Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“PENILAIAN STATUS GIZI”

NAMA: CHALIFATURRAHMI SALIM


NIM: 711331120016

SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
2021
KATA PENGANTAR 

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul (Konsep Timbulnya Masalah Gizi)
ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada bidang studi Penilaian Status Gizi.

Dalam penulisan makalah ini penulis mendapat bantuan dari beberapa pihak. oleh karena itu,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
tugas makalah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal itu dikarenakan keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan penulis. oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari pembaca. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Manado, 11 Desember 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh Kurang
energi protein (KEP), Anemia Defisiensi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI), Kurang
Vitamin A (KVA), dan Obesitas. Selain itu, diduga ada masalah gizi mikro lain seperti defisiensi zink
yang sampai saat ini belum terungkap, karena adanya keterbatasan IPTEK gizi.

Proses pada bagan terjadi akibat dari faktor lingkungan dan faktor manusia (host) yang didukung oleh
kekurangan asupan zat-zat gizi. maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi
kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya
terjadi kemerosotan jaringan. Pada saat ini orang sudah bisa dikatakan kekurangan gizi, walaupun hanya
ditandai dengan penurunan berat badan dan pertumbuhan terhambat.
Dengan meningkatnya difisiensi zat gizi, maka muncul perubahan biokimia dan rendahnya zat-zat gizi
dalam darah, berupa rendahnya hemoglobin, serum vit A dan karoten. Dapat pula meningkatnya beberapa
hasil metabolisme seperti asam laktat dan pirufat pada kekurangan Tiamin.

Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebut dalam UU no 36 th 2009 ttg Kesehatan, bertujuan
untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat antara lain melalui perbaikan pola konsumsi
makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi serta
kesehatan.Berbagai program perbaikan gizi dilaksanakan utk pencapaian tujuan tersebut.

1.2. Tujuan penulisan


 Menjelaskan permasalahan gizi dalam kaitannnya dengan penjamu, agens dan lingkungan
 Menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penjamu, agens dan lingkungan
 Mengurutkan riwayat proses alamiah penyakit gizi kurang
 Menjelaskan konsep dasar pertumbuhan, baik pertumbuhan linier maupun pertumbuhan masa
jaringan
 Menjelaskan keunggulan dan kelemahan pengukuran status gizi secara antropometri
 Mahasiswa mampu melakukan pengukuran dengan benar berbagai jenis parameter antropometri
 Mahasiswa dapat menggunakan berbagai jenis indeks antropometri untuk penilaian status gizi
 Mahasiswa dapat membedakan pengklasifikasian status gizi
 Mahasiswa dapat membedakan baku rujukan WHO-NCHS dan baku rujukan
 Mendapatkan informasi mengenai prevalensi status gizi masyarakat pada semua kelompok umur
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep dasar timbulnya penyakit


Suatu penyakit timbul karena ketiga factor yang tidak seimbang, baik dari sumber penyakit (Agens),
Pejamu (Host) dan lingkungan (environment). Hal ini disebut juga dengan istilah penyebab majemuk
(multiple causation) sebagai lawan dari penyebab tunggal (single causation)

1. SUMBER PENYAKIT (AGENS)

Faktor sumber penyakit dapat dibagi menjadi delapan unsur, yaitu unsur gizi, kimia dari luar, kimia dari
dalam, faktor faali/fisiologis, genetik, psikis, tengaga dan kekuatan fisik, dan biologi/parasite

2. PENJAMU (HOST)

Faktor-faktor penjamu yang mempengaruhi kondisi manusia hingga menimbulkan penyakit yaitu faktor
genetik, Umur, Jenis kelamin, kelompok etnik, fisiologis, imonologik, kebiasaan seseorang dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan

Faktor ini cukup berpengaruh dalam timbulnya penyakit, khususnya di negara berkembang yaitu
kebiasaan buruk, seperti membuang sampah sembarangan, tabu, cara penyiapan makanan yang kurang
baik, higiene yang tidak mendapat perhatian

3. LINGKUNGAN (ENVIRONMENT)

Faktor lingkungan dapat dibagi dalam 3 unsur utama yaitu :

1. Lingkungan fisik, seperti cuaca atau iklim, tanah dan air

2. Lingkungan biologis :

a. Kependudukan
b. Tumbuh-tumbuhan
c. Hewan

3. Lingkungan sosial ekonomi :

a. Pekerjaan
b. Urbanisasi
c. Perkembangan ekonomi
d. Bencana alam, peperangan, banjir, gunung meletus dll.

