Anda di halaman 1dari 8

1).

Gunung api Perisai/Prisma


Gunung api perisai berciri lerengnya agak landai berbentuk perisai. Gunung api ini hanya terdiri dari
lapisan-lapisan lava saja, karena lava yang keluar dari gunung api hanya berupa lava yang cair sekali,
sehingga dapat mengalir jauh menuruni lereng, kemudian mengalami pembekuan. Gunung api perisai
terdapat di Kepulauan Hawai yaitu Gunung Mauna Loa dan Gunung Kilauea. Di Indonesia tidak
ditemukan jenis gunung api perisai.

2). Gunung api strato


Gunung api strato berciri bentuknya seperti kerucut. Strato artinya lapisan, oleh karena badan gunung
api ini terdiri dari lapisan lapisan lava yang bercampur dengan hasil-hasil vulkanis lainnya seperti
debu, pasir, kerikil, dan bom. Campuran yang dikandungnya memungkinkan endapan pada lereng
gunung berlapis-lapis sehingga gunung api semakin tinggi menjulang keatas. Sebagian besar gunung
api di Indonesia tergolong bentuk gunung api strato.

3). Gunung api maar


Kata maar berasal dan bahasa Jerman yang artinya “kawah”. Maar terjadi karena peletusan gunung
api itu hanya terjadi satu kali saja. Setelah itu kegiatan vulkanis berhenti sama sekali. Akibat
peletusan yang terjadi, terbentuklah lubang besar berbentuk corong, yang dikelilingi oleh tebing yang
terombak ketiká terjadi letusan. Apabila dasar dan dinding maar tidak dapat ditembus air, maká
terbentuklah danau yang disebut danau maar. Namun, ada juga maar yang kering karena jenis tanah di
dasarnya tidak dapat menahan air. Contoh gunung api maar antara lain maar di Gunung Lamongan
(Jawa Timur), maar di daerah Pegunungan Eifel (Jerman), maar di Dataran Tinggi Auvergne
(Perancis).

Pelapukan Mekanik

Pelapukan merupakan proses alamiah yang terjadi pada batuan untuk menjadi tanah. Pelapukan yang
merupakan proses alami bisa disebabkan karena berbagai macam cara. Cara yang berbeda membuat
pelapukan ini memiliki beberapa macam.  Salah satu jenis pelapukan yang kita kenal adalah
pelapukan mekanik. Pelapukan mekanik atau fisika merupakan salah satu jenis pelapukan yang terjadi
pada batuan. Batuan akan mengalami pelapukan secara mekanik karena disebabkan oleh beberapa
faktor alamiah di alam ini. Kita akan membicarakan lebih lanjut menganai pelapukan mekanik, maka
dari itulah kita perlu mengetahui pengertian pelapukan mekanik itu sendiri.

Pelapukan mekanik sering pula disebut sebagai pelapukan fisika atau pelapukan fisis. Pelapukan
mekanik atau pelapukan fisika merupakan jenis pelapukan yang disebabkan oleh proses fisika atau
pelapukan yang terjadi akibat pengaruh berbagai kondisi eksternal batuan.  Pelapukan mekanik ini
merupakan jenis pelapukan yang tidak mengalami perubahan kimiawi dan mineral yang berarti.
Pelapukan fisika merupakan pelapukan yang dapat menghasilkan fragment atau kristal- kristal kecil
sampai blok kekar yang berukuran besar.

Faktor- faktor Fisik yang Menyebabkan Pelapukan Mekanik

Sebelumnya sudah dikatakan bahwasannya pelapukan mekanik merupakan pelapukan yang terjadi
karena adanya proses secara mekanis yang didukung beberapa faktor dari alam. Lalu, apa saja faktor-
faktor yang akan menyebabkan pelapukan secara mekanik ini? Adapun beberapa elemen fisika yang
akan menyebabkan terjadinya pelapukan antara lain adalah sebagai berikut:

 Suhu udara
 Topografi
 Pemuaian
 Pembekuan air

Itulah beberapa faktor yang dapat mendorong terjadinya pelapukan mekanik. Keberadaan faktor-
faktor tersebut sangat penting demi terjadinya pelapukan secara mekanik ini.

