Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Inovasi pada umumnya sering dilakukan oleh sektor swasta dalam memberikan
pelayanan kepada pelanggannya sebagai upaya untuk tetap eksis dalam persaingan pasar.
Oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi sektor swasta untuk mengembangkan berbagai
inovasi. Keberhasilan sektor swasta dalam berinovasi, mulai dilirik oleh sektor publik untuk
dapat menyediakan pelayanan yang lebih efektif dan efisien. Inovasi dalam sektor publik
telah menjadi wacana penting di berbagai negara, terutama di negara maju karena dengan
adanya inovasi dalam sektor publik dianggap dapat berkontribusi dalam peningkatan
kualitas pelayanan publik dan menjadi solusi dalam pemecahan masalah publik (Walker et
al., 2017, dan de Vries, M., 2017). Inovasi dalam sektor publik sangat identik dan sering
dikaitkan dengan perubahan atau reformasi yang dilakukan oleh pemerintah yang lebih
dikenal sebagai konsep new public management (NPM) (Pollit dan Bouckaert, 2017, Eva
dan Torfing, 2017), dan konsep e-government (Safeena dan Abdullah, 2017).
Pentingnya inovasi dalam sektor publik menjadi kajian menarik di negara-negara
maju, mengingat bahwa persaingan dan perkembangan perubahan sosial yang semakin
kompleks. Dimana persaingan antar lembaga penyedia layanan semakin meningkat dan
berpengaruh satu dengan yang lainnya. Inovasi dalam sektor publik dilakukan melalui
penciptaan ide atau gagasan baru terhadap pelayanan publik dan melalui proses adopsi
terhadap inovasi yang ada (biasanya inovasi yang dilakukan oleh sektor swasta) (Borrins,
2018). Inovasi dalam sektor publik dilakukan oleh pemerintah karena adanya proses
komunikasi atau penyebaran informasi akan suatu inovasi (Lewis, 2010, Thayer, 2016, dan
Hallahan, 2018). Proses penyebaran inovasi membutuhkan saluran komunikasi dan waktu
sampai pemerintah memutuskan untuk melakukan suatu inovasi (Rambocas, 2011). Inovasi
dalam sektor publik berkembang menyesuaikan kebutuhan dan kondisi yang ada, sehingga
diperlukan proses tahapan yang panjang dan diperlukan sikap selektif yang tepat untuk
mengadopsi inovasi.
Konsep inovasi dalam sektor publik mulai dipraktikkan di berbagai negara
berkembang karena adanya perkembangan teknologi canggih yang pesat. Konsep inovasi di

1
negara berkembang lebih banyak dikaitkan dengan pengadopsian atau penggunaan
teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) ke dalam sistem administrasi publik oleh
pemerintah (Marieta et al., 2010). Dengan adanya kemajuan teknologi yang dibawa dan
dikenalkan dari negara maju, menyebabkan adanya perubahan yang terlihat dari sistem
pelayanan yang mulai begeser menjadi lebih modern (Ramseook et al., 2010). Proses inovasi
dalam sektor publik di negara berkembang juga melalui penciptaan ide atau gagasan baru,
tetapi lebih banyak melalui proses adopsi inovasi yang sudah ada (Tomas dan Jankovic,
2014, Akenroye, 2012, dan Stasishyn dan Ivanov, 2013). Di beberapa negara berkembang,
inovasi dianggap sebagai penggunaan teknologi yang canggih ke dalam administrasi publik
yang dikenal sebagai konsep e-government (Al-Khouri, 2018).
Di Indonesia konsep inovasi dalam sektor publik sudah dilakukan diberbagai sektor,
antara lain sektor pendidikan, kesehatan, lingkungan, infrastruktur, pertanian, dan lain
sebagainya. Inovasi dalam sektor publik di Indosesia telah mengubah karakteristik
organisasi publik yang rigid, kaku, dan cenderung status-quo menjadi sistem yang lebih
luwes dan dinamis (Suwarno, 2013, Zakso, 2012 dan Kuipers et al., 2014). Hal yang perlu
diperhatikan oleh pemerintah dalam berinovasi seperti halnya inovasi yang dilakukan oleh
sektor swasta yaitu penyesuaian dengan budaya organisasi, selain itu juga harus
memperhatikan dinamika yang terjadi pada masyarakat (Suwarno, 2018).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana yang dimaksud dengan Discovery dan inovasi dalam bidang kesehatan?