Dikenal 3 model konsep dasar timbulnya penyakit :

1. Segi tiga epidemologi (the epidemologic triagle)


Menurut model ini, perubahan salah satu faktor akan mengubah keseimbangan antara penjamu,
agens dan environment).
2. Jaring-jaring sebab akibat (the web of causation)
Menurut model, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri, melainkan
merupakan serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan demikian, timbulnya penyakit dapat
dapat dicegah dengan memotong rantai pada berbagai titik. Berdasarkan metode ini, dalam usaha
memerangi masalah gizi, kita harus melakukan intervensi berdasarkan penyebab utama dari
masalah gizi (root cause of malnutrition).
3. Medel roda (the wheel)
Model roda memerlukan identifikasi berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit
dengan tidak menekankan pada pentingnya agens. Ini dipentingkan hubungan antar manusia dan
lingkungan hidupnya. Besarnya peranan tiap-tiap lingkungan tergantung pada penyakit yang
diderita.

Riwayat Alamiah Terjadinya Penyakit

Proses alamiah terjadinya penyakit di mulai dari masa pra-patogenesis (sebelum sakit), yaitu jika terjadi
ketidakseimbangan kondisi antara penjamu, agens dan lingkungan, sehingga menimbulkan rangsangan
penyakit (stimulus) yang mengakibatkan terjadinya proses patogenesis dini adalah memasuki garis
ambang klinis. Keadaan penyakit yang terjadi bisa bersifat ringan dan berat, yang berakhir dengan
keadaan sembuh, cacat, timbulnya penyakit kronis atau bisa berakhir dengan kematian.

PATOGENESIS PENYAKIT GIZI

Apabila keadaan ini berlangsung lama, maka akan terjadi perubahan fungsi tubuh seperti tanda-tanda
syaraf yaitu kelemahan, pusing, kelelahan, nafas pendek dll. Kebanyakan penderita malnutrisi sampai
tahap ini. Keadaan ini akan berkembang diikuti dengan tanda-tanda klasik dari kekurangan zat gizi seperti
kebutaan, nyeri lidah pada penderita kekurangan riboflafin, kaku pada kaki pada defisiensi thiamin.
Keadaan ini akan segera diikuti luka pada anatomi seperti xeroftalmia dan keratomalaisia pada
kekurangan Vitamin A, Anfular stomatis pada kekurangan riboflafin, edema dan luka kulit pada penderita
kwasiokor.

2.2. Konsep pertumbuhan sebagai dasar Antropometri Gizi


1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan menjadi besar, jumlah ukuran dan fungsi sel, organ
maupun individu, yg diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, m), umur
tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Perkembangan (development)
adalah bertambahnya kemampuan skill dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan.

2. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu : Faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah : biologis, termasuk genetik dan faktor eksternal seperti status gizi
1. Faktor Internal Genetik antara lain termasuk berbagai faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis
kelamin, obstetrik dan ras atau suku bangsa. Apabila potensi genetik ini dapat berinterksi dalam
lingkungan yang baik dan otimal maka akan menghasilkan oertumbuhan yang optimal pula.

2. Faktor Eksternal (lingkungan) Faktor lingkungan sangat menentukan tercapainya potensi genetik yang
optimal. Apabila kondisi lingkungan kurang mendukung atau jelek, maka potensi genetik yang optimal
tidak akan tercapai. Lingkungan ini meliputi bio-fisik-psikososial yang akan mempengaruhi setiap
individu mulai dari masa konsepsi sampai akhir hayatnya.

