KEPESANTRENAN
(PESANTREN DAN ASWAJA)
Dosen Pengampu :
( Muhammad Najib, S.PD, M.PD.I )
Oleh :
Muhammad Masnukh
Fitri Setyowati
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayahnya penulis dapat menyeselsaikan makalah ini yang berjudul “Pesantren dan Aswaja”
dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah memberikan
tugas ini kepada penulis, dengan ini penulis bisa mengetahui dan mengerti Pesantren dan
Aswaja. Tak lupa kepada semua pihak yang bersangkutan, penulis ucapkan terima kasih,
karena telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pihak pembaca penulis perlukan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca unutuk menambah pengetahuan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3
2.1. Prinsip Prinsip Aswaja.................................................................................3
2.2. Menifestasi Atau Penerapan Prinsip Aswaja................................................5
BAB III PENUTUP..........................................................................................................14
3.1. Kesimpulan................................................................................................14
Daftar Pustaka..................................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pertama, prinsip al-tawassuth, yaitu jalan tengah, tidak ekstrem kanan atau kiri.
Dalam paham Ahlussunnah Wal Jamaah, baik bidang hukum (syariah) bidang
akidah, maupun bidang akhlak, selalu dikedepankan prinsip tengah-tengah. Juga
di bidang kemasyarakatan selalu menempatkan diri pada prinsip hidup
menjunjung tinggi keharusan berlaku adil, lurus di tengah-tengah kehidupan
bersama, sehingga ia menjadi panutan dan menghindari segala bentuk pendekatan
ekstrem.
Penerapan sikap dasar tawassuth dalam usaha pemahaman al-Qur’an dan al-
Hadits sebagai sumber ajaran Islam, dilakukan dalam rangka: (1) Memahami
ajaran Islam melalui teks mushhaf al-Qur’an dan kitab al-Hadits sebagai dokumen
tertulis; (2) Memahami ajaran Islam melalui interpretasi para ahli yang harus
sepantasnya diperhitungkan, mulai dari sahabat, tabi’in sampai para imam dan
ulama mu’tabar; (3) Mempersilahkan mereka yang memiliki persyaratan cukup
3
untuk mengambil kesimpulan pendapat sendiri langsung dari al-Qur’an dan al-
Hadits.
Sikap netral (tawazun) Ahlussunnah Wal Jamaah berkaitan dengan sikap mereka
dalam politik. Ahlussunnah Wal Jamaah tidak selalu membenarkan kelompok
garis keras (ekstrem). Akan tetapi, jika berhadapan dengan penguasa yang lalim,
mereka tidak segan-segan mengambil jarak dan mengadakan aliansi. Dengan kata
lain, suatu saat mereka bisa akomodatif, suatu saat bisa lebih dari itu meskipun
masih dalam batas tawazun.
4
Karena itu, tidak mengherankan dalam tradisi kaum Sunni terkesan wajah kultur
Syi'ah atau bahkan Hinduisme.
Sikap toleran Aswaja yang demikian telah memberikan makna khusus dalam
hubungannya dengan dimensi kemanusiaan secara lebih luas. Hal ini pula yang
membuatnya menarik banyak kaum muslimin di berbagai wilayah dunia.
Pluralistiknya pikiran dan sikap hidup masyarakat adalah keniscayaan dan ini
akan mengantarkannya kepada visi kehidupan dunia yang rahmat di bawah prinsip
ketuhanan.
Kelima, prinsip amar ma’ruf nahi munkar (menyeru kepada kebaikan dan
mencegah kemungkaran). Dengan prinsip ini, akan timbul kepekaan dan
mendorong perbauatan yang baik/saleh dalam kehidupan bersama serta kepekaan
menolak dan mencegah semua hal yang dapat menjerumuskan kehidupan ke
lembah kemungkaran. Jika empat prinsip ini diperhatikan secara seksama, maka
dapat dilihat bahwa ciri dan inti ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah adalah pembawa
rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil ‘alamain).
5
A. Peran Aswaja Terhadap Pendidikan
Aswaja dalam bidang pendidikan islam sangat krusial/penting sekali
dikembangkan sebagai nilai pendidikan islam di Indonesia, disamping itu
pendidikan aswaja muncul karena kebutuhan masyarakat Indonesia, yaitu
pendidikan agama dan moral.
Hal diatas dapat dibuktikan dengan keadaan bangsa yang kita rasakan
sekarang, dewasa ini banyak anak cucu kita yang meniru budaya barat,
misalnya, berpakaian yang mengundang hawa nafsu, pergaulan bebas dll .
Hal itu membuktikan bahwasannya nilai agama dan nilai moral generasi
penerus bangsa ini melemah. Akan tetapi, permasalahan tersebut adalah
bagaimana jika para orang tua lemah dalam nilai-nilai agama dan moralitas.
