Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

AYAT DAN HADITS EKONOMI


(DISTORSI PASAR)

Dosen Pengampu :
( Muhammad Ya’qub, S.PD, M.PD.I )

Oleh :
Muhammad Masnukh
Muhammad Ihwan Sayyid

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) QOMARUDDIN GRESIK


TAHUN AKADEMIK 2018-2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayahnya penulis dapat menyeselsaikan makalah ini yang berjudul “Distorsi Pasar” dengan
baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah memberikan
tugas ini kepada penulis, dengan ini penulis bisa mengetahui dan mengerti Distorsi Pasar.
Tak lupa kepada semua pihak yang bersangkutan, penulis ucapkan terima kasih, karena telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pihak pembaca penulis perlukan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca unutuk menambah pengetahuan.

Gresik, 10 Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................2
2.1. Pengertian Distorsi Pasar.............................................................................2
2.2. Rekayasa Permintaan...................................................................................3
2.3. Rekayasa Penawaran....................................................................................6
2.4. Tadlis ...........................................................................................................7
2.5. Taghrir........................................................................................................10
2.6. Manupulasi Pasar dalam Perdagangan Saham...........................................12
BAB III PENUTUP..........................................................................................................14
3.1. Kesimpulan................................................................................................14

Daftar Pustaka..................................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Ekonomi Islam memandang bahwa pasar, negara, dan individu berada


dalam keseimbangan. Pasar dijamin kebebasannya dalam Islam. Pasar bebas
menentukan cara-cara produksi dan harga, tidak boleh ada gangguan yang
mengakibatkan rusaknya keseimbangan pasar. Dalam Konsep Ekonomi Islam
adalah penentuan harga dilakukan oleh kekuatan-kekuatan pasar, yaitu kekuatan
permintaan dan penawaran. Pertemuan antara permintaan dan penawaran tersebut
harus terjadi rela sama rela, sehingga tidak ada pihak yang merasa terpaksa,
tertipu ataupun adanya kekeliruan dalam melakukan transaksi barang tertentu
pada tingkat harga tertentu sehinnga tak ada pihak yang merasa dirugikan. Dengan
demikian, Islam menjamin pasar bebas dimana para pembeli dan penjual bersaing
satu sama lain dengan arus informasi yang berjalan lancar dalam kerangka
keadilan. Namun keadaan pasar yang ideal menurut prinsip Islam tersebut,
tidaklah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dilapangan, karena seringkali
adanya gangguan yang terjaadi terhadap mekanisme pasar ini. Dan gangguan-
gangguan inilah yang disebut dengan Distorsi Pasar.

1.2 Rumusan Masalah


1.      Apa pengertian distorsi pasar?
2.      Apa macam-macam bentuk distorsi pasar?
1.3  Tujuan Penulisan
1.      Agar pembaca mengetahui pengertian dari distorsi pasar.
2.      Agar  pembaca mengetahui macam-macam bentuk distorsi pasar.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Distorsi Pasar


Arti dari kata Distorsi dalam kamus Bahasa Indonesia, adalah sebuah gangguan
yang terjadi atau pemutar balikan suatu fakta, aturan dan penyimpangan dari fakta
yang seharusnya terjadi, sedangkan pasar secara umum dapat dikatakan sebagai
suatu tempat bertemunya antara penjual dengan pembeli. Jadi pengertian Distorsi
pasar ialah sebuah gangguan yang terjadi terhadap sebuah mekanisme pasar yang
sempurna menurut prinsip Islam. Ataupun bisa juga dikatakan bahwasanya
distorsi pasar ialah suatu fakta yang terjadi dilapangan (Mekanisme Pasar), yang
mana fakta tersebut tidak sesuai dengan teori-teori yang seharusnya terjadi
didalam sebuah mekanisme pasar. Bila ditelusuri beberapa ayat dalam Al-Qur’an,
jelas sekali bahwa perhatian Islam terhadap pasar cukup besar. Dalam QS. Hud
ayat 84-85 Misalnya1:

