Penerapan Penanganan Ikan Diatas Kapal
Penerapan Penanganan Ikan Diatas Kapal
KAPAL
KESEGARAN IKAN
Ikan yang baik adalah ikan yang masih segar. Ikan segar yang masih mempunyai sifat sama seperti ikan hidup,
baik rupa, bau, rasa, maupun teksturnya. Tingkat kesegaran ikan merupakan tolok ukur untuk membedakan ikan
yang kualitasnya baik dan tidak. Berdasarkan kesegarannya, ikan dapat digolongkan menjadi empat kelas mutu,
yaitu :
1. ikan yang tingkat kesegarannya sangat baik sekali ( prime )
2. ikan yang kesegarannya baik ( advanced )
3. ikan yang kesegarannya mundur (sedang)
4. ikan yang sudah tidak segar lagi ( spoiled )
Penanganan ikan di atas kapal merupakan tindakan awal dalam menjaga kesegaran ikan dari kemunduran mutu
karena baik buruknya penanganan akan berpengaruh langsung terhadap mutu ikan yang akan dijadikan bahan
makanan atau bahan mentah untuk pengolahan lebih lanjut. Sehingga penempatan ikan di atas kapal juga harus
diperhatikan, sebab pada tempat yang bersuhu panas, terkena sinar matahari langsung, tempat yang kotor dan lain
sebagainya dapat mempercepat mundurnya mutu ikan.
Ikan termasuk produk perikanan yang memiliki sifat sangat mudah rusak/busuk, sehingga penanganan apapun yang
dilakukan tidak akan mungkin membuat ikan tetap segar, namun dapat menghambat proses penguraian jaringan
tubuh (pembusukan) sehingga ikan dapat disimpan selama mungkin dalam keadaan baik. Oleh karenanya
penanganan awal ikan di atas kapal harus secepat mungkin ditangani dengan baik dan hati-hati kemudian disimpan
di cold storage.
Banyak cara untuk penanganan ikan yaitu mulai dari penyiapan deck dan peralatan yang higienis, penyortiran atau
pemisahan ikan perjenis, pemilihan ikan yang rusak, pembersihan dan pencucian, perlindungan dari sengatan
matahari dan suhu tinggi, penyimpanan dalam ruang suhu dingin (chilling room). Penyimpanan ini termasuk
dalam pemalkahan, peng-es-an, perendaman dengan air laut yang didinginkan (iced sea water, refrigerated sea
water dan lain sebagainya) supaya dapat mempertahankan kesegaran ikan.
Dalam hal mempersiapkan dek sebagai suatu kegiatan awal sebelum para Anak Buah Kapal (ABK) menangani
ikan-ikan hasil tangkapan di atas dek/geladak kapal, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, yang meliputi :
1. Persiapan personil ABK yang bertugas
Para ABK yang bertugas saat itu harus terlebih dahulu mempersiapkan dirinya lengkap mengenakan pakaian kerja
standar, seperti :
• baju kerja/wear pack ataupun mantel bila hujan
• helm kerja
• sepatu boot karet
• sarung tangan (karet ataupun katun).
Mengingat bekerja di atas dek/geladak kapal banyak mengandung bahaya (karena olengnya kapal akibat ombak)
maka penggunaan perlengkapan kerja tadi janganlah disepelekan.
2. Persiapan dek kerja
Persiapan dek yang dimaksudkan meliputi:
• Menyiram dek dengan menggunakan pompa air laut.
• Menyikat dek sampai bersih dari segala kotoran. Gunakan sabun hijau untuk membersihkan minyak atau
kotoran yang sukar dihilangkan.
• Membersihkan serta menempatkan peralatan kerja seperti keranjang ikan, ganco pendek, ganco panjang, pisau
ikan, golok, sekop, dan lain-lain pada tempat tersendiri yang mudah dijangkau bila diperlukan.
Jika pekerjaan itu dikerjakan pada siang hari, maka di bagian dek kerja harus dipasang tenda/terpal dengan tujuan :
• Lantai dek kerja tidak menjadi panas.
• Ikan-ikan hasil tangkapan tidak terkena sinar matahari langsung karena akan mempercepat penurunan
mutu/kesegaran ikan.
• Memberi kenyamanan kerja bagi ABK yang sedang bertugas.
