Dialog Konseling Individual Aprianda
Dialog Konseling Individual Aprianda
Rian Pranata Putra adalah seorang siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sungai Raya. Rian lahir di
Pontianak pada tanggal 13 April 2004. Rian merupakan anak pertama dari dua bersaudara, Ayah
Rian bernama Syarif Hasan Ishaaq dan Ibunya bernama Dwi Ratna Rindayana Jhahellla. Rian
memiliki hobi bermain basket dan menonton balap mobil. Rian bercita-cita menjadi Atlet basket
yang profesiona.
Kedua orang tua Rian merupakan pegawai negeri sipil, dengan kata lain perekonomian di keluarga
Rian cukup baik dan juga ayahnya memiliki pekerjaan sampingan yaitu membuka perumahan yang
letaknya berada di desa kapur. Rian merupakan anak yang hidup berkecukupan. Sehingga hampir
seluruh barang yang Rian inginkan, selalu diberikan pada orangtuanya.
Permasalahan Rian disini adalah Rian sering kali membolos sekolah, pada saat pembelajaran
online maupun offline. Hal ini membuat nilai Rian secara akademik semakin menurun. Teman-
teman Rian juga tidak ada yang tau pasti kemana perginya Rian membolos,dan untuk apa Rian
membolos. Namun pernah beberapa kali guru melihat Rian membolos kelapangan olahraga milik
TNI AD yang berada di dekat sekolah, Rian bermain basket dengan menggunakan baju basketnya
serta membawa tas ke lapangan tersebut.
Rian sangat dikenal di sekolah dengan kemahirannya bermain baseball, hal ini membuat teman-
temannya bangga kepada Rian karena Rian sering kali Rian membawa piala basket pulang ke SMA
Negeri 1 Sungai Raya ini. Namun di balik prestasi non akademik nya, Rian selalu berlatih dengan
sangat giat. Rian tidak pernah membolos pada ekstrakulikuler basket di SMA Negeri 1 Sungai
Raya. Rian merupakan salah satu siswa yang selalu hadir di ekstrakulikuler basket dengan tepat
waktu.
Rian termasuk siswa yang cukup pandai dalam me-management waktu, misalnya seperti saat kelas
X ada pertandingan basket di sekolah lain pada hari selasa dimana pada minggu-minggu itu adalah
jadwal kelas Rian melaksanakan ulangan semester. Rian dengan sigap meminta ulangannya di
percepat dan juga selalu datang latihan serta pertandingan tepat waktu, tanpa adanya yang dia
tinggalkan kewajibannya pada saat itu. Hal ini yang sebenarnya membuat para guru dan teman-
temannya bingung kenapa pada semester ini Rian sering kali membolos.
Konselor : Wa’alaikumussalam. Mari silahkan masuk, duduk dulu nak. Oh iya, kalau
ibu boleh tahu, nama kamu siapa?
Konselor : Kamu siswa kelas XI IPS yang sering kali memenangkan juara basket itu
ya?
Konseli : iya Bu, saya siswa kelas XI IPS yang beberapakali memenangkan
pertandingan basket.
Konselor : Oh seperti itu. Jika boleh tau, ada apa datang kemari nak?
Konseli : Yang mengajar geografi adalah wali kelas saya sendiri Bu.
Konseli : Belajar seperti biasa Bu, dan setelah itu wali kelas saya meminta saya
datang kemari.
Koselor : Jika begitu, Apakah ibu boleh menanyakan beberapa pertanyaan untuk
kamu?
Konseli : Boleh saja Bu, tapi saya masih sedikit ragu untuk menjawabnya nanti
Konseli : Saya ragu, nantinya apa yang saya katakan akan berdampak negatif bagi
saya dan juga saya takut orang lain mengetahuinya.
Konselor : Kamu tahu ibu adalah seorang guru BK bukan? Guru BK itu memiliki
asas-asasnya. Seperti asas kerahasiaan, dan juga asas keterbukaan. Ada beberapa asas
yang ada di dalam BK ini. Namun ibu yakin dengan diberlakukannya asas kerahasiaan
serta asas kemandirian kamu akan percaya dengan ibu, dan membuat rasa ragu mu itu
berkurang.
Konselor : Secara singkat maksudnya adalah ibu akan menjaga rahasia kamu dan ibu
akan menjawab dengan terbuka prihal pertanyaan kamu, agar kamu merasa nyaman dan
tidak takut serta ragu kepada ibu.
Konselor : Iya seperti itu, ibu lihat permasalahan kamu cukup membuat mu di
pandang negatif oleh orang lain.
