Marga “Simargolang” berasal dari Raja Simargolang salah seorang putera dari Ompu
Sahang Mataniari. Kerajaan Margolang dahulu kala berpusat di Pulau Raja dengan wilayah
kekuasaan Asahan – Labuhan Batu, Raja terakhir yang mejadi raja adalah Raja Marlau. Pada
saat itu Indonesia telah dijajah Belanda. Kepada Raja Marlau Belanda menawarkan untuk
membangun Kelapa Sawit dan Pabrik di Tanah kekuasaannya. Hal ini ditolak oleh Raja
dengan alasan : Kalau tanah di jadikan Kebun Kelapa Sawit oleh Belanda maka rakyatnya
nanti akan menjadi Budak Belanda, hal ini tidak dikehendaki oleh Raja. Pada saat itu
lalulintas komunikasi keluar kerajaan dilakukan melalui pelabuhan di Tanjung Balai.
Singkatnya, kebun kelapa sawit ini dapat juga dibangun walaupun dengan muslihat Belanda
Berdasarkan Tim Pendataan Situs dan Kawasan Cagar Budaya, Asahan menemukan
situs sejarah dari Raja Simargolang I dan II di Dusun Dolok Maraja, Desa Lobu Rappa,
Kecamatan Aek Songsongan. Dan, situs sejarah Raja Simargolang pada dinasti berikutnya di
Kampung Pea atau Kampung Sawah, Desa Marjanji Aceh, Kecamatan Aek Songsongan dan
Dusun Pancuran Raja, Desa Rahuning Kecamatan Rahuning, serta dinasti ke-5 di Kampung
Pertandaan, Dusun Titi Putih, Desa Gunung Melayu.
Adapun silsilah keluarga Simargolang, sebagaimana dikemukakan oleh Nazaruddin
Margolang yang merupakan anak dari Raja Margolang, adalah sebagai berikut:
1. Si Raja Batak
2. Guru Tatea Bulan
3. Saribu Raja I
4. Raja Borbor
5. T. Balasahunu
6. R. Hatorusan II
7. O.T. Raja Doli Datu Taladibabana
8. 8. Sabung/Sahang Mataniari
9. Simargolang
10. R. Margolang II (Bermakam di Huta Raja)
11. R. Margolang III (Bermakam di Marjanji Aceh, Kec. Aek Songsongan)
12. R. Pulu Raja IV (Bermakam di Pancuran Raja)
13. R. Pulu Raja V (Bermakam di Kampung Raja)
14. R. Pulu Raja VI (Bermakam di Pulu Raja, Kecamatan Pulau Rakyat)
15. R. Pulu Raja VII (bermakam di Sei Berita, Pulu Raja)
16. R. Marsiha
17. R. Janggut (Bermakam di Pulau Sarune, lalu di pindahkan oleh R. Nahar ke
pangkal Titi Gantung Pulau Raja, Pemakaman Keluarga Nahar Margolang)
18. R. Dohon (Bermakam di Pemakaman Keluarga Nahar Margolang, Pangkal Titi
Gantung Pulau Raja)
19. R. Pangaruhat : (Bermakam di Kedai Kawat, Pulau Raja, Kec. Pulau Rakyat)
Singkat cerita, salah satu keturunan Raja margolang berhijrah atau mengunjungi di sebuah
kampung yang bernama sijabut yang terletak di tengah - tengah danau. Raja margolang pun
menetap di sekitar danau itu dan kemudian kampung itu dinamakan danau sijabut. Desa
Danau Sijabut ini dulunya luas meliputi dari Desa Hessa Perlompongan hingga ujung barat
desa Terusan Tengah Kec. Tinggi Raja. Pada tahun 1969 desa tersebut dimekarkan menjadi
desa Pinanggripan. Dan pada tahun 2008 dimekarkan kembali menjadi Desa Sijabut Teratai,
sesuai Peraturan Daerah No.2 Tahun 2008. Setelah raja margolang menetap di rumah sijabut
kemudian raja margolang mengunjungi sebuah rumah yaitu keturunan Raja sitorus pane
kemudian salah seorang anak raja margolang itu pun menikah dengan anak raja sitorus pane.
Dari hasil perkawinan tersebut marga margolang dan sitorus pane yang terbanyak di desa
tersebut terutama desa sijabut teratai. Berikut merupakan keturunan raja margolang VIII :
a. Raja Margolang danau sijabut ( bermakam di sebuah bukit yang berada di desa sijabut
teratai yang belum diketahui masyarakat sekitar bahwa ada makam raja tersebut)
b. Raja Pardongaran (Bermakam di desa Perk. Teluk Dalam Kec. Teluk Dalam )
c. Raja S. Margolang ( bermakam di kebun lalang dekat pemukiman batak di Dusun IV
desa Danau Sijabut )
Dari sinilah kita mengetahui bahwa atok/oppung/onyang kita kawin dengan orang berbeda
atau istilah orang kampung mengatakan satu ayah beda omak, maka dari itu sebagian dari
anak-anak nya menikah dengan seorang keturunan raja sitorus pane yang bernama Anggah
pane. Anak dari anggah pane sendiri mempunyai 5 orang anak yaitu :
1. Tani Br. Pane (menikah dengan Rahmad Margolang)
2. Tio Br. Pane (menikah dengan Baharuddin Margolang)
3. Roliman Pane (menikah dengan A. Somad Margolang)
4. Ramliyah Sitorus Pane
5. Muhammad Syafi'i Sitorus Pane