Lingkungan pranatal yang mempengaruhi pertumbuhan janin mulai konsepsi sampai lahir, antara lain :

1) Gizi ibu pada saat hamil


2) Mekanis (kelainan bawaan dari bayi)
3) Toksin/zat kimia (obat-obatan bersifat racun)
4) Endokrin (hormonal)
5) Radiasi (pengaruh radiasi pada bayi sebelum umur 18 minggu)
6) Infeksi (malaria, aids virus hepatitis dll)
7) Stres
8) Anoreksia embrio (gangguann oksigenisasi pada janin yang dpt menyebabkan BBLR

3. Faktor Lingkungan Pascanatal

Pada masa pranatal, merupakan msa rawan dalam proses tumbuh kembang anak, khususnya pertumbuhan
otak. Masa perinatal adalah msa antara 28 minggu dalam kandungan sampai 7 hari setelah dilahirkan.

Faktor lingkungan pascanatal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan antara lain : lingkungan biologis,
lingkungn fisik, faktor psikologi, faktor keluarga dan adat istiadat.

 Lingkungan biologis yang berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah ras, jenis kelamin, umur,
gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme yang
terkait satu dengan yang lainnya,
 Lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan adalah : cuaca, keadaan geografis,
sanitasi lingkungan, keadaan rumah dan radiasi.
 Faktor psikolsosial yang bberpengaruh pada tumbuh kembang anak adalah stimulasi (ransangan),
motivasi, ganjaran atau hukuman, kelompok sebaya, stres, lingkungan sekolah, cinta dan kasih
sayang serta kualitas interaksi keluarga.
 Faktor keluarga dan adat istiadat yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak antara lain :
pekerjaan atau pendapatan keluarga, stabilitas rumah tangga, adat istiadat dll.

Unicef dan johson (1992) Membuat mosdel iterelasi tumbuh kembang anak dengan melihat penyebab
dasar, sebab langsung dan tidak langsung. Sebab langsung adalah kecukupan makanan dan keadaan
kesehatan. Sedangkan penyebab tidak langsung meliputi ketahanan makanan keluarga, asuhan bagi ibu
dan anak dan pemanfaatan pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan

Penyebab yang paling mendasar dari tumbuh kembang anak adalah msalah struktur politik dan ideologi
serta struktur ekonomi yang dilandasi oleh potensi sumber daya. Serta berbagai faktor sosial ekonomi ikut
mempengaruhi pertumbuhan anak. Faktor sosial ekonomi tersebut antara lain : pendidikan, pekerjaan,
teknologi, budaya dan pendapat keluarga.

Jenis-jenis Pertumbuhan

1. Pertumbuhan linier

Bentuk dari ukuran linier adalah ukuran yang berhubungan dengan panjang. Contoh ukuran linier adalah
Panjang Badan (PB), Lingkar dada dan Lingkar kepala. Ukuran linier yang rendah biasanya menunjukkan
keadaab gizi yang kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita waktu lampau. Ukuran
linier yang paling sering digunakan adalah Tinggi badan (TB) atan Panjang Badan.

2. Pertumbuhan masa jaringan

Bentuk dan ukuran masa jaringan adalah masa tubuh. Contoh ukuran masa jaringan adalah Berat badan
(BB), Lingkar lengan Atas (LLA), dan tebal lemak bawah kulit. Apabila ukuran ini rendah atau
kecil, menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi protein yang diderita pada waktu
pengukuran dilakukan. Untuk masa jaringan yang paling sering digunakan adalah Berat Badan.

2.3. Perkembangan Standar MGRS


WHO (1995) mempunyai istilah rujukan (reference) dengan standar (standard).

Rujukan  Satu set ukuran anak sehat, A sama/lebih baik dari rujukan

Standar  Satu set ukuran anak sehat dengan memasukkan target, norma tertentu.

Adapun dua kendala teknis penggunaan rujukan local:

1) Penggunaan rujukan lokal belum mencerminkan pertumbuhan potensial (pertumbuhan maksimum)


anak.
2) Kesulitan dalam membandingkan dengan negara lain, sebagai upaya mengembangkan strategi
global memerangi masalah gizi.

PENYAJIAN INDEKS ANTROPOMETRI

 Persen terhadap median standard

 Persentil terhadap sebaran nilai standard

 Z-skor standar

 Standar Deviasi Unit (SD) atau Z-Score

 Pertumbuhan nasional untuk suatu populasi dinyatakaan dalam positif dan negatif 2 SD unit (Z-
Score) dari median, yang termasuk hampir 98% dari orang-orang yang diukur berasal dari
referensi populasi.

