Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Beberapa hari yang lalu kami siswa kelas X IPS 2, 3 dan 4 SMA NEGERI 1
SENDANA berkesempatan mengunjungi salah satu tempat bersejarah di daerah
mandar yakni makam RAJA-RAJA dan Hadat Banggae yang terletak di Lingkungan
Cilallang kelurahan Pangali – Ali kecamatan Banggae Kab. Majene Provinsi
Sulawesi Barat.

Kompleks Makam Raja-Raja dan Hadat Banggae adalah kompleks pemakaman


Raja –Raja dari Banggae beserta para kaum Hadatnya. Dahulu kala di suku Mandar
ada 17 kerajaan yang sempat berkuasa di daerah Mandar, makam Raja-Raja dan
Hadat Banggae ini merupakan situs bukti sejarah kejayaan kerajaan lokal yang dahulu
membumi di wilayah Mandar yakni di daerah Banggae (Majene).

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Bagaimana sejarah Makam Raja raja dan Hadat Banggae?
2. Bagaimana sejarah Kerajaan Banggae?

C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas diatas maka tujuan makalah ini adalah :
1. Mengetahui sejarah Makam Raja-Raja dan Hadat Banggae
2. Mengetahui sejarah Kerajaan Banggae

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH MAKAM RAJA-RAJA HADAT BANGGAE


Kompleks makam Ondongan merupakn area pemakaman Raja-raja Banggae
pada akhir abad ke-17 hingga abad ke-20. Nama-nama Tokoh yang di makamkan
tersebut tanpa di ketahui masanya adalah Makkidaeng Manguju to Matindo Lanrisang
(Raja kerajaan Balanipa dan kerajaan Banggae) Cucu raja Balanipa ke 15, Bessa
Kajuara adalah anak Arung Pone dan raja Bone ke-27 (1857-1859) yang menjadi istri
dari Makkidaeng Mangiu, I Besse Sompung (istri pertama dari raja kerajaan Balanipa
dan banggae yang bernama Tomappelei Pattuyuanna), Lollang to Monge Alelanna
(Raja kerajaan Banggae) putra raja Balanipa Sanggaria ke 34, Nyu’riang (Raja
kerajaan Balanipa dan Banggae),to Naung Anjoro (raja kerajaan Balanipa, kerajaan
Banggae, kerajaan Pamboang,Kerajaan Sendana) cucu raja Balanipa ke 37, Puttiri
(tidak di ketahui jabatannya), Mulla Panggandang to Matindo di Banggae (raja
kerajaan Balanipa, kerajaan Banggae, kerajaan pamboang) cucu raja Balanipa ke 26
dan Dala (Anak puang Imaragala), dan ratusan makam yang lain tidak di ketahui
siapa dan kapan di makamkan. Buttu Ondongan di pilih sebagai tempat pemakaman
karena konon katanya bahwa lokasi puncak bukit di pilih dengan alasan agar nenek
moyang Kerajaan Banggae dapat mengawasi keturunan mereka yang berada di bawah
bukit atau ketika mereka berlayar jauh umtuk mencari nafkah. Penamaan kompleks
pemakaman ini diyakini diberikan Raja pertama Banggae yang di kenal sebagai
Poralle dan di angkat sebagai Mara’dia Salabose (pemimpin besar) dan Dia juga di
beri gelar Puang Banggae dan membentuk kelompok masyarakat pertama yang
kemudiaan tumbuh menjadi Kerajaan Banggae.
Oleh karena itu di yakini bahwa mereka yang di makamkan di kompleks
pemakaman ini adalah keturunan Puang Banggae. Menurut juru pemelihara makam
terdapat beberapa makam-makam orang umum yang terdapat dalam kompleks