Dalam memasang tenda tersebut harus diperhatikan agar pemasangannya jangan sampai menggangu pekerjaan
lainnya di atas dek atau pelayaran itu sendiri. Jika malam hari, lampu-lampu penerangan kerja dihidupkan namun
juga cahayanya jangan pula membaurkan lampu-lampu penerangan navigasi kapal.
Kalau terdapat ikan dari tangkapan sebelumnya yang tersisa di geladak (karena belum selesai ditangani), maka
ikan-ikan tersebut harus dipindahkan ke bak yang terpisah agar ikan yang sangat segar/baru tidak tercampur
dengan yang lama. Disamping membersihkan permukaan dek serta peralatan kerja lainnya, pembersihan juga
perlu diberlakukan terhadap papan-papan, rak-rak yang berada di dalam palka (fish hold). Dinding palka juga
harus bersih dari segala kotoran darah maupun lendir ikan yang masih melekat. Bila ada sisa-sisa es dari
perjalanan sebelumnya, maka es itupun harus dibuang habis karena telah banyak mengandung bakteri. Haruslah
dicamkan agar jangan sampai ikan-ikan hasil tangkapan yang masih segar itu bersentuhan dengan sesuatu yang
kotor sehingga ikan-ikan tadi terkontaminasi dengan bakteri-bakteri yang akan mempercepat kerusakan mutu ikan.
3. Persiapan terhadap peralatan dan perlengkapan penanganan
Semua peralatan penanganan, penyaluran dan penyimpanan ikan yang digunakan di atas kapal ikan harus didesain,
dikonstruksi dan dibuat dari material yang baik agar tidak mencemari ikan hasil tangkapan, memudahkan,
mempecepat dan meningkatkan efisiensi penanganan ikan serta memudahkan dalam pencucian dan
pembersihannya.
Sebelum jaring diangkat ke atas dek, segala peralatan yang nantinya bersentuhan dengan ikan hendaknya dicuci
bersih terlebih dahulu. Setelah ikan sampai di dek, bersihkan segala kotoran yang ikut terjaring (yang besar-
besar). Kemudian, cuci ikannya dengan cara menyemprotkan air laut sampai segala kotoran yang kecil seperti
lumpur, rumput laut dan binatang-binatang yang tidak dimanfaatkan, terpisah dari ikan. Selanjutnya sortirlah ikan
menurut jenis, besar dan harga di pasar. Misalnya ikan kakap atau tenggiri, harus ditangani lebih dahulu.
Sebaiknya sortiran ikan tersebut diletakkan di wadah yang berlainan. Jangan sampai terjadi ikan kakap dicampur
dengan ikan tenggiri atau kembung.
Sedangkan penyiangan ikan antara lain ditentukan dari ukuran badannya. Ikan-ikan kecil seperti lemuru atau
kembung, tentu saja tidak perlu disiangi sebab mudah rusak. Lain halnya dengan ikan kakap, yang kulitnya
(terutama dinding perut) relatif lebih kuat. Penyiangan juga tidak dapat dilakukan bila hasil tangkapan banyak
sekali. Pekerjaan ini juga tergantung dari tindak lanjut pengolahan dan permintaan pasaran. Bila akan dikemas
dalam kaleng atau diolah menjadi “filet” ikan tidak perlu disiangi. Demikian pula jika akan dijual di pasar sebagai
ikan segar.
Setelah dilakukan penyortiran menurut jenis dan besarnya, ikan harus secepat mungkin dicuci. Pencucian
hendaknya memakai air laut yang bersih. Bila perlengkapan memungkinkan (seperti pada kapal-pabrik/factory
ship; dimana misalnya, dapat dicuci dengan air dingin) prinsip rantai dingin harus segera diterapkan. Ikan-ikan
yang sudah disiangi, dicuci bersih. Karena sisa lendir, isi perut dan kotoran lain yang masih melekat perlu
disingkirkan.
Usaha penangkapan ikan adalah bagian terpenting dalam hidup awak kapal. Dalam kegiatan usaha penangkapan
ikan, perlu dipastikan bahwa semua awak kapal telah memahami tujuan kegiatan usaha penangkapan ikan dengan
prinsip-prinsip produksi ikan hasiltangkapan yang berkualitas, sehat serta aman bagi konsumen. Peran awak kapal
merupakan modal dasar keberhasilan untuk mendapatkan produk ikan hasil tangkapan yang mempunyai nilai jual
yang baik dan mampu mencapai tujuan sebenarnya untukapa ikan ditangkap.