ُ ?ُ‫َو? ِإ لَ? ٰ?ى? َم? ْد? يَ? َ?ن? َأ َ?خ? ا?هُ? ْم? ُش? َع? ْي? بً? ا? ۚ? قَ? ا? َل? يَ? ا? قَ? ْ?و? ?ِم ا? ْع? بُ? ُد? و?ا? هَّللا َ? َم? ا? لَ? ُك? ْم? ِم? ْ?ن? ِإ ٰ?لَ? ٍه? َغ? ْي? ُر? هُ? ۖ? َ?و? اَل تَ? ْن? ق‬
?‫ص? و?ا‬
?‫ط‬ٍ ?‫ب? يَ? ْ?و? ٍ?م? ُم? ِح? ي‬ ?ُ ?‫ا? ْل? ِم? ْك? يَ? ا? َل? َ?و? ا? ْل? ِم? ي? َز? ا? َ?ن? ۚ? ِإ نِّ? ي? َأ َر? ا? ُك? ْم? ب?ِ َخ? ْي? ٍر? َو? ِإ نِّ? ي? َأ َ?خ? ا‬
?َ ?‫ف? َع? لَ? ْي? ُك? ْم? َع? َذ? ا‬
Artinya:
Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib. Ia
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain
Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku
melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir
terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)" (QS. Hud: 84).
?‫س? َأ ْش? يَ? ا? َء? هُ? ْم? َو? اَل تَ? ْع? ثَ? ْ?و? ا? ف?ِ ي‬ ِ ?‫َو? يَ? ا? قَ? ْ?و? ?ِم َأ ْ?و? فُ? و?ا? ا? ْل? ِم? ْك? يَ? ا? َل? َو? ا? ْل? ِم? ي? َز? ا? َ?ن? ب?ِ ا? ْل? ق?ِ ْس‬
?َ ?‫ط? ۖ? َ?و? اَل تَ? ْب? َخ? ُس? و?ا? ا?ل?ن?َّ ا‬
?‫ا?َأْل ْ?ر? ضِ? ُم? ْف? ِس? دِ? ي? َن‬
Artinya:
Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan
adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan

1 Hadis Hadis Ekonomi: 165

2
janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan
(QS. Hud: 85).
Pada garis besarnya, ekonomi islami mengidentifikasi tiga bentuk distorsi
pasar, yakni sebagai berikut:
 Rekayasa penawaran
 Rekayasa permintaan
 Tadlis (penipuan)
 Taghrir (dari kata gharar = ketidakjelasan)
Dalam fiqih Islam, rekayasa penawaran (false supply) lebih dikenal
sebagai ihtikar, sedangkan rekayasa permintaan (false demand) dikenal sebagai
bai’ najasy. Tadlis (penipuan) dapat mengambil empat bentuk, yakni penipuan
menyangkut jumlah barang (quantity), mutu barang (quality) harga barang (price),
dan waktu penyerahan barang (time of delivery). Sedangkan taghrir (kerancuan,
ketidakpastian), juga mengambil empat bentuk yang menyangkut kuantitas,
kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang. Tadlis dan taghrir, keduanya
disebabkan karena adanya incomplete information.
Kesemua bentuk distorsi pasar ini mengganggu berjalannya mekanisme
pasar secara alamiah. Hal ini menzalimi salah satu pihak yang bertransaksi, karena
itu Islam mengharamkannya. Mari kita pelajari distorsi pasar ini secara lebih rinci
pada bahasan berikut ini.

2.2 Rekayasa Permintaan

‫ض ُك ْم َعلَى يَب ُع‬ ُ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل اَل تَلَقَّوْ ا الرُّ ْكبَانَ َواَل يَ ُع بَ ْع‬ َ ِ‫ض َي هللا َع ْنهُ َأ َّن َرسُو َل هللا‬ ِ ‫ع َْن َأبِ ْي هُ َر ْي َرةَ َر‬
‫صرُّ وا ال َغنَ َم َو َمنُ ا ْبتَا َعهَا فَهُ َو بِخَ ي ِْر النَّظَ َر ْي ِن بَ ْع َد َأ ْن يَحْ تَلَ ْيهَا ِإ َّن‬ ِ ‫ْض َواَل تَنَا َج ُشوا َواَل يَب ُع َحا‬
َ ُ‫ض ًر لِيَا ٍد َواَل ت‬ ٍ ‫بَع‬
َ ‫ضيَهَا َأ ْم َس َكهَا َوِإ ْن َس ِخطَهَا َر َّدهَا َو‬
‫صاعًا ِم ْن تَ ْم ٍر‬ ِ ‫َر‬
Artinya:
“Dari Abu hurairah r.a., bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kalian
mencegat rombongan dagang (sebelum sampai dipasar) dan jangan pula sebagian
kalian membeli barang yang dibeli orang lain (sedang ditawar) dan janganlah
melebihkan harga tawaran barang (yang sedang ditawar orang lain, dengan