C. Tujuan
Uutuk mengetahui dan mengidentifikasikan bagaimana Discovery dan inovasi dalam
bidang kesehatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Inovasi
Menurut Bambang (2018) menjelaskan bahwa hal terpenting dalam inovasi adalah
proses difusi inovasi atau penyebarannya. Dimana cepat atau lambatnya suatu inovasi dapat
diterima tergantung pada kemampuan suatu inovasi dapat diketahui oleh orang lain.
Berbagai upaya dilakukan inovator untuk dapat memperkenalkan suatu inovasi kepada orang
lain. Untuk bisa diterima dan diterapkan oleh banyak orang, maka inovator harus dapat
mengidentifikasi berbagai kebutuhan yang diperlukan orang lain. Suatu inovasi harus dapat
memperlihatkan berbagai kelebihan dan manfaat yang ada dalam inovasi. Seharusnya suatu
inovasi memiliki kelebihan dan manfaat yang lebih banyak dibandingkan dengan keadaan
dan kondisi sebelumnya. Penerapan suatu inovasi diharapkan dapat memperbaiki kondisi
dan kebutuhan orang lain menjadi lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.
Selain itu suatu inovasi untuk dapat diadopsi oleh masyarakat mutlak harus dapat disebarkan
dengan mengkominkasikannya kepada masyarakat luas dengan berbagai cara
(Rahayuningtyas dan Sofiah, 2018).
Menurut World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa e-health is the use
of information and communication technologies (ICT) in support of health and helath-
related field, including health-care service, health surveillance, health literature, and
health education, knowledge and research. Penekanan konsep e-health yaitu pemanfaatan
TIK pada pelayanan kesehatan, dimana dalam perkembangannya masih difokuskan pada
pelayanan medis pasien yang hanya dapat diakses pada rumah sakit pusat dan rumah sakit
swasta dan oleh pihak tertentu karena untuk mengaksesnya memerlukan biaya yang tidak
murah.

3
B. Manajemen Kesehatan
            Secara klasik, manajemen adalah ilmu atau seni tentang penggunaan sumber daya
secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Manajemen merupakan ilmu terapan yang penerapannya disesuaikan dengan
ruang lingkup fungsi organisasi, bentuk kerja sama manusia di dalam organisasi, dan ruang
lingkup masalah yang dihadapi. Di bidang kesehatan, manajemen diterapkan untuk
mengatur perilaku staf yang bekerja di dalam organisasi (institusi pelayanan) kesehatan
untuk menjaga dan mengatasi gangguan kesehatan pada individu atau kelompok masyarakat
secara efektif, efisien, dan produktif (Muninjaya, 2012).
            Sehat adalah suatu keadaan optimal, baik jasmani maupun rohani serta sosial
ekonomi, dan tidak hanya terbatas pada keadaan bebas dari penyakit atau kelemahan fisik
dan mental saja (WHO, 1946). Di Indonesia pengertian sehat dituangkan dalam UU Pokok
Kesehatan RI No.9 tahun 1960 (Herlambang & Murwani, 2012).
            Menurut Notoatmodjo (2003) dalam buku Manajemen Kesehatan dan Rumah Sakit,
manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas
kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui
program kesehatan (Herlambang & Murwani, 2012).
            Sesuai dengan tujuan sistem kesahatan, yakni peningkatan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, maka manajemen kesehatan tidak dapat disamakan dengan manajemen
niaga yang lebih berorientasi pada upaya mencari keuntungan berupa uang untuk pemilik
perusahaan (profit oriented) melainkan manajemen kesehatan berorientasi memberikan
manfaat pelayanan secara optimal pada masyarakat (benefit oriented) oleh karena organisasi
kesehatan lebih mementingkan pencapaian kesejahteraan umum (Herlambang & Murwani,
2012)..