Konselor : Jika kamu mau, ibu dapat membantu mu dengan cara konseling.
Konseli : Saya mau Bu. Saya sangat senang ibu dapat membantu saya. Terimakasih
Bu.
Konselor : Baiklah. Apakah sekarang kita dapat memulai sesi konseling ini?
Konseli : Saya sadar akan permasalahan beberapa bulan belakangan ini Bu.
Konseli : Saya tidak tahu itu mengganggu atau tidak, tapi saya rasa. Saya
memerlukan bantu dari ibu.
Konselor : Jika ibu boleh tau, apakah kamu membolos dengan sengaja?
Konseli : Ayah saya tau bahwa saya membolos, namun ibu saya tidak
mengetahuinya.
Konseli : Alasan lainnya adalah saya merasa malas untuk sekolah karena waktu
pembelajarannya yang begitu singkat.
Konseli : Saya juga merasa pembelajaran saat ini sangat tidak menyenangkan serta
sulit untuk saya mengerti. Dan juga guru selalu memberikan tugas yang begitu banyak,
padahal dia hanya sekedar mengirim materi dan absen saja tanpa menjelaskannya.
Konseli : Tidak Bu, jika semua guru seperti itu. Mungkin saya akan lebih sering
membolos dari belakangan ini.
Konselor : Jadi kamu lebih memilih fokus dengan basket dari pada sekolah?
c) Tahap 3: Mempersonalisasi
Konseli : Benar Bu, saya lebih fokus dengan basket ketimbang sekolah. Karena saya
tidak suka cara guru mengajar saat pandemic seperti ini. Membuat saya bingung dan juga
kesusahan dalam memahami materi
Konseli : Iya Bu, semenjak pandemic ini membuat saya sangat malas bersekolah
dan merasa bahwa sangat percuma pergi ke sekolah apabila persekolahan masih saja
seperti ini.
Konselor : Kamu merasa malas dengan sistem pembelajaran di sekolah pada masa
pandemic saat ini.
Konseli : Iya benar Bu. Maka dari itu saya lebih berminat untuk fokus di bidang
basket ketimbang sekolah.
Konselor : Jadi kamu lebih tertarik dengan basket ya
Konselor : Apakah orang tua mu tidak tahu apa yang kamu lakukan selama ini?
Konseli : Ibu saya tidak mengetahui apa yang saya lakukan selama ini, namun ayah
saya mengetahui hal tersebut.
Konseli : Ayah saya tidak masalah jika saya bolos sekolah karena ini adalah
kehidupan saya, tapi ayah saya berkata jika terjadi sesuatu maka saya hati
menanggungnya karena hal itu terjadi karena pilihan saya sendiri.
Konseli : Saya merasa bersalah karena merahasiakan ini kepada ibu saya, namun
saya juga takut untuk jujur dengan beliau. Sebenarnya saya ingin bersekolah dengan baik
seperti dulu, namun saya merasa aneh untuk bersekolah seperti ini
Konselor : Jadi kamu merasa bersalah dengan ibu mu, dan ingin bersekolah dengan
baik dan lancar?
Konselor : Kenapa kamu tidak bersekolah dengan baik saja? Kamu kenapa tidak
memulai dengan selalu hadir ke sekolah atau zoom meet?
Konseli : Saya ingin seperti itu, namun saya merasa basket adalah tanggung jawab
saya yang kegiatannya harus tetap saya jalankan. Tapi dilain sisi saya ingin bersekolah
karena merasa bersalah terhadap ibu saya.
Konselor : Kamu lagi-lagi merasa bingung dengan keputusan yang akan kamu ambil.
Bukankah kamu sendiri tadi yang mengatakan ingin bersekolah dengan baik, tapi
kelihatannya kamu masih belum merencanakan apapun untuk menyelesaikan masalah
kamu ini.”
Konseli : “Iya ya bu. Padahal saya sangat ingin masalah ini segera selesai. Tapi kok
rasanya saya belum ada rasa ingin tindak lanjut dari yang saya inginkan.
Konselor : “Kamu mengatakan ingin segera menyelesaiakn masalah kamu ini. Akan
tetapi kamu tidak melakukan apa-apa untuk menyelesaikan masalah kamu ini.”
Konseli : “Kalau saja saya tidak ragu seperti ini, apakah saya bisa menemukan jalan
keluarnya bu?”
Konselor : “Tentu saja bisa. Asalkan kamu yakin dengan diri kamu sendiri, dan kamu
mampu memantapkan hati kamu untuk mengambil keputusan yang tepat bagi dirimu
sendiri.”
