Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

PENGUJIAN DAN PENINGKATAN KUALITAS AIR EMBUNG


DESA BEBATU KECAMATAN SESAYAP HILIR KABUPATEN TANA TIDUNG
PROVINSI KALIMANTAN UTARA

Disusun oleh :
Gazali Salim S.Kel, M.Si (Ketua) NIDN. 1123018401
Dr. Ir Agus Indarjo, M.Phil (Anggota) NIDN. 0005056004
Christine Dyta Nugraeni S.Si, M.Si NIDN. 0023099301

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
TARAKAN
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bebatu merupakan salah satu dari tujuh desa yang terletak sepanjang sungai
Sesayap, tepatnya berada di Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung Provinsi
Kalimantan Utara dan merupakan pintu gerbang bagian timur menuju pusat
pemerintahan Kabupaten Tana Tidung dengan luas wilayah Bebatu ± 210.000 ha. Luas
perairan dan daratan dengan luas lahan pemukiman 75.225 ha yang terbagi atas empat
wilayah rukun tetangga.
Bebatu merupakan daerah dataran rendah dan rawa dengan ketinggian dari
permukaan air laut yaitu 70 m yang merupakan daerah aliran sungai (DAS) Sesayap dan
juga merupakan daerah yang rawan terhadap abrasi pantai karena banyak dijumpai
pengikisan pada tepi-tepi pantai setiap tahunnya.
Salah satu sumber air di Desa Bebatu adalah Embung Bebatu. Embung adalah
merupakan tendon air atau waduk berukuran kecil pada lokasi pertanian yang bertujuan
untuk menampung kelebihan air hujan di musim penghujan dan pemanfaatannya pada
musim kemarau untuk berbagai keperluan baik di bidang pertanian maupun kepentingan
masyarakat banyak. Pembentukan embung pada dasarnya adalah untuk mengairi lahan
pertanian terutama pada musim kemarau, manfaat lain dari embung adalah sebagai
persediaan minuman ternak maupun keperluan rumah tangga.
Pada saat ini, air yang merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup di bumi
mengalami penurunan kualitas. Penurunan kualitas air disebabkan tercemar berbagai
macam limbah, baik limbah domestik, limbah industri, yang masuk ke badan perairan.
Kegiatan industri yang sebenarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia, seringkali menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kehidupan
manusia.

Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan
dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Kualitas air akan berbeda dari suatu
kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda
dengan kualitas air untuk keperluan air minum.

Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air di embung


Desa Bebatu, Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung Provinsi Kalimantan
Utara yang hanya difokuskan pada konsentrasi beberapa parameter fisika dan kimia
perairan yang tertera pada baku mutu air untuk mengetahui status mutu kualitas air. Hasil
dari pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar dan output
yang dapat bermanfaat bagi pemerintah daerah dan masyarakat umum, khususnya
mengenai kualitas air sehingga dapat dijadikan sebagai masukan dalam pengelolaan
wilayah embung.

B. Permasalahan
Sejauh ini Bebatu sedang tergolong dalam wilayah terpencil mengingat jarak
tempuh yang begitu jauh dari pusat pemerintahan kecamatan ± 20 km dan dari kabupaten
± 40 km yang hanya dapat ditempuh dengan memanfaatkan transportasi sungai longbout
atau speedboud selama ± 30 menit hingga tiba di kecamatan dan selama ± 60 menit
hingga tiba di kabupaten.
Kurangnya pengetahuan, kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap masalah
kualitas air dan peningkatan kualitas air adalah masalah utama terjadinya pencemaran
lingkungan. Untuk itu perlu dilakukan pengujian kualitas air di daerah embung bebatu
dengan melibatkan masyarakat agar kelesterian ekosistem wilayah embung tetap terjaga
dan meningkatankan kualitas kesehatan masyarakat.
BAB 2. SOLUSI DAN TARGET

A. Solusi
Kegiatan pengujian kualitas air diikuti oleh beberapa dosen, mahasiswa dan
masyarakat pesisir disekitar wilayah embung Bebatu. Kegiatan pengujian kualitas air yang
dilakukan memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Membangkitan kesadaran, kepedulian, dan pengetahuan masyarakat tentang penting
menjaga ekosistem wilayah embung bebatu bagi kehidupan manusia maupun
kehidupan biota yang ada di perairan. Selain itu kegiatan ini diharapkan mampu
meningkatkan kesehatan masyaraka karena embung bebatu merupakan salah satu
sumber air yang digunakan untuk berbagai aktivitas manusia baik irigasi, kebutuhan
sehari-hari dan kegiatan budidaya ikan.
2. Menjadikan kegiatan ini salah satu contoh dalam menjaga ekosistem wilayah embung
Bebatu sebagai tindakan pencegahan.
3. Menjadikan masyarakat sekitar embung Bebatu sebagai salah satu masyarakat yang
mendukung peningkatan kualitas air.

B. Luaran Kegiatan
Luaran yang diharapkan dengan adanya kegiatan pengabdian masyarakat ini
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan pengetahuan, kesadaran dan kepedulian seluruh elemen masyarakat di
wilayah embung Bebatu untuk pro-aktif dalam upaya menjaga kelestarian ekosistem
wilayah embung Bebatu untuk kepentingan manusia dan biota yang ada di perairan.
2. Mengetahui kualitas air di embung Bebatu Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana
Tidung Provinsi Kalimantan Utara.
3. Diharapkan adanya program pengabdian masyarakat selanjutnya dalam peningkata
kualitas air di embung Bebatu Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung
Provinsi Kalimantan Utara.
4. Dapat menjadikan hasil dari pengabdian kepada masyarakat ini ke dalam bentuk
tulisan berupa Jurnal pengabdian kepada masyarakat ber-ISSN dan ESSN yang di
miliki oleh LPPM UBT.
BAB 3. METODE PELAKSANAAN

A. Pengambilan Sampel
Metode yang digunakan dalam pengabdian masyarakat ini adalah metode deskriptif
analitis. Metode deskriptif analitis dapat diartikan sebagai prosedur penelitian yang
berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa ataupun kejadian, menggambarkan
variabel demi variabel serta mengumpulkan informasi berdasarkan fakta-fakta yang
tampak atau sebagaimana adanya kemudian di analisis. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan yaitu Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah pengambilan
sampel berdasarkan keperluan pengabdian masyarakat, artinya setiap unit atau individu
yang diambil dari populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu.
B. Pengujian secara Fisika
Pengamatan secara fisik, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat
TSS dan TDS.
- Total Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid, TSS) dan Total Padatan
Terlarut (Total Dissolved Solid, TDS)
TSS dan TDS pada daerah permukiman, pada umumnya kekeruhan yang terjadi
diperairan disebabkan oleh buangan penduduk seperti dari sisa makanan dan
buah, sisa kertas, dan sisa kain bekas yang akan menjadi bahan tersuspensi
(Ibrahim, 2016). Sementara itu, penyebab utama terjadinya TDS adalah bahan
anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan. Sebagai contoh air
buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang larut
air, misalnya pada air buangan rumah tangga.
Pengujian TSS dan TDS dilakukan di Laboratorium Kualitas Air Fakultas
Perikanan UBT. Pengujian TSS dilakukan dengan langkah sebagai berikut
contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah
ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai
berat konstan pada suhu 103ºC sampai dengan 105ºC. Kenaikan berat saringan
mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi
menghambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori
saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk
memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan
padatan total.
Pengujian TDS dilakukan dengan langkah sebagai berikut Contoh uji yang
telah homogen disaring dengan kertas saring glass fiber, filtrat ditampung
dalam cawan dan dievaporasi pada suhu 180ºC ± 2ºC serta ditimbang hingga
didapat berat konstan. Kenaikan berat cawan sebanding dengan berat padatan
terlarut total (TDS).

C. Pengujian secara Kimia


Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat
kimia yang terlarut dan indikator kimia yang digunakan.
- pH
Nilai pH (Potensial of Hydrogen) menggambarkan derajat asiditas dan
alkalinitas dari suatu larutan, terutama sebagai indikator kualitas air (Effendi,
2003). Selain itu, nilai pH mencirikan keseimbangan antara asam dan basa
dalam air tersebut (Wootton, 2008).
Pengujian pH dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut
mempersiapkan sampel yang akan dianalisa. Alat pH meter dikalibrasi dengan
buffer pH 4,7 dan 10. Elektroda dibilas dan keringkan. Sampel diukur dengan
alat pH meter.
- NH3
NH3 berasal dari hasil penguraian protein oleh organisme pembusuk yang
berasal dari makhluk hidup, seperti tumbuhan dan hewan yang telah mati.
Nitrogen yang berada dalam kotoran dan air seni serta limbah yang berasal dari
buangan limbah domestik (Barus, 2004).
- Nitrit
Nitrit (NO2) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat
(nitrifikasi) dan antara nitrat dengan gas nitrogen (denitrifikasi) oleh karena itu,
nitrit bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen (Aswadi, 2006).
Kandungan nitrit pada perairan alami mengandung nitrit sekitar 0.001 mg/L.
kadar nitrit yang lebih dari 0.06 mg/L adalah bersifat toksik bagi organisme
perairan (Ganefati, 2005). Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya
proses biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen
terlarut yang rendah (Achmad, 2004).
Nitrit dalam suasana asam pada pH 2,0 – 2,5 akan bereaksi dengan
sulfanilamid (SA) dan N- (1-naphthyl) ethylene diamine dihydrochloride (NED
dihydrochloride) membentuk senyawa azo yang berwarna merah keunguan.
Warna yang terbentuk diukur absorbansinya secara spektrofotometri pada
panjang gelombang maksimum 543 nm.
- Besi
Kandungan Fe dalam air dapat bersumber dari dalam tanah sendiri di samping
dapat pula berasal dari sumber lain. Logam Fe merupakan logam essensial
yang keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organism
hidup, namun dalam jumlah berlebih dapat menimbulkan efek racun.
Pengujian Fe dilakukan dengan metode sebagai berikut pembuatan kurva
kalibrasi melalui larutan standart besi 50 ppm masing-masing 0; 0,2; 0,6; 0,8;
1,0 mL, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL dan diencerkan ke
dalam akuades sampai tanda batas. Setelah dilakukan pengenceran,
masing-masing larutan di atas dipipet 10 mL diletakkan dalam erlenmeyer, dan
ditambahkan 2 mL hidroksiamin hidroklorida 10% dan kemudian
diguncangkan. Setelah itu ditambahkan 2 mL larutan orthopenntrolin dan 4 mL
larutan Na asetat 1 N sehingga terbentuk warna jingga. Lalu diukur nilai
absorban pada panjang gelombang 510 nm dengan spektrofotometer. Hal yang
sama juga dilakukan terhadap sampel air minum. Kemudian dibuat kurva
kalibrasi larutan standar besi, dengan kurva tersebut konsentrasi besi sampel
dapat ditentukan.
Seng
Seng (Zn) merupakan logam yang secara alami terdapat dalam air. Seng (Zn)
berperan dalam membantu penyembuhan luka, menyusun struktur protein dan
membran sel. Namun terlalu banyak seng akan menyebabkan rasa pahit dan
seperti pada air minum, dapat menyebabkan muntah, diare serta menyebabkan
gangguan reproduksi.
Metode penentuan logam seng (Zn) total dan terlarut dalam air dan air limbah
secara spektrofotometri serapan atom-nyala (SSA)-nyala pada kisaran kadar Zn
0,05 mg/L sampai dengan 2,0 mg/L dengan panjang gelombang 213,9 nm.
D. Treatment Peningkatan Kualitas Air
Salah satu cara pengolahan air pada penelitian ini adalah melalui media filtrasi
sederhana. Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa metode filtrasi
menggunakan zeolit dapat meningkatkan pH filtrat air. Pengolahan air Embung
Bebatu dilakukan dengan cara preprasi bahan-bahan yang akan digunakan seperti
zeolite dan kapas saring sebagai media filtrasi dicuci terlebih dahulu kemudian
dijemur hingga kering. Media filtrasi dibuat secara sederhana dengan penambahan
perlakukan dengan aerator. Media filtrasi dialirkan air. Air hasil filtrasi kemudian
ditampung dan diuji secara fisika dan kimia.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengujian
Pada program pengabdian masyarakat ini, dilakukan beberapa pengujian kualitas
air baik secara fisika maupun secara kimia. Pengujian dilakukan di Laboratorium
Kualitas Air, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Borneo Tarakan.
Beberapa sampel air yang diuji pada pengabdian masyarakat ini adalah air konsumsi dari
salah satu perusahaan air di Desa Bebatu, air Embung Desa Bebatu sebelum diberi
perlakuan filtrasi, air Embung setelah dikuras, dan air embung setelah difiltrasi. Data
mengenai kualitas air secara fisika terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengujian Kualitas Air secara Fisika di Desa Bebatu

No. Sampel Fisika


TSS (mg/L) TDS (mg/L)
1. Baku Mutu 50 1.000
2. Air Konsumsi Desa 1 6
Bebatu
3. Air Embung sebelum 8 1.130
filtrasi
4. Air Embung setelah 84 1700
dikuras
5. Air Embung setelah 12 14.440
filtrasi
Pengujian kualitas air kimia yang dilakukan pada pegabdian masayarakat ini berupa
pengukuran pH, kadar amonia, nitrit, besi dan seng. Parameter kimia ini sangat berpengaruh
pada organisme yang mengonsumsi air ini, baik manusia, tumbuhan, maupun hewan. Hasil
pengujian kualitas air secara kimia dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengujian Kualitas Air secara Kimia di Desa Bebatu

No. Sampel Kimia


pH Amonia Nitrit Besi Seng
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L)
1. Baku Mutu 6,5 – 9,0 0,5 1,0 1,0 15
2. Air Konsumsi 6,35 0,303 0,079 0,1 0,1
Desa Bebatu
3. Air Embung 1,38 1,327 0,191 2 0,3
sebelum filtrasi
4. Air Embung 2,74 <0,031 nd nd nd
setelah dikuras
5. Air Embung 6,15 0,103 nd Nd nd
setelah filtrasi

B. Pengujian Total Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid, TSS)


Pada hasil pengujian TSS terlihat bahwa baku mutu air sebesar 50 mg/L,
sedangkan semua sampel air yang diujikan kurang dari 50 mg/L. berdasarkan parameter
TSS, semua sampel air tidak tidak mengalami pencemaran. TSS merupakan parameter
yang mengukur padatan tersuspensi. Padatan tersuspensi adalah padatan yang
menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap langsung.
Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih
kecil daripada sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel
mikroorganisme, dan sebagainya. Sebagai contoh, air permukaan mengandung tanah liat
dalam bentuk suspensi yang dapat 10 tahan sampai berbulan-bulan, kecuali jika
keseimbangannya terganggu oleh zat-zat lain sehingga mengakibatkan terjadi
penggumpalan, kemudian diikuti dengan pengendapan. Selain mengandung padatan
tersuspensi, air buangan juga sering mengandung bahan-bahan yang bersifat koloid,
misalnya protein. Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah
residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal
2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. TSS umumnya dihilangkan dengan
flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity)
dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan.
Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS.
Hasil filtrasi menunjukkan bahwa nilai TSS meningkat setelah penyaringan. Hal ini
disebabkan kurangnya preparasi terhadap zeolite dan media filtrasi lainnya, sehingga
pada saat penyaringan terdapat beberapa suspensi yang berasal dari media filtrasi.
Berdasarkan hasil ini kami menyarankan pada masyarakat untuk perlu adanya perlakuan
khusus terhadap media filtrasi sebelum digunakan.
C. Pengujian Total Padatan Terlarut (Total Dissolved Solid, TDS)
TDS merupakan indikator dari jumlah partikel atau zat tersebut, baik berupa
senyawa organik maupun non-organik. Zat atau partikel padat terlarut yang ditemukan
dalam air dapat berupa natrium (garam), kalsium, magnesium, kalium, karbonat, nitrat,
bikarbonat, klorida dan sulfat.
Pada hasil pengukuran kualitas air secara kimia didapatkan bahwa standart baku
mutu sebesar 1.000 mg/L. Air konsumsi Desa Bebatu memiliki kadar yang aman yaitu 6
mg/L, sedangkan air Embung Desa Bebatu sebelum difiltrasi maupun sudah di filtrasi
memiliki kadar yang melebihi baku mutu, bahkan setelah adanya filtrasi kadar TDS
dalam air mengalami kenaikan hal ini diakibatkan kandungan dari zeolite atau media
penyaringan lainnya yang terbawa oleh air.
Perubahan dalam konsentrasi TDS dapat berbahaya karena akan menyebabkan
perubahan salinitas, perubahan komposisi ion-ion, dan toksisitas masing-masing ion.
Perubahan salinitas dapat menganggu keseimbangan biota air, biodiversitas,
menimbulkan spesies yang kurang toleran, dan menyebabkan toksisitas yang tinggi pada
tahapan hidup suatu organisme. Nilai TDS perairan sangat dipengaruhi oleh pelapukan
batuan, limpasan dari tanah dan pengaruh antropogenik (berupa limbah domestik dan
industri).

D. Pengujian pH (Potential of Hydrogen)


Derajat keasaman (pH) merupakan logaritma negatif dari konsentrasi ion-ion
hidrogen yang terlepas dalam suatu cairan dan merupakan indikator baik buruknya
suatu perairan (Middleboa, 2007). pH suatu perairan merupakan salah satu parameter
kimia yang cukup penting dalam memantau kestabilan perairan (Andrew, 2004).
Standart mutu dari nilai pH pada air sebesar 6,5 – 9,0. Air konsumsi di Desa
Bebatu memiliki nilai pH sebesar 6,35, sehingga perlu sedikit ditingkatkan nilai pH
pada air tersebut. pH menentukan sifat korosi, semakin rendah pH, maka sifat korosinya
semakin tinggi. Sifat asam ini menyebabkan beberapa persenyawaan kimia dalam tubuh
manusia berubah menjadi racun yang sangat mengganggu kesehatan.
Air Embung Desa Bebatu sebelum difiltrasi memiliki pH yang sangat rendah
dibandingkan standart baku yaitu 1,38. Sifat yang sangat asam ini tentunya tidak baik
dan merugikan. Keasaman air dapat berasal dari sumber air yang berasal dari tadahan
air hujan yang bersifat asam. Hujan asam dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Salah
satunya adalah kegiatan industri yang melepaskan asap atau polusi berupa gas NO x dan
SO2. Gas ini kemudian larut di dalam air hujan dan terkumpul di dalam embung. Sifat
asam ini terntunya dapat menimbulkan korosi terhadap logam, cenderung berwarna
kuning sehingga merusak warna pakaian saat pencucian, dan mengganggu kesehatan
baik kulit, gigi, dan saluran pencernaan.
Proses filtrasi dengan zeolite memberikan peningkatan pH yang cukup baik
hingga 6,15. Zeolite merupakan material anorganik yang dapat dijadikan sebagai
penukar ion, sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyerap kandungan H+. Nilai ini
belum memenuhi baku mutu pH, sehingga perlu adanya modifikasi untuk meningkatkan
daya serap H+.

E. Pengujian Amonia
Keberadaan amonia dalam perairan yang melebihi ambang batas dapat
mengganggu ekosistem perairan dan makluk hidup lainnya. Amonia sangat beracun bagi
hampir semua organisme. Amonia dapat bersifat racun pada manusia jika jumlah yang
masuk tubuh melebihi jumlah yang dapat didetoksifikasi oleh tubuh. Pada manusia,
resiko terbesar adalah dari penghirupan uap amonia yang berakibat beberapa efek
diantaranya iritasi pada kulit, mata dan saluran pernafasan. Pada tingkat yang sangat
tinggi, penghirupan uap amonia sangat bersifat fatal. Jika terlarut di perairan akan
meningkatkan konsentrasi amonia yang menyebabkan keracunan bagi hampir semua
organisme perairan.
Air konsumsi di Desa Bebatu memiliki kandungan amonia sebesar 0,303 mg/L.
Nilai ini berada di bawah ambang batas, sehingga masih memenuhi standar keamanan
untuk dikonsumsi. Air embung Desa Bebatu memiliki kadar amonia yang melebihi
ambang batas yaitu 1,327 mg/L. Kandungan amonia berlebih dapat mengganggu
ekosistem yang ada di dalam air. Amonia dalam kadar tinggi dapat meracuni ikan-ikan
yang hidup di dalam perairan hingga menyebabkan kematian. Hal ini tentu merugikan
bagi lingkungan maupun manusia.
Zeolit merupakan absorben alami yang dapat menyerap beberapa ion dalam
perairan. Air embung hasil filtrasi mengalami penurunan kadar amonia hingga
0,103 mg/L. Kadar ini berada di bawah ambang batas baku mutu, sehingga treatment
filtrasi dengan media ini dinyatakan efektif dalam penurunan amonia.
F. Pengujian Nitrit
Nitrit merupakan bentuk nitrogen yang hanya sebagian teroksidasi (Ginting, 2007).
Nitrit tidak ditemukan dalam air limbah yang segar, melainkan dalam limbah yang
sudah basi atau lama. Nitrit tidak dapat bertahan lama dan merupakan keadaan
sementara proses oksidasi antara amoniak dan nitrat. Nitrit bersumber dari bahan-bahan
yang bersifat korosif dan banyak dipergunakan di pabrik-pabrik. Nitrit tidak tetap dan
dapat berubah menjadi amoniak atau dioksidasi menjadi nitrat. Pengaruh nitrit pada
kesehatan manusia yaitu, dapat menyebabkan methamoglobinemia.
Kandungan nitrit pada air konsumsi Desa Bebatu sebesar 0,079 mg/L, sedangkan
kandungan nitrit pada air embung sebesar 0,191 mg/L. Kedua air ini memiliki nitrit
dibawah ambang batas sehingga aman dari kandungan nitrit yang berlebih.

G. Pengujian Besi
Logam Fe merupakan logam essensial yang keberadaannya dalam jumlah tertentu
sangat dibutuhkan oleh organism hidup, namun dalam jumlah berlebih dapat
menimbulkan efek racun. Zat besi dalam air umumnya berada dalam bentuk ion Fe 2+
bentuk senyawa yang larut dan air dan tidak berwarna. Jika air tersebut berhubungan
dengan udara maka ion Fe2+ secara perlahan akan teroksidasi menjadi bentuk senyawa
ferri (Fe3+) yang tak larut dalam air. Senyawa-senyawa ini berwarna coklat dan dapat
menimbulkan bau dan rasa yang kurang enak.
Kandungan besi pada air konsumsi Desa Bebatu sebesar 0,01 mg/L, sehingga air ini
memiliki kandungan besi dibawah ambang batas sehingga aman dari kandungan logam
yang berbahaya. Kandungan besi pada air embung sebesar 2 mg/L. Air embung ini
memiliki kadar besi melebihi ambang batas sehingga jika dikonsumsi langsung sebelum
diubah dapat membahayakan kesehatan. Besi dapat merusak ginjal dan mengganggu
peredaran darah. Besi pada perairan juga dapat menyebabkan akumulasi besi baik dari
ikan kecil maupun ikan besar yang kemudian akan dikonsumsi oleh manusia.