Keberhasilan penanganan ikan diatas kapal untuk menjaga mutunya sangat ditentukan oleh :
a. Kesadaran dan pengetahuan semua awak kapal untuk melaksanakan cara penanganan ikan dengan es secara
benar.
b. Kelengkapan sarana penyimpanan diatas kapal yang memadai, seperti palka atau peti wadah ikan yang
berisolasi dengan kapasitas yang cukup sesuai dengan ukuran kapal.
c. Kecukupan jumlah es yang dibawa saat berangkat menangkap ikan di laut
Kelengkapan minimal sarana handling ikan diatas kapal, minimal yang harus ada diatas kapal adalah:
a. Palkah berisolasi dengan kapasitas sesuai dengan target penangkapan dan ukuran kapal biasanya 1/3 – 2/3 kali
dari bobot mati kapal penangkap yang dapat ditutup rapat, sehingga penetrasi panas dari udara luar kedalam palkah
dapat dihambat semaksimal mungkin. Dilengkapi dengan sistim pembuangan air lelehan es yang baik sehingga
tidak terjadi perendaman ikan yang disimpan didalamnya. Palkah ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil
ikan selama operasi penangkapan sampai dengan pembongkarannya dipangkalan pendaratan ikan. Dengan
mengetahui dimensinya (p x l x t) bagian dalam dapat dihitung volumenya. Dari total volume tersebut umumnya
2/5 – 3/5 untuk ikan, 1/5 – 2/5 untuk es dan sisanya lk. 1/5ruang kosong dibagian atas untuk keperluan mobilitas
wadah dan orang. Palkah berisolasi ini sebaiknya disekat-sekat menjadi 3 kompartemen yang sama volumenya.
Satu kompartemen diisi es separuhnya untuk tempat memulai penyimpanan hasil tangkapan,sedangkan dua
kompartemen lainnya penuh diisi es. Apabila kapal berukuran kecil biasanya digunakan cool-box portable ukuran
kapasitasmulai dari 50 kg, 100 kg dan 200 kg yang dilengkapi dengan lubang penirisan ( drain hole ) untuk
membuang air lelehan es. Dengan ukuran kecil ini penempatannya di kapal lebih luwes, yang penting ditempat
yang terlindung dari cahaya matahari langsung.
b. Bak pendinginan ( chilling ) dan pencuci ikan ukuran 0,5 – 2 m3, sebagai tempatmencuci sekaligus chilling
ikan setelah dilepas dari jaring, dimana bak ini akan diisi air lautyang diberi es. Sebaiknya bak ini bertutup dan
berisolasi agar dapat menghemat pemakaian es. Perbandingan es curai dan air laut = 2 : 1.
c. Keranjang plastik dari bahan HDPE yang cukup kuat dengan kapasitas maksimum 25-30 kg ikan agar cukup
ringan sehingga mudah ditangani secara manual. Keranjang ini didesign sedemikian rupa sehingga air lelehan es
dapat mengalir dengan lancar dan dapat ditumpuktanpa memberikan tekanan produk ikan yang ada didalamnya.
Keranjang ini memiliki duafungsi yaitu untuk wadah ikan hasil seleksi, tempat melakukan pencucian sekaligus
wadahikan selama penympanannnya dalam palkah. Jumlahnya disesuaikan agar dapat menampung semua hasil
produksi.
d. Film PE (poli-etilen) untuk membungkus ikan jika diperlukan agar ikan tidak langsung bersentuhan dengan es.
e. Pompa air laut yang dilengkapi dengan kran-kran, selang dan spuyer, penyemprot yang dapat menghasilkan
tekanan cukup (1 kg/cm2) untuk mencuci dek kapal dan peralatan handling lainnya sebelum dan sesudah
melakukan operasi penanganan ikan.
f. Terpal, untuk membuat pelindung dari panas matahari bagi area dek kapal dimana kegiatanpenanganan ikan
dilakukan.
g. Katrol-derek untuk memindahkan keranjang berisi ikan, terutama apabila digunakankeranjang dengan
kapasitas diatas 100 kg.
h. Pisau yang tajam dari berbagai bentuk dan ukuran sesuai dengan fungsinya sebagaipenyayat, pemotong dsb.
Pisau ini dipersiapkan untuk menyiangi ikan hasil tangkapan ikanyang berukuran besar.