Pengukuran Z-score pada populasi distribusi normal


z-score = (nilai yang diamati) - (nilai referensi median)

z-score populasi referensi

Contoh Kasus

Anak Laki-laki umur 36 bulan dengan TB=97 cm dan BB=15.2 kg, dan anak laki-laki umur 10 bulan
dengan PB=75 cm dan BB=5.8 kg.

Simpangan baku ketiga indeks untuk kedua anak tsb masing2 sbb:

Indeks TB,PB/U

Umur Simpangan Baku


-3SD -2SD -1SD Median +1SD +2SD +3SD
Anak-1 36 85.9 89.54 93.0 96.5 100,1 103.6 107.1
bulan
Anak-2 10 63.5 66.2 69.0 73.6 74.5 77.3 80.1
bulan

Pengukuran Distribusi Tidak Normal

Untuk menghitung z-score dari satu titik yang diamati memerlukan serangkaian perhitungan matematis
yang mempertimbangkan distribusi tidak normal dalam populasi referensi. Rumus berikut dapat
digunakan:

z-score = (nilai diamati ÷ M)L - 1

L×S

Dalam rumus ini, M, L dan S adalah nilai dari populasi referensi.

a) M adalah nilai angka median referensi yang diperoleh dari estimasi rata-rata populasi.
b) L adalah nilai angka yang diperlukan untuk mentransformasikan data dalam rangka untuk
mengurangi kemencengan kurva (misalnya untuk membuat data menjadi normal).
c) S adalah koefisien variasi.

Rumus ini juga disebut rumus LMS yang digunakan untuk menghitung z-score untuk BB/U, BB/PB,
BB/TB dan IMT/U.

Contoh Kasus

Sam anak laki-laki berumur 2 tahun 4 bulan mempunyai berat badan 11.9 kg.

Untuk menghitung z-score BB/U, kita perlu mengetahui faktor M, L dan S nilai referensi BB/U untuk
anak laki-laki umur 2 tahun 4 bulan.
Nilainya adalah sebagai berikut:

M = 12.94 (median untuk BB/U anak-anak laki-laki berumur 2 tahun 4 bulan)

L = -0.06 (nilai power untuk membuat data normal)

S = 0.12 (koefisien variasi)

MGRS (Multicentre Growth Reference Study)

Norma dalam MGRS

 Kondisi sosial ekonomi, lingkungan

 Cukup bulan, tunggal

 Tidak sakit

 Ibu tidak merokok, alkohol

 Makanan bayi dan anak optimal;

- Eksklusif/predominantly sekurangnya 4 bulan

- Diteruskan menyusui sampai sekurangnya 12 bulan

- Dikenalkan MPASI pada usia 6 bulan

Perbandingan Antar Center dan Penyajian Standar WHO

NCHS-78 WHO 2005


• Dikembangkan dengan mengukur anak • Memasukkan variabel lingkungan yang
yang sehat, tanpa mempertimbangkan mempengaruhi pertumbuhan bayi, seperti
faktor lingkungan lain. kebiasaan menyusui eksklusif, tidak
• Memberikan penjelasan pencapaian merokok, tidak alkohol.
pertumbuhan anak-anak yang SEHAT. • Menggambarkan bagaimana anak-anak
(diskriptif) HARUS TUMBUH (preskriptif)
• Multi ras, satu negara • Multi ras, multi negara
• Pengukuran setiap 3 bulan, 6 bulan, • Frekuensi pengukuran lebih sering
potong lintang (mingguan, bulanan untuk bayi 0-24
bulan), potong lintang untuk anak 18-72
bulan.

Hal-hal baru (inovatif) dari standar WHO

o Preskriptif (prescriptive) menggambarkan bagaimana anak harus tumbuh.


o Menggunakan bayi yang disusui eksklusif sebagai model
o Sampel  internasional (6 negara)
o Untuk menilai obesity
o Menggunakan multi indeks untuk menentukan status pertumbuhan
o Pengukuran harus diikuti dgn tindak lanjut

2.4. Parameter Antropologi


Antropometri berasal dari kata Anthropos (Tubuh) dan Metrosa (Ukuran), Jadi antropometri adalah
ukuran dari tubuh. Parameter Antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara
beberapa parameter disebut Indeks. Baku rujukan yang digunakan adalah HARVARD dan untuk LLA
digunakan untuk baku WOLANSKI. Untuk ukuran baku di Indonesia saat ini menggunakan Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 1995/Menkes/SK/XII/2010.

Keunggulan Antropometri

a. Prosedur sederhana, aman dan dapat digunakan pada sampel yang besar

b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetrapi cukup dilakukan oleh tenaga yg sudah dilatih

c. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan atau dibuat sendiri (lokal) kecuali alat
Skin Fold Caliper.

d. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan

e. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi masa lampau

f. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan gizi buruk, karena sdh ada
ambang batasnya.

g. Metode antropometri dapat menevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari
satu generasi ke generasi berikutnya

h. Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi.

Kelemahan Antropometri

a. Tidak sensitif. Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Disamping itu
tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe

b. Faktor di luar gizi (genetik, penyakit dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan
spesifikasi dan sensivitas pengukuran antropometri

c. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas
pengukuran antropometri gizi

d. Kesalahan ini terjadi karena pengukuran, dan perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun
komposisi jaringan, Analisa dan asumsi yang keliru

e. Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat
atau alat tidak ditera, kesulitan pengukuran.
JENIS PARAMETER

ANTROPOMETRI SEBAGAI INDIKATOR STATUS GIZI DAPAT DILAKUKAN DENGAN


MENGUKUR BEBERAPA PARAMETER. PARAMETER ADALAH UKURAN TUNGGGAL DARI
TUBUH MANUSIA, ANTARA LAIN :

- UMUR (U)

- BERAT BADAN (BB)

- TINGGI BADAN (TB)

- LINGKAR LENGAN ATAS (LLA)

- LINGKAR DADA (LD)

- LINGKAR KEPALA (LK)

- LINGKAR PINGGUL (LP)

- TEBAL LEMAK DI BAWAH KULIT.

PARAMETER ANTROPOMETRI MERUPAKAN DASAR DARI PENILAIAN STATUS GIZI.


BEBERAPA INDEKS YANG SERING DIPERGUNAKAN DALAM PENILAIAN STATUS GIZI DI
INDONESIAYAITU :

1. BB/U

2.TB/U

3. BB/TB

4. IMT

5. LLA/U

6. LLA/TB

Indeks antropometri yang sering digunakan dalam pengukuran antropometri yaitu :

1. Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Berat Badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Dalam keadaan
normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi
terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang
abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih
lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut
umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi

• Kelebihan Indeks BB/U :


a) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat
b) Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis
c) Berat badan dapat berfluktuasi
d) Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil
e) Dapat mendeteksi kegemukan (over weight)

• Kelemahan Indeks BB/U :

a) Dapat mengakibatkan intepretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun asites
b) Dipedesaan yg masih tradisional kadang umur tdk diketahui (pencatan kurang baik)
c) Memerlukan data umur yang akurat terutama balita
d) Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian, atau gerakan anak pada
saat penimbangan

2. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan sketsal. Pada keadaan
normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.

• Kelebihan Indeks TB/U :

a) Baik untuk menilai status gizi massa lampau


b) Ukuran panjang dapat dibuat sendiiri
c) Murah dan mudah dibawa

• Kelemahan Indeks TB/U :

a) Tinggi badan tidak cepat naik, bahhkan tidak mungkin turun


b) Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiiri tegk, sehingga diperlukan dua
orang untuk melakukannya
c) Ketepatan umur kadang sulit didapat

3. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan
berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu.

• Keuntungan Indeks BB/TB


a) Tidak memerlukan data umur
b) Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal dan kurus)
• Kelemahan Indeks BB/TB
a) Tidak dapat memberi gambaran apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi badan atau
kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena faktor umur tidak diperhitungkan.
b) Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang/tinggi
badan pada kelompok balita.
c) Membutuhkan dua macam alat ukur
d) Pengukuran relatif lebih lama
e) Membutuhkan dua orang untuk melakukannya
f) Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama bila dilakukan oleh
kelompok non profesional.

4. Lingkar Lengan Atas menurut Umur (LLA/U)

Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.
Lingkar lengan atas berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB. Lingkar lengan atas merupakan
parameter yang dapat berubah-ubah dengan cepat. Karena itu, lingkar lengan atas merupakan indeks
status gizi saat kini.

• Keuntungan Indeks LLA/U yaitu :

a) Indikator yang baik untuk meniai KEP berat


b) Alat ukur murah, sangat ringan dan dapat dibuat sendiri
c) Alat dapat diberi kode warna untuk menentukan tingkat keadaan gizi.
• Kelemahan Indeks LLA/U
a) Hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat
b) Sulit menentukan ambang batasnya
c) Sulit untuk melihat pertumbuhan anak terutama anak usia 2-5 tahun yang perubahannya tidak
nampak nyata

5. Indeks Masa Tubuh (IMT)

Berat badan yang berada di bawah batas minimum dinyatakan sebagai Under wight atau kekurusan, dan
berat badan di atas maximum dinyatakan sebagai Over Weight atau kegemukan. Penggunaan IMT hanya
berlaku untuk orang dewasa berumur di atas 18 tahun, IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak,
remaja, ibu hamil dan olah ragawan. Disamping itu IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus
(penyakit) lainnya seperti ada edema acites dll.

Rmus IMT Orang Dewasa :

BB (kg)

IMT = -------------------------

TB (m) X TB (m)

atau : Berat Badan (dalam kg) dibagi kuadrat Tinggi Badan (dalam meter)

Kategori IMT
KURUS Kekurangan BB Tingkat Berat <17,0
Kekurangan BB Tingkat Ringan 17,0 – 18,5
NORMAL 18,5 – 25,0
GEMUK Kelebihan BB Tingkat Ringan 25,0 – 27,0
Kelebihan BB Tingkat Berat >27,0

6. Tebal Lemak Di bawah Kulit/Umur


Pengukuran kelebihan lemak bawah kulit (skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya :

a) Pada bagian lengan atas (tricep) dan (biceps)


b) Lengan bawah (forearm)
c) Tulang belikat (subscapular)
d) Ditengah garis ketiak (midaxillary)
e) Sisi dada (pectoral)
f) Perut (abdominal)
g) Suprailiaka
h) Paha
i) Tempurung lutut (suprapatellar)
j) Pertengahan tungkai bawah (medial calf)

Lemak tubuh dapat diukur dan dinyatakan dalam kilogram atau dinyatakan dalam persen terhadap
berat badan tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi tergantung dari jenis kelamin dan
umur, Umumnya lemak bawah kulit untuk pria 3,1 kg dan pada wanita 5,1 kg

7. Rasio Lingkar Pinggul

Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan metabolisme termasuk daya tahan
terhadap insulin dan meningkatnya produksi asam lemak bebas, dibanding dengan banyaknya lemak
bawah kulit atau pada kaki dan tangan. Pengukuran lingkar pinggang dan pinggul harus dilakukan oleh
tenaga yang terlatih dan posisi pengukuran harus tepat.

2.5. Teknik Pengukuran Antropometri


1) PENIMBANGAN BERAT BADAN
Alat : Timbangan berat badan dengan kapasitas 150 kg dan ketelitian 100 gram

Persiapan:

1. Keluarkan timbangan dari kotak karton

2. Pasang baterai pada bagian bawah alat timbang (PERHATIKAN POSISI BATERAI)

3. Letakan alat timbang pada lantai yang keras dan datar

4. Responden yang akan ditimbang diminta membuka alas kaki, jaket, serta mengeluarkan isi
kantong yang berat seperti kunci

5. Responden tidak diperbolehkan memakai pakaian berbahan Jeans

Prosedur Penimbangan:

1. Aktifkan dg menekan sudut kanan bawah


2. Muncul garis yg bergerak-gerak pd layar display (belum siap digunakan)
3. Muncul angka 0,0 stabil atau huruf “OK” di sisi kiri (telah siap digunakan)
4. Posisi kaki responden tepat ditengah alat timbangan, sikap tenang, kepala tidak menunduk
5. Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul  tunggu sampai angka tidak berubah (Statis)
6. Catat angka yg terakhir muncul  angka sudah tidak berubah atau muncul “OK” pada kaca
display
7. Isikan padad kolom “Berat Badan“
8. Minta responden turun dari alat timbang  alat timbang akan OFF secara otomatis.

PENIMBANGAN ANAK UMUR < 2 TH (ANAK YG BELUM BISA BERDIRI)

1. Mintalah ibu untuk membuka topi/tutup kepala, jaket, sepatu, kaos kaki atau asesoris yg digunakan
ANAK MAUPUN IBU

2. Aktifkan alat timbang

3. Timbang ibu dari anak yg akan ditimbang (TANPA ANAK)

4. Perhatikan posisi kaki ibu tepat di tengah alat timbang

5. Catat angka yg terakhir (atau muncul huruf “OK” pd bagian kiri kaca display)

6. Minta ibu turun dr alat timbang & tunggu sampai alat timbang OFF secara otomatis

7. Aktifkan kembali alat timbang

8. Timbang ibu dengan menggendong anak (bersama-sama)

9. Angka statis yg terakhir muncul dicatat pada samping kanan kotak berat badan di kuesioner

10. Hitung Berat Badan anak:

Berat Badan “Ibu dan Anak” dikurangi berat badan “ibu tanpa anak”

11. Isikan pada kolom: Berat Badan pada formulir RKD13.IND  K01b

2. PENGUKURAN TINGGI BADAN DAN PANJANG BADAN


Pemasangan Alat Ukur Tinggi Badan

1.Pasangkan batang alat ukur pertama (batang terpanjang) dengan alas alat ukur

2.Kencangkan kunci pada lubang yang terdapat pada alas alat ukur

3. Masukkan alat geser, ke batang alat ukur. Posisi kaca baca harus pada skala baca

4. Pasang batang lainnya berurutan sesuai dengan angka yang ditunjukkan pada skala batang ukur

5. Alat Ukur siap digunakan

Cara Pengukuran Tinggi Badan

Posisi Kepala, Punggung, Pantat, Betis, Tumit  Menempel pada batang alat ukur Sedikitnya tiga bagian
tubuh (punggung, pantat, dan betis)
Pemasangan Alat Ukur Panjang Badan

1. Siapkan panel bagian kepala alat ukur Panjang badan

2. Siapkan pengunci dan penyangga alat ukur Panjang badan

3. Gabungkan panel bagian kepala dg batang skala terpanjang & kencangkan penguncinya

4. Pasang panel geser dan baringkan alat ukur di meja & lantai yg keras & rata

5. Pasang pipa penahan, atur agar sejajar panel bagian kepala dan kencangkan

6. Hasil pengukuran ditunjukkan oleh garis pada jendela baca dan pembacaannya dari angka yang
kecil kearah angka yang lebih besar

Cara Pengukuran Panjang Badan

1. Posisi puncak kepala menempel pd panel bagian kepala


2. Titik cuping telinga ke ujung mata tegak lurus dengan lantai
3. Posisi kedua telapak kaki anak tegak lurus saat menempel rapat pada alat geser.
4. Bila anak rewel, Pembacaan bisa dilakukan hanya pada satu kaki dengan posisi yang benar
5. Posisi ideal pada saat pengukuran panjang badan
6. Posisi pembaca skala di sisi KANAN (DEKAT BATANG SKALA)
7. Ibu dapat membantu memegang anak agar anak tidak rewel
8. Menggerakkan alat geser dan membaca skala harus dilakukan dgn cepat krn anak sering rewel
dan bergerak

3. PENGUKURAN LINGKAR LENGAN ATAS

Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) dimaksudkan untuk memperoleh prevalensi Risiko Kurang
Energi Kronis pada wanita usia 15 – 49 tahun (termasuk ibu hamil)

1. Jika lengan kiri lumpuh  yang diukur adalah lengan kanan

2. Menentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan pita ukur

3. Beri tanda titik tengah tersebut

4. Lingkarkan pita ukur mengelilingi lengan pada tanda yang telah dibuat

5. Baca angka hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh bagian ujung (posisi 0) pada pita ukur

6. Simpan pita ukur dengan baik, jangan sampai berlipat-lipat atau sobek

4. PENGUKURAN LINGKAR PERUT

1. Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah

2. Beri tanda titik batas tepi tulang rusuk paling bawah dengan menggunakan spidol/ pulpen
3. Tetapkan titik batas atas ujung lengkung tulang pangkal panggul

4. Beri tanda titik batas atas ujung lengkung tulang pangkal panggul

5. Tetapkan & beri tanda titik tengah antara batas tepi tulang rusuk paling bawah dengan titik batas atas
ujung lengkung tulang pangkal panggul

6. Lakukan pada kedua sisi perut responden

7. Minta responden untuk berdiri tegak & bernafas normal (pengukuran saat bernafas normal)

8. Lakukan pengukuran lingkar perut mulai dari Titik Tengah bagian kanan, secara sejajar horizontal
melingkari pinggang dan titik tengah bagian kiri melewati bagian perut dan kembali menuju ke titik
tengah bagian kanan perut responden

2.6. Evaluasi Kegiatan Penimbangan Balita di Puskesmas


Untuk mengetahui pencapaian program diperlukan informasi yang cepat, tepat dan akurat  Surveilans
gizi  mencatat kegiatan penimbangan balita di posyandu  di evaluasi oleh Puskesmas sebagai
gambaran pencapaian kinerja gizi puskesmas (dst. kab/kota dan provinsi)
Informasi yg dapat diperoleh melalui pelaksanaan surveilans gizi antara lain adalah :
 % balita gizi buruk yg mendapat perawatan
 % balita yg ditimbang Bbnya
 % balita 0-6 bln yg mendpt ASI eksklusif
 % RT yg menggunakan garam beryodium
 % balita 6-59 bulan yg dpt kapsul Vit A
 % bumil yg dpt 90 tablet Fe
 % balita yg mendapat MP-ASI dan multi vitamin * (utk daerah bencana/ gizi kurang).
Pengumpulan data dilakukan a.l :
 Kegiatan rutin : penimbangan bulanan, pemantauan dan pelaporan kasus gizi buruk,
pendistribusian fe, vit. A, dan catatan pemberian ASI eklsf.
 Survei khusus berdasarkan kebutuhan : survei garam beryodium, pendistribusian MP-ASI, atau
survei2 lain.
BAB III

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

Status Gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara zat gizi yang dikonsumsi
dengan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh untuk berbagai proses biologis (pertumbuhan, perkembangan,
pemeliharaan kesehatan, aktivitas, metabolisme), adapun Indikator status gizi (antropometri, klinis,
biokimia)

Di negara berkembang pada umumnya, masalah gizi utama masih berupa Kekurangan Energi Protein
(KEP), Anemia Defisiensi Besi (ADB), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKI), Kekurangan
Vitamin A (KVA), dan Obesitas. Jadi tubuh menggunakan nutrisi yang disimpan untuk memenuhi
kebutuhannya. Jika situasi ini berlangsung lama, nutrisi yang disimpan akan habis dan akhirnya tubuh
akan mulai membuangnya. Pada titik ini, orang bisa dikatakan kurang gizi, meski hanya menunjukkan
tanda-tanda penurunan berat badan dan pertumbuhan terhambat.

Ditinjau dari sudut pandang epidemologi masalah gizi sangat dipengaruhi oleh faktor penjamu, agens dan
lingkungan.

 Faktor penjamu meliputi : fisiologis, metabolisme dan kebutuhan zat gizi


 Faktor agent meliputi zat gizi yaitu zat gizi mikro seperti karbohidrat, protein dan lemak serta zat
gizi mikro seperti vitamin dan mineral
 Faktor lingkungan (makanan) meliputi bahan makanan, pengolahan, penyimpanan, penghidangan
dan higinis, serta sanitasi makanan.

3.2. Saran

Dihimbau untuk meningkatkan penyuluhan tentang pengetahuan gizi yang berkaitan dengan zat – zat gizi,
pola pemberian makanan tambahan, menu seimbang, pengasuhan dan perawatan agar mencegah
terjadinya kurang gizi serta mendeteksi adanya masalah gizi sejak dini.

Anda mungkin juga menyukai