Penyebab Terjadinya Pelapukan Mekanik

Pelapukan mekanik bisa terjadi karena adanya pengaruh beberapa faktor dari alam. Hal ini
membuktikan bahwasannya pelapukan mekanik dapat terjadi karena adanya berbagai macam sebab.
Secara umum, penyebab terjadinya pelapukan mekanik ini adalah karena perbedaan suhu udara,
pembekuan air, mengkristalnya air garam, dan juga tekanan tinggi. Adapun penjelasan dari masing-
masing sebab antara lain adalah sebagai berikut:

1. Perbedaan temperatur udara yang tinggi

Pelapukan  yang disebabkan karena temperatur udara yang tinggi terjadi terutama di daerah yang
memiliki iklim kontinental atau iklim gurun. Hal ini karena di daerah kontinental ketika siang hari
suhu akan terasa sangat panas, dan ketika suhu panas batuan akan mengembang. Sebaliknya, ketika
malam hari udara di daerah kontinental akan terasa sangat dingin, dan ketika suhu menjadi dingin
maka batuan akan mengkerut. Hal yang berlawanan seperti ini akan dapat menyebabkan batuan pecah
atau retak- retak.

2. Terdapat pembekuan air di dalam batuan

Pelapukan mekanik bisa juga disebabkan karena adanya pembekuan air di dalam batuan. Pelapukan
yang disebabkan karena pembekuan air dalam batuan ini terjadi pada daerah yang beriklim sedang.
Apabila air membeku maka volume air itu akan mengembang dan akan menyebabkan tekanan. Oleh
karena adanya tekanan ini maka batuan akan menjadi rusak atau bahkan pecah.

3. Pengkristalan garam

Pelapukan mekanik atau fisika juga bisa disebabkan karena adanya pengkristalan garam. Pelapukan
mekanik yang disebabkan pengkristalan garam ini tentu saja akan terjadi di daerah pantai (baca:
ekosistem pantai). Apabila air tanah mengandung garam, maka pada siang harinya  air akan menguap
dan daram- garam akn mengkristal. Pengkristalan ini yang pada akhirnya akan merusak batuan.

4. Adanya tekanan tinggi

Pelapukan secara mekanis juga bisa disebabkan karena adanya tekanan tinggi. Pelapukan mekanik
yang disebabkan karena tekanan tinggi dapat terjadi di daerah yang memiliki topografi curam. Hal ini
karena adanya tekanan tinggi pada batuan di bagian bawah yang diperoleh dari massa batuan di
atasnya akan mendorong batuan mengalami kerusakan struktur. Hal tersebut akan membuat batuan
mengalami kerapuhan sehingga pada akhirnya terjadi longsor (baca: penyebab tanah longsor) dan
ukurannya berubah menjadi kecil- kecil.

Itulah beberapa hal yang dapat menjadi penyebab terjadinya pelapukan secara mekanis. Tentu saja
faktor- faktor yang telah disebutkan akan terjadi di daerah masing- masing.

Pelapukan Kimia

Sebelumnya kita sudah mengetahui mengenai berbagai macam jenis pelapukan. Pelapukan yang kita
ketahui ada 3 jenis, yakni pelapukan kimiawi, fisika dan juga biologi atau organik. Dari ketiga jenis
pelapukan tersebut, kita memutuskan untuk membahas mengenai pelapukan kimia atau kimiawi
dalam artikel ini. Maka dari itulah pembicaraan kita akan dimulai dengan perkenalan dengan apa itu
pelapukan secara kimiawi, karena sebenarnya jenis- jenis pelapukan tersebut perbedaannya hanya
pada cara atau proses pelapukan itu sendiri.

Pengertian pelapukan kimia

Pelapukan batuan secara kimiawi atau pelapukan kimia merupakan jenis pelapukan pada batuan
maupun material lainnya yang dapat terjadi akibat adanya perubahan struktur kimiawi material
tersebut melalui sebuah reaksi. Pelapukan kimia pada umumnya sangat dipengaruhi oleh suhu,
keberadaan air (baca: jenis air), dan juga kelembaban area di sekitar batuan tersebut berada. Semakin
tinggi suhu dan juga kelembapan, serta tersedianya air akan mempercepat proses pelapukan kimia
pada batuan tersebut. Mengenai pelapukan kimia ini sendiri, sering dianggap sebagai jenis pelapukan
yang paling berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah di Indonesia. Pelapukan ini terjadi
secara simultan karena seringnya dan juga tingginya intensitas hujan di wilayah tropis (baca: hutan
hujan tropis).

Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pelapukan Kimia

Pelapukan merupakan proses alamiah yang terjadi pada batuan. Namun meski alamiah, pelapukan ini
tidak terjadi dengan sendirinya. Adapun di sekitar batuan sendiri pastilah terdapat berbagai macam
faktor yang akan mempengaruhi terjadinya pelapukan secara kimiawi tersebut.

Hal ini juga berlaku pada pelapukan kimia. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya
pelapukan kimia ini. Adapun berbagai macam faktor yang mempengaruhi pelapukan kimia ini
meliputi komposisi batuan, iklim, ukuran batuan, serta vegetasi dan binatang. Mengenai penjelasan
mengenai masing- masing faktor yang mempengaruhi pelapukan kimia tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut:

 Komposisi batuan

Komposisi batuan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pelapukan kimia. Ada
mineral yang mudah untuk bereaksi dengan air, oksigen dan juga gas asam arang akan lebih cepat
lapuk daripada mineral yang sulit bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam arang.

 Iklim

Faktor kedua yang mempengaruhi pelapukan kimia adalah adanya iklim basah dan juga panas.
Misalnya iklim hujan tropis akan mempercepat proses reaksi kimia, sehingga batuan menjadi cepat
lapuk.

 Ukuran batuan

Ukuran batuan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pelapukan kimia. Adapun
semakin kecil ukuran batuan, makin intensif pula reaksi kimia pada batuan tersebut  dan akan semakin
cepat pula pelapukannya.

 Vegetasi dan binatang

Faktor lain yang mempengaruhi pelapukan kimia adalah vegetasi dan binatang. Dalam kehidupannya,
vegetasi dan binatang akan menghasilkan asam- asam tertentu, oksigen dan gas asam arang sehingga
mudah bereaksi dengan batuan. Hal ini berarti vegetasi dan binatang ikut mempercepat proses
pelapukan batuan yang ada di sekitarnya.

Itulah beberapa faktor yang mempengaruhi adanya pelapukan kimia ini. faktor- faktor tersebut akan
berpengaruh pada seberapa cepat proses pelapukan kimia akan terjadi, sehingga setiap batuan
kemungkinan akan mengalami kecepatan proses pelapukan yang berbeda- beda antara satu dengan
yang lainnya.

Pelapukan Biologi

Kita telah mengetahui mengenai tiga bentuk pelapukan batuan dari penjelasan di atas. Masing-
masing pelapukan yakni pelapukan fisika, pelapukan kimia dan juga pelapukan biologi. Ketiga jenis
pelapukan tersebut terjadi karena faktor yang mempengaruhinya berbeda- beda. Pelapukan fisik
disebabkan karena adanya peristiwa- peristiwa alamiah, pelapukan kimia disebabkan karena adanya
limbah pabrik yang bersifat kimiawi, sementara pelapukan biologi disebabkan karena adanya aktivitas
makhluk hidup, baik binatang maupun tumbuhan. Dalam kesempatan ini kita akan membahas salah
satu jenis pelapukan, yaitu pelapukan biologi.
Pelapukan biologi merupakan pelapukan batuan yang disebabkan oleh adanya aktivitas makhluk
hidup, baik manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Pelapukan biologi ini juga seringkali
disebut dengan pelapukan organis. Di atas sudah dijelaskan sebelumnya bahwa ketiga jenis pelapukan
(fisika, kimia dan biologi) bekerja bersama dalam melapukkan batuan (baca: jenis batuan).
Sebenarnya pelapukan biologi ini selalu berperan dalam pelapukan batuan (baca: batuan beku dan
batuan metamorf). Pelapukan biologi bersifat menyempurnakan pelapukan fisika dan juga kimia yang
telah terjadi sebelumnya. Sebagai contoh adalah ketika kita melihat batu yang sudah retak karena ada
perubahan suhu yang tadinya sangat panas menjadi sangat dingin. Kemudian dari sela- sela retakan
batuan (baca: batuan penyusun lapisan bumi) yang telah terbentuk tadi muncul tanaman- tanaman
semacam lumut dan juga mikrobiologime, tentu lama- kelamaan batu tersebut akan hancur. Itulah
contoh dari perpaduan pelapukan fisika dan biologi.

Proses Pelapukan Biologi

Pelapukan biologi merupakan pelapukan yang disebabkan karena adanya aktivitas makhluk hidup,
baik itu manusia, binatang maupun tumbuh- tumbuhan seperti yang sudah dijelaskan di atas. Proses
pelapukan biologi melibatkan 2 cara, yakni cara mekanis dan juga cara biokimia. Untuk lebih
jelasnya, kita akan mempelajari mengenai contoh- contoh pelapukan biologi dan juga prosesnya .

 Adanya lumut. Tanaman lumut yang berada di permukaan batuan kemungkinan akan
membuat batuan tersebut mengalami degradasi. Lembabnya permukaan batuan tersebut
diakibatkan oleh proses penyerapan akar serta tingginya pH di sekitar permukaan batuan
tersebut karena eksresi sisa metabolisme lumut. Hal ini akan berakibat permukaan batuan
akan cepat mengalami pelapukan.
 Adaya penetrasi akar tanaman. Batuan yang berada di sekitar tanaman akan lebih cepat
melapuk karena adanya penetrasi akar tumbuhan ke dalam sela- sela batuan tersebut, sehingga
mudah mengalami perpecahan. Dalam proses penerobosan atau penetrasinya, akar- akar
tumbuhan akan mengeluarkan semacam enzim yang berfungsi untuk menghancurkan batuan.
Semakin lama, akar tersebut akan membesar dan memecah belah batu tersebut menjadi
beberapa bagian. Beberapa tumbuhan yang akarnya termasuk kuat untuk memecah batuan
antara lain tanaman pinang raja, akasia, dan juga pilisium.
 Binatang juga menjadikan batuan lebih cepat mengalami pelapukan. Binatang yang berperan
dalam pelpaukan biologi antara lain cacing tanah dan beberapa serangga tanah.
 Manusia pun juga berperan dalam proses pelapukan biologi. Beberapa aktivitas manusia yang
menyebabkan cepat terjadinya pelapukan adalah penambangan dan juga penebangan pohon
secara liar.

1. Erosi yang disebabkan oleh air atau Ablasi

Jenis erosi yang pertama adalah erosi atau pengikisan yang disebabkan oleh air. Air yang dimaksud
disini adalah air sungai (baca: ekosistem sungai). Mengapa air sungai? Hal ini karena air sungai
merupakan air yang mengalir atau air yang bergerak. Pergerakan air inilah yang nantinya akan
menyebabkan pengikisan. Pergerakan air dari tempat yang tinggi menuju ke tempat yang lebih rendah
tanpa kita sadari telah membawa lapisan tanah secara perlahan- lahan terangkat.
Terlebih apabila arus yang dimiliki sungai sedang kuat- kuatnya. Maka dari itulah seiring dengan
berjalannya waktu maka banyak tanah yang akan mengalami erosi. Erosi ini terjadi terutama setelah
datangnya banjir (baca: jenis banjir). Setelah terjadi banjir besar maka tanah akan lebih terkena erosi
daripada ketika air sungai sedang tidak banjir atau hanya normal saja.

2. Erosi yang disebabkan oleh air laut atau Abrasi

Pengikisan atau erosi yang kedua adalah yang disebabkan oleh air laut. Meskipun sama- sama
disebabkan oleh air, nayatanya erosi yang disebabkan oleh air sungai dengan air laut ini berbeda.
Erosi yang disebabkan oleh air laut dinamakan dengan abrasi. Apabila kekuatan air sungai (baca:
manfaat sungai) untuk melalukan pengikisan terletak pada arusnya, maka kekuatan air laut untuk
melakukan pengikisan ini terletak pada ombaknya.

Ombak- ombak air laut yang selalu menerpa dan juga membentur setiap saat perlahan- lahan akan
menyebabkan pengikisan. Pengikisan atau erosi terutama akan terjadi pada benda- benda yang
dihantam ombak, seperti karang ataupun pinggiran pantai (baca: ekosistem pantai). Terlebih lagi air
laut (baca: ekosistem air laut) ini sangat mengandung garam yang bisa membuat kerapuhan. Maka
dari itulah apabila kita perhatikan dengan seksama, terkadang batu- batu yang ada di pinggiran pantai
membentuk suatu bentuk tertentu. Hal inilah sebagai bentuk atau hasil dari abrasi.

3. Erosi yang disebabkan oleh angin atau Deflasi

Jenis pengikisan atau erosi yang ketiga adalah yang disebabkan oleh angin (baca: jenis angin). Tanpa
kita sadari, perlahan- lahan angin dengan kekuatannya bisa mengangkat partikel- partikel yang
dimiliki oleh tanah untuk kemudian dipindahkan ke tempat yang lain. Akibatnya, seiring dengan
berjalannya waktu  tanah tersebut nantinya akan terkikis, dan inilah yang disebut dengan erosi. Erosi
yang disebabkan oleh angin ini kita kenal dengan istilah deflasi. Deflasi banyak terjadi terustama di
daerah yang mempunyai cukup angin yang besar.
4. Erosi yang disebabkan oleh gletser atau Eksarasi

Erosi atau pengikisan yang selanjutnya adalah pengikisan yang disebabkan oleh gletser. Erosi
semacam ini dikenal juga dengan nama erosi eksarasi. Gletser atau geyser merupakan es padat yang
telah mencair. Gletser atau geyser ini apabilah telah mengalir akan menimbulkan dorongan yang
begitu kuat.

Hal ini karena perubahan dari awalnya yang padat dan kemudian mencair, maka akan terlihat masih
kental. Geyser ini dapat menimbulkan dorongan yang sangat besar yang mana pada akhirnya bisa
mengakibatkan erosi, terutama pada benda- benda yang telah dilewati oleh gletser atau geryser
tersebut. Namun ersi seperti ini hanya terjadi di daerah- daerah yang memang mempunyai stok salju
atau es (baca: hujan es) yang banyak.

5. Korosi

Macam atau jenis erosi yang selanjutnya adalah korosi. Agak mirin dengan deflasi, korosi ini
merupakan erosi yang disebabkan karena angin. Korosi ini terjadi karena hembusan angin yang
membawa butiran- butiran pasir. Butiran pasir yang tertiup oleh angin ini akan menerpa bagian batuan
tertentu sehingga akan menimbulkan kejadian batuan tersebut terkikis dan akan melapuk. Dari
pernyataan tersebut dapat dilihat perbedaan antara korosi dan juga deflasi. Jika deflasi merupakan
erosi yang murni karena kekuatan angin, maka korosi ini akibat angin yang membawa butiran- butiran
pasir.

Itulah beberapa macam macam erosi yang dilihat dari penyebabnya. Erosi- erosi tersebut meski
penyebabnya berbeda- beda namun pada akhirnya akan menimbulkan dampak yang sama yakni
pengikisan. Pengikisan ini dapat kita lihat terjadi pada tanah, batuan atau bahkan jalan aspal
sekalipun. Hal ini karena benda padat memang mempunyai potens

Anda mungkin juga menyukai