Pada ikan-ikan besar, ikan tuna misalnya, cara menghilangkan lapisan lendir yang terdapat di seluruh permukaan
tubuh ikan adalah dengan cara menyapunya dengan menggunakan karet busa (spon) yang telah dibasahi air bersih.
Menyapu ataupun menggosoknya dengan sedemikian rupa jangan sampai kulitnya menjadi rusak.
Membuang insang adalah dengan cara membuka kelopak insang yang terdapat di belakang mulut, kemudian
memotong pangkal insang di kedua belah sisi kepala dan menariknya serta membuangnya ke luar.
Sedangkan untuk membuang isi perut ikan sudah tentu bagian perut ikan sebelah bawah harus disobek. Sobekan
pada perut hendaknya sependek mungkin, supaya tidak merusak bentuk.
Kegiatan membuang sumber alami bakteri tadi, terutama mengeluarkan insang dan membuang isi perutnya disebut
penyiangan. Jadi penyiangan adalah memisahkan isi perut dan insang dari badan ikan. Dengan menghilangkan
sumber bakteri pembusuk tersebut, kesegaran ikan dapat dipertahankan selama mungkin Semua sisa-sisa darah
pada ikan yang besar harus dibersihkan, termasuk kelenjar lympha yang melekat di bawah tulang belakang. Isi
perut dan insang yang telah dikeluarkan, hendaknya dibuang jauh-jauh, jangan sampai mengotori ikan-ikan yang
belum maupun yang sudah disiangi.
Teristimewa pada ikan berukuran besar, penyiangan ikan dengan cara mengeluarkan isi perut dan insangnya akan
mampu memperpanjang daya awet. Kalau penyiangan dapat dilakukan selagi ikan masih hidup, darah akan
sempurna dipompakan keluar tubuh ikan dan sebagai hasilnya akan diperoleh daging ikan yang berwarna lebih
putih. Penyiangan perlu diikuti dengan pencucian sempurna di dalam rongga perut dan insang menggunakan air
bersih dan dingin.
Prinsip penanganan ikan diatas kapal untuk ikan ukuran besar (10 kg per ekor) samadengan ikan ukuran kecil,
dengan beberapa perlakuan khusus sebagai berikut ini :
1. Ikan-ikan ukuran besar umumnya ditangkap dengan alat pancing dan biasanya masihdalam keadaan hidup saat
diangkat dari air, untuk ini ikan harus segera dibunuh denganmemukul kepalanya memakai pentungan kayu yang
telah disiapkan atau dengan cara lainyang tidak merusak fisik ikan.
2. Segera mendinginkannya dengan mencelupkan ikan di bak chilling yang telah diisi air lautbercampur es
(dingin) yang telah disiapkan sambil menunggu saat penyiangannya. Suhu air akan selalu terjaga pada suhu 0°C
selama masih ada es.
3. Melakukan penyiangan (buang insang dan isi perut, dan untuk ikan-ikan besar juga mengirissebagian
operculum dan membuang sirip) dan membuang darahnya(bleeding ).Pembersihan dilakukan dengan mencucinya
memakai air dingin yang telah didinginkandengan es. Tingkat penyiangan dilakukan sesuai dengan kebutuhan
pasar. Khusus untukproduk ikan dengan mutu sashimi atau disiapkan untuk pembekuan bentuk akhir
daripenyiangan biasanya tanpa sirip, isi perut dan insang (fins removed, gilled and gutted ) atau juga tanpa kepala
(headed, fins removed, gilled and gutted ).
4. Sebelum disimpan didalam palkah, ikan yang telah disiangi dan bersih didinginkan (chilling ) dalam air laut
bercampur es yang telah disiapkan pada bak chilling yang lain. Sebelum direndam disitu ikan terlebih dahulu
dibungkus rapat dengan sarung/kantong plastik. Perendaman agar suhu pusat ikan mencapai 0-3°C memerlukan
waktu sampai12 jam untukikan ukuran 30-40 kg per ekor dan untuk ikan yang lebih besar memerlukan waktu s/d
24 jam.
5. Selanjutnya setelah pendinginan selesai, ikan dapat dipak atau disusun secara curahbercampur dan berselang
seling dengan es curai didalam palkah.