C. Fungsi Discovery dan inovasi dalam bidang kesehatan


            Fungsi-fungsi dalam manajemen kesehatan sama dengan fungsi-fungsi dalam
manajemen perusahaan, yaitu (Herlambang & Murwani, 2012) :
1. Fungsi Perencanaan (Planning)
            Perencanaan merupakan fungsi terpenting dalam manajemen. Perencanaan kesehatan
adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang

4
di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan
program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
            Dengan perencanaan dapat mengetahui : tujuan yang ingin dicapai; jenis dan
struktur organisasi yang dibutuhkan; jenis dan jumlah staf yang diinginkan dan uraian
tugasnya; sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan;
bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan.
            Terdapat lima langkah yang perlu dilakukan pada proses penyusunan sebuah
perencanaan dalam manajemen kesehatan, yaitu: (a) analisa situasi; (b) mengidentifikasi
masalah dan prioritasnya; (c) menentukan tujuan program; (d) mengkaji hambatan dan
kelemahan program; (e) menyusun rencana kerja operasional.

2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)


            Dengan adanya pengorganisasian, maka seluruh sumber daya yang dimiliki oleh
organisasi akan diatur penggunaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.
            Dengan pengorganisasian, seorang pemimpin akan mengetahui: pembagian tugas
secara jelas, tugas pokok dan prosedur kerja staf, hubungan organisatoris dalam struktur
organisasi, pendelegasian wewenang, dan pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang
dimiliki organisasi.
            Ada enam langkah penting dalam membuat pengorganisasian, yaitu: (a) tujuan
organisasi harus sudah dipahami oleh staf; (b) membagi habis pekerjaan dalam bentuk
kegiatan-kegiatan pokok untuk mencapai tujuan; (c) menggolongkan kegiatan pokok ke
dalam suatu kegiatan yang praktis; (d) menetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh
staf dan menyediakan fasilitas pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya;
(e) penugasan personal yang terampil.

3. Fungsi Pelaksanaan dan Pembimbingan (Actuating)


            Pada fungsi ini lebih mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya untuk
mencapai tujuan yang telah disepakati. Beberapa hal yang dapat menggerakkan dan
mengarahkan sumber daya manusia dalam organisasi yaitu : peran kepemimpinan

5
(leadership), motivasi staf, kerja sama antar staf, dan komunikasi yang lancer antar staf.
            Adapun tujuan fungsi pelaksanaan dan pembimbingan adalah: (1) menciptakan
kerjasama yang lebih efisien; (2) mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf; (3)
menumbuhkan rasa menyukai dan memiliki pekerjaan; (4) mengusahakan suasana
lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi prestasi kerja staf; (5) membuat organisasi
berkembang secara dinamis.

4. Fungsi Pengawasan (Controlling)


            Melalui fungsi pengawasan, standar keberhasilan program yang telah dibuat
dalam bentuk target, prosedur kerja, dan sebagainya harus selalu dibandingkan dengan
hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan oleh staf.
            Jenis standar pengawasan ada dua, yaitu : (1) standar norma, standar yang dibuat
berdasarkan pengalaman staf melaksanakan program yang sejenis atau yang pernah
dilaksanakan dalam situasi yang sama di masa lalu; (2) standar kriteria, standar yang
diterapkan untuk kegiatan-kegiatan pelayanan oleh petugas yang sudah mendapatkan
pelatihan.
            Pemimpin bisa mendapatkan data pada saat melakukan pengawasan dengan tiga
cara: pengamatan langsung, laporan lisan dari staf atau pengaduan masyarakat, dan
laporan tertulis dari staf.

