengobatan

Pengobatannya bervariasi, tergantung kepada jenis dan beratnya gejala. Tujuan


pengobatan adalah mengurangi gejala dan menghindari reaksi alergi di masa yang akan
datang. Gejala yang ringan atau terlokalisir mungkin tidak memerlukan pengobatan khusus.
Gejala akan menghilang beberapa saat kemudian. Temui ahli dan konsultasikan dengan
spesialis. Alergi yang muncul membutuhkan perawatan yang berbeda-beda pada masing-
masing penderita alergi. Mintalah dokter anda untuk melakukan imunoterapi untuk
menurunkan kepekaan anda terhadap bahan-bahan pemicu reaksi alergi. Berbagai
pencegahan dan pengobatan alergi yang dapat dilakukan, antara lain :

1) Diet. Penderita alergi sangat dianjurkan untuk menjalankan diit sesuai yang
dianjurkan, yang mendapat pengobatan antihistamin, ketotifen dan kortikosteroid

12
harus mentaati diet terus menerus baik dalam memperhatikan makanan yang kita
mau makan, komposisi dan waktu makan harus diatur.
2) Obat-obatan. Obat antihistamin, ketotifen dan kortikosteroid diberikan, namun
terapy diit tidak boleh dilupakan dan imunoterapi.
3) Pemberian ASI. Pemberian ASI eksklusif mungkin bisa menjadi salah satu
alternatif, karena dilaporkan dapat mencegah penyakit atopik serta alergi
makanan. Kalangan para peneliti alergi sendiri masih berdebat mengenai
efektifitasnya. Tapi sebagian besar peneliti berpendapat, menghindari makanan
alergen pada ibu hamil dan menyusui, dan pada bayi usia dini, dapat mencegah
terjadinya alergi makanan atau penyakit atopik di kemudian hari.
4.3 Pencegahan

Cara terbaik untuk mencegah terjadinya reaksi alergi di masa yang akan datang
adalah dengan menghindari makanan penyebab alergi. Hindari makanan yang dapat membuat
anda alergi, misalkan anda alergi terhadap makanan seafood maka usahakan untuk tidak
mengkonsumsi makanan tersebut walaupun hanya sedikit. Bila terdapat riwayat keluarga baik
saudara kandung, orangtua, kakek, nenek atau saudara dekat lainnya yang alergi atau asma.
Bila anak sudah mengalami manifestasi alergi sejak lahir atau bahkan bila mungkin deteksi
sejak kehamilan maka harus dilakukan pencegahan sejak dini. Resiko alergi pada anak
dikemudian hari dapat dihindarkan bila kita dapat mendeteksi sejak dini.

Ada beberapa upaya pencegahan yang perlu diperhatikan supaya anak terhindar dari
keluhan alergi yang lebih berat dan berkepanjangan :

1. Hindari atau minimalkan penyebab alergi sejak dalam kandungan, dalam hal ini
oleh ibu.
2. Hindari paparan debu di lingkungan seperti pemakaian karpet, korden tebal,
kasur kapuk, tumpukan baju atau buku. Hindari pencetus binatang (bulu
binatang piaraan kucing dsb, kecoak, tungau pada kasur kapuk.
3. Tunda pemberian makanan penyebab alergi, seperti telor, kacang tanah dan ikan
di atas usia 2-3 tahun. Bila membeli makanan dibiasakan untuk mengetahui
komposisi makanan atau membaca label komposisi di produk makanan tersebut.
4. Bila bayi minum ASI, ibu juga hindari makanan penyebab alergi.Bila ASI tidak
memungkinkan atau kalau perlu kurang gunakan susu hipoalergenik formula.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kresno, Siti Boedina. 2001. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta:


FKUI.

Rengganis, Iris. Yunihastuti, Evy. 2007. Alergi Makanan dalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi,
Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Tanjung, Azhar. Yunihastuti, Evy. 2007. Prosedur Diagnostik Penyakit Alergi dalam
Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati,
Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Wahab, A Samik. Julia, Madarina. 2002. Sistem Imun, Imunisasi, & Penyakit Imun.
Jakarta: Widya Medika.

Anonymous. 2009. Tips dan Trik Penderita Alergi. Diakses dari


http://www.sehatgroup.web.id/guidelines/isiGuide.asp?guideID=31)/. Tanggal 25 Oktober
2014.

Anonimous. 2009. Alergi pada Anak. Diakses dari http://konsulgizi.blogspot.com/. Tanggal


25 Oktober 2014.

Anonimous. 2009. Pencegahan Penyakit Alergi. Diakses dari http://anneahira.com/. Tanggal


25 Oktober 2014.

Anonimous. 2010. Permasalahan Alergi Makanan. Diakses dari


http://childrenallergyclinic.wordpress.com. Tanggal 25 Oktober 2014.

Judarwanto, widodo. 2009. Alergi Makanan, Komplikasi dan Permasalahannya. Diakses


dari htpp://www.childrenallergyclinic.wordpress.com/. Tanggal 25 Oktober 2014.

Judarwanto, widodo. 2009. Menu Masakan Penderita Alergi. Diakses


darihtpp://www.childrenallergyclinic.wordpress.com/. Tanggal 25 Oktober 2014.

14

Anda mungkin juga menyukai