2
makam ini, saat itu pemerintah melalui pihak balai arkeologi belum menetapkan
aturan untuk melarang orang-orang umum untuk di makamkan di tempat ini. Oleh
karena itu kita masih bisa menemukan beberapa makam orang-orang umum di tempat
ini, namun ia memiliki kawasan tersendiri dan terpisah dari makam para raja.
Semenjak pihak balai arkeologi Sulawesi Selatan mengeluarkan aturan, maka
kompleks pemakaman Raja-Raja dan Hadat Banggae ini di jadikan situs arkeologi,
dan di nyatakan tertutup untuk pemakaman.
Menurut penelian sejarah atau arkeologi, diperkirakan bahwa makam ini telah
ada semenjak ratusan tahun yang lalu yaitu sekitar abad 17. Di dalam kompleks
pemakaman ini terdapat 471 makam yang terbuat dari berbagai bahan seperti batu
padas, batu karang dan balok/papan kayu. Makam di hiasi dengan simbol geometris,
kaligrafi Arab dan bahkan simbol swastika. Keberadaan simbol yang bervariasi
tersebut juga meninggalkan misteri tersendiri tentang bagaimana simbol Islam dan
Hindu dapat ditemukan di situs pemakaman yang sama. Detail Batu nisan Makam
Raja-Raja dan Hadat Banggae ini adalah berupa ukiran kaligrafi bertuliskan lafal
”ALLAH” dan ”MUHAMMAD”.Ini menunjukkan pengaruh agama Islam yang kuat
di bumi Mandar. Artinya dapat kita katakan bahwa pengaruh Islam telah masuk ke
wilayah Mandar saat terjadi prosesi pemakaman Raja, terlihat dari ukiran nisan yang
begitu detail tertera di permukaan paling luar batu Padas yang di pahat dengan begitu
sempurna dan juga terdapat simbol yang menyerupai simbol-simbol di candi yang ada
di pulau Jawa. Pada umumnya makam-makam hanya di tandai dengan satu atau dua
batu tegak (Menhir) sebagai penanda dan tanpa badan makam sebagaimana yang di
jumpai pada bentuk makam-makam lainnya di kompleks pemakaman ini. Menhir-
menhir yang ada memiliki bentuk dan posisi yang khas dan merupakan karakteristik
dari fungsinya yaitu nisan pada makam raja-raja yang pernah memerintah di daerah
itu sebelum masuknya Islam. Jumlah menhir yang terdapat seluruhnya berjumlah 11.
Seluruh menhir yang ada pada kompleks ini terbuat dari batu, serta dalam kompleks
ini juga terdapat makam berukuran cukup besar yang tingginya melebihi manusia
dewasa. Tinggi makamnya sekitar 2 sampai 2,5 meter, merupakan makam yang di

3
peruntukkan bagi kaum Maraqdia atau raja dan bangsawan di Banggae. Saat ini
kompleks Makam Raja-Raja dan Hadat Banggae telah terdaftar sebagai Cagar
Budaya menyusul konservasi yang terus di lakukan.

B. TENTANG KOMPLEKS MAKAM RAJA-RAJA DAN HADAT


BANGGAE
Kompleks makam raja-raja banggae berlokasi di lingkungan Cilallang
kelurahan Pangali-ali Kecamatan Banggae Kabupeten Majene Provinsi Sulawesi
Barat. Terletak pada titik koordinat : S 03ꞌ32ꞌ514ꞌ - T 118ꞌ 57ꞌ 46, 17 dengan
ketinggian 31 meter di atas permukaan laut dan luas :1,6 Hektar (10.589 m2). Jumlah
makam yang terdapat di kompleks pemakaman ini yaitu 471 buah ( hasil kajian balai
pelestarian cagar budaya Makassar). Di area kompleks pemakaman ini terdapat , 1
buah rumah singgah/informasi dan 4 buah gazebo (gardu istirahat). Memasuki
halaman utamanya, maka kita akan di sambut oleh gerbang yang tertutup pada waktu
tertentu. Namun jika ingin memasuki kompleks makam, anda bisa menemui pihak
juru pelihara makam yang rumahnya tidak jauh dari lokasi ini.
Di pemakaman ini ada lima sektor makam yakni :

1. Makam Sektor Barat


Raja banggae yang bernama Makkidaeng Manguju To Matindo di Lanrisang
dan para kerabatnya.
2. Makam Sektor Tengah Utara
Raja Banggae yang bernama Lollang To Monge Alelanna dan para kerabatnya.
3. Makam Sektor Selatan
Raja Banggae yang bernama Nyu’riang dan para kerabatnya.
4. Makam Sektor Timur Barat
Raja Banggae yang bernama Sanggaria To Naung Anjoro dan para kerabatnya

5. Makam Sektor Timur

4
Raja Banggae yang bernama Mulla Panggandang To Matindo di Banggae dan
para kerabatnya.

Di sisi kiri kompleks makam kita akan di sambut pos penjagaan dari pihak
pengelola, Jika ingin masuk ke dalam kompleks makam maka kita wajib membayar
retribusi sesuai yang telah di tetapkan oleh PERDA Nomor 12 Tahun 2010. Untuk
orang dewasa retribusinya sebesar Rp.3000 dan untuk anak-anak sebesar Rp.2000
Di sisi kanan terdapat sebuah rumah singgah/rumah informasi, bagian depan
rumah menghadap kearah makam dengan sisi yang menghadap ke lautan. Karena
mulai di kelola pihak pemerintah maka kemudian dalam kompleks makam disediakan
beberapa gazebo. Di bagian pinggiran makam kita dapat melihat bagian laut
kabupaten Majene mulai dari Pantai Dato di Lingkungan Baurung, Parappe, Binanga,
Lingkungan Pangali-Ali dan Buttu Salabose. Singkat kata lokasi ini saangat strategis
untuk melihat bagian laut dan gunung di kabupaten Majene.

C. SEJARAH KERAJAAN BANGGAE


Kerajaan Banggae pada zaman dahulu mulanya berpusat di Salabose atau
perkampungan Salabose yang berada di dataran tinggi di kota Majene ± 31 meter dari
permukaan laut. Kerajaan ini pada mulanya adalah sebuah kelompok masyarakat
yang di pimpin oleh ketua suku yang bergelar Tomakaka dan tinggal di Poralle (nama
sebuah tempat di Salabose) yang kemudian di sebut sebagai Tomakaka Poralle.
Selain itu masih ada Tomakaka yang memimpin kelompok masing-masing
yang bermukim di sekitar Banggae seperti Tomakaka Pullajonga, Tomakaka
Salongang, Tomakaka Totoli, Tomakaka Pepottoang. Pada masa kerajaan Tomakaka
di poralle datang seorang yang berasal dari kerajaan Majapahit yang namanya tidak
diketahui, hanya di gelar oleh masyarakat setempat Topele-pole yang mengawini
Tomerropa-ropa Wulawang putri dari Tomakaka poralle.Atas kecakapan topole-pole
ini istrinya sebagai pewaris tahta kerajaan maka topole-pole dapat membentuk suatu
sistem pemerintahan baru yang belum di kenal di pemerintahan Tomakaka Poralle

5
dalam sistem pemerintahan inilah merupakan cikal bakal terbentuknya kerajaan
banggae.
Dalam sistem pemerintahan karajaan Banggae di pimpin oleh seorang
Maraqdia Toa yang di pilih langsung oleh banua kayyang. Maraqdia Toa di bantu
oleh seorang Maraqdia Lolo yang bertanggung jawab dalam pertahanan dan
keamanan di kerajaan Banggae di samping, kedua Maraqdia tersebut ada 10 Sokko
yang membantu yang di pilih dan diberhentikan oleh raja pada acara resmi kerajaan
Banggae.

6
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari makalah ini, Kami dapat menyimpulkan bahwa situs MAKAM RAJA -RAJA
HADAT BANGGAE tidak hanya memiliki nilai sejarah yang mendalam tetapi
juga pemandangan yang indah.Jadi sebagai warga Majene yang baik sudah
sepantasnya kita menjaganya agar tetap utuh sehingga generasi selanjutnya dapat
melihatnya.
B. SARAN
Kami sebagai penyusun dengan segala keterbatasan menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Papan informasi tentang Makam Raja-Raja dan Hadat Banggae di Makam Raja-
Raja dan Hadat Banggae.

-https;//lifeskill.okezone.com/read/2013/11/02/408/menggali-sejarah-makam-di-
atas-bukit-majene.Tanggal akses web 28 Februari 2019.

-https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/sulawesi/banggae-majene-
kerajaan-sul-barat-kab-majene/.Tanggal akses web 28 Februari 2019.

-https:kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/kompleks-makam-raja-raja-
banggae-ondongan-sebagai-bukti-sejarah-kerajaan-banggae-di-kab-
majene/.Tanggal akses web 28 Februari 2019.

-https:sultansinindonesieblog.wordpress.com/sulawesi/banggae-majene-kerajaan-
sul-barat-kab-majene/.Tanggal akses web 28 Februari 2019.

8
LAMPIRAN 1

GAMBAR

Anda mungkin juga menyukai