5. Fungsi Evaluasi (Evaluation)


            Tujuannya yaitu untuk memperbaiki efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program
dengan memperbaiki fungsi manajemen. Evaluasi ada beberapa macam, yaitu: (a)
evaluasi terhadap input, dilaksanakan sebelum program dilaksanakan;(b) evaluasi
terhadap proses, dilaksanakan pada saat kegiatan berlangsung; (c) evaluasi terhadap
output, dilaksanakan setelah pekerjaan selesai.
            Fungsi-fungsi manajemen diatas dapat dilihat pada Gambar 2.1. Meskipun
keempat fungsi manajemen tersebut terpisah satu sama lain, teteapi sebagai sebuah
proses, keempatnya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berhubungan satu sama
lain. Jika tujuan organisasi belum tercapai, pimpinan organisasi harus menganalisis
kelemahan pelaksanaan salah satu atau beberapa fungsi manajemen tersebut (Muninjaya,

6
2012).

Gambar Siklus Fungsi Manajemen


Sumber: Muninjaya, 2012

D. Ruang Lingkup
            Seperti halnya manajemen perusahaan, di bidang kesehatan juga dikenal berbagai
jenis manajemen sesuai dengan ruang lingkup kegiatan dan sumber daya yang dikelolanya.
Ruang lingkup manajemen kesehatan secara garis besar mengerjakan kegiatan yang
berkaitan dengan (Herlambang & Murwani, 2012).:
1. Manajemen sumber daya manusia (personalia)
2. Manajemen keuangan (mengurusi cashflow keuangan)
3. Manajemen logistik (mengurusi logistik-obat dan peralatan)
4. Manajemen pelayanan kesehatan dan sistem informasi manajemen (melayani pelayanan
kesehatan masyarakat)
            Untuk masing-masing bidang tersebut dikembangkan manajemen yang lebih spesifik
sesuai dengan ruang lingkup dan tugas pokok institusi kesehatan. Penerapan manajemen
pada unit pelaksana teknis seperti  puskesmas dan RS merupakan upaya untuk
memanfaatkan dan mengatur sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing unit pelayanan
kesehatan tersebut, dan diarahkan untuk  mencapai tujuan organisasi (unit kerja dan
sebagainya) secara efektif, efisien, produktif, dan bermutu (Muninjaya, 2012).
            Manajemen kesehatan harus dikembangkan di tiap-tiap organisasi kesehatan di
Indonesia, seperti Kantor Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan di daerah, Rumah Sakit,
dan Puskesmas, dan jajarannya. Untuk memahami penerapan manajemen kesehatan di
Rumah Sakit, Dinas Kesehatan, dan Puskesmas perlu dilakukan kajian proses penyusunan

7
rencana tahunan Departemen Kesehatan dan Dinas Kesehatan di daerah. Khusus untuk
tingkat Puskesmas, penerapan manajemen dapat dipelajari melalui perencanaan yang
disusun setiap lima tahunan (Herlambang & Muwarni, 2012).
           
E. Subsistem Manajemen Kesehatan
            Subsistem adalah bagian dari sistem yang membentuk sistem pula. Dalam sistem
kesehatan nasional, subsistem manajemen kesehatan adalah tatanan yang menghimpun
berbagai upaya administrasi kesehatan yang didukung oleh pengelolaan data dan informasi,
pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengaturan hukum
kesehatan secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya (Herlambang & Murwani, 2017).
            Subsistem manajemen kesehatan terdiri dari empat unsur utama (Herlambang &
Murwani, 2017) :
1. Administrasi kesehatan, adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian
serta pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggara pembangunan kesehatan.
2. Informasi kesehatan, adalah hasil pengumpulan dan pengolahan data yang merupakan
masukan bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan.
3. Ilmu pengetahuan dan teknologi, adalah hasil penelitian dan pengembangan yang
merupakan masukan bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan.
4. Hukum kesehatan, adalah peraturan perundang-undangan kesehatan yang dipakai
sebagai acuan bagi penyelenggara pembangunan kesehatan.

F. Pembiayaan Program Kesehatan


            Sesuai dengan UU No. 22 dan 25 tahun 1999 (diubah menjadi UU No.32 dan 33
tahun 2004) tentang pemerintah daerah dan perimbangan keuangan pusat dan daerah, dana
pembangunan kesehatan berasal dari tiga sumber yaitu (Muninjaya, 2012) :
1. Pemerintah (APBN), yang disalurkan ke daerah dalam bentuk DAU ( Dana Alokasi Umum)
dan DAK (Dana Alokasi Khusus). Dengan diberlakukannya otonomi daerah, porsi dana
sector kesehatan yang bersumber dari APBN menurun. Pemerintah pusat juga masih tetap
membantu pelaksanaan program kesehatan melalui bantuan dana dekonsentrasi, khususnya
untuk pemberantasan penyakit menular.

8
2. APBD yang bersumber dari PAD (Pendapatan Asli Daerah), baik yang bersumber dari
pajak maupun penghasilan badan usaha milik Pemda. Mobilisasi dana kesehatan juga bisa
bersumber dari masyarakat dalam bentuk asuransi kesehatan, investasi pembangunan sarana
pelayanan kesehatan oleh pihak swasta dan biaya langsung yang dikeluarkan oleh
masyarakat untuk perawatan kesehatan. Dana pembangunan kesehatan yang diserap dari
berbagai sektor harus dibedakan dengan dana sektor kesehatan yang diserap oleh dinas
kesehatan.
3. Bantuan luar negeri, dapat dalam bentuk hibah (grant) atau pinjaman (loan) untuk investasi
atau pengembangan pelayanan kesehatan.

G. Sistem Pelayanan Kesehatan Masyarakat


Definisi dari sistem pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep dimana konsep ini
memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Definisi pelayanan kesehatan menurut
Prof. Dr. Soekitjo Notoatmojo pelayanan kesehatan adalah sebuah subsistem pelayanan
kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan prefentif (pencegahan) dan promotif
(peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Dan menurut Level dan Loomba
pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama
dalam waktu organisasi dalam memelihara dan menigkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan.

H. Teori Sistem Pelayanan Kesehatan


            Teori sistem pelayanan kesehatan meliputi: (S Notoatmodjo, 2007)
1 Input
Merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah
sistem, seperti system pelayanan kesehatan, maka masukan dapat berupa potensi
masyarakat, tenaga kesehatan, sarana kesehatan dan lain-lain.
2. Proses
Suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah sebuah masukan untuk menjadikan
sebuah hasil yang diharapkan  dari system tersebut, sebahaimana contoh dalam system
pelayanan kesehatan, maka yang dimaksud proses adalah berbagai kegiatan dalam
pelayanan kasehatan.

9
3. Output
Hasil berupa layanan kesehatan yang berkualitas, efektif dan efisien serta dapat di
jangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga pasien sembuh dan sehat optimal.
4. Dampak
Merupakan akibat yang dihasilkan sebuah hasil bari sistem, yang terjadi relatif lama
waktunya. Setelah hasil dicapai, sebagaimana dalam system pelayanan kesehatan , maka
dampaknya akan menjadikan masyarakat sehat dan mengurangi angka kesakitan dan
kematian karena pelayanan terjangkau oleh masyarakat.
a. Umpan Balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadikan masukan dan ini terjadi dari
sebuah system yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik
dalam system pelayanan kesehatan dapat berupa kualitas tenaga kesehatanyang juga
dapat menjadikan input yang selalu meningkat.
b. Lingkungan
Lingkungan disini adalah semus keadaan diluar system tetati dapat mempengaruhi
pelayanan kesehatan sebagaimana dalam system pelayanan kesehatan, lingkungan
yang dimaksud dapat berupa lingkungan strategis, atau situasi kondisi social yang
ada di masyarakat seperti institusi di luar pelayanan masyarakat.