Konseli : Bu, sepertinya saya ingin segera melakukan sesuatu agar pikiran saya
menjadi cerah dan bisa mengambil keputusan yang tepat bagi diri saya sendiri bu.”
Konseli : Benar bu. Jika saya tahu bagaimana cara menahan diri agar tidak selalu
bermain basket dan tau cara me-management waktu saya seperti dulu. Mungkin saya tidak
akan seperti ini.
Konselor : Kamu merasa menyesal karena kamu tidak dapat menahan diri dalam
bermain basket dan tidak dapat me-management waktu mu seperti dulu.
Konselor : Saya rasa kita harus bersama-sama mencari dan menemukan solusi untuk
dirimu.
Konselor : Tadi kamu katakan bahwa kamu sangat ingin merubah kebiasaan
membolosmu belakangan ini, namun kamu juga bingung harus bagaimana karena kamu
sangat tertarik dengan basket.
Konseli : Iya Bu, saya paham bahwa sekolah itu lebih penting ketimbang bermain
basket. Tapi cita-cita saya adalah menjadi pemain basket profesional
Konselor : Jika kamu ingin menjadi pemain basket profesional, bukankan kamu dapat
melatih keprofesionalan mu melalui masuk sekolah namun juga tetap dapat latihan?
Karena bagaimanapun juga kamu pasti memiliki aktivitas lain selain bermain basket.
Konslor : Kamu harus dapat me-management waktu berlatih kamu dengan baik
tanpa harus meninggalkan sekolah mu. Karena kamu juga masih memiliki niat untuk
sekolah.
Konseli : Iya Bu, tapi bagaimana cara saya konsisten dalam mengatur waktu saya?
Konselor : Bukankah dulu kamu adalah siswa yang rajin dalam bersekolah dan juga
berlatih basket? Ibu rasa kamu dapat melakukan itu kembali untuk saat ini.
Konseli : iya sih Bu, tapi saya merasa tidak terlalu nyaman untuk melaksanakannya
saat ini.
Konselor : Bukankah kamu dapat menggunakan jadwal kegiatan seperti dulu? Coba
kamu ingat-ingat lagi, jam berapa dan hari apa kamu berlatih tanpa menggangu waktu
sekolah mu.
Konseli : Seingat saya, dulu setelah pulang sekolah saya mengikuti ekskul basket
dan juga les ekonomi diluar sekolah. Pada hari Senin dan Rabu saya selalu mengikuti les,
dan selebihnya saya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
Konselor : Bukankah itu bagus? Mengapa tidak menggunakan jadwal lama mu?
Konseli : Tapi untuk saat ini saya sudah tidak mengikuti les lagi bu
Konselor : Berati kamu tidak ada kegiatan lain kecuali bersekolah dan juga berlatih
basket ya?
Konseli : Iya Bu
Konselor : Nah apalagi sekarang kamu tidak memiliki jadwal les, bukankah itu dapat
menambah waktumu untuk berlatih bermain basket?
Konseli : Hmm…Menurut saya, saya harus tetap bersekolah dan juga berlatih basket
setiap pulang sekolah
Konseli : Menurut saya, latihan basket di pagi hari jauh lebih menyegarkan dan juga
membuat saya semakin mahir dalam bermain basket.
Konselor : Hmm… apakah hari Sabtu dan Minggu kamu ada kegiatan di pagi hari?
Konselor : Nah, bukankah kamu bisa berlatih di pagi hari 2x dalam seminggu.
Konseli : Wah iya, bener juga ya Bu. Sekarang saya mengerti harus berbuat apa.
Konselor : Saya harus tetap bersekolah dan berlatih setiap pulang sekolah, dan di hati
Sabtu Minggu saya akan berlatih pagi. Wah ini benar2 begitu luar biasa.
Konseli : Nah iya, kamu dapat melakukan hal tersebut tanpa meninggalkan salah
satu dari opsi pilihan tersebut.
Konseli : Tentu saja Bu. Saya akan mencoba me-management waktu saya dan
menggunakan waktu tersebut dengan baik, tanpa menggangu persekolahan saya dan juga
saya akan tetap berlatih bermain basket tanpa membolos sekolah.
Konselor : Bagus sekali. Kamu sudah bisa memahami rencana untuk mengatasi
masalah yang kamu hadapi ini. Bagaimana perasaanmu sekarang?
Konseli : Saya merasa lega bu. Karena jalan keluar dari masalah saya sudah mulai
terlihat.
Konselor : Sekarang kamu sudah tidak merasa bingung lagi. Itu sangat bagus sekali.”
Konselor : Iya, semoga apa yang kamu rencanakan dapat berjalan dengan lancar.