Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun untuk Memenuhi Penugasan Stase Keperawatan Jiwa

STASE JIWA

OLEH:
NAAFI WIJAYANTI
I4B020079

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2021
A. PENGERTIAN
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya
(Damaiyanti 2014).
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI 2009).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap negatif dan mengancam, serta menarik diri merupakan
percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan
oranglain (Damaiyanti 2014).
B. ETIOLOGI
Menurut Stuart dan Sundeen (2013) terdapat faktor yang dimungkinkan mempengaruhi
isolasi sosial antara lain:
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan
sukses. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi
individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih
sayang dan perhatian, kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan
rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri dan dapat
mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di
kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat diperlukan pada masa ini, agar
merasa diperlakukan sebagai objek. Apabila tugas perkembangan tidak terpenuhi
akan mencetuskan seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial
maladaptive (Damaiyanti 2014)
b. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan hubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena
norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti anggota tidak produktif
diasingkan dari lingkungan sosial. Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak
mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota
keluarga lain.
c. Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Organ yang jelas memengaruhi adalah otak.
Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang mempunyai riwayat
skizofrenia. Pada pasien dengan skizofrenia terdapat kelainan pada struktur otak
seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat volume otak serta
perubahan struktur limbik.
d. Faktor komunikasi dalam keluarga
Komukasi keluarga dapat menghandarkan seseorang dalam gangguan
berhubungan, bila keluarga menginfokan hal-hal negatif maka mendorong untuk
mengembangkan harga diri rendah. Seorang anggota keluarga menerima pesan
yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi yang tinggi
dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar
keluarga.
2. Faktor Presipitasi
a. Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan seperti
perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kesepian karena ditinggal jauh,
dirawat atau dipenjara.
b. Stressor Psikologi
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Tuntutan untuk berpisah dengan
orang dekat atau kegagalan oranglain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan
dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi (Prabowo 2014).

Strategi koping yang sering digunakan pada masing-masing tingkah laku sebagai
berikut:
1. Tingkah laku curiga : proyeksi
2. Dependency : reaksi formasi
3. Menarik diri : regresi, depresi dan isolasi
4. Curiga, waham dan halusinasi : proyeksi dan denial
5. Manipulatif : regresi, depresi dan isolasi
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Trimelia, 2011)
1. Gejala subjektif
a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak orang lain
b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Pasien merasa bosan
d. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
e. Pasien merasa tidak berguna
2. Gejala objektif
a. Menjawab pertanyaan dengan singkat “ya” atau “tidak” dengan pelan
b. Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
c. Berpikir tentang seeuatu menurut pikirannya sendiri
d. Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
e. Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan kegiatan berulang-ulang
f. Apatis
g. Ekspresi wajah tidak berseri
h. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
i. Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk
j. Tidak atau kurang sadar terdapat lingkungan sekitarnya
D. RENTANG RESPON
Adaftif Maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri Menarik diri


Otonomi Dependency Ketergantungan
Bekerja sama Curiga Manipulasi
Independen Curiga
Respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan secara
umum adalah :
1. Menyendiri : Respon yang dibutuhkan oleh seseorang untuk merenungkan apa yang
terjadi di lingkungan sosialnya.
2. Otonomi : Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam hubungan sosial.
3. Bekerjasama : Kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain
4. Interdependen : Saling ketergantungan antara individu dengan oranglain dalam
membina hubungan interpersonal.

Respon maladaptif :
1. Menarik diri : Seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara
terbuka dengan orang lain.
2. Ketergantungan : Seseorang gagal menggembangkan rasa percaya diri sehingga
tergantung dengan orang lain.
3. Manipulasi : Seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu sehingga
tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
4. Curiga : Seseorang gagal menggembangkan rasa percaya diri terhadap orang lain.
E. POHON MASALAH

Resiko menciderai diri, orang lain, dan lingkungan

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Defisit perawatan diri

Isolasi Sosial Malas beraktivitas

HDR Kronis

Inefektifitas Koping Individu Inefektifitas Koping Keluarga


F. PENATALAKSANAAN
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menyadari penyebab isolasi sosial
c. Mengetahui keuntungan dan kerugian bergaul dengan oranglain
d. Melakukan interaksi dengan orang lain secara bertahap
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga
a. Keluarga mengetahui masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien
b. Keluarga mengetahui penyebab isolasi sosial
c. Sikap keluarga untuk membantu pasien mengatasi isolasi sosialnya
d. Keluarga mengetahui pengobatan yang benar untuk pasien
e. Keluarga mengetahui tempat rujukan dan fasilitas yang tersedia untuk pasien
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan psikologis
2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan pendengaran
3. Risiko perilaku kekerasan dibuktikan dengan curiga pada orang lain
H. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Outcome Intervensi


1. (D.0109) Defisit perawatan diri (L.11103) Perawatan Diri (I.11348) Dukungan Perawatan Diri
berhubungan dengan gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi
psikologis 3x24 jam, diharapkan perawatan diri meningkat - Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan
dengan kriteria : diri sesuai usia
No Indikator Awal Akhir - Monitor tingkat kemandirian
1. Kemampuan mandi 2 3 - Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan
2. Kemampuan 2 3 diri dan berpakaian
mengenakan pakaian Terapeutik
3. Kemampuan ke toilet 2 3 - Sediakan lingkungan yang terapeutik
(BAB/BAK) - Siapkan keperluan pribadi
4. Verbalisasi keinginan 2 3 - Jadwalkan rutinitas perawatan diri
melakukan perawatan Edukasi
diri - Anjurkan melakukan perawatan diri secara
5. Minat melakukan 2 3 konsisten sesuai kemampuan
perawatan diri
Keterangan :
1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat
2. (D.0085) Gangguan persepsi sensori (L.09083) Persepsi Sensori (I.03112) Manajemen Halusinasi
berhubungan dengan gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi
pendengaran 3x24 jam, diharapkan persepsi sensori membaik - Monitor perilaku yang mengindikasi
dengan kriteria : halusinasi
No Indikator Awal Akhir - Monitor isi halusinasi
1. Verbalisasi mendengar 2 3 Terapeutik
bisikan - Pertahankan lingkungan yang aman
2. Perilaku halusinasi 2 3 - Diskusikan perasaan dan respons terhadap
3. Melamun 2 3 halusinasi
Keterangan : - Hindari perdebatan tentang validitas
1. Menurun halusinasi
2. Cukup menurun Edukasi
3. Sedang - Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya
4. Cukup meningkat untuk memberi dukungan dan umpan balik
5. Meningkat korektif terhadap halusinasi
- Anjurkan melakukan distraksi
- Ajarkan pasien dan keluarga cara
mengontrol halusinasi
3. (D.0146) Risiko perilaku kekerasan (L.09076) Kontrol Diri (I.14544) Pencegahan Perilaku Kekerasan
dibuktikan dengan curiga pada orang Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi
lain 3x24 jam, diharapkan kontrol diri meningkat - Monitor adanya benda yang berpotensi
dengan kriteria : membahayakan
No Indikator Awal Akhir Terapeutik
1. Verbalisasi 2 3 - Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya
mengumpat secara rutin
2. Perilaku menyerang 2 3 Edukasi
3. Perilaku melukai 2 3 - Anjurkan pengunjung dan keluarga untuk
orang lain mendukung keselamatan pasien
4. Perilaku merusak 2 3 - Latih cara mengungkapkan perasaan secara
lingkungan sekitar asertif
5. Perilaku agresif/amuk 2 3 - Latih mengurangi kemarahan secara verbal
Keterangan : dan nonverbal
1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
Meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama

Depkes RI. 2009. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Depkes

Eko, Prabowo. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogyakarta: NuhaMedika

Farida. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, B. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta: EGC

Stuart, G.W., and Sundenen, S.J. (2013).Buku saku keperawatan jiwa.6 thediton. St. Louis:
Mosby Yeart Book.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi I.,
Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2018, Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi I.,
Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi I.,
Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta.

Trimeilia. 201. Asuhan Keperawatan Pasien Isolasi Sosial. Jakarta: TIM

Anda mungkin juga menyukai