I. Tingkatan Pelayanan Kesehatan


Menurut (leavel & clark, 1958) tingkat pelayanan kesehatan dalam sistem pelayanan
kesehatan adalah :
1. Health promotion ( promosi kesehatan )
Tingkat pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pertama dalam memberikan
pelayanan melalui peningkatan kesehatan dan bertujuan untuk meningkatkan status
kesehatan agar masyarakat tidak terjadi gangguan kesehatan.
2. Spesific protection ( perlindungan khusus )
Dilakukan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yg akan menyebabkan penurunan
status kesehatan. Contohnya pemberian imunisasi.

10
3. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini danpengobatan segera)
Dilaksanakan dalam mencegah meluasnya penyakit yang lebih lanjut serta
dampak dari tibulnya penyakit sehingga tidak terjadi penyebaran.
4. Disability Limitation (Pembatasan Cacat)
Dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak mengalami dampak
kecacatan akibat penyakit yang ditimbulkan
5. Rehabilitation
Dilaksanakan setelah pasien didiagnosis sembuh. Tahap ini dijumpai pada fase pemulihan
terhadap kecacatan sebagaimana program latihan ini diberikan pada pasien.

J. Lembaga Pelayanan Kesehatan


Lembaga Pelayanan Kesehatan merupakan tempat pemberian pelayanan kesehatan
pada masyarakat dalam rangka meningkatkan status kesehatan. Tempat pelayanan kesehatan
sangat bervariasi berdasarkan tujuan pelayanan kesehatan dapat berupa rawat jalan, institusi
kesehatan, comunity based agency dan hospice. ( Aziz Alimul, 2008)
1. Rawat Jalan
Lembaga ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan pada tingkat pelaksanaan
diagnosis dan pengobatan pada penyakit yang akut atau mendadak dan kronis yang
memungkinkan tidak terjadi rawat inap.
2. Institusi
Lembaga ini merupakan pelayanan kesehatan yang fasilitasnya cukup dalam memberikan
berbagai tingkat kesehatan seperti rumah sakit, pusat rehabilitasi, dan lain lain.
3. Community Based Agency
Bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada klien sebagaimana
pelaksanaan perawatan keluarga seperti praktek rawat keluarga dan lain lain.
4. Hospice
Lembaga ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang di fokuskan pada klien
yang sakit terminal agar lebih tenang dan biasanya digunakan dalam home care.

K. Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan


1. Primary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama)

11
Pelayanan Kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada masyarakat yang memiliki
masalah kesehatan yang ringan.
2. Secondary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua)
Diperlukan bagi masyarakat yang membutuhkan perawatan di rumah sakit atau rawat inap
dan dilaksanakan di pelayanan kesehatan utama.
3. Tertiary Health Service (Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga)
Pelayanan kesehatan merupakan tingkat pelayanan yang tertinggi. Biasanya pelayanan ini
membutuhkan tenaga-tenaga yang ahli.

L. Pelayanan Perawatan dalam Pelayanan Kesehatan


Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan semuanya dapat
dilaksanakan oleh tenaga keperawatan dalam menigkatkan derajat kesehatan. Contoh
pelayanan kesehatan dalam tingkat dasar yang dilakukan di lingkup puskesmas dengan
pendekatan asuhan keperawatan keluarga diantaranya mengenal masalah kesehatan secara
dini, mengambil keputusan, menanggulangi keadaan secara darurat bila terjadi kecelakaan,
memberikan pelayanan keperawatan dasar.

M. Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan


1. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Baru
Perkembangan Iptek akan diikuti dengan pelayanan kesehatan, seperti dalam pelayanan
kesehatan untuk mengatasi masalah penyakit-penyakit yang sulit. Dapat menggunakan alat
seperti laser, terapi perubahan gen, dan lain lain.
2. Pergeseran Nilai Masyarakat
Masyarakat yang sudah maju dalam pengetahuan yang tinggi maka akan memiliki kesadaran
yang lebih dalam pemanfaatan kesehatan sebaliknya masyarakat yang memiliki pengetahuan
yang murang akan memiliki kesadaran yang rendah terhadap layanan kesehatan sehingga
kondisi demikian akan sangat mempengaruhi sistem pelayanan kesehatan.
3. Aspek Legal dan Etika
Tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan pelayanan kesehatan, maka
diimbangi pula tingginya tuntutan hukum dan etik sehingga pelayanan kesehatan dituntut

12
untuk profesional dengan memperhatikan nilai-nilai hukum dan etika yang ada di
masyarakat.
4. Ekonomi
Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi masyarakat.
Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih di perhatikan begitu
juga sebaliknya maka sangat sulit menjangkau pelayanan kesehatan mengingat biaya dalam
jasa pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup mahal.
5. Politik
Kebijakan pemerintah akan sangat berpengaruh dalam sisitem pemberian pelayanan
kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang ada dapat memberikan pola dalam sistem pelayanan.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan makalah ini adalah:
1. Menurut World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa Penekanan konsep e-
health yaitu pemanfaatan TIK pada pelayanan kesehatan, dimana dalam
perkembangannya masih difokuskan pada pelayanan medis pasien yang hanya dapat
diakses pada rumah sakit pusat dan rumah sakit swasta dan oleh pihak tertentu karena
untuk mengaksesnya memerlukan biaya yang tidak murah.
2. Fungsi Manajemen Kesehatan Pada umumnya, fungsi manajemen dalam suatu organisasi
meliputi: Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating, Controlling
(monitoring) atau pengawasan dan pengendalian.
3. Sistem Pelayanan Kesehatan adalah sebuah konsep dimana konsep ini memberikan
layanan kesehatan kepada masyarakat. Definisi pelayanan kesehatan menurut Prof. Dr.
Soekitjo Notoatmojo pelayanan kesehatan adalah sebuah subsistem pelayanan kesehatan
yang tujuan utamanya adalah pelayanan prefentif (pencegahan) dan promotif
(peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Dan menurut Level dan Loomba
pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-
sama dalam waktu organisasi dalam memelihara dan menigkatkan kesehatan, mencegah
dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan dari makalah kami,
karena terbatasnya waktu, pengetahuan, dan kurangnya rujukan yang berhubungan dengan
makalah kami.

14
DAFTAR PUSTAKA

A.A. Gde Muninjaya. 2017. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC: 220-234.
A.Sihotang. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia , Jakarta : PT.
Pradnya Paramita.
Alimul Hidayat, A. Aziz. 2017. Pengantar Kosep Dasar Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Follet, Marry Parker. 1999. Visionary Leadership and Strategic Mangement.
MCB University Press. Women in Management Review Volume 14. No. 7
Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. Yogyakarta: BPFE
Harold, Koontz dan C. O’Donnell (1964), Principles of Manajement Ed:
Gunawan Hutauruk, Erlangga: Jakarta.
Leavel and Clark, 1958. Public Health. Yale Uneversity
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka
Cipta. Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta
Nugroho . 2010. Syarat-Syarat Perencanaan yang Baik .
http://danisnugroho.blogspot.com [Diakses 12 Mei 2013]
Siagian, Sondang P. 2003. Administrasi Pembangunan : Konsep, Dimensi, dan
Strateginya. Jakarta : Bumi Aksara.
Santoso Prasko. 2013. Pengertian Perencanaan dan Macam.
http://zona-prasko.blogspot.com[Diakses 20 November 2014]
Stoner, James A.F. (2006). Manajemen. Jakarta.
Stephen P. Robbins, Mary Coulter. 2003. Management. 7th ed., Prentice Hall,
New Jersey.
Terry, George R., 2003, Prinsip – Prinsip Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai