1. Pokok pikiran:
b. Ibu bersalin
1) Persalinan normal tetap dapat dilakukan di Puskesmas bagi ibu hamil dengan
status BUKAN ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19 sesuai kondisi
kebidanan.
2) Ibu hamil berisiko atau berstatus ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19
dilakukan rujukan secara terencana untuk bersalin di fasyankes rujukan.
3) Pelayanan KB pasca persalinan tetap berjalan sesuai prosedur, diutamakan
menggunakan MKJP (AKDR Pasca Plasenta).
c. Ibu nifas
1) Pelaksanaan kunjungan nifas pertama dilakukan di Puskesmas. Kunjungan
nifas kedua, ketiga dan keempat dapat dilakukan dengan metode kunjungan
rumah oleh tenaga kesehatan atau pemantauan menggunakan media daring
(disesuaikan dengan kondisi daerah terdampak COVID 19), dengan melakukan
upaya-upaya pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu dan
keluarga.
2) Pelayanan KB tetap dilaksanakan sesuai jadwal dengan janji temu, diutamakan
menggunakan MKJP.
3) Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di masa nifas (ada di
buku KIA), jika ada tanda bahaya segera periksakan diri ke tenaga kesehatan.
g. Calon pengantin
1) KIE pada calon pengantin (Catin) dilakukan melalui telekonsultasi atau media
komunikasi atau bila perlu dengan janji temu untuk kunjungan ke Puskesmas.
Petugas kesehatan dapat menghimbau agar pasangan Catin dapat menunda
kehamilan sampai kondisi pandemi berakhir.
2) Pemeriksaan kesehatan pada calon pengantin ditunda pelaksanaannya sampai
pandemi COVID-19 mereda.
h. Pasangan Usia Subur (PUS)
1) Pelayanan KB di Puskesmas dapat diberikan dengan janji temu pada akseptor
yang mempunyai keluhan, akseptor IUD/implan yang sudah habis masa
pakainya, atau akseptor suntik yang datang sesuai jadwal.
2) Pelayanan KB pada akseptor IUD/implan/suntik yang tidak dapat kontrol ke
petugas kesehatan dilakukan dengan berkoordinasi dengan PL KB dan kader
untuk minta bantuan pemberian kondom.
3) Pelayanan KB pada akseptor pil KB dilakukan dengan berkoordinasi dengan PL
KB dan kader untuk minta bantuan pemberian pil KB.
4) Pemberian Materi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) serta pelaksanaan
konseling terkait kesehatan reproduksi dan KB dapat dilaksanakan
menggunakan media daring atau konsultasi via telepon.
5) Mendorong semua PUS untuk menunda kehamilan dengan tetap menggunakan
kontrasepsi di situasi pandemi COVID-19 dengan meningkatkan penyampaiaan
informasi/KIE ke masyarakat.
i. Lansia
1) Pemantauan kesehatan lansia dapat dilakukan melalui kunjungan rumah (home
visit atau homecare) dengan sangat memperhatikan prinsip PPI. Kegiatan
Posyandu Lansia ditunda pelaksanaannya, karena lansia termasuk kelompok
yang sangat rentan terhadap kesakitan dan kematian akibat COVID-19.
2) Pemantauan kemudahan akses dan memastikan kecukupan obat rutin bagi
ansia dengan penyakit kronis/degeneratif yang membutuhkan pengobatan
jangka panjang agar tidak terputus selama masa pandemi COVID-19.
3) Promosi Kesehatan, KIE dan pemantauan kesehatan lansia melalui pelayanan
kelas lansia dan pendamping/seminar kesehatan menggunakan teknologi
komunikasi jarak jauh.
4) Bentuk KIE pada Lansia.
Puskesmas juga diharapkan untuk memperhatikan anak terdampak COVID-19
yang mengalami masalah pengasuhan, baik anak dengan status OTG, ODP, PDP,
terkonfirmasi, maupun anak dari orang tua tunggal dengan status OTG, ODP, PDP,
terkonfirmasi sesuai dengan pedoman umum yang telah disusun oleh Kementerian
Perlindungan Perempuan dan Anak. Puskesmas kemudian melakukan koordinasi
dengan RT/RW/Dinas yang membawahi urusan Sosial/Perlindungan Anak agar anak
mendapatkan dukungan pengasuhan sementara.
2. Penerapan
Proses penerapan yang dapat dilakukan yaitu dengan memanfaatkan fasilitas teknologi
komunikasi yang beragam dan disesuaikan dengan kemampuan dari masyarakat yang
menjadi sasaran dari pemberian pelayanan. Inovasi dengan menggunakan media
selain yang telah disebutkan juga sangat mendukung berjalannya pelayanan mengingat
secara umum tingkat kemapuan masyarakan dalam mengakses informasi berbeda-
beda baik dari segi kemampuan individu maupun kemampuan dalam memanfaatkan
media.