3
maksud menipu pembeli) dan janganlah orang kota membeli buat orang desa.
Janganlah kalian menahan susu dari unta dan kambing (yang kurus dengan
maksud menipu pembeli). Maka siapa yang membelinya setelah itu, maka dia
punya hak pilih, bila dia rela maka diambilnya dan bila dia tidak suka
dikembalikannya dengan menambah satu sha’ kurma”.2

Secara umum segala kondisi atau praktik transaksi di pasar baik barang
maupun jasa yang akan berdampak pada tidak tercapainya mekanisme pasar
secara efisien dan optimal maka dapat dipastikan ada distorsi yang ikut berperan
dalam pembentukan harga tersebut. Dalam bagian ini dijelaskan bahwa distorsi
dalam bentuk rekayasa pasar dapat berasal dari dua sudut, yakni permintaan dan
penawaran. Berikut adalah jenis rekayasa permintaan:

1. Tallaqi Rukban
Masih dalam pembahasan distorsi pada sisi penawaran, tindakan yang
dilakukan oleh pedagang kota (atau pihak yang lebih memiliki informasi yang
lebih lengkap) membeli barang petani (atau produsen yang tidak memiliki
informasi yang benar tentang harga di pasar) yang masih di luar kota, untuk
mendapatkan harga yang lebih murah dari harga pasar yang sesungguhnya.
Rasulullah melarang hal ini, yang dalam fiqh disebut talaqqi rukban.
Transaksi ini dilarang karena mengandung dua hal: pertama, rekayasa
penawaran yaitu mencegah masuknya barang ke pasar (entry barrier), dan kedua,
mencegah penjual dari luar kota untuk mengetahui harga pasar  yang berlaku. Inti
dari pelangggaran ini adalah tidak adilnya tindakan yang dilakukan oleh pedagang
kota yang tidak menginformasikan harga yang sesungguhnya terjadi di pasar.
Mencari barang dengan harga lebih murah tidaklah dilarang, namun apabila
transaksi jual beli antara dua pihak di mana yang satu memiliki informasi yang
lengkap dan yang satu tidak tahu berapa harga di pasar yang sesungguhnya dan
kondisi demikian dimanfaatlkan untuk mencari keuntungan yang lebih, maka
terjadilah penzaliman antara pedagang kota dengan petani di luar kota tersebut

2 Hadis Hadis Ekonomi: 170

4
maka hal inilah yang dilarang. Menurut sebagian ulama hokum jual-beli ini haram
jika:
1. Orang kota yang menyongsong pedagang berdusta tentang harga barang
dikota/pasar dan membeli dengan harga yang lebih rendah dari harga biasa.
2. Memberitahu pedagang tentang besarnya biaya membawa barang dagangan
tersebut ke kota.
3. Mengatakan kepada pedagang desa bahwa harga barang tersebut jatuh untuk
menipu mereka.3

2. Makelar
Makelar dalam bahasa Arab disebut samsarah yang berarti perantara
perdagangan atau perantara antara penjual dan pembeli untuk memudahkan jual-
beli4. Menurut Sayyid Sabiq Makelar adalah orang yang menjadi perantara antara
pihak penjual dan pembeli guna melancarkan transaksi jual-beli.
Makelar (samsarah) termasuk dalam kategori bekerja yang bisa digunakan
untuk memiliki harta secara sah menurut syara’. Dalam transaksi bisnis di masa
sekarang lebih terasa dibutuhkan disbanding di masa-masa sebelumnya. Hala ini
disebabkan oleh rumitnya transaksi bisnis saat ini seperti bisnis ekspor, impor,
bisnis grosir, hingga bisnis retail, semua itu menjadikan peran makelar sangat
penting.
Makelar harus bersikap jujur, ikhlas, terbuka, tidak melakukan penipuan dan
bisnis yang haram maupun yang syubhat. Imbalan berhak diterima makelar
setelah ia memenuhi akadnya, sedang pihak yang menggunakan jasa makelar
harus memberkan imbalannya, karena upah atau imbalan pekerja dapat
meningkatkan kesejahteraan pekerja yang bersangkutan.
Untuk sahnya pekerjaan makelar ini, harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:
a. Persetujuan kedua belah pihak.
b. Objek akad bias diketahui manfaatnya secara nyata dan dapat diserahkan.
c. Objek akad bukan hal-hal maksiat atau haram.

3 Hadis Hadis Ekonomi: 171


4 Hadis Hadis Ekonomi: 172

5
3. Bay an-Najasy
Kita telah menyinggung bai’ najasy ini ketika kita membahas mekanisme
pasar dalam Islam. Transaksi najasy diharamkan karena si penjual menyuruh
orang lain memuji barangnya atau menawar dengan harga tinggi agar orang lain
tertarik pula untuk membeli. Si penawar sendiri tidak bermaksud untuk benar-
benar membeli barang tersebut. Ia hanya ingin menipu orang lain yang benar-
benar membeli. Sebelumnya orang ini telah mengadakan kesepakatan dengan
penjual untuk membeli dengan harga tinggi agar ada pembeli yang sesungguhnya
dengan harga yang tinggi pula dengan maksud untuk ditipu. Akibatnya terjadi
“permintaan palsu” (false demand). Tingkat permintaan yang tercipta tidak
dihasilkan secara alamiah.

2.3 Rekayasa Penawaran

Ihtikar

‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُوْ ُل اَل يَحْ تَ ِك ُر ِإاَّل خَا ِطٌئ‬ ْ ‫ع َْن َم ْع َم ِر ْب ِن َع ْب ِد هللاِ ْب ِن ن‬
ُ ‫َظلَةَ قَا َل َس ِمع‬
َ ِ‫ْت َرسُوْ َل هللا‬
Artinya:
Dari Ma’mar bin Abdillah bin Nadlah, Rasulullah SAW bersabda: tidak ada yang
menimbun barang kecuali pembuat kesalahan (dosa)5
Ihtikar ini sering kali diterjemahkan sebagai monopoli dan/atau
penimbunan. Padahal sebenarnya ihtikar tidak identik dengan monopoli dan/atau
penimbunan. Dalam Islam, siapa pun boleh berbisnis tanpa peduli apakah dia
satu-satunya penjual (monopoli) atau ada penjual lain. Menyimpan stock barang
untuk keperluan persediaan pun tidak dilarang dalam Islam. Jadi monopoli sah-
sah saja. Demikian pula menyimpan persediaan. Yang dilarang adalah ihtikar,
yaitu mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan cara menjual
lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi, atau istilah ekonominya
monopoly’s rent-seeking. Jadi dalam Islam, monopoli boleh. Sedangkan
monopoly’s rent seeking tidak boleh.

2.4 Tadlis
5 Hadis Hadis Ekonomi: 166.

6
‫أن رسلول هللا صلّى هللا عليه وسلّم م ّرعلى صبرة من طعام فأدخل يده فيها فنالت أصابعه بلال فقال ما هذا يا‬
‫ أفال جعلته فوق الطّعام كى يراه النّاس؟ من غشّ فليس‬:‫صاحب الطّعام؟ قال أصابته السّماء يا رسول هللا قال‬
‫منّى‬
Artinya:
Bahwa Nabi SAW berjalan-jalan disuatu pasar kemudian memasukkan jarinya
pada sebuah makanan dan mendapatinya dalam keadaan basah, beliau bertanya
kepada penjualnya, kemudian dia menjawab kalau makanannya terkena hujan.
Nabi berkata: “kenapa tidak kamu letakkan diatas supaya bisa dilihat orang lain,
barang siapa yang menipu maka bukan termasuk golonganku.”6
Kondisi ideal dalam pasar adalah apabila penjual dan pembeli mempunyai
informasi yang sama tentang barang akan diperjualbelikan. Apabila salah satu
pihak tidak mempunyai informasi seperti yang dimiliki oleh pihak lain, maka
salah satu pihak akan merasa dirugikan dan terjadi kecurangan/penipuan. Kitab
suci Al-Qur’an dengan tegas telah melarang semua transaksi bisnis  yang
mengandung unsur penipuan dalam segala bentuk terhadap pihak lain. 7Seperti
dalam surat Al-an’aam: 152 yang artinya:
“Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikul
beban kepada seseorang melainkan sekadar kesanggupannya.”
Dalam sistem Ekonomi Islam hal ini juga dilarang karena dengan adanya
informasi yang tidak sama antara kedua belah pihak, maka unsur “an Tarradin
Minkum” (rela sama rela) dilanggar. Adapun macam-macam tadlis diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Tadlis dalam kuantitas
Tadlis (penipuan) dalam kuantitas termasuk juga kegiatan menjual barang
kuantitas sedikit dengan harga barang kuantitas banyak. Misalnya menjual baju
sebanyak satu kontainer. Karena jumlah dan tidak mungkin untuk menghitung
satu per satu, penjual berusaha melakukan penipuan dengan mengurangi jumlah
barang yang dikirim kepada pembeli. Praktik mengurangi timbangan dan