Sehingga tak ada contoh bagi pemuda bangsa untuk memperbaiki moral?
6
dengan tuntunan ajaran Islam Ahlussunnah Waljama’ah yang dicontohkan
oleh jama’ah, mulai dari sahabat, tabi’in, tabi’it dan para ulama dari generasi
ke generasi.
7
C. Pendidikan Berbasis Aswaja
Pada tahun ajaran ini, lanjut Zamzami, Kurikulum Aswaja dan ke-NU-
an sudah bisa diterapkan di seluruh madrasah dan sekolah LP Ma’arif NU
8
yang berjumlah kurang lebih 13 ribu unit. “Pendidikan Aswaja kami
harapkan akan berjalan semakin masif kedepannya.
Sekolah/madrasah memiliki peran dan pengaruh yang sangat besar,
sebab di madrasah-lah seorang anak menghabiskan sebagian besar waktunya.
Madrasah merupakan tempat kedua setelah rumah, sebagaimana di dalamnya
berkumpul dengan berbagai anak dari berbagai latar belakang lingkungan dan
sosial, sehingga mereka membawa berbagai macam pemikiran, adat
kebiasaan dan karakter kepribadian juga menjelaskan dan
mentransformasikan sesuatu yang sebelumnya tidak diketahuinya.
Yang merupakan tugas atau peranan penting yang paling mendasar oleh
sebuah madrasah adalah mengimplementasikan ibadah kepada Alloh Azza
Wa Jala, juga meluruskan pemahaman yang salah dari segi akidah maupun
ibadahnya serta untuk menuai akhlaq yang mulia dan terpuji. Serta
mengosongkan seorang pembelajar dari kejahiliyahan dan pembangkangan
baik itu dari segi akidah, ibadah, akhlaq dan pemikirannya, menghiasinya
dengan pendidikan yang benar baik dari segi akidah, ibadah, akhlaq, dan
pemikirannya bukan sekedar teori tetapi dengan implementasi yang nyata.
Madrasah juga memiliki komponen-komponen yang mesti ada di
dalamnya, seperti: mu’alim (pendidik), metode pembelajaran, kegiatan
belajar, serta idaroh madrasah.
1. Pendidikan Akidah
9
Sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah
akan memelihara kamu dari mereka. dan Dia-lah yang Maha mendengar lagi
Maha mengetahui.
Ibn Al-Qoyyim rohimahulloh mengatakan: “tauhid adalah perkara pertama
yang didakwahkan oleh para Rosul, persinggahan pertama di tengah jalan,
dan pijakan pertama yang menjadi pijakan orang yang melangkah kepada
Alloh ta’ala.
Jadi, setiap pendidik hendaknya tidak pernah membiarkan setiap kesempatan
berlalu tanpa membekali para anak didik dengan bukti-bukti yang
menunjukkan kepada Alloh Ta’ala, bimbingan-bimbingan yang bisa
memperkokoh iman, dan peringatan-peringatan yang bisa memperkuat aspek
akidah. Teknik pemanfa’atan kesempatan untuk memberikan nasihat-nasihat
keimanan ini adalah teknik yang dipillih oleh sang pendidik pertama
(Muhammad sholallohu ‘alaihi wasalam). Beliau selalu berusaha
mengarahkan para peserta didik untuk mengangkat dan memperkuat
keimanan dan keyakinan yang ada di dalam hati mereka.
2. Pendidikan Pemikiran
10
a). Islam adalah Din yang abadi dan berlaku dimana saja dan kapan saja.
b). Komitmen tinggi dan beristiqomah dalam mengamalkan hukum-hukum
Alloh akan meraih kejayaan.
c). Terbongkarnya perencanaan-perencanaan yang dirumuskan oleh musuh-
musuh Islam.
d). Terungkapnya fakta tentang peradabaan Islam yang selama kurun waktu
tertentu dalam sejarah pernah menjadi guru bagi seluruh isi dunia.
e). Para pembelajar harus mengetahui bahwa kita memasuki panggung
sejarah bukan dengan Abu Jahl dan Ubay bin khalaf. Kita memasuki
panggung sejarah dengan Rosul, Abu Bakr dan ‘Umar.
3. Pendidikan Iman.
Yang dimaksud pendidikan iman ialah upaya untuk menambah iman kepada
Alloh Ta’ala dan hari akhir, memperdalam makna iman, dan meningkatkan
kualitas hati sampai pada level dia dapat merasakan manisnya iman,
mencintai keta’atan kepada Alloh Ta’ala dan menjauhi kenakalan dan
kemaksiatan.
4. Pendidikan Akhlak
11
5. Pendidikan Adab dan Sunnah Nabi Sholallohu ‘alaihi Wasalam
Salah saatu materi pendidikan yang harus diajarkan kepada generasi muda
Islam yang memiliki cita-cita membangun masyarakat muslim dan
mengembalikan khilafah Islamiyah menurut cara Nabi Sholallohu ‘alaihi
Wasalam ialah adab-adab dan sunnah-sunnah Nabi Sholallohu ‘Alaihi
Wasalam.Adab-adab itu banyak jumlahnya, ada adab-adab yang diterima
seorang muslim dirumah dan sekolahnya melalui suri tauladan yang baik.
Akan tetapi sekarang ini kita hidup di zaman mana suri tauladan yang baik
sulit ditemukan. Kini, sebagian besar rumah tangga muslim tidak
memilikinya dan menggantinya dengan adab-adab Barat dan nilai-nilai yang
diimpor dari peradaban Barat yang kafir.
Hal itu adalah akibat dari penyebaran piranti-piranti keji, seperti televisi yang
merusak banyak sekali nilai-nilai ke-islaman dan adab-adab yang diajarkan
Nabi Sholallohu ‘Alaihi Wasalam, membunuh rasa cemburu suami,
menghilangkan rasa malu wanita, dan membuat masyarakat muslim tidak
banyak berbeda dengan masyarakat Barat yang kafir.
Oleh karena itu, para praktisi pendidikan harus memperhatikan upaya-upaya
untuk menghidupkan nilai-nilai yang luhur dan adab-adab Islam, lalu
menyiarkan, menyebarluaskan dan mengajarkannya. Mudah-mudahan
AllohTa’ala berkenan memberkahi usaha-usaha tersebut dan menyelamatkan
anak-anak muslim dari terjangan banjir maksiat dan syahwat, dan segala
macam upaya untuk memalingkan dari Alloh Ta’ala.
6. Pendidikan Jasmani
12
Hal itu mengingat agama Islam dengan prinsip-prinsipnya yang toleran dan
ajaran-ajarannya yang luhur telah menggabungkan antara keseriusan dan
kesantaian, atau dengan kata lain memadukan antara tuntunan ruhani dan
kebutuhan jasmani. Islam memberikan perhatian yang besar terhadap
pendidikan jasmani dan perbaikan mental dengan intensitas yang sama
Dan ketika sudah menginjak usia aqil baligh, dia membutuhkan perhatian
yang besar dalam aspek pendidikan kesehatan dan pembentukan fisiknya.
Bahkan baginya lebih diutamakan mengisi waktu-waktu luangnya dengan
segala macam kegiatan yang menyehatkan badannya, menguatkan organ-
organ tubuhnya, dan memberrikan kesegaran dan kebugaran keseluruh
tubuhnya.
Hal itu disebabkan oleh 3 hal:
a). Banyaknya waktu luang yang dimilikinya.
b). Untuk melindunginya dari serangan berbagai macam penyakit.
c). Untuk membiasakannya dengan latihan-latihan olahraga dan kegiaatan-
kegiatan jihad.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prinsip umum Ahlu Sunnah Wal Jama’ah mencakup Akidah, syari’ah,
akhlak, pergaulan antar golongan, kehidupan bernegara, kebudayaan dan dakwah.
Dari masing-masing point tersebut diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari
warga ahlus sunnnah wal jama’ah yang di Indonesia di akomodir oleh organisasi
kemasyarakatan Nahdhatul Ulama.
Tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa pendidikan islam di indonesia dengan
nilai-nilai aswajanya harus mengoptimalkan perannya dalam pembentukan
karakter bangsa melalui pendidikan. Cita-cita luhur yang mengikuti sunah Nabi
Muhammad SAW, menciptakan generasi-generasi yang mandiri, manju, cakap,
dan beretika bisa dicapai dengan dengan baik. Hal ini sesuai dengan diutusnya
Rasulullah SAW ke muka bumi ini yaitu untuk menyempurnakan akhlaq, atau
dengan bahasa lain untuk mewujudkan pendidikan karakter yang arif, bijaksana
dan kontekstual. Ini menjadi tugas berat bagi kita sebagai orang yang beriman
untuk bersama-sama menjaga kelestarian ajaranajaran Rasulullah seiring
perubahan zaman. Semoga kita benar-benar perpegang teguh al-muhafadzatu ala
al-qadimis shalih wal akhdzu bi al-jadiidil ashlah dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan bernegara.
Disemua ajarah dan prinsip ahlus sunnnah wal jama’ah diatas mempunyai
cirri khas dalam mengimplementasikan setiap nilai-nilainya sesuai konteks yang
ada dalam kehidupan tanpa menghilangkan kultur dan ajaran yang telah ada.
14
DAFTAR PUSTAKA
15