6. Selama penyimpanan didalam palkah, apabila kondisi palkahnya bagus harus selaludilakukan pengontrolan
jumlah es minimum sekali sehari. Pada tempat-tempat yang esnyakurang (ditandai dengan ikan yang di es menjadi
kelihatan) harus segera ditambah. Apabilakondisi palkah kurang bagus artinya penetrasi panas dari udara luar
kedalam palkah cukupbesar, maka pengontrolan dan penambahan es akan dilakukan lebih sering.
7. Dengan cara penanganan ikan diatas kapal seperti yang telah diuraikan, maka akan dapatdiharapkan mutu
kesegaran ikan mampu bertahan sampai dengan dua minggu (14 hari). Hasil tangkapan yang melimpah tidak selalu
menguntungkan, usahakan untuk menangkapikan dari jenis dan ukuran komersial dengan jumlah yang sesuai
dengan kapasitas palkahagar semua hasil tangkapan dapat ditangani dengan baik. Mutu ikan yang baik sertajenis-
ukuran ikan yang laku di pasar lebih menjamin keuntungan dari pada volumehasil tangkap yang berlebihan.
8. Proses penanganan ikan besar. Kecukupan es selama operasi penangkapan dipersiapkan dengan dasar-dasar
perhitungan seperti pada penanganan ikan ukuran kecil. Sedangkan kelengkapan sarana handling juga demikian
kecuali keranjang plastik HDPE kecil yang disiapkan dalam jumlah secukupnya untuk wadah sisa-sisa ikan pada
saat proses penyiangan. Sarana handling tambahan yang diperlukan meliputi :
a. Bak Chilling 2 buah, masing-masing berkapasitas 2 m3 (p x l x t = 2 x 1 x 1), bertutupdan berisolasi. Satu bak
digunakan untuk menampung ikan setelah dilepas dari pancing,sambil menunggu penyiangannya dan satu bak
khusus untuk proses pendinginan(chilling ). Dalam penyiapannya setiap bak diisi ¼ bagian air laut bersih, 2/4
bagian escurai.
b. Pisau tajam dengan mata sangat pendek(maksimum 3 cm) yang dilengkapi denganpenahan atau pelindung
tangan. Digunakan untuk memotong pembuluh darah ikandibawah sirip dada dan di bagian ekor saat pekerjaan
membuang darah (bleeding ) ikan dilaksanakan.
c. Pisau tajam dengan mata sedang. Pisau ini digunakan untuk menyiangi ikan(membuang insang dan isi perut
ikan). Selama pekerjaan memotong insang air pencuci terus dialirkan melalui ujung slang air yang dimasukkan
melalui mulut ikan sehingga darah yang keluar selama pekerjaan ini dilakukan langsung keluar dari tubuh ikan. Isi
perut dibuang atau ditarik keluar juga melalui rongga insang setelah insangnyadikeluarkan terlebih dahulu.
Sebelum isi perut ditarik keluar agar isi ususnya tidakterburai keluar ujung anusnya telah dipotong dan diikat
terlebih dahulu atau dibuat irisandisekeliling anus, sehingga anusnya lepas menjadi satu dengan usus.
d. Sikat yang kaku-lunak, untuk membersihkan dan membuang sisa-sisa kotoran-darahdari dalam rongga insang
setelah penyiangan. Caranya dengan menyiram / menyemprotkan air sekaligus menyikat seseluruh permukaan
bagian dalam ronggainsang agar sisa darah, lendir dan potongan insang semuanya bersih tidak tersisa. Bagian
membran insang yang masih tersisa menempel di kerah rongga insang jugadibersihkan dengan pisau.
e. Kantong atau sarung dari bahan plastik (kedap air dan elastis) untuk membungkusikan saat direndam dalam air
laut atau larutan garam (brine ) dingin, agar brine tidakkontak langsung dengan ikannya sehingga tidak terjadi
penyerapan garam atau kotorandari brine ke daging atau tubuh ikan. Demikian juga saat penyimpanannya
didalampalkah, kantong ini juga akan melindungi ikan dari rendaman air lelehen es yang kotor.
DAFTAR PUSTAKA
Suparlin, Apih. 2008. Penanganan dan Penyimpanan Ikan Secara Higienis di Atas Kapal.
berbagi-pengetahuan-berbagi.blogspot.com
Wahyono, Agus. 2012. Penangkapan Ikan Hasil Tangkapan Diatas Kapal. http://www.scribd.com