6 Hadis Hadis Ekonomi: 174


7 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1996), jilid IV,
hlm. 162.

7
mengurangi takaran merupakan contoh klasik yang selalu digunakan untuk
menerangkan penipuan kuantitas ini. Sedangkan kejahatan ini sering kali terjadi
dan menjadi fenomena kecurangan dalam transaksi perdagangan. Oleh karena itu,
Islam sejak 1300 tahun yang lalu telah melakukan langkah-langkah untuk
membuat standarisasi timbangan sebagai alat ukur8.
b. Tadlis dalam kualitas
atau kualitas barang yang buruk yang tidak sesuai dengan yang disepakati
oleh penjual dan pembeli. Contoh tadlis dalam kualitas adalah pada pasar
penjualan komputer bekas. Pedagang menjual komputer bekas dengan kualifikasi
Pentium III dalam kondisi 80 % baik, dengan harga Rp 3.000.000,00. Pada
kenyataannya, tidak semua penjual menjual komputer bekas dengan kualifikasi
yang sama. Sebagian penjual menjual komputer dengan kualifikasi yang lebih
rendah, tetapi menjualnya dengan harga yang sama, yaitu Rp 3.000.000,00.
Pembeli tidak dapat membedakan mana komputer dengan kualifikasi yang lebih
tinggi, hanya penjual saja yang mengetahui dengan pasti kualifikasi komputer
yang dijualnya.
Keseimbangan pasar hanya akan terjadi bila harga yang tercipta
merupakan konsekuensi dari kualitas atau kuantitas barang yang ditransaksikan.
Apabila tadlis kualitas terjadi, maka syarat untuk pencapaian keseimbangan tidak
akan tercapai. Oleh karena itu, dalam pendekatan ilmu ekonomi pun hal ini tidak
dapat dibenarkan. Ekuilibrium akan terjadi bila penjual menjual komputer kualitas
buruk kepada pembeli yang melihat komputer itu sebagai komputer berkualitas
buruk. Atau bila penjual menjual komputer kualitas baik kepada pembeli yang
melihat komputer itu sebagai komputer berkualitas baik. Dengan kata lain,
komputer kualitas buruk mempunyai pasarnya sendiri, dan komputer kualitas baik
mempunyai pasarnya sendiri. Itu sebabnya Rasulullah melarang penukaran satu
sak kurma kualitas baik dengan dua sak kurma kulitas buruk, “jual kurma kualitas
buruk, dapatkan uang, beli kurma kualitas baik dengan uangmu.” 9Kurma kualitas

8 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1996),


jilid IV, hlm. 85.
9 Muhammad Akram Khan, Economic Teachings of Prophet Muhammad, (Islamabad:
IIIE & IPS, 1989), hlm. 152-154.

8
baik mempunyai pasarnya sendiri, kurma kualitas buruk juga mempunyai
pasarnya sendiri.
c. Tadlis dalam harga (Ghaban)
Tadlis (penipuan) dalam harga ini termasuk menjual barang dengan harga
yang lebih tinggi atau lebih rendah dari harga pasar karena ketidaktahuan pembeli
atau penjual. Dalam fiqih disebut ghaban. Katakanlah seorang musafir datang dari
Jakarta menggunakan kereta api, tiba di Bandung. Ia kemudian naik taksi, namun
tidak tahu harga pasaran taksi dari stasiun kereta api ke Jalan Braga di Bandung.
Katakan pula, harga pasaran ongkos taksi untuk jarak itu adalah Rp 12.000,00.
Sopir taksi menawarkan dengan harga Rp 50.000,00. Setelah terjadi tawar-
menawar, akhirnya disepakati rela sama rela Rp 40.000,00. Nah, meskipun kedua
pihak rela sama rela, namun hal ini dilarang karena kerelaan si musafir bukan
kerelaan yang sebenarnya, ia rela dalam keadaaan tertipu.
Di zaman Rasulullah Saw.  perdagangan seperti berikut ini juga dilarang,
seperti yang driwayatkan oleh Abdullah Ibn Umar “Kami pernah keluar mencegat
orang-orang yang datang membawa hasil panen mereka dari luar kota, lalu kami
membelinya dari mereka. Rasulullah Saw. melarang kami membelinya sampai
nanti barang tersebut dibawa ke pasar.10
d. Tadlis dalam waktu penyerahan
Seperti juga pada tadlis (penipuan) dalam kuantitas, kualitas, dan harga,
tadlis dalam waktu penyerahan juga dilarang. Yang termasuk penipuan jenis ini
adalah bila si penjual tahu persis ia tidak akan dapat  menyerahkan barang pada
besok hari, namun menjanjikan akan menyerahkan barang tersebut pada besok
hari. Walau konsekuensi tadlis dalam waktu penyerahan tidak berkaitan secara
langsung dengan harga ataupun jumlah barang yang ditransaksikan, namun
masalah waktu adalah sesuatu yang sangat penting.  Lebih lanjut, pelarangan ini
dapat kita hubungkan dengan larangan transaksi yang lain, yaitu transaksi kali
bali. Dengan adanya pelarangan tadlis waktu penyerahan, maka segala transaksi
harus jelas kapan pemindahan hak milik dan hak guna terjadi. Berbeda dengan

10 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakartua: Dana Bhakti Wakaf, 1995),


jilid III, hlm. 75.

9
transaksi kali bali (transaksi jual beli, di mana objek barang atau jasa yang
diperjualbelikan belum berpindah kepemilikan, namun sudah diperjualbelikan
kepada pihak lain) di mana transaksi juga dilarang oleh Rasulullah karena
transaksi jual beli tidak diikuti oleh perolehan hak milik. Diriwayatkan oleh Ibn
Umar bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Siapa pun yang membeli gandum tidak
berhak menjualnya sebelum memperoleh hak kepemilikan.”11

2.5 Taghrir

ٍ ‫ال َم ْن ا ْبتَا َع طَ َعا ًما فَاَل يَبِ ْعهُ َحتَّى يَ ْستَوْ فِيَهُ قَا َل ابْنُ َعبَّا‬
‫س‬ َ ِ‫س َأ َّن َرسُو َل هللا‬
َ َ‫صلَّى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ ٍ ‫ع َْن ا ْب ِن َعبَّا‬
‫َوَأحْ ِسبُ ُك َّل َش ْي ٍء‬
Artinya:
Dari Ibn Abbas bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: “barang siapa yang
membeli makanan maka ia tidak membelinya sampai ia memilikinya. Ibn Abbas
mengatakan: “aku memperhitungkan segala sesuatu seperti itu”.12
Taghrir berasal dari kata Bahasa Arab gharar, yang berarti : akibat,
bencana, bahaya, risiko, dan ketidakpastian. Dalam istilah fiqih mu’amalah,
taghrir berarti melakukan sesuatu secara membabi buta tanpa pengetahuan yang
mencukupi; atau mengambil risiko sendiri dari suatu perbuatan yang mengandung
risiko tanpa mengetahui dengan persis apa akibatnya, atau memasuki kancah
risiko tanpa memikirkan konsekuensinya.13 Menurut Ibn Taimiyah, gharar terjadi
bila seseorang tidak tahu apa yang tersimpan bagi dirinya pada akhir suatu
kegiatan jual beli. Seperti telah kita singgung pada awal pembahasan bab ini, baik
taghrir maupun tadlis keduanya terjadi karena adanya incomplete information.
Namun, berbeda dengan tadlis, di mana incomplete information ini hanya dialami
oleh satu pihak saja (misalnya pembeli saja, atau penjual saja), dalam taghrir,
incomplete information ini dialami oleh kedua belah pihak (baik pembeli maupun
penjual). Karena itu, kasus taghrir terjadi bila ada unsur ketidakpastian yang
melibatkan kedua belah pihak.

11 Hadis Riwayat Bukhari.


12 Hadis Hadis Ekonomi: 178
13 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1996),
jilid IV, hlm. 161.

10
Adapun macam-macam taghrir adalah sebagai berikut :
a. Taghrir dalam kuantitas
Contoh taghrir dalam kuantitas adalah sistem ijon. Misalnya petani sepakat
untuk menjual hasil panennya (beras dengan kualitas A) kepada tengkulak dengan
harga Rp 750.000,00 padahal pada saat kesepakatan dilakukan, sawah si petani
belum dapat dipanen. Dengan demikian, kesepakatan jual beli dilakukan tanpa
menyebutkan spesifikasi mengenai berapa kuantitas yang dijual (berapa ton,
berapa kuintal, misalnya) padahal harga sudah ditetapkan. Dengan demikian,
terjadi ketidakpastian menyangkut kuantitas barang yang ditransaksikan.
b. Taghrir dalam kualitas
Contoh taghrir dalam kualitas adalah menjual anak sapi yang masih dalam
kandungan induknya. Penjual sepakat untuk menyerahkan anak sapi itu lahir,
seharga Rp 1.000.000,00. Dalam hal ini, baik si penjual maupun si pembeli tidak
dapat memastikan kondisi fisik anak sapi tersebut bila nanti sudah lahir. Apakah
akan normal, cacat, atau lahir dalam keadaan mati. Dengan demikian, terjadi
ketidakpastian menyangkut kualitas barang yang ditransaksikan.
c. Taghrir dalam harga
Taghrir dalam harga terjadi ketika misalnya seorang penjual menyatakan
bahwa ia akan menjual satu unit panci merk ABC seharga Rp 10.000,00 atau yang
Rp 50.000,00. Katakanlah ada pembeli yang membayar lunas pada bulan ke-3,
berapa harga yang berlaku? Atau ekstremnya satu hari setelah penyerahan barang,
berapa harga yang berlaku? Ekstrem lainnya bagaimana menentukan harga bila
dibayar lunas sehari sebelum akhir bulan ke-5? Dalam kasus ini, walaupun
kuantitas dan kualitas barang sudah ditentukan, tetapi terjadi ketidakpastian dalam
harga barang karena si penjual dan si pembeli tidak mensepakati satu harga dalam
satu akad.
d. Taghrir menyangkut waktu penyerahan
Misalkan Adi kehilangan mobil VW beetle-nya. Ida kebetulan sudah lama
ingin memiliki mobil VW beetle seperti yang dimiliki oleh Adi, dan karena itu ia
ingin membelinya. Akhirnya Adi dan Ida membuat kesepakatan. Adi menjual
mobil VW beetle-nya yang hilang tersebut kepada Ida seharga Rp 100 juta. Harga

11
pasar VW beetle adalah Rp 300 juta. Mobil akan diserahkan segera setelah
ditemukan. Dalam transaksi ini terjadi ketidakpastian menyangkut waktu
penyerahan barang, karena barang yang dijual tidak diketahui keberadaannya.
Mungkin mobil tersebut akan ditemukan satu bulan lagi, satu tahun lagi, atau
bahkan tidak akan ditemukan sama sekali.

2.6  Manipulasi Pasar Dalam Perdagangan Saham


Pada awal tahun 2011, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengaplikasikan
mekanisme perdagangan saham syariah yang sampai sekarang masih diyakini
sebagai yang pertama di dunia. Sebelumnya di banyak negara yang memiliki
indeks dan bursa syariah seperti Amerika Serikat, Turki, Arab Saudi, Uni Emirat
Arab, Pakistan, Inggris, dan Malaysia, mekanisme perdagangan saham yang
sesuai dengan syariah belum diatur secara resmi. Kemunculan peraturan baru BEI
tersebut diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan publik bahwa investasi
syariah di pasar modal telah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, tidak hanya
dalam hal penyaringan (screening) saham, tetapi juga dari sisi mekanisme
perdagangan yang sesuai syariah.
Keingintahuan masyarakat Indonesia terkait kesesuaian mekanisme
perdagangan efek bersifat ekuitas dengan syariah mendorong Dewan Syariah
Nasional (DSN) untuk mengembangkan sebuah fatwa terkait aplikasi prinsip-
prinsip syariah yang berguna sebagai pedoman dalam kaitannya dengan
mekanisme perdagangan efek bersifat ekuitas. Merujuk kepada fatwa DSN
Indonesia No. 80/DSN-MUI/III/2011, BEI mengidentifikasi 11 aktivitas atau
transaksi terlarang dan mengelompokkannya menjadi lima kategori yang berbeda.
Wash sale dan pre-arrange trade diklasifikasikan sebagai taghrir; front running
dan misleading information sebagai tadlis; marking at the close dan alternate trade
sebagai ghisysy; pump and dump, hype and dump, dan creating fake demand or
supply sebagai najsy; pooling interest dan cornering dikelompokkan sebagai
ihtikar.
a. Mekanisme perdagangan efek menurut perspektif Islam

12
Sesuai  dengan Fatwa No. 80/DSN-MUI/III/2011, di Indonesia perdagangan
efek di pasar reguler menggunakan akad bai’ atau akad buy-sell. Bai’ adalah
sebuah akad atas pertukaran aset yang bertujuan untuk memindahkan kepemilikan
harta tersebut. Akad ini hanya akan dianggap sah (valid) jika sebuah kesepakatan
terjadi pada harga serta jenis dan volume tertentu antara permintaan beli dan
penawaran jual sekalipun penyelesaian administrasi transaksi pembeliannya
(settlement) dilaksanakan di kemudian hari berdasarkan prinsip qabdh hukmi
(penaksiran sebuah harta dengan nilai wajar). Ketetapan harga dalam jual-beli itu
dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan yang merujuk pada harga pasar wajar
melalui mekanisme tawar-menawar yang berkesinambungan atau bai’ al-
musawamah.
b. Manipulasi pasar
Manipulasi pasar dapat terjadi melalui banyak cara, tidak hanya di
perdagangan efek konvensional tapi juga di perdagangan efek syariah. Karenanya,
sangat penting untuk mengatur perdagangan efek yang didasari prinsip-prinsip
kehati-hatian dan dirancang untuk mencegah dan menghalangi segala jenis
kegiatan manipulasi. Allen dan Gale (1992) mengelompokkan manipulasi ke
dalam tiga kategori: pertama, manipulasi informasi; kedua, manipulasi tindakan;
ketiga, manipulasi perdagangan.

BAB III

13
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwasanya Distorsi
Pasar adalah suatu gangguan yang terjadi terhadap sebuah mekanisme pasar yang
ideal/sempurna menurut prinsip teori Ekonomi Islam. Secara garis besar ada tiga
sebab mengapa dapat terjadinya Distorsi Pasar yaitu pertama, Rekayasa
Permintaan dan Rekayasa Penawaran yang terdiri dari, ba’I najasy, ikhtikar dan
tallaqi rukban, kedua, Tadlis (penipuan) yang didalamnya terdapat dominant
strategy, nash equilibrium dan mixed strategy, adapula macam-macam tadlis
antara lain tadlis dalam kuantitas, tadlis dalam kualitas, tadlis dalam harga tadlis
dalam waktu penyerahan. Ke-empat, Taghrir, seperti halnya tadlis, taghrirpun
terdapat macam-macamnya yaitu dalam kuatitas, kualitas, harga dan waktu
penyerahan. Sehingga karena adanya gangguan tersebut, mengakibatkan
terjadinya beberapa kecurangan dalam hal pelaksanaan mekanisme pasar serta ada
pula pihak yang merasa dirugikan dan terzalimi.

DAFTAR PUSTAKA

14
1. Karim, Adiwarman. 2007. Ekonomi Mikro Islam Ed.4. Jakarta: PT Raja
Graindo Persada.
2. Harahap, Isnaini. 2015. Hadis Hadis Ekonomi. Jakarta: Prenadamedia Group.
3. Rahman, Afzalur. 1995. Doktrin Ekonomi Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti
Wakaf.
4. Sumar’in. 2013. Ekonomi Islam; Sebuah Pendekatan Ekonomi Mikro
Perspektif Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu.

15

Anda mungkin juga menyukai