H. Pengujian Seng
Keberadaan zink (Zn) dalam air laut bersumber dari penggunaan pupuk kimia yang
mengandung logam Cu dan Zn, buangan limbah rumah tangga yang mengandung logam
Zn seperti korosi pipa-pipa air dan produk-produk konsumer (misalnya, formula
detergen) yang tidak diperhatikan sarana pembuangannya. Zink masuk dalam tubuh
dapat terakumulasi dengan konsentrasi tinggi terdapat dalam otot, hati, ginjal, pankreas,
dan sistem reproduksi yakni epidermis, prostat dan testis. Zink yang masuk ke dalam
tubuh memperlihatkan bahwa pada mulanya disimpan dalam hati kenudian menuju
sel-sel darah merah, tulang kemudian terjadi akumulasi.
Kandungan seng pada air konsumsi Desa Bebatu sebesar 0,1 mg/L, sedangkan
kandungan seng pada air embung sebesar 0,3 mg/L. Kedua air ini memiliki seng
dibawah ambang batas sehingga aman dari kandungan seng yang berlebih.
BAB 5. KESIMPULAN

Kegiatan pengabdian masyarakat pengujian dan peningkatan kualitas air Embung Desa
Bebetu diadakan di Desa Bebatu, Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tana Tidung,
Provinsi Kalimantan Utara, dapat disimpulkan bahwa air Embung Desa Bebatu memiliki
kualitas air yang belum memenuhi standart baku mutu. Beberapa parameter seperti TDS, pH
dan kadar amonia masih belum memenuhi baku mutu. Sehingga perlu adanya pengolahan
lebih lanjut.
Pada kegiatan ini, dilakukan proses peningkatan air melalui proses filtrasi. Media
filtrasi yang digunakan pada kegiatan ini adalah zeolite dengan penambahan perlakuan aerasi.
Hasil filtrasi didapatkan kualitas air yang lebih baik dengan parameter pH dan kadar amonia
yang memenuhi baku mutu. Namun untuk parameter TDS masih belum memenuhi baku
mutu. Oleh karena itu, perlu dilakukan modifikasi lebih lanjut pada media dan proses filtrasi.

UCAPAN TERIMAKSIH
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Mahasiswa KKN Angkatan 55 UBT
Tahun Semester Genap 2018-2019 dan warga sektiar desa Bebatu Kabupaten Tana Tidung
beserta seluruh warga desa Bebatu Kabupaten Tana TIdung Propinsi Kalimantan Utara.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukisah. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta


Andrew, J.E., Brimblecombe, P., Jickells, T.D., Liss, P.S., and Reid, B. 2004. An
Introduction to Environmental Chemistry. 2nd Edition. Blackwell Science Ltd.
Blackwell Publishing
Aswadi, M. 2006, Pemodelan Fluktuasi Nitrogen (Nitrit) Pada Aliran Sungai Palu. Jurnal
SMARTek, Vol. 4 No.2 Mei. 2006
Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Sungai dan Danau.
Fakultas MIPA. USU, Medan
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Cetakan Kelima. Kanisius. Yogjakarta
Ganefati, S.P dkk. 2005. Pengelolaan Air Minum Sumur Gali Untuk Rumah Tangga Secara
Aerasi, Filtrasi dan Desinfeksi. Jurnal Tekling. P3TP. BPPT. Vol. 6. No. 1.
Yogyakarta
Ginting, Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan Dan Limbah Industri. Cetakan
pertama. Bandung.
Ibrahim, F. K., Selintung M., Lopa, R.T. 2016. Pengaruh Buangan Limbah Rumah Tangga
terhadap Kualitas Air di Danau Mawang. Repository UNHAS
Middelboe, A.L., Hansen, P.J. 2007. High pH in Shallow-Water Macroalgal Habitats. New
York, NY, USA, pp. 129e234. Proceedings of the National Academy of Sciences of
the United States of
Wootton, J.T., Pfister, C.A., Forester, J.D., 2008. Dynamic Patterns and Ecological
Lampiran Kehadiran kegiatan Sosialisasi Hasil Penelitian dari Laboaratorium dari Air Minum
Kegiatan